Anda di halaman 1dari 20

NAMA : Yan Keiya

Nim : 711345319118
Tingkat/Semester : 2/3
Mata Kuliah : Parasitologi 1
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-
satunya golongan ciliata manusia yang patogen,
menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysentri. Organisme ini dijumpai pada daerah
tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa ini berparasit pada babi,
sedangkan strain yang ada, beradaptasi terhadap hospes definitif lainnya termasuk
orang.
Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host,
hidup di dalam usus besar manusia, babi dan kera. B.coli dalam siklus hidupnya
memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista. Lingkaran
hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat
membelah diri sebagaimana layaknya E.histolitica.

Protozoa B. coli hidup dalam caecum dan colon manusia, babi, kelinci, tikus
dan hewan mamalia lainnya. Parasit ini tidak langsung dapat menular dari hospes
satu ke lainnya, tetapi perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri supaya dapat
bersimbiosis dengan dengan flora yang ada dalam hospes tersebut. Bilamana sudah
beradaptasi pada suatu hospes, protozoa akan berubah menjadi patogen terutama
pada manusia. Pada mamalia lain kecuali jenis primata, organisme tersebut tidak
menimbulkan lesi apapun, tetapi akan menjadi patogen bilamana mukosa terjadi
kerusakan oleh penyebab lain (infeksi sekunder).

Trophozoit akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya


terjadi pada pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi.

Fase cyste terjadi pada waktu inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi
secara sexual ataupun asexual. Precyste terjadi setelah keluar melalui feses yang
merupakan faktor yang penting dari epidemiologi penyakit. Infeksi terjadi bila cyste
termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena kontaminasi makanan dan
minuman. Balantiudium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi bila orang
mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi
mengandung asam lemah.
Klasifikasi

Domain: Eukarya
Kingdom: Chromalveolata
Superphylum: Alveolata
Phylum: Ciliophora
Class: Litostomatea
Order: Vestibuliferida
Family: Balantiididae
Genus: Balantidium
Species: B. coli

B. Morfologi

Genus balantidium mempunyai satu spesies yaitu Balantidium coli adalah


protozoa yang terbesar pada manusia dan hewan. Parasit ini mempunyai dua tipe
hidup yaitu bentuk vegetatif dan bentuk kista. Parait ini ditemukan diseluruh dunia
yang beriklim subtropik dan tropik , tetapi frekuensinya rendah.
Hospes parasit ini adalah babi dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah
tropik. Tapi kadang – kadang parasit ini ditemukan pada manusia dan meyebabkan
kerugian karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit.
Bentuk vegetatif adalah lonjong, besarnya 60 – 70 mikron atau lebar tubuhnya
30 – 100 mikron dan lebar 30- 80 mikron. Pada bagian anterior yang agak
menyempit, terdapat sitostom yang berfungsi sebagai mulut.bagian posterior
bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping ( cytopyge ) yan
berfungsi sebagai alat pengeluaran zat – zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh
tubuhnya terdapat bulu getar atau cilium. Cilium itu tersusun dalam baris – baris
longitudinal. Pada sitostom terdapat bulu getar yang agak panjang. Fungsi bulu getar
ialah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua buah inti
yang khas yaitu Mempunyai inti dua tipe yaitu inti jenis makronukleus dan
mikronukleus yang berbentuk ginjal dan satu mikronukleus kecil bulat.Selain inti
ditemukan juga 1 – 2 buah vakuol kontraktil dan banyak vakuol makanan.
Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan
berdinding tebal dan berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat
cilia namun dapat menghilang bila dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 –
65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus, kista yang hidup masih
mempunyai bulu getar yang masih bergerak.
Gambar morfologi tropozoit Balantidium coli

Gambar morfologi tropozoit Balantidium coli

Gambar morfologi kista Balantidium coli

C. Siklus Hidup

Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat


menginfeksi manusia dan hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang
terbesar.Habitat parasit ini adalah didalam usus besar pada hewan dan
manusia. Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 – 2 hari pada suhu
kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum.
Bentuk kista ini adalah bentuk infektif.Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di
dinding usus halus. Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera
berkembangbiak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Setelah itu
balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur.Bentuk kista dan bentuk vegetatif
keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus dan ikut
mengalir bersama aliran darah menuju organ – organ lain misalnya ke pulmo ( paru –
paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal.Lalu
membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses.

Reproduksi

Bentuk vegetatif selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk
yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula
mikronukleus yang membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga
menjadi dua organisme yang baru. Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin
(konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan
membelah jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang
menguntungkan.Misalnya tidak ada pejantan.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibantuk sel
kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah
membentuk makrogamet dan mikrogamet.Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti
zigot membelah menjadi banyak yang disebut sporozoit. Proses ini
disebut sporogoni.
Epidemiologi

Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi
tinggi berkisar anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli danBalantidium
suis. Spesies Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium
suis tidak dapat ditularkan kepada manusia.
Tetapi babi tidak satu-satunya hewan dimana parasit ditemukan. Jepang dalam
sebuah kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubung dgn Hewan
mamalia, Balantidium coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji (dengan
boars liar dan babi yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima
jenis spesies non manusia: Simpanse (Pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey
(Saimiri sciurea), Kudus yakis (Comopithecus hamadryas), dan Jepang macaque
(Macaca fuscata). Dalam studi lainnya, adalahBalantidium coli juga ditemukan di
spesies dari pesanan Rodentia dan Carnivora.
Bukti epidemiologi yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama
daripada infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi
infeksi rendah pada manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat
antara mereka dengan babi dan manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain”
babi. Bila terjadi suatu wabah maka manusia yang menjadi sumber infeksi utama, di
mana penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari makanan yang terkena
kontaminasi.
Patogenesis dan Gejala Kliniks

Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit
yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk
vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah.manjadi ulkus yang
menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput
lendir usus besar.Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat
fatal.Biasanya disertai dengan sindrom disentri.Penyakit dapat menjadi menahun
dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan
kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan
gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar.
Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal,
misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis.Pernah ditemukan
bahwaBalantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium
coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar.

Balantidiasis
1. Identifikasi.
Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare atau disenteri diikuti
dengan kolik abdominal, tenesmus, nausea dan muntah-muntah.Biasanya disenteri
disebabkan oleh amebiasis, dengan kotoran yang berisi banyak darah dan lendir tapi
sedikit pus.Invasi ke peritoneum atau saluran urogenital jarang terjadi.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista
dari balantidium coli pada kotoran segar, atau trofozoit ditemukan melalui
sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.
Balantidium coli, protozoa besar dengan silia.
3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang
bersifat “water borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat
buruk.Kontaminasi lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan
jumlah kasus.Wabah besar pernah terjadi di Equador pada tahun 1978.
4. Reservoir.
Babi, kemungkinan juga hewan lain, seperti tikus dan primata selain manusia.
5. Cara Penularan.
Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi; pada saat
wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi.Penularan sporadis
terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan
makanan yang terkontaminasi.
6. Masa Inkubasi.
Tidak diketahui, mungkin hanya beberapa hari.
7. Masa Penularan.
Selama infeksi.
8. Kerentanan dan Kekebalan.
Sebagian besar orang sepertinya memiliki kekebalan alami. Orang dengan keadaan
umum yang jelek karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini
akan menjadi serius bahkan fatal.
9. Cara Cara Pemberantasan.

Cara Pencegahan :
1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.
2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi
kesehatan.
3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.
4) Kurangi kontak dengan kotoran babi.
5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi
kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan
cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit
untuk diminum lebih baik dimasak.

B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :


1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : laporan resmi tidak diperlukan, Kelas
5 (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : tidak dilakukan.
3) Disinfeksi serentak : pembuangan kotoran yang saniter.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi : tidak dilakukan
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota
rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang
kontak dengan babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.
7) Pengobatan spesifik: Tetrasiklin dapat menghilangkan infeksi; pengobatan dengan
metronidazole (Flagyl) juga efektif .
Kesimpulan
Balantidium coli merupakan protozoa usus terbesar dan satu-satunya
golongan ciliata manusia yang patogen. Balantidium coli menyebabkan penyakit
balantidiasis.Penyakit ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui adanya kontak,
terutama dengan hewan babi.
Gejala klinik dari balantidiasis adalah diare dengan konstipasi, tidak nafsu
makan, muntah, cachexia. Terkadang juga dapat menyebabkan gangguan ekstra
intestinal, urethritis dan peritonitis
Diagnosisnya dengan cara ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja encer dan
kista dalam tinja padat.

JURNAL IDENTIFIKASI PARASIT


PADA IKAN BANDENG
IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN BANDENG

(Chanos-chanos)

Adelaide MU (4443090564), Mega M (4443091412), M. Zaelani (4443090856) Nico (4443080949),


Siti lulu AM (4443091070), yudha A (4443092512)

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYSA

2011

ABSTRAK

Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan penghasil protein hewani tinggi, memiliki bentuk tubuh
memanjang, padat, pipih, dan oval. Kepala tidak bersisik, mulut terletak diujung dan berukuran kecil
dan rahangnya tanpa gigi. Parasit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup pada organisme lain
yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan
(inang) akan mengalami kerugian. Parasit ikan ada pada lingkungan perairan yang ada ikannya, tetapi
belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Parasit yang ditemukan dalam praktikum kesehatan
ikan dengan objek ikan bandeng adalah Trichodina sp. dan Lernea sp. Merupakan pengamatan pada
sisik dan lendir ikan bandeng.

Kata kunci : Ikan bandeng, identifikasi, parasit, Trichodina sp., Lernea sp.,

I. PENDAHULUAN

Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan
ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama
enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa
Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish). Ikan
bandeng memiliki nama latin Chanos chanos, merupakan ikan campuran antara air asin dan
air tawar atau payau. Ikan bandeng merupakan ikan laut dengan daerah persebaran yang
sangat luas yaitu dari pantai Afrika Timur sampai ke Kepulauan Tua mutu, sebelah timur
Tahiti, dan dari Jepang Selatan sampai Australia Utara. Ikan ini biasanya terdapat di daerah
Tropika dan Sub Tropika Ikan bandeng memiliki nama lain yaitu Milkfish.

Gambar 1. Ikan bandeng

Klasifikasi ikan bandeng yaitu :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Classis : Pisces

Sub Classis : Teleostei


Ordo : Malacopterygii

Familia : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Jenis-jenis ikan bandeng yaitu ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan
dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang anusnya yang hanya dua buah dan
ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang anus tiga buah dan
ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan.

Morfologi Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping
dan ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak.
Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata
dan tidak memiliki sungut. Ikan ini memiliki tubuh langsing dengan sirip ekornya bercabang
sehingga mampu berenang dengan cepat. Warna tubuhnya putih keperak – perakan. mulut
tidak bergerigi sehingga menyukai makanan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan
(herbivora)

Habitat ikan bandeng di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung
berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan
baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair
payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah
dewasa dan bisa berkembang biak. Ikan muda (disebut nener) Ikan ini dapat hidup sampai ke
pinggiran dan tengah laut kemudian secara kontinyu akan kembali ke perairan dangkal atau
tepi pantai untuk bertelur. Ikan bandeng lebih menyenangi perairan dangkal dengan banyak
tanaman bakau di sekitarnya.

Penyakit pada organisme perairan seperti halnya ikan bandeng didefinisikan sebagai sesuatu
yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara
umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi
disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi
disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan
Liviawaty, 2003).

Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari
tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami
kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai
habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah
lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya
(Kabata, 1985).

Adapun pengertian lain dari Parasit yaitu hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada
tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Dengan kata lain
parasit hidup dari pengorbanan inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri,
virus, dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zat makanan dari inangnya.

Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan
ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi
lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi
dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi
mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap
berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena
meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat ( Irianto, 2005).

Daelami (2002) mengatakan bahwa parasit ikan terdapat pada lingkungan perairan yang ada
ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya
tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak
diperlemah oleh berbagai sebab.

Infeksi yang terjadi pada ikan karena serangan parasit merupakan masalah yang cukup serius
dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain. Parasit bisa menjadi wabah bila diikuti
oleh infeksi sekunder. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi organisme
penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar. Akan tetapi,
selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian, parasit dalam
kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu menimbulkan infeksi (Irawan, 2000).

Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ektoparasit
(eksternal) dan endoparasit (internal), Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar
kulit,sisik,lender,dan insang. Sement ara itu endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam
Alifudin, (1996).

Ada tiga kemungkinan penyebab kematian populasi ikan di kolam atau di perairan lain, yaitu
stress linkungan atau keracunan, infeksi mikroba dan infeksi metazoan. Kesehatan ikan dalam
akuakultur adalah hal yang paling penting. Dan tentunya kesehatan ikan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, nutrisi dan patogen. Penyakit diartikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau
fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup
seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup
seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan.

Parasit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil
makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan
mengalami kerugian. Menurut Supriyadi (2004) berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu obligat dan fakultatif. Obligat yaitu parasit yang hanya bisa hidup jika
berada pada inang. Fakultatif yaitu parasit yang mampu hidup di lingkungan air jika tidak ada inang
disekitarnya.

Dialam parasit mempunyai peranan penting dalam dalam suatu ekosistem. Sedangkan dalam
budidaya kehadiran parasit sangat dihindari. Parasit ikan ada pada lingkungan perairan yang ada
ikannya, tetapi belum tentu menyebabkan ikan menderita sakit. Ikan sebenarnya mempunyai daya
tahan terhadap penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan yang baik dan tubuhnya tidak
diperlemah oleh berbagai sebab. Kolam yang tidak terawat merupakan tempat yang baik bagi
organisme penyebab infeksi penyakit yang mungkin telah ada pada kolam atau juga berasal dari luar.
Akan tetapi, selama kolam terjaga dengan baik serta lingkungan yang selalu mendapat perhatian,
parasit dalam kolam maupun yang dari luar tidak akan mampu menimbulkan infeksi. Serangan parasit
merupakan masalah yang cukup serius dibanding dengan gangguan yang disebabkan oleh faktor lain.
Penyerangan yang disebabkan oleh parasit biasanya tidak dapat diketahui gejalanya sehingga baru
sadar ketika ikannya sudah mati dalam jumlah yang besar.

Berdasarkan cara penyerangan, parasit dibedakan atas 2 golongan yaitu golongan ektoparasit
(eksternal) dan endoparasit (internal), Ektoparasit adalah parasit yang menyerang bagian luar
kulit,sisik,lender,dan insang. Sement ara itu endoparasit adalah parasit yang menyerang bagian dalam.
Pada siklus hidupnya, parasit memerlukan inang. Berdasarkan sifatnya parasit dibedakan menjadi
Parasit fakultatif : merupakan organisme yang sebenarnya hidup bebas, tetapi karena kondisi tertentu,
mengharuskan organisme tersebut hidup sebagai parasit sehingga sifat hidup keparasitannya tidak
mutlak. Parasit obligat : Parasit obligat yaitu semua organisme yang untuk kelangsungan hidup dan
eksistensinya mutlak memerlukan hospes. Parasit Insidental atau Sporodis: Parasit ini merupakan
suatu parasit yang karena sesuatu sebab berada pada hospes yang tidak sewajarnya. Dan parasit
Eratika : parasit ini merupakan parasit yang terdapat pada hospes yang wajar tetapi lkasinya pada
daerah yang tidak wajar.

II. BAHAN DAN METODOLOGI

Pada praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan Bandeng (Chanos-chanos) pada mata
kuliah Kesehatan Ikan, di lakukan pengamatan di Laboratorium Budidaya Perikanan Lantai 3
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Banten. Pada tanggal 13 Desember 2011 hari Selasa pada
pukul 13.00 WIB. Dan pada praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan bandeng
membutuhkan alat-alat dan bahan sebagai penunjang kegiatan praktikum. Di antaranya di gunakan
objek ikan bandeng sebagai bahan utama dalam kegiatan praktikum ini. Selain itu air pun di butuhkan
sebagai media sterilisasi pada kegiatan praktikum serta larutan fisiologi sebagai media untuk
mematikan parasit pada ikan dan alat yang digunakan adalah Mikroskop di gunakan sebagai media
penglihatan atau pembesaran untuk hasil objek yang berukuran kecil, baskom di gunakan sebagai
tempat menyimpan ikan bandeng, pisau di gunakan untuk pengambilan lendir pada tubuh ikan,
gunting untuk alat bedah, gelas objek untuk menyimpan hasil lendir, kantong plastik di gunakan untuk
membuang bahan – bahan yang telah selesai di teliti. Kemudian pada praktikum ini memiliki prosedur
kerja atau tahapan – tahapan dari praktikum mengenai identifikasi parasit ikan bandeng. Setiap
mahasiswa/mahasiswi mulai mengambil ikan bandeng lalu mulai mencari parasit yang ada di ikan
bandeng tersebut dengan mengambil lendir ikan, insang dan kulit ikan bandeng kemudian lendir,
insang dan kulit di letakkan kedalam gelas objek dan dilihat atau diamati parasit satu persatu dengan
mikroskop sehingga terlihat parasit dalam preparat tersebut, kemudian hasilnya dicatat. Dan jangan
lupa pada pengamatan yang di lakukan di mikroskof harus di seting dulu perbesaran kaca lensa
objeknya, selain itu media yang di temukan harus di tetesi larutan fisiologi sebagai media agar parasit
yang di temukan pada ikan bandeng mati dan akhirnya tidak bergerak. Setelah terkumpul semua dari
hasil pengamatan kemudian di catat hasilnya.

III. HASIL

Pada praktikum mengenai identifikasi parasit pada ikan bandeng pada mata kuliah kesehatan
ikan di dapatkan data hasil praktikum identifikasi parasit pada ikan bandeng yang dihasilkan seperti
disajikan pada tabel 1. Hasil yang di dapat pada tabel ini memiliki 2 jenis parasit yang bersumber dari
lendir ikan bandeng dan insang ikan bandeng. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat hasil dari kegiatan
praktukum, pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Parasit Pada Ikan Bandeng

NO SAMPEL NAMA GAMBAR ∑

1 Ikan bandeng Tricodina sp. 1

2 Ikan bandeng lernea sp. 1


Dan dari hasil identifikasi parasit pada ikan bandeng pada tabel di atas juga dapat dilihat pada hasil
grafik yang lebih mudah di baca dan di mengerti oleh kita.

Grafik 1. Parasit Pada Ikan Bandeng


IV. PEMBAHASAN

Di dalam hasil praktikum yang di dapat dari identifikasi melalui mikroskof dengan median gelas
objek sebagai wadah dari parasit yang di dapat pada ikan bandeng yang telah diidentifikasi pada
praktikum mata kuliah kesehatan ikan di peroleh hasil identifikasi parasit Trichodina sp. dan Lernea
sp. Untuk lebih jelasnya mengenai parasit yang di dapat pada tubuh ikan bandeng dapat kita lihat pada
pembahasan mengenai kedua parasit di bawah ini.

Trichodina sp.

Gambar 2. Trichodina sp.

Adapun klasifikasi dari parasit Trichodina sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut:

Filum : Protozoa

Sub filum : Ciliophora

Klas : Ciliata

Ordo : Petrichida

Sub ordo : Mobilina

Famili : Trichodinidae

Sub famili : Trichodininae

Genus : Trichodina

Spesies : Trichodina sp.

Trichodina sp. adalah parasit yang menyerang hampir semua spesis ikan tawar, dan termasuk
salah satu parasit yang kosmopolit karna ditemukan hampir diseluruh perairan, susanto (2000). Pada
dasarnya parasit ini bukan sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih
dulu terkena parasit lain, misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan
bahwa parasit ini sebagai infeksi sekunder, ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda
antara lain terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan
punggung, nafsu makan hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah
banyak sehingga ikan nampak mengkilat.

Selanjutnya menurut Budi Sugianti (2005), Beberapa penelitian membuktikan bahwa


ektoparasit Trichodina mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya kebal
tubuh ikan dan terjadinya infeksi sekunder. Berdasarkan hasil pengamatan pada sisik ikan bandeng
dengan mikroskop, dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp., yang juga dikenal
dengan Trichodiniella sp., dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang bisa menyerang kulit ikan
maupun insang pada ikan.

Trichodina sp., merupakan protozoa Trichodina sp tubuhnya berbentuk datar seperti piring
dengan dikelilingi rambut getar (marginal dan lateral cilia). Pada tubuh bagian bawah terdapat
lingkaran tubuh bawah terdapat lingkaran pelekat (adhesive disk) untuk melekatkan dirinya ketubuh
ikan atau benda-benda lainnya (Noga, 1995). Trichodina sp. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu
anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat penempel pada inang.
Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar
menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda.

Hasil pengamatan tingkah laku dan morfologi ditemukan ikan bandeng banyak mengeluarkan
lendir, terdapat bintik putih keabuan pada bagian tubuh. Sesuai dengan pendapat Irawan (2004)
mengemukakan bahwa ikan yang terserang biasa dilihat dengan tanda-tanda antara lain terdapat
bintik putih keabuan pada bagian tubuh yang terserang terutama kepala dan punggung, nafsu makan
hilang hingga ikan menjadi kurus dan lemah, produksi lendir bertambah banyak sehingga ikan nampak
mengkilat.

Pada hasil pengamatan penyerangan Trichodina sp diduga, karena kepadatan ikan dikolam
yang tinggi sehingga proses pergesekan antar ikan yang terinfeksi terjadi, ikan mengalami stress
akibat fluktuasi kualitas air karena perubahan musim dan pemberian pakan yang kurang atau tidak
optimal. Disamping itu pada hasil pemeriksaan parasit, ikan mas yang terserang Trichodina sp telah
terserang parasit lain sesuai pendapat Agus irawan (2004) bahwa pada dasarnya parasit ini bukan
sebagai penyerang utama, tetapi ia menyerang pada ikan yang telah lebih dulu terkena parasit lain,
misalnya karena luka, sakit, stress dan sebagainya, sehingga boleh dikatakan bahwa parasit ini sebagai
infeksi sekunder.

Lernea sp.
Gambar 3. Lernea sp.

Adapun klasifikasi dari parasit Lernea sp menurut Kabata (1985) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda

Subphylum : Crustacea

Kelas : Maxillopoda

Subclass : Copepoda

Urutan : Cyclopoida

Keluarga : Lernaeidae

Genus : Lernaea sp.

Parasit ini termasuk crustacea (udang-udangan tingkat rendah). Ciri parasit ini adalah
jangkar yang menusuk pada kulit ikan dengan bagian ekor (perut) yang bergantung, dua
kantong telur berwarna hijau. Jenis parasit ini biasa disebut dengan cacing jangkar karena
bentuk tubuhnya yaitu bagian kepalanya seperti jangkar yang akan dibenamkan pada tubuh
ikan sehingga parasit ini akan terlihat menempel pada bagian tubuh ikan yang terserang
parasit ini.

Lernea sp., merupakan udang renik yang memiliki bentuk bulat memanjang seperti
cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang berbentuk seperti jangkar, sehingga
organisme ini disebut sebagai cacing jangkar (anchor worm), organ ini berfungsi untuk
menempel pada tubuh ikan. Lernea sp., dapat menyebabkan penyakit Lerneasis. Penyakit ini
biasanya menyerang pada saat pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang penyakit
ini mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat dengan jelas cacing jangkar yang menempel
dengan kuatnya dibagian badan, sirip, insang dan mata.

Parasit ini sangat berbahaya karena menghisap cairan tubuh ikan untuk perkembangan
telurnya. Selain itu bila parasit ini mati, akan meninggalkan berkas lubang pada kulit ikan sehingga
akan terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Parasit ini dalam siklus hidupnya mengalami tiga kali
perubahan tubuhnya yaitu nauplius, copepodit dan bentuk dewasa. Dalam satu siklus hidupnya
membutuhkan waktu berkisar antara 21 – 25 hari.
Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan menggigit
kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa jenis obat-obatan.
Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua kelompok, yaitu stadium cyclopoid
dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak
tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing jangkar betina akan menusukkan kepalanya ke jaringan
kulit/daging ikan. Pada bagian yang ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena
ukurannya masih terlalu kecil, agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah
dapat dilihat dengan mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak
membesar, karena mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan
berenang keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Siklus hidup Lernea sp.

1. Stadium nauplius

2. Stadium copepodid

3. Stadium

4. Stadium dewasa
Gambar 4. Siklus hidup Lernea sp.

Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada musim
pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada tubuhnya dan
terlihat adanya cacing jangkar yang menempel. Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat
dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam atau
menggunakan bahan kimia untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid.
Upaya pengendalian terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini
memiliki kulit khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif
untuk memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang menempel
pada tubuh ikan dan segera dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya, sedangkan
bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk menghindari terjadinya infeksi
sekunder, ikan direndam dalam larutan tetrasiklin 250 mg per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses
perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari berturut-turut.

Pengendalian cacing jangkar dengan senyawa kimia dapat juga dilakukan dengan merendam
ikan yang terserang dalam larutan bromex 0,12 – 0,15 ppm. Caring jangkar pada stadium copepodid
dapat dibunuh dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan dipterex 0,25 ppm selama 4
– 6 jam. Perendaman dengan larutan NaCl dan PK cukup efektif, namun karena dosisnya berada sedikit
di bawah konsentrasi lethal bagi ikan, cara ini jarang digunakan.

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada ikan bandeng, berdasarkan pengamatan yang
dilakukan ditemukan Lernea sp. pada lendir ikan bandeng (Chanos chanos). Udang renik ini ditemukan
pada bagian sisik. Dan hal inipun dibuktikan dengan adanya parasit yang menempel pada sisik ikan
bandeng (Chanos chanos) pada tahun 2000, dibeberapa daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur dilaporkan terjadi serangan parasit ini pada ikan bandeng (Chanos chanos).

Bisa kita amati bahwa dari berbagai jenis parasit yang ada di perairan baik kontaminan dari
tubuh ikan, lingkungan maupun pakan yang di berikan ternyata pada tubuh ikan bandeng terdapat
beberapa parasit yang pada praktikum kesehatan ikan ini di peroleh dua parasit yang memiliki dampak
positif yang cukup besar, dari tingkat nafsu makan yang berkurang, bentuk tubuh yang terserang
parasit pun menjadi tidak berkembang, bahkan ancaman kematian ikan bandeng apabila parasit ini
terus berkembang di dalam tubuh ikan bandeng. Oleh karena itu praktikum mengenai identifikasi
parasit pada ikan bandeng sangat penting untuk menelaah kekurangan – kekurangan yang
mengakibatkan ikan memiliki banyak parasit.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta.

A.Indriati.2006.Identifikasi dan diagnosa Trichodina sp dan dactylogyrus sp pada ikan tawar. Fakultas
perikanan Unismuh Luwuk.

Anshary, H. 2004. Modul praktikum Parasitology ikan. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Manoppo, H. 1995. Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan, Unsrat-Manado.

Fujaya, Y. 1999. Fisiologi Ikan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar

Anshary, H. 2004. Modul praktikum Parasitology ikan. Program Studi Budidaya Perairan. Jurusan
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Makassar. http://a177bi.blogspot.com/ Studi microhabitat parasit Monogenea pada insang Lele
dumbo. Pada tanggal 20 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai