Fasilitator:
Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 03.033
Disusun Oleh
Kelompok 2
Dengan ini telah menyelesaikan tugas kelompok seminar yang telah dikirimkan
dalam bentuk hard copy pada tanggal 08 Maret 2019 dan bentuk soft copy pada
tanggal 07 Maret 2019
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Kelompok Keperawatan Gawat Darurat Sistem 2 ini yang
berkenaan dengan CVA Bledding.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terimakasih
tersebut ditujukan kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep. Selaku ketua Stikes Hang Tuah Surabaya.
2. Merina Widyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku fasilitator, penanggung
jawab mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat Sistem 2 Stikes Hang Tuah
Surabaya.
3. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER .............................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 4
2.1 Definisi ............................................................................................................... 4
2.2 Etiologi ............................................................................................................... 4
2.3 Anatomi dan Fisiologi ....................................................................................... 6
2.4 Patofisiologi ..................................................................................................... 10
2.5 WOC CVA Bledding....................................................................................... 12
2.6 Manifestasi klinis CVA Bledding................................................................... 14
2.7 Komplikasi ....................................................................................................... 15
2.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................................. 15
2.9 Pemeriksaan penunjang stroke hemoragic................................................... 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................. 18
3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................... 18
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 21
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................. 22
BAB 4 ANALISA JURNAL ........................................................................................... 29
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 30
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 30
5.2 Saran ................................................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui suatu
konsep ilmiah tentang gambaran asuhan keperawatan kegawatdaruratan
stroke hemoragik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:
a. Mengetahui konsep stroke hemoragik
b. Mengetahui asuhan keperawatan teori stroke hemoragik
c. Menyusun diagnosa keperawatan pada penyakit stroke hemoragik.
d. Menyusun intervensi keperawatan pada penyakit stroke hemoragik.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Membuka cakrawala berfikir kritis untuk menangani dalam asuhan
keperawatan pasien dengan kegawatdaruratan stroke hemoragik.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada rumah sakit khusunya perawat di ruang ICU-
IGD Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya dalam menangani dan
merawat pasien kegawatdaturatan stroke hemoragik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi baru dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
mengenai stroke hemoragik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematiantanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqqin,2008).
Sedangkan stoke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh
darah diotak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain : Hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesdaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani,2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah
di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib,2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
2.2 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik atau CVA Bleeding dijelaskan sebagai berikut:
1. Perdarahan (Hemoragik)
Perdarahan intraserebral paling banyak disebabkan karena adanya ruptur
aterosklerosis dan hipertensi pembuluh darah yang bisa menyebabkan perdarahan
didalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat dari
penyakit hipertensi umumnya terjadi setelah usia 50 tahun.
2. Aneurisma
Akibat lain dari perdarahan adalah aneurisma. Walaupun anuerisma serebral
biasanya kecil, hal ini bisa menyebabkan ruptur. Diperkirakan sekitar 6% dari
seluruh stroke disebabkan oleh ruptur aneurisma. Stroke disebabkan oleh
perdarahan seringkali menyebabkan spasme pembuluh darah serebral dan iskemik
4
5
pada serebral, karena darah yang berada di luar pembuluh darah membuat iritasi
pada jaringan. Stroke hemoragik biasanya menyebabkan terjadi kehilangan banyak
fungsi dan penyembuahnnya yang lambat dibandingkan dengan stroke yang lain
(Joyce&Jane, 2014).
Sedangkan faktor resiko terjadinya stroke hemoragik adalah sebagai berikut:
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko stroke yang tidak dapat dirubah adalah usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, dan riwayat keluarga sebelumnya. Semakin tua usia seseorang
akan semakin mudah terkena stroke. Pada 70% kasus stroke dapat terjadi pada usia
diatas 45-80 tahun dan laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan
lebih tinggi angka kejadian faktor resiko stroke (hipertensi) pada laki-laki. Resiko
stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. Sedangkan
seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan
hipertensi. Hal tersebut mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke
pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunnya faktor resiko stroke.
Kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari kaukosid.
2. Faktor resiko yang dapat diubah
Faktor resiko stroke yang dapat diubah ini penting untuk dikenali.
Penanganan berbagai faktor resiko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke.
Faktor resiko stroke yang utama adalah hipertensi, diabetes dan merokok.
Hipertensi apabila seseorang mengalami tekanan darah lebih dari 130/85 atau
140/90 mmHg pada individu yang mengalami gagal jantung, dan diabetes melitus.
Hipertensi kronis yang tidak terkendali dapat memacu mikroangiopati selain itu
juga dapat memacu timbulnya plak. Plak yang tidak stabil akan terlepas dan
berakibat tersumbatnya pembuluh darah di otak atau bisa disebut dengan stroke.
Sedangkan, diabetes melitus merupakan salah satu faktor resiko stroke iskemik
yang utama, diabetes akan meningkatkan resiko stroke dua kali lipat (Joyce &Jane,
2014).
6
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi berberapa daerah. Korteks
serebri terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan serebri disebut sulks.
Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis. Daerah atau
lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya (Lobus frontalis,
temporalis, orientalis dan oksipitalis).
7
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing. Selain dibagi menjadi 4
lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu
belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh
8
2.4 Patofisiologi
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK
yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis
atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM
dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun didalam Ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri,sehinga timbul nyeri kepala
hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebro spinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global(nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20% mg karena
11
Perdarahan
n
Intraserebral Subarachnoid
Aneurisma
pecah
Darah mendorong struktur otak
Peningkatan TIK
13
B1 (breath) B2 (blood) B3 (brain) B4 (bladder) B5 (bowel) B6 (bone)
4. Daerah Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai daerah
makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh serebri media.
b. Nyeri talamik spontan
c. Hemibalisme
d. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan.
5. Daerah Vertebasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak.
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi.
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
2.7 Komplikasi
Stroke Hemoragic dapat menyebabkan :
1. Infark serebri.
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
3. Fistula caroticocavernosum.
4. Epistaksis.
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
3. Pengobatan
a. Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebra
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah
otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit
kardiovaskular yang luas.Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat
dipertahankan.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
18
19
Skinner, 2000).
3. Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan
4. Disability
Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah
b. Pemeriksaan Fisik
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda – tanda vital
: TD meningkat, nadi bervariasi.
1) B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan
frekuensi pernapasan. Pada klien dengan tingkat kesadaran compas
mentis, peningkatan inspeksi pernapsannya tidak ada kelainan.
Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg.
3) B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder
atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
21
Analisa Jurnal 1
Peneliti/pengarang Andrian Riska Sahanantya, Yunie Armiyati, Syamsul Arif.
Judul dan tahun Pengaruh Terapi Music Klasik Mozart Terhadap Kualitas
Tidur Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit Pantiwilasa
Citarum Semarang, pada tahun 2014.
Sampel/responden Pasien rawat inap yang menderita stroke di Rumah Sakit
Pantiwilasa Citarum dengan total sample 26 pasien.
Jenis LIT/metode Quasi eksperimen dalam satu kelompok (One Group Pre
Test – Post Test Design).
Variable - Pemberian terapi music
- Kualitas tidur pasien stroke
Dosis intervensi Tidak ada dosis intervensi
Hasil LIT/temuan Ada pengaruh yang signifikan dalam pemberian terapi
music Mozart terhadap kualitas tidur pasien stroke di RS
Pantiwilasa Citarum Semarang tahun 2014.
29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
CVA Bleeding adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan. Penyebab dari CVA Bleeding sendiri adalah adanya perdarahan atau
hemoragik, anuerisma dan arteriovenosamalfor. Penyakit ini ditandai dengan
hemiparese atau hemipegia, bell’s palsy, tonus otot lemah atau kaku, menurun atau
hilangnya rasa, homonimus ahaemianopsia, disatria, gangguan persepsi dan
gangguan status mental. Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan yaitu dengan
menurunkan kerusakan iskemik cerebral, mengendalikan hipertensi dan
menurunkan TIK, pengobatan dengan anti koagulan, obat anti trombotik, dan
diuretika. Sedangkan tindakan pembedahan dengan cara endarterektomi karotis.
Pemeriksaan penunjang untuk pasien CVA Bleeding yaitu angiografi cerebral,
lumbal pungsi, CT scan, MRI (Magnetic Imaging Resonance) serta EEG.
5.2 Saran
1. Penulis
Penulis mampu meningkatkan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
penderita stroke yang lebih berkualitas.
2. Institusi kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan dapat memberikan pelayanan
dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara team kesehatan dan
klien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal pada umumnya dan klien stroke pada khususnya diharapkan dirumah sakit
mampu menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
3. Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang mampu dikembangkan
untuk memberikan pelayanan pada klien stroke yang lebih berkulitas dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Hariyono, Y. (2010). Evaluasi Pengobatan Pasien Stroke Rawat Inap di Unit Stroke
RSUD Banyumas Januari-April 2010. Universitas Sanata Dharma.
Nastiti, D. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke Rawat
Inap di RS Krakatau Medika Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Gramedia.
31