Anda di halaman 1dari 27

FLAGELATA PARASIT (GIARDIA LAMBLIA DAN

TRICHOMONAS VAGINALIS)

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Parasitologi
Yang dibimbing oleh Dr. Endang Suarsini, M. Ked.

Oleh Kelompok 3/Off H:


Alvian Pratiwi

(120342422459)

Fadilatus Shoimah

(120342400169)

Indatur Rochmah

(120342422455)

Siti Maisaroh

(120342422465)

Yuslinda Annisa

(120342400166)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2015

KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang hanya dengan
Rahmat dan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pengetahuan
Lingkungan ini yang berjudul Flagelata Parasit (Giardia Lamblia Dan
Trichomonas Vaginalis) ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan pihak-pihak
lain. Maka izinkanlah kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Endang Suarsini selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengetahuan
Lingkungan.
2. Kepada teman-teman yang senantiasa memberikan dukungan kepada
penulis.
Penulis sadar, bahwa makalah kami sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun kepada pembaca yang
telah membaca makalah ini, khususnya dari Ibu Endang Suarsini. Atas saran dan
kritiknya penulis sampaikan terima kasih.

Malang, 26 Maret 2015

penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Flagellata dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti
cambuk. Ciri khas dari kelas flagellata ini adalah alat geraknya yang berupa
cambuk getar (Sudewa, 2010). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga
digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan
flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan. Flagelata memiliki 1 inti atau
lebih dari 1 inti dan alat pergerakan (alat neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas
dan flagel. Kinetoplas terdiri dari blefaroplas, kadang-kadang ada benda
parabasal. Aksonema merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan
parasit. Kadang-kadang ada struktur yang nampak sebagai satu garis mulai dari
anterior sampai ke posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit
terdapat membran bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa
spesies flagelata mempunyai sitostoma (Margono, 1998).
Parasit dari kelas Flagellata/ Mastigophora dibagi menjadi 2 golongan
berdasarkan habitatnya yaitu Flagellata intestinal, oral, genital dan golongan
flagellata darah dan jaringan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai golongan
flagellata intestinal, oral, dan genital yang meliputi 2 spesies patogen yaitu
Giardia lamblia dan Trichomonas vaginalis. Parasit ini di temukan oleh Antoni
van leeuwenhoek (1618), sebagai mikroorganisme yang bergerak-gerak di dalam
tinjanya. Flagelata ini pertama kali di kenal dan di bahas oleh Lambl (1859), yang
memberinya nama intestinalis kemudian Stiles (1951) memberikan nama baru,
Giardia lamblia, untuk menghormati Prof.A.Giard dari paris dan doctor F. Lambl
dari Prague
Giardia lamblia merupakan penyebab utama penyakit giardiasis yaitu
penyakit yang menyerang bagian usus manusia, dimana penderitanya akan
mengalami semacam diare yang walaupun tidak terlalu parah namun lamanya
penyakit ini bisa sampai berbulan-bulan. Sejatinya penyakit ini sangat jarang
dijumpai di Indonesia terutama pada orang dewasa, karena sebagian besar orang

telah kebal oleh parasit Giardia lamblia ini. Penyakit ini lebih banyak menyerang
anak kecil terutama dalam masa pembentukan kekebalan tubuh.
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen dengan derajat tertentu
yang sebagian besar menyerang wanita pada traktus urogenitalis bagian bawah.
Infeksi ini mungkin bergejala atau mungkin tidak bergejala dan merupakan infeksi
menular seksual. Ada dua jenis spesies lainnya yang dapat ditemukan pada
manusia, yaitu T. tenax yang hidup di rongga mulut dan Pentatrichomonas
hominis yang hidup dalam kolon, yang keduanya terbukti tidak menimbulkan
penyakit. Pertama kali divisualisasikan oleh Donne pada tahun 1836, T. vaginitis
pertama kali ditunjukkan pada awal abad ke-20, sebagai akibat dari studi inokulasi
yang merupakan protozoa patogenik (Cook, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etiologi Flagelata parasit pada manusia?
2. Bagaimana siklus hidup Flagelata parasit pada manusia
3. Bagaimana stadium infektif Flagelata parasit pada manusia?
4. Bagaimana hospes Flagelata parasit pada manusia?
5. Bagaimana predileksi Flagelata parasit pada manusia
6. Bagaimana patologi Flagelata parasit pada manusia?
7. Bagaimana prevalensi Flagelata parasit pada manusia?
8. Bagaimana epidemiologi Flagelata parasit pada manusia?
9. Bagaimana diagnosis penyakit dari Flagelata parasit pada manusia?
10. Bagaimana terapi penyakit dari Flagelata parasit pada manusia?
C. Tujuan
1. untuk menjelaskan etiologi Flagelata parasit pada manusia.
2. untuk menjelaskan siklus hidup Flagelata parasit pada manusia.
3. untuk menjelaskan stadium infektif Flagelata parasit pada manusia.
4. untuk menjelaskan hospes Flagelata parasit pada manusia.
5. untuk menjelaskan predileksi Flagelata parasit pada manusia.
6. untuk menjelaskan patologi Flagelata parasit pada manusia.
7. untuk menjelaskan prevalensi Flagelata parasit pada manusia.
8. untuk menjelaskan epidemiologi Flagelata parasit pada manusia.
9. untuk menjelaskan diagnosis penyakit dari Flagelata parasit pada manusia.
10. untuk menjelaskan terapi dan pencegahan penyakit dari Flagelata parasit
pada manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIOLOGI
1. Etiologi Giardia lamblia
Giardiasis adalah infeksi yang sering terjadi di usus kecil dan
disebabkan oleh parasit Giardia lamblia. Dilaporkan telah terjadi pada
manusia dan berbagai hewan. Siapa pun dapat terkena Giardiasis, namun
lebih sering pada bayi, anak kecil maupun orang dewasa di antara 20-40
tahun. Protozoa ini pertama kali dilihat oleh Leeuwenhoek saat memeriksa

tinjanya sendiri pada tahun 1681, yang terlihat sebagai organisme yang
bergerak. Giardia lamblia merupakan penyebab tersering infeksi protozoa
pada saluran cerna manusia dan paling banyak ditemukan di negara
berkembang, yang berhubungan dengan kondisi sanitasi yang buruk dan
perawatan sumber air yang inadekuat. Prevalensi tinggi ditemukan pada
anak usia prasekolah dan pada anak dengan gangguan gizi. Infeksi Giardia
lamblia dapat melalui air, makanan, atau langsung melalui rute fekal-oral.
Berdasarkan taksonominya cacing ini mempunyai klsifikasi sebagai
berikut.
Phylum
Subfilum
Ordo
Genus
Species

: Sarcomastigophora
: Mastigophora
: Diplomonadorida
: Giardia
: Giardia lamblia

Gambar 1 : Giardia lamblia


2. Etiologi Trichomonas vaginalis
(Sumber: Tovar et al., 2003)

Trikomoniasis

merupakan

penyakit

infeksi

protozoa

yang

disebabkan Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan


seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada
wanita maupun pria, namun pada pria perannya sebagai penyebab penyakit
masih diragukan. Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya
spesies Trichomonas yang bersifat patogen pada manusia dan dapat
dijumpai pada traktus urogenital (Djuanda, 2009).

Gambar 2. Trichomonas vaginalis


Trichomonas vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis,
berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti
gelombang. Mempunyai membran undulans yang pendek, tidak mencapai
dari setengah badannya. Pada sediaan basah mudah terlihat karena gerakan
yang terhentak-hentak. Membentuk koloni trofozoit pada permukaan sel
epitel vagina dan uretra pada wanita; uretra, kelenjar prostat dan vesikula
seminalis pada pria (Djuanda, 2009).
Trichomonas vaginalis berkembang biak dengan membelah secara
longitudinal binary fission, intinya membelah secara mitosis yang
dilakukan dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum dan dapat
hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa
menit, tetapi pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari. Parasit ini akan
cepat mati bila mengering, terkena sinar matahari, dan terpapar air selama
35-40 menit. Terdapat dua spesies Trichomonas lainnya yang dapat
ditemukan pada manusia, yaitu Trichomonas tenax yang hidup di rongga
mulut dan Pentatrichomonas hominis yang hidup dalam kolon, yang pada
umumnya tidak menimbulkan penyakit (Djajakusumah, 2001).

B. SIKLUS HIDUP
1. Siklus hidup Giardia lamblia
Stadium trofozoid
Bentuk tropozoid bilateral simetris, seperti raket badminton yang
bagian anteriornya membulat dan bagian posteriornya runcing. Permukaan

dorsalnya cembung (konveks) dan bagian ventral konkav (cekung) dengan


batil hisap seperti cakram, yang menempati setengah padan parasit.
Ukuran panjang tropozoid adalah 14 mikron, lebar 7 mikron dan
mempunyai sepasang inti terletak di bagian anterior yang berbentuk oval.
Mempunyai 4 pasang flagel yang bersala dari 4 pasang bleroplas.
Sepasang axostyl yang berasal dari 2 bleparoplas median (Safar, 2010).
Stadium Kista
Kista berbentuk oval ukuran panjang 12 mikron, lebar 7 mikron,
mempunyai 2 dinding yang tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus
dan letaknya terpisah dari dinding kista. Kista yang muda memiliki 2 inti,
sedangkan kista matang memiliki 4 inti yang terletak pada satu kutub.
Waktu pembentukan kista, flagel dari atrofozoid ditarik ke dalam
aksonema, sehingga merupakan 4 pasang benda sabit sebagai sisa dari
flagel (Safar, 2010).

Gardia lambia hidup di rongga usus halus, yaitu duodenum dan


proksimal jejunum, dan kadang saluran dan kandung empedu. Infeksi
terjadi setelah teringesti bentuk kista. Kista matang yang tertelan oleh
hospes akan mengalami ekskistasi di duodenum yang dicetuskan oleh
adanya asam lambung lalu diikuti dengan paparan sekresi kelenjar
eksokrin pankreas. Dalam proses Eksistasi terjadi setelah kista secara
terpajan oleh HCl dan enzim pankreas saat melewati lambung dan usus

halus. Eksistasi merupakan aktivasi kista berinti empat dorman untuk


mengeluarkan parasit motil yang membelah menjadi dua tropozoit.
ekskistasi ini sitoplasma akan membelah dan terbentuk 2 trofozoit. Saat
trofozoit lepas dari kista terjadi perlekatan ke dinding epitel usus dan
terjadi multiplikasi. G.lamblia hidup di duodenum dan di bagian proksimal
yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Pergerakan
flagel yang cepat membuat trofozoit bergerak dari satu tempat ke tempat
lain dan dengan batil isapnya melekatkan diri pada epitel usus. Tropozoit
motil tersebut menempel di permukaan sel epitel dengan menggunakan
batil hisap. Setelah melekat pada sel epitel, organisme tersebut akan
berkembangbiak dengan cara belah pasang longitudinal. Menurut
Herbowo (2003) Giardia akan mengambil asam empedu dan dimasukkan
ke dalam sitoplasmanya dan menyebabkan berkurangnya asam empedu
intraluminal. Hal ini akan menyebabkan pasien akan mengalami
malabsorbsi.
Sebagian tropozoid akan mengalami enkistasi saat menuju kolon.
Kondisi yang dapat menstimulasi proses ini tidak diketahui secara pasti
tetapi secara in vitro, enkistasi dapat diinduksi oleh pajanan terhadap
empedu dan peningkatan pH. Setelah enkistasi, parasit tersebut akan
keluar bersama tinja. Kista resisten terhadap penggunaan kimia ringan
seperti air berklorin dan pendidihan air serta tahan dalam air dingin hingga
berbulan-bulan. Kista dapat dimusnahkan dengan pembekuan atau
pengeringan.

2. Siklus hidup Trichomonas vaginalis

Gambar 3. Siklus Hidup Trichomonas vaginalis

Siklus hidup Trichomonas vaginalis dilengkapkan dengan single


host yaitu sama ada wanita atau laki-laki. Transmisi infeksi yang sering
adalah melalui hubungan seksual di mana wanita menjadi reservoir infeksi
dari laki-laki. Pada wanita, parasit tersebut akan mendapat nutrisinya dari
permukaan mukosa vagina, serta dari bakteri dan eritrosit yang diingesti.
Setelah itu ia berkembang biak melalui longitudinal binary fission di mana
dimulai dengan pembagian nukleus diikuti apparatus neuromotor dan
terakhir adalah pemisahan sitoplasma kepada dua anak trofozoit. Trofozoit
merupakan fase infektif pada parasit ini. Dan semasa kontak seksual,
trofozoit ini akan ditransmisikan kepada laki-laki dan terlokasir pada
urethra atau kelenjar prostat dan mengalami replikasi yang sama seperti di
vagina (Djuanda, 2009).
Pada wanita tempat hidup Trichomonas vaginalis di vagina dan
pada pria di uterus dan prostat. Parasit ini hidup di mukosa vagina dengan
makan bakteri dan leukosit. Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat
berputar-putar di antara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan
flagel antesias dan membran bergelombang. Trichomonas vaginalis tidak
tahan terhadap desinfektan dan antibiotik. Infeksi terjadi secara langsung
waktu bersetubuh melalui bentuk trofozoit pada keadaan lingkungan
sanitasi kurang biak dengan banyak orang hidup bersama dalam satu
rumah. Infeksi secara tidak langsung melalui alat mandi seperti : lap mandi
atau alat sanitasi seperti toilet seat, pernah di laporkan (Djajakusumah,
2001).
C. STADIUM INFEKTIF
Giardia lamblia
Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit dan
kista. Meskipun trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak
dapat hidup di luar tubuh manusia. Kista adalah bentuk infeksius
G.lamblia yang resisten terhadap berbagai macam gangguan dan dapat
bertahan hidup selama sebulan di air atau di tanah (Herbowo, 2003).
Giardia berkembang biak dalam stadium trofozoid dengan belah pasang

longitudinal. Dalam perjalanan menuju colon terjadi enkistasi yang


serentak dengan tinja padat, sedang dalam tinja cair biasanya ditemukan
stadium trofozoid (Safar, 2010).
Dalam tinja padat ditemukan stadium kista yang berperan untuk
mempertahankan diri. Kista ini mulanya hanya mempunyai 2 inti lalu
berubah menjadi kista 4 inti. Bila kista 4 inti tertelan oleh manusia, maka
orang tersebut akan terinfeksi. Bila sesorang terinfeksi, maka ekskistasi
akan terjadi di duodenum lalu sitoplasma membelah dan dari eksonema
tumbuh flagel, hingga terbentuk 2 tropozoid (Safar, 2010).
Trichomonas vaginalis
Trichomonas hanya ada dalam bentuk trofozoit dan tidak terdapat
dalam bentuk kista. Didalam cairan vagina Trichomonas vaginalis
mempunyai bentuk yang plastis dan dapat berubah - ubah sesuai dengan
tempatnya yang sempit diantara sel, sehingga ia masih dapat bergerak.
Gerakannya sangat khas yaitu berlenggak lenggok dan berputar - putar
( rotasi) atau mengejut, yang bisa dilihat pada sediaan basa. Trichomonas
vaginalis memiliki kemampuan fagositosis terhadap sisa sisa sel, kuman
dan benda benda lain yang terdapat dalam cairan vagina. Pada infeksi
Trichomonas vaginalis

yang bercampur dengan Neisseria gonorrhoe,

Mychoplasma hominis , atau Chlamydia trachomatis, maka kebanyakan


kuman gonokokus akan dibunuh dalam waktu 6 jam dan semua
Mychoplasma akan dibunuh dalam waktu 3 jam. Belum diketahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk membunuh Chlamydia trachomatis.
(Andriyani, 2005). Infeksi terjadi secara langsung waktu bersetubuh
melalui bentuk trofozoit pada keadaan lingkungan sanitasi kurang baik.
Infeksi secara tidak langsung melalui alat mandi seperti: lap mandi atau
alat sanitasi seperti toilet duduk.
D. HOSPES
Giardia lamblia
Hospes penyakit ini adalah manusia dan hospes reservoirnya
adalah tikus. Penyakit yang ditimbulkan disebut Giardiasis atau
Lambliasis. Manusia adalah hospes alamiah G.lamblia, tetapi tikus kadang

mendapat infeksi untuk sementara waktu. G.lamblia tiga kali lebih sering
ditemukan pada anak daripada pada orang dewasa, terutama pada
golongan umur 6 sampai 10 tahun. Penularan terjadi dengan perantaraan
makanan dan air yang dikotori oleh air selokan, lalat ataupun orang yang
menyajikan makanan (Brown, 1979).
Trichomonas vaginalis
Hospes dari Trichomonas vaginalis adalah manusia. Parasit ini
terdapat pada genital wanita dan pria, terutama ditemukan pada saluran
kencing kedua jenis kelamin tersebut. Wanita frekuensi lebih banyak
dijumpai

daripada

pria,

dan

penyakit

ini

bersifat

kosmopolit.

Trichomoniasis adalah nama penyakit yang disebabkan oleh parasit


Trichomonas vaginalis. Parasit ini hidup di makosa vagina dengan makan
bakteri dan leukosit. Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat
berputar-putar di antara sel-sel epitel dan leukosit dengan menggerakkan
flagel antesias dan membran bergelombang. (Dian, 2011)
Pada wanita, parasit ini hidup di vagina dan servik dan bisa juga
ditemukan di glandula Bartholini, uretra maupun urinary bladder. Pada
laki laki ditemukan terutama pada urethra bagian anterior, tapi mungkin
juga ditemukan di prostate dan preputial sac. (Sitti, 2012)
E. PREDILEKSI
1. Giardia lamblia
Giardia lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian
proksimal yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan kandung
empedu.
2. Trichomonas vaginalis
Parasit ini bersifat kosmopolitan ditemukan pada saluran
reproduksi pria dan wanita. Penyebab terjadinya keputihan pada wanita.
Biasa disebut leukorrhoe atau flour albus. Untuk hidup dan berkembang
biak, Trichomonas vaginalis

membutuhkan kondisi lingkungan yang

konstan dengan temperatur sekitar 35 37 C, pH antara 4,9 7,5 dan


sangat baik pertumbuhannya pada pH berkisar antara 5,5 6,0. Sangat

sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Diluar


habitatnya tropozoid akan mati pada suhu 50 C dalam waktu 4 menit dan
akan mati dalam waktu 35 40 menit jika mendapat sinar matahari
langsung. Parasit ini juga tidak tahan terhadap desinfektan, zat pulasan dan
antibiotik. Tropozoid akan bertahan dan berkembang biak pada kondisi
yang lebih alkalis dari habitatnya yaiitu didaerah tractus urogenital yang
normal dengan pH optimum 5,8 6,0 dan suhu 35 - 37 C. (Andriyani,
2005)

F. PATOLOGI
1. Giardia lamblia
Cara infeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak
lansung melalui air dan makanan yang terkontaminasai, atau secara langsung
melalu fecal-oral. Apabila kista matang tertelan oleh hospes, maka terjadi
ekskistasi di duodenum, kemudian sitoplasmnya membelah dan flagel
tumbuh dari aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan
flagel yang cepat trofozoit yang berada di antara vili usus bergerak dari satu
tempat ketempat yang lain. Bila berada pada vili, Trofozoit dengan batil isap
akan melekatkan pada epitel usus. Trofozoit kemudian berkembang biak
dengan cara belah pasang longitudinal.
Apabila jumlahnya banyak sekali maka trofozoit yang melekat pada
mokusa dapat menutupi permukaan mukosa usus halus. Trofozoit yang tidak
melekat pada mukosa usus, akan mengikuti pergerakan peristaltik menuju ke
usus bagian distal yaitu usus besar. Selain itu, Tropozoit tidak selalu penetrasi
ke epitel tetapi dalam kondisi tertentu, tropozoit dapat menginvasi jaringan
seperti empedu dan saluran kemih. Enkistasi (pembentukan kista) terjadi
dalam perjalanan ke kolon, bila tinja yang padat dan cair atau lunak biasanya
di temukan trofozoit.
2. Trichomonas vaginalis
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya
hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi,
gatal - gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini

memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya


Trichomonas vaginalis membelah diri secara longitudinal. Beberapa hari
setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit.
Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi
radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi
kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya
tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.
(Prasetyo, 2002). Trichomonas vaginalis yang di tularkan pada jumlah cukup
ke dalam vagina dapat berkembang biak, bila flora bakteri, pH dan keadaan
fisiologi vagina sesuai. Setelah berkembang biak cukup banyak, parasit
menyebabkan degenerasi dan deskuamasi sel epitel vagina.
Keadaan ini disusul oleh serangan leukosi, dan disekitar vagina tedapat
banyak leukosit dan parasit bercampur dengan sel-el epitel. Sekret vagina
mengalir keluar vagina dan menimbulkan gejala flour albus atau keputihan.
Setelah lewat stadium akut, gejala berkurang dan dapat reda sendiri. Pada
pemeriksaan inspekulo, tampak kelaian berupa vaginitis, dinding vagina dan
porsio tampak merah meradang dan pada infeksi berat tampak pula
pendarahan-pendarahan kecil. Flour tampak berkumpul di belakang porsio,
encer atau sedikit kental pada infeksi campur, berwarna putih kekuning kuningan atau putih kelabu dan berbusa, banyak flour yang di bentuk
tergantung dari beratnya infeksi dan stadium penyakit. Selain gejala flour
albus yang merupakan keluhan utama penderita, pruritus vagina atau vulva
dan disuria (rasa pedih waktu kencing) merupakan keluhan tambahan. Infeksi
dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Kadang - kadang infeksi terjadi
tanpa gejala. Pada pria, infeksi biasanya terjadi tanpa gejala, atau dapat pula
menyebabkan uretritis, prostatitis dan prostatovisikulitis. (Dian, 2011)
Trichomonas vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan
sub epitel. Intensitas infeksi, status pH , fisiologis permukaan vagina dan
saluran genitourinaria lain serta floral bakteri yang menyertai merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi patogenitas. Masa tunas rata rata 4 hari
sampai 3 minggu. Organisme tidak bertahan hidup dalam keasaman vagina
normal yaitu pada pH 3,8 4,4. (Prasetyo, 2002)

Trichomonas vaginalis masuk kedalam vagina melalui hubungan


seksual, maupun kontaminan air sungai, yang kemudian menyerang epitel
squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini
menyebabkan suplai glikogen untuk kuman lactobacillus menjadi
berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali. Dan diketahui secara
invitro ternyata Trichomonas vaginalis

ini memakan dan membunuh

lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya jumlah Lactobacillus


doderline menjadi sedikit dan dapat hilang sama sekali sehingga produksi
asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi in, pH vagina akan
meningkat antara 5,0 5,5. Pada suasana pH seperti ini selain
Trichomonas vaginalis berkembang semakin cepat, akan memungkinkan
untuk berkembang mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri dan
jamur. Sehingga pada infeksi trikomoniasis sering dijumpai bersamaan
dengan infeksi mikroorganisme patogen lainnya pada vagina. Contoh
infeksi oleh organisme yang patogen seperti Ureaplasma urealitikum dan
Mycoplasma hominis sekitar lebih dari 90%, Gardnerella vaginalis sekitar
90%, Neisseria gonorrhoe sekitar 30%, jamur sekitar 20% dan Chlamydia
trachomatis sekitar 15%. Suatu penelitihan in vitro terhadap Trichomonas
vaginalis

menunjukkan organisme ini memiliki kemampuan untuk

menghancurkan sel target dengan kontak langsung tanpa harus melalui


proses fagositosis. Organisme ini menghasilkan suatu faktor pendeteksi sel
yang menyebabkan kehancuran sel sehingga epitel vagina mengelupas.
Suatu

penelitihan

juga

menunjukkan

bahwa gejala

trikomonasis

dipengaruhi oleh konsentrasi estrogen vagina, makin tinggi kadarnya


makin berkurang gejala yang ditimbulkannya. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa pemakaian estradiol intra vaginal dapat mengurangi gejala klinis
Trichomonas vaginitis. (Djayakusumah, 2001)
G. PREVALENSI
Giardia lamblia
Prevalensi parasit pada anak-anak dapat dikategorikan tinggi antara 10%30%. di wilayah seperti Eropa barat dan Amerika Serikat infeksi Giardia
dihubungkan dengan masuknya airnya terkontaminasi, penyebaran dari

manusia ke manusia, masuknya turis asing. Giardia mungkin menyebabkan


2%-5% kasus diare pada negara maju.
Prevalensi Giardia lamblia di Jakarta hingga tahun 1990 adalah 4,4%.
Prevalensi Giardia lamblia di Jakarta antara tahun 1983 hingga 1990 adalah
2,9%. Sementara itu, prevalensi giardiasis secara umum di Indonesia adalah
sebesar 3,67% .

Trichomonas vaginalis
Prevalensi Trichomonas vaginalis sebesar 5-10% pada populasi umum
wanita, 50-60% pada wanita penghuni penjara dan pekerja seks komersial.
Pada wanita yang mempunyai keluhan pada vagina, prevalensi Trichomonas
vaginalis antara 18-50%; dan pada 30-50% wanita dengan gonore juga
ditemukan infeksi Trichomonas vaginalis. Prevalensi infeksi Trichomonas
vaginalis pada pria yang mengunjungi klinik penyakit menular seksual
sebanyak 6%. Infeksi Trichomonas vaginalis pada pria selalu dihubungkan
dengan uretritis non gonore, dengan prevalensi antara 1-68%.
Pada skrining serologis yang dilakukan pada orang-orang yang terlihat
sehat di rumah sakit, diperkirakan sebanyak 1/3 dari seluruh wanita mengidap
agen ini selama masa aktif seksualnya. Trichomonas vaginalis ditemukan
pada lebih dari 30% saluran urogenital pria yang pasangan wanitanya
terinfeksi Trichomonas vaginalis.
H. EPIDEMIOLOGI
Giardia lamblia
Giardiasis adalah infeksi protozoa usus yang umum di seluruh dunia dan
bersifat kosmopolit. World Health Organization (WHO) mengestimasikan
bahwa 200 juta orang akan terinfeksi setiap tahun (Swarbrick et al., 1997).
Infeksi Giardiasis lebih sering ditemukan di daerah beriklim tropik dan
subtropik daripada di daerah beriklim dingin. Terutama ditemukan di Rusia,
Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Meksiko dan bagian barat Amerika
Selatan yang akses pada air bersih dan sanitasi dasar yang kurang.
Giardia lamblia sedikitnya menginfeksi 2% orang dewasa dan 6%-8% anakanak diseluruh negara berkembang di dunia. Manusia terkena infeksi karena
makan air atau makanan yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung

kista Giardia atau karena kontaminasi tinja secara langsung, dapat timbul
pada tempat seperti pusat penitipan anak, kampung pengungsi, penjara atau
rumah sakit.
Perjangkitan edemik telah dilaporkan dari daerah permainan ski dan
daerah-daerah lain di Amerika Serikat dimana fasilitas air buangan
menanggung

beban

berlebihan

atau

kontaminasi

persediaan

air

mengakibatkan penjangkitan giardiasis yang mendadak.


Trichomonas vaginalis
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar untuk menentukan
frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan
penelitian dilakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan wanita
hamil (18 25 % di AS) dan dari klinik ginekologi ( 30 40 % di Eropa
timur ). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di RSCM Jakarta terdapat 16%
kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik ginekologi ( sample
sebanyak 1146 orang ). Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45
menit di tempat dudukan toilet, pakaian mandi dan air hangat. Penularan
perinatal ditemukan sekitar 5 % dari ibu yang terinfeksi trikomoniasis, tetapi
biasanya sembuh dengan sendirinya ( self limited ) oleh karena metabolism
dari hormon ibu.(Prasetyo H.R,2002).
Pada wanita Trichomonas vaginalis sering diketemukan pada kelompok
usia 20 49 tahun , berkembang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang
terjadi pada anak gadis. Pada penelitihan sekitar tahun enampuluhan angka
infeksi Trichomonas vaginalis mencapai tiga kali lipat dari infeksi candida
pada wanita yang telah menikah. Dan angka ini bervariasi dapat mencapai 15
% atau lebih terutama pada wanita yang kurang memperhatikan kualitas
kebersihan pribadinya (Chin J,1973).
I. DIAGNOSIS
Giardia lamblia
Giardiasis adalah infeksi yang sering terjadi di usus kecil dan disebabkan
oleh parasit Giardia lamblia. Terdapat berbagai macam penyebab seseorang

dapat terinfeksi Giardiasis. Parasit Giardia terdapat di dalam kotoran manusia


maupun hewan yang terinfeksi. Infeksi dapat terjadi apabila seseorang
tersentuh kotoran yang mengandung Giardia, lalu kumannya masuk ke dalam
tubuhnya. Penularan juga mungkin sekali dapat terjadi apabila tangan tidak
dicuci sesudah ke WC atau mengganti popok, minum air yang tercemar
Giardia, menangani hewan yang terkena infeksi dan makan makanan yang
tercemar (meskipun jarang ditemui). Penularan yang paling sering terjadi
melalui hubungan antar manusia, misalnya di dalam rumah tangga, pusat
penjagaan anak, WC umum, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Penularan
juga dapat terjadi melalui hubungan seksual yang menyangkut sentuhan
dengan kotoran atau anal seks (NSW, tanpa tahun).
Gejala Giardiasis yang umum adalah menceret, kejang perut, kembung,
mual, kotorannya pucat berminyak, badan terasa lelah dan terjadi penurunan
berat badan. Ada yang tidak menunjukkan gejala/tanpa gejala (asimtomatis),
namun penderita masih bisa menularkan penyakit ini pada orang lain. Masa
inkubasi dari Giardia sekitar 1-3 minggu, gejala infeksi akut akan mulai
muncul sesudah masa inkubasi awal kurang lebih 2 minggu. Keluhan pokok
yang terjadi setelah masa inkubasi adalah sebagai berikut (Mubin, 2008).
a. Diare atau fulminant diarrhea (dengan tinja khas: berbau menusuk, seperti
minyak dan mengapung, dapat bercampur lendir dan darah).
b. Mual (nausea) dan muntah (vomiting), muntah dapat berlangsung lebih dari
1 minggu.
c. Nyeri dan kram daerah epigastrium atau nyeri perut (abdominal pain), perut
d.
e.
f.
g.

kembung (bloating), bersendawa/glegeken (belching).


Flatulent (sering kentut).
Penurunan berat badan.
Terjadi sindrom malabsorbsi (dalam kondisi kronis).
Keluhan berlangsung 5-7 hari atau berbulan-bulan.
Diagnosis Giardiasis dapat ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Untuk memperkuat diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium


terhadap tinja atau sekret dari usus dua belas jari. Mungkin pemeriksaan tinja ini
perlu dilakukan beberapa kali, karena tidak semua tinja yang mengandung
parasit penyebab penyakit ini. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis Giardiasis antara lain sebagai berikut.

a) Pemeriksaan feses/tinja: ditemukan trofozoit dalam feses yang cair.


Dilakukan pada sediaan basah dengan pewarnaan lugol-iodin, pewarnaan
trikrom, atau metode konsentrasi (dengan formalin etil asetat). Identifikasi
Giardia lamblia pada feses didasarkan pada kista berbentuk oval, dengan
empat inti (nuclei); trofozoit berbentuk buah pir (pear-shaped), parasit rata
(flattened parasites) dengan dua nuclei dan empat pasang flagella.
b) Entero test, dengan mengambil sampel mukus duodenum.
c) Pemeriksaan Sekret duodenal.
d) Biopsi jejunum dengan endoskopi atau kapsul Crosby Kugler
(paling sensitif sekaligus paling mahal).
e) IFA dan ELISA (Enzyme-Linked-Immunosorbent Serologic Assay).
Trichomonas vaginalis
Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina. Pada kasus akut
terlihat :
a. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental, berbusa, dan
berbau. Trichomonas vaginalis menghasilkan produk metabolit
misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan
pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya
bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
b. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab (Strawberry
Appearance)
c.

Perdarahan kecil kecil pada permukaan serviks.

d.
e.
f.

Didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.


Dysuria
Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual (dispareunia) mungkin juga
merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan

g.

trikomoniasis.
Dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut

h.

bagian bawah.
Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha

atau di sekitar bibir vagina.


Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya
tidak berbusa. Pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada,
pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita.
Gejalanya antara lain :

a.
b.
c.

iritasi di dalam penis


keluar cairan keruh namun tidak banyak
rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.

Diagnosis penyakit Trikomoniasis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu


gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopik.
1. Gejala Klinis
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subyektif maupun
obyektif. Tetapi diagnosis sulit ditegakkan pada penderita pria dimana
trikomoniasis pada pria hanya dijumpai sedikit organisme Trichomonas
vaginalis dibandingkan dengan wanita penderita trikomoniasis (Chin

2.

J,2000).
Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan
sampel yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan yaitu :
a. Sediaan sekret vagina
Pengambilan sampel sekret vagina dilakukan dengan cara cara
pap smear. Kemudian buat sediaan lalu dilakukan pengecatan dan lihat di
bawah mikroskop. Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dapat juga
dilakukan dengan cara membuar sediaan dari sekret vagina yang dicampur
dengan satu tetes garam fisiologis diatas gelas obyek dan langsung dilihat
dibawah mikroskop.
Pemberian beberapa tetes KOH 10 20 % pada cairan vagina yang
diperiksa , dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita
yang positif trikomoniasis dan infeksi bacterial vaginosis. Tetapi tidak
pada

mereka

yang

menderita

vulvovaginal

kandidiasis.untuk

menyingkirkan bacterial vaginosis dari infeksi trikomoniasis dapat


diketehui dengan memeriksa konsentrasi lactobacillus yang jelas
berkurang pada trikomoniasis dan pH vagina yang basa. Pada pria
pengambilan sekret dilakukan dengan memencet gland penis sampai
cairan terkumpul diujung gland penis lalu dibuka. Pada pemeriksaan sekret
secara mikroskopik pada mereka yang terinfeksi trikomoniasis sering
dijumpai sel sel PMN yang sangat banyak , coccobacillus , serta
organisme Trichomonas vaginalis yang pada sediaan yang segar dapat
kelihatan motil (Mulyati Ompungsu,1995).

b. Sediaan sedimen urin


Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar terlebih dahulu
dengan

kecepatan

rendah

selama

menit,

kemudian

dibuang

supernatannya. Sedimen yang mengendap pada dasar tabung tersebut


diperiksa secara mikroskopis dengan lensa obyektif 10 kali atau memakai
lensa obyektif 40 kali untuk mengamatiTrichomonas vaginalis . Setelah
itu segera dilakukan pengecatan (Gracia L.S,2006).
J. TERAPI
Terapi penyakit Gardia lamblia
Giardiasis dapat diobati dengan menggunakan obat-obatan yang dapat
membunuh parasit Giardia lamblia. Orang yang terinfeksi dapat kehilangan
banyak cairan akibat diare dan beresiko untuk mengalami dehidrasi. Oleh
karena itu, penderita khususnya anak-anak, harus dipastikan minum air dalam
jumlah yang cukup. Obat pilihan (drug of choise) yang digunakan dalam
pengobatan Giardiasis adalah metronidazo. Selain itu, terdapat beberapa obat
yang juga digunakan dalam pengobatan Giardiasis dengan dosis yang
berbeda-beda (Mubin, 2008).
a. Metronidazole (flagyl)
- Dosis 10-15 mg/Kg berat badan/hari maksimal 750 mg per oral, dibagi
3 dosis, selama 5-10 hari.
b. Furazolidone (furoxone)
- Dosis 5-8 mg/Kg berat badan/hari maksimal 400 mg per oral,
dibagi 4 dosis, selama 10 hari.
c. Inakrin (atabrine)
- Dosis 6 mg/Kg berat badan/hari maksimal 300 mg per oral,
dibagi 3 dosis, selama 7-10 hari.
d. Kuinakrin hidroklorida (Quinacrine)
- Dosis 3 x 100 mg selama 5 hari.
e. Paromomisin (golongan aminoglikosida), dianjurkan untuk pengobatan pada
wanita hamil.
Jika setelah pengobatan belum sembuh (Treatment Failure), ulangi
terapi obat hingga 21 hari dengan dosis yang lebih ditinggikan. Orang yang
tinggal dengan penderita atau mengadakan kontak seksual dengan penderita,
harus menjalani pemeriksaan oleh dokter dan (bila perlu) menjalani
pengobatan sebagai antisipasi penularan Giardiasis.

Pencegahan Giardiasis
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
agar tidak terserang Giardiasis, diantaranya sebagai berikut (NSW, tanpa
tahun).
a) Pastikan air yang akan diminum bersih. Bila bepergian ke daerah endemis
giardiasis, gunakanlah larutan iodin 2% untuk mensterilkan air minum.
Pemanasan air minum hingga 50 derajat Celsius dapat membunuh kista
Giardia lamblia.
b) Pengelolaan sistem pembuangan (septic tank) dan sanitasi yang baik.
c) Menghindari memakan sayuran dan makanan yang tidak dimasak terlebih
dahulu.
d) Hindari memakan buah yang tidak dikupas terlebih dahulu.
e) Selalu cucin tangan dengan seksama memakai sabun, dan kucuran air
sesudah ke WC, menangani binatang, mengganti popok, tersentuh kotoran,
dan sebelum menyiapkan makanan dan minuman.

Terapi penyakit Trichomonas vaginalis


Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar segera
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami kelainan
berupa keluarnya keputihan yang berbau dan berubah warna menjadi
kekuningan yang berasal dari alat kelamin mereka. Dan jangan melakukan
hubungan seksual sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengobatan secara
tuntas. Hindari pemakaian barang barang ataupun air yang telah
terkontaminasi olehTrichomonas vaginalis (Djayakusumah S.T,2001).
Mengobati dengan memberikan obat golongan nitroimidazole
hanyalah satu satunya obat yang diakui efektif untuk mengobati
Trichomoniasis,

dengan

dosis

tunggal

metronidazol.

Resistensi

metronidazol jarang terjadi. Isolat T. vaginalis yang resisten secara klinis


biasanya menunjukkan peningkatan konsentrasi mematikan minimum
untuk metronidazol dalam kondisi pertumbuhan aerobik tapi tidak banyak
ketika dalam kondisi anaerobik.
Centers for Diseases Control and Prevention

(CDC)

merekomendasikan regimen untuk mengobati

adalah

Trichomoniasis

metronidazol 2 gram secara oral diberikan dalam dosis tunggal. Angka

kesembuhan sekitar 90-95%. Rejimen alternatif adalah metronidazol 500


mg 2 kali sehari selama 7 hari. Jika perawatan gagal, pasien harus kembali
diobati dengan metronidazole 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari. Jika
gagal lagi, pasien harus diobati dengan 2 gram metronidazole sekali sehari
selama 3-5 hari. Baik metronidazole atau tinidazol, sebuah nitroimidazole
generasi kedua dalam 2 gram dosis tunggal oral, atau metronidazole 400
mg 2 kali sehari selama 5-7 hari digunakan jika dosis tunggal gagal.

BAB III
PENUTUP
1. Giardiasis adalah infeksi yang sering terjadi di usus kecil dan
disebabkan oleh parasit Giardia lamblia. Trikomoniasis merupakan
penyakit

infeksi

protozoa

yang

disebabkan

Trichomonas

vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering


menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun
pria.
2. Siklus hidup Giardia lamblia, Stadium trofozoid. Bentuk tropozoid
bilateral simetris, seperti raket badminton yang bagian anteriornya
membulat dan bagian posteriornya runcing.
3. Siklus hidup Trichomonas vaginalis dilengkapkan dengan single
host yaitu sama ada wanita atau laki-laki.
4. Stadium Inaktif Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu
bentuk trofozoit dan kista.
5. Stadium Inaktif Trichomonas hanya ada dalam bentuk trofozoit dan
tidak terdapat dalam bentuk kista.
6. Predileksi Giardia lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu
duodenum dan bagian proksimal yeyunum dan kadang-kadang di
saluran dan kandung empedu.

7. Predileksi Trichomonas vaginalis yaitu parasit bersifat


kosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita.
8. Prevalensi Giardia lamblia di Jakarta hingga tahun 1990 adalah
4,4%. Prevalensi Giardia lamblia di Jakarta antara tahun 1983
hingga 1990 adalah 2,9%. Sementara itu, prevalensi giardiasis
secara umum di Indonesia adalah sebesar 3,67% .
9. Prevalensi Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar
untuk menentukan frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau
negeri, karena kebanyakan penelitian dilakukan pada golongan
tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 25 % di AS) dan
dari klinik ginekologi ( 30 40 % di Eropa timur ). Di Indonesia
berdasar hasil penelitian di RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari
klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik ginekologi ( sample
sebanyak 1146 orang ).
10.

DAFTAR RUJUKAN
Andriyani , Yunilda 2005. Trichomonas vaginalis Protozoa Patogen
Saluran Urogenital. Universitas Sumatera Utara Repository.
Brown, W Harold. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Terjemahan Bintari
Rukmono. Jakarta: Gramedia.
Chin J, Ascher MS. 2000. Trichomoniasis. In Control of Communicable
Disease Manual. 17th ed. Washington DC. American Public
Health Ass
Cook, G. 2009. Trichomonal Infection. Saunders Elsevier, Amsterdam.
Dian Meutia Putri. 2011. Parasitologi. Bandung: yrama widya.
Djayakusumah S.T. Trikomoniasis. Penyakit Menular Seksual. Ed. 2, 2001
Djuanda, A. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Herbowo, Agus Firmansyah. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari
Pediatri, Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 198 203
Margono, Sri S. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Mubin, H. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis dan
Terapi Edisi 2. Jakarta: EGC.
NSW. Tanpa tahun. Multi Cultural Health Comunication: Giardiasis.
Indonesia: NSW Goverment.
Prasetyo, R. H. 2002. Pengantar Praktikum Helmintologi Kedokteran, ED
2. Surabaya : Airlangga University Press.
Prasetyo H. R. 2000.Pemeriksaan Eksudat Urogenital dan Pemeriksaan
Urine.
Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bandung: CV. Yrama
Widya.
Sitti Wahyuni,Dr. 2012. Parasit Pada Organ Urogenitalia Dan Parasit Yang
Mengganggu Kehamilan. Departemen Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin
Sudewa,

Ari.

2010.

Klasifikasi

Protozoa.

(Online),

(http://arisudev.wordpress.com /2010/08/15/protozoa/, diakses


tanggal 8 November 2011).
Tovar, Jorge, Avila G.L., Sanches L.B., Sutak R., Tacezhi J., Giezen M.,
Hernandez M., Muller M., and Lucocq J. 2003. Mitochondrial

Remnant Organelles of Giardia Function in Iron-Sulphur


Protein Maturation. Journal of Nature Vol. 426 Page 172-176.

Anda mungkin juga menyukai