Anda di halaman 1dari 9

Proteus mirabilis

I. DASAR TEORI
Proteus mirabilis merupakan bakteri patogen pada manusia karena dapat
mengakibatkan infeksi saluran kemih (Nemati, 2013). Penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Proteus mirabilis dapat disembuhkan dengan menggunakan antibiotik, tetapi
penggunaan antibiotik yang berlebihan menyebabkan bakteri menjadi
resisten,sehingga pengobatan akan menjadi tidak efektif dan menimbulkan efek
sampingyang besar (Darsana et al., 2012; Khunaifi, 2010).

A. Klasifikasi Proteus
Domain : Bakteri
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Proteus
Spesies : Proteus vulgaris
Proteus morganii
Proteus mirabilis
Proteus rittgeri.

B. Morfologi
Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel
seperti tongkat, panjang 1-3 um dan lebar 0,4-0,6 um, walaupun pendek dan
gemuk bentuknya kokus biasa. Dalam kultur muda yang mengerumun di media
padat, kebanyakan sel panjang, bengkok, dan seperti filamen, mencapai 10, 20,
bahkan sampai panjang 80 um.
Dalam kultur dewasa, organisme ini tidak memiliki pengaturan
karakteristik : mereka mungkin terdistribusi tunggal, berpasangan atau rantai
pendek. Akan tetapi, dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel filamen
membentang dan diatur konsentris seperti isobar dalam diagram angin puyuh.
Kecuali untuk varian tidak berflagella dan flagella yang melumpuhkan, semua
jenis dalam kultur muda aktif bergerak dengan flagella peritrik.
Flagella tersebut terdapat dalam bnayak bentuk dibanding kebanyakan
enterobakter lain, normal dan bentuk bergelombang kadang-kadang ditemukan
bersama dalam organisme sama dan bahkan dalam flagellum yang sama. Bentuk
flagellum juga dipengaruhi pH media.
Proteus vulgaris adalah berbentuk batang, Gram-negatif bakteri yang
mendiami tractus usus hewan dan manusia dan dapat
patogenik. P. vulgaris membentuk bagian alami dari flora usus pada hewan dan
manusia, dan juga ditemukan dalam tanah dan air. Pada orang yang sistem
ketahanannya tertekan dapat oportunistik patogen, menyebabkan infeksi saluran
kemih, pneumonia atau septicemia. Tidak seperti relatif Proteus mirabilis, P.
vulgaris tidak peka terhadap untuk ampisilin dan cephalosporins.

C. Siklus Hidup
Sebenarnya Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran
cerna manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika
bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi
bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki
muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa
karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat
dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa
ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman

D. Gejala Klinis
Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar.
Enzim urease yang menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan
urin bertambah basa. Jika tidak ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat
memicu pembentukan kristal sitruvit (magnesium amonium fosfat), kalsium
karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan pada batu/kristal tersebut,
bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah pengobatan
dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin
cepat dan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Proteus mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan
induksi ke sistem respon inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat
pula menyebabkan pneumonia dan juga prostatitis pada pria.
Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi
kencing dan adanya sel darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan
mudah diketahui dan termasuk sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi,
hematuria (adanya darah merah pada urin), sakit akibat pembengkakan bagian
paha atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini memiliki gejala demam, sakit
pada dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri ini,
gejalanya demam, pembengkakan prostat.
Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di
rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril,
seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk
pemeriksaan luka

E. Penularan dan Pengobatan


Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di
rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril,
seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk
pemeriksaan luka.
Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis
penisilin atau sefalosporin kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila
digunakan nitrofurantoin atau tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi
terhadap ampisilin, trimetoprim, dan siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal,
dokter bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.

F. Pemeriksaan Laboratorium
Berdasarkan tes fermentasi di laboratorium, P.vulgaris memfermentasi glukosa,
dan amygdalin, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau manitol. P.vulgaris juga
memberikan hasil positif untuk Metil Merah (campuran asam fermentasi) dan
juga bergerak aktif menggunakan flagellnya. Kondisi pertumbuhan yang optimal
organisme ini berada dalam lingkungan anaerobik fakultatif dengan suhu rata-rata
sekitar 23 derajat Celcius.
Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota)
dan Pseudomonas spesies adalah mikroorganisme yang paling sering bertanggung
jawab atas bakteremia gram-negatif.
Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan
kemungkinan penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang
tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang, yang memiliki kateter jangka
panjang saluran kencing, atau yang memiliki sejarah yang telah diketahui
kelainan anatomis uretra.
ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa
organik dan anorganik, yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite
batu terdiri dari kombinasi magnesium amonium fosfat (struvite) dan kalsium
karbonat-apatit. Struvite pembentukan batu dapat dipertahankan hanya bila
produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk mengurangi kelarutan
fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi dengan
organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease memetabolisme
urea menjadi amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2. Amonia/amonium
pasangan buffer memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air kencing yang
sangat kaya alkali dalam amonia. Gejala yang timbul struvite batu jarang terjadi.
Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK, nyeri panggul, atau hematuria dan
ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).

II. ALAT dan BAHAN


 Alat :
1. Oshe lup dan oshe jarum
2. Pipet tetes
3. Inkubator
4. Petridish
5. Oven (untuk kondensasi)
6. Tabung reaksi
7. Kapas lemak
8. Koran
9. Karet
10. Autoclave
11. Bunsen

 Bahan :
1. Sampel
2. Media pemupuk buillon
3. Media Mac Conkey
4. Media TSIA
5. Media Biokimia (MR, VP, Air pepton, Maltosa, Latosa, Sukrosa, Maltosa,
Glukosa, Urea, Simon Citrat, Semi Solid)
6. Reagen α-naftol 0,5 %
7. KOH 40%
8. Methil red reagen covac

III. CARA KERJA


1. Menginokulasi sampel kedalam media pemupuk Buillon
2. Menginkubasi biakan kuman yang telah diinokulasi ke media Bullion pada suhu
37ºC selama 24 jam
3. Kemudian mengambil biakan kuman dari media pemupuk Buillon dengan bantuan
oshe steril dan menginokulasi biakan tersebut ke media Mac Conkey
4. Menginkubasi biakan tersebut pada suhu 37ºC selama 24 jam
5. Mengidentifikasi hasil koloni pada media Mac Conkey
6. Lalu inokulasi biakan kuman tersebut ke media TSIA dan inkubasi pada suhu
37ºC selama 24 jam
7. Sesudah diinkubasi, amati dan identifikasi adanya perubahan meliputi lereng,
dasar, H2S dan gas
8. Hasil koloni yang tumbuuh di media TSIA, kemudian diinokulasikan ke media
biokimia yang meliputi media MR, VP, Air pepton, Maltosa, Latosa, Sukrosa,
Maltosa, Glukosa, Urea, Simon Citrat, Semi Solid
9. Kemudian inkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
10. Setelah itu, mengidentifikasi hasil inokulasi pada beberapa media biokimia
dengan melihat pertumbuhan dan fermentasi pada media
11. Setelah didapat hasil dari beberapa uji pada media, kemudian mencocokkan hasil
ui tersebut dengan tabel dan menyimpulkan spesies bakteri

IV. HASIL PEMERIKSAAN

 Hasil pada media Mac Conkey


Media Mac Conkey Media Mac Conkey
(Sebelum Inokulasi) (Sesudah Inokulasi)

Keterangan :
Pada media MCA didapatkan pertumbuhan koloni yaitu memiliki ciri-ciri koloni
sedang besar, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar permukaan oloni rought
(kasar). Koloni berwarna putih disebabkan karena bakteri tidak mampu memecah
laktosa pada media.

 Hasil pada media TSIA

Media TSIA Media TSIA


(Sebelum Inokulasi) (Sesudah Inokulasi)

Hasil :

 Dasar : alkali
 Lereng: alkali
 H2S : +
 Gas : -

Keterangan :
 Dasar pada media TSIA berwarna merah. Hal tersebut menandakan bahwa
bakteri tidak mampu memfermentasikan glukosa, laktosa dan sukrosa
pada media sehingga terbentuk suasana basa.
 lereng media berwarna merah. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri
tidak mampu menfermentasikan laktosa, glukosa atau sukrosa sehingga
tidak tercipta suasana asam.
 Terbentuk endapan hitam pada media yang menandakan bahwa
bakteri memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut
digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus samping –SH
sehingga akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan FeSO4 dan
membentuk endapan hitam FeS.
 Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa
bakteri mampu menghasilkan gas.

 Hasil pada media Biokimia

MR VP Air Pepton Maltosa

Laktosa Sukrosa Manosa Glukoa


Urea Simon Citrat Semi solid

Keterangan :
1. MR
 Hasil : +
setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media terbentuk cincin
merah yang menandakan bahawa bakteri menghasilkan ion H- sehingga
pH ±4,4.

2. VP
 Hasil : -
setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tidak
membentuk cincin merah. Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan
butanadiol oleh bakteri.

3. Air Pepton
 Hasil : -
pada air Pepton bakteri tidak menggunakan Triptofan sebagai sumber
karbon. Sehingga pada kedua media tidak menghasilkan cincin berwarna
merah.

4. Maltosa
 Hasil : -
Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media
gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri
tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut sehingga tidak
terbentuk suasana asam.

5. Laktosa
 Hasil : -
Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media
gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri
tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut sehingga tidak
terbentuk suasana asam.
6. Sukrosa
 Hasil : -
Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media
gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri
tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut sehingga tidak
terbentuk suasana asam.

7. Maltosa
 Hasil : -
Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media
gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri
tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut sehingga tidak
terbentuk suasana asam.

8. Glukosa
 Hasil : +
Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna indicator yang
terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna
tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu
memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.

9. Urea
 Hasil : +
hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea dan
membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah muda karena
adanya indicator phenol red.

10. Simon Citrat


 Hasil : +
didapatkan hasil positif(+), sebab terjadi perubahan warna pada media
yakni dari hijau menjadi biru. Ini disebabkan bakteri Proteus merupakan
salah satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk
metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.

11. Semi Solid


 Hasil : +
karena bakteri ini mempunyai flagel bentuk peritrik sehingga terjadi
motilitas pada media semi solid.

V. KESIMPULAN
Dari hasil identifikasi dan isolasi yang telah dilakukan (pewarnaan, pembiakan, uji
biokimia dan gula-gula) pada bakteri biakan yang selanjutnya dicocokkan dengan
tabel bakteri, dapat disimpulkan bahwa hasil uji menunjukkan pada bakteri
bakteri Proteus mirabilis..

Anda mungkin juga menyukai