PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
b. Etiologi Balantidiasis
c. Patofisiologi Balantidiasis
d. Klasifikasi Balantidiasis
e. Manifestasi Klinis Balantidiasis
f. Pencegahan Balandiasis
f. Pemeriksaan Penunjang Balantidiasis
g. Komplikasi Balantidiasis
h. Penatalaksanaan Balantidiasis
i. Asuhan Keperawatan pada pasien Balantidiasis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balantidiasis
2.1.1 Pengertian
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. B. coli
merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora, klas
Kinetofragminophorea, ordo Trichostomatida, famili Balantidiae. Memiliki dua
stadium, yaitu trofozoit dan kista. Merupakan protozoa besar, habitatnya pada usus
besar dan yang biasa menjadi hospes adalah babi dan manusia.
Balantidiasis adalah infeksi usus langka yang disebabkan oleh bakteri Balantidium
coli, parasit bersel tunggal yang seringkali menginfeksi babi, namun jarang
menginfeksi manusia. Beberapa manusia yang terinfeksi mungkin tidak memiliki
gejala apa pun atau hanya diare ringan dan rasa tidak nyaman pada perut. Namun
beberapa orang dapat mengalami gejala yang lebih serius yang menyerupai peradangan
usus akut.
Infeksi balantidium pada manusia jarang bahkan cenderung langka terjadi pada
negara-negara, seperti Amerika Serikat. Balantidiasis lebih sering ditemui pada babi di
area yang lebih hangat, serta kera di iklim tropis, di mana infeksi pada manusia juga
lebih umum terjadi di sana.
2.1.2 Etiologi
Sementara itu, kista atau bentuk B. coli yang infektif, berukuran lebih kecil dan lebih
bulat. Tidak seperti trophozoites, kista tidak memiliki cilia pada permukaannya dan
tidak berpindah tempat.
Balantidiasis ditularkan ke inang melalui kista B. coli dengan menelan makanan atau
air yang terkontaminasi. Begitu kista mencapai usus kecil, trophozoites keluar dari
kista dan berkumpul pada usus besar. Trophozoites berkembang dalam lumen usus
besar pada manusa dan hewan, dan kembali membentuk kista infektif. Kista yang
dewasa dan infektif ditularkan melalui feses dan berpindah ke induk baru.
Walau hidup di lumen usus besar, B. coli juga dapat menyerang sekum dan rektum.
Protozoa besar ini juga dapat masuk ke lapisan tebal pada usus yang disebut mukosa
dan dapat menyebabkan ulkus. B. coli menyerang mukosa dengan bantuan enzim
hyaluronidase yang mengurangi komponen sel dinding mukosa. Bakteri lain yang
terdapat pada usus juga dapat memasuki ulkus dengan B. coli, menyebabkan infeksi
sekunder.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi Balantidium Coli
domain : Eukarya
kingdom : Chromalyeolata
superphylum : Alveolata
phylum : Ciliophora
class : Litostomatea
ordo : Vestibulferida
family : Balantiididae
genus : Balantidium
species : Balantidium coli
2.1.5 Manifestasi Klinik
Infeksi dari parasit ini dapat menyebabkan salah satu dari tiga gejala berikut:
Asimptomatis di mana orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun
namun ia memiliki kista.
Radang akut, di mana terdapat peradangan pada usus besar (kolitis) dengan gejala
intens, seperti diare berdarah.
Infeksi kronis, di mana terdapat beberapa episode akut berulang namun pasien
hampir tidak pernah mengalami gejala di antara episode.
Sakit perut
Diare (berair atau dengan darah atau lendir)
Disentri
Mual
Penurunan berat badan
Muntah
Demam ringan
Kehilangan nafsu makan
Peradangan pada usus besar (kolitis)
Adanya ulkus pada usus
Lubang pada usus (pada tahap lanjut)
2.1.6 Pencegahan
Pengobatan
Tablet tetracycline diberikan selama 10 hari, 4 kali sehari, 1 jam sebelum atau 2
jam setelah makan, tidak disarankan untuk wanita hamil.
Tablet metronidazole diberikan selama 5 hari, 3 kali sehari.
Alternatifnya, tablet iodoquinol diberikan selama 20 hari, 3 kali sehari setelah
makan.
Cairan dan pengganti elektrolit direkomendasikan untuk pasien dengan diare
parah.
Operasi
Tn. A berumur 35 tahun datang kerumah sakit dengan diare sudah lebih dari
tiga hari dengan konsistensi cair, pasien merasakan mual, dan badannya lemas,
sambil terlihat memegang perutnya. Tn. A bekerja sebagai seorang petani dan memiliki
peternakan babi dibelakang rumahnya, setiap hari Tn. A membersihkan kandang babi
dan memberi makan babi yang dilakukannya sendiri. Dari pemeriksaan tinja ditemukan
balantidium coli pada tinja Tn. A.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1. Pengkajian
c. Data Medik
Klien mengalami diare tapi tidak terlalu parah makan obat dari warung
saja sudah sembuh, itu terjadi +6 bulan yang lalu.
Dalam keluarga saat ini tidak ada yang menderita sakit dengan
penyakit yang sama.
6. Pengkajian Fisik
Suhu : 37.50 C
Nadi : 85x/mnt
Pulse : 35x/mnt
Perkusi : Timpani
Palpasi : Turgor elastis
Anogenital : terlihat kemerahan
Eksmt. Atas : tidak ada kelainan
Eksmt. Bawah : tidak ada kelainan
7. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
a. O2
Tidak ada sesak, kebutuhan O2 terpenuhi
b. Nutrisi
Sebelum sakit: Klien makan 3 x sehari dengan porsi sedang
Sebelum sakit
Saat sakit
– 3 x sehari
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan
encer.
b. Nyeri berhubungan dengan infeksi bakteri dalam usus
a. Kaji status hidrasi,; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa
b. Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020)
atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam
c. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
d. Monitor tanda-tanda vital
Centers for Disease Control and Prevention. 2008. Vaksinasi Cacar Air.
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf
Djuanda, Adhi (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.
Dumasari, Ramona.2008. Varicella Dan Herpes Zooster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
Dan Kelamin. Universitas Sumatra Utara.
Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New York: Spinger
Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa Penyulit .
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010
Kurniawan, dkk. 2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1 Februari 2009 –
Mei 2009
Prabhu, Smitha. 2009. Chilhood Herpes Zoster : A Clustering Of Ten Cases. Indian Journal
Of Dermatology.Vol : 54 Page 62-64
Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta: EGC.