LAPORAN KASUS
ASMA PADA ANAK
Dokter Pembimbing:
Dr. I Wayan Bikin Suryawan., dr., SpA(K)
Disusun oleh:
Putri Liana Warman, dr.
2018
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I. PEMBAHASAN KASUS .................................................................................................. 1
I. KETERANGAN UMUM ........................................................................................................ 1
II. ANAMNESA (Alloanamnesa dari ibu penderita) ................................................................. 1
III. PEMERIKSAAN FISIK ....................................................................................................... 2
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................................................... 4
V. DIAGNOSIS BANDING ....................................................................................................... 5
VI. DIAGNOSIS KERJA ........................................................................................................... 5
VII. USUL PEMERIKSAAN ..................................................................................................... 5
VIII. PENATALAKSANAAN ................................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN TEORI .......................................................................................................... 7
Definisi ........................................................................................................................................ 7
Epidemiologi ............................................................................................................................... 7
Faktor Resiko .............................................................................................................................. 7
Etiologi ........................................................................................................................................ 8
Patogenesis .................................................................................................................................. 8
Diagnosis..................................................................................................................................... 9
Anamnesis ............................................................................................................................... 9
Pemeriksaan Fisik ................................................................................................................. 10
Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................................ 10
Diagnosis Asma Pada Anak Usia Diatas 5 Tahun ................................................................ 11
Diagnosis Asma Pada Anak Usia Dibawah 5 Tahun ............................................................ 12
Diagnosis Banding .................................................................................................................... 13
Klasifikasi dan Tatacara Diagnosis Asma ................................................................................ 14
Berdasarkan Derajat Kekerapan .......................................................................................... 15
Berdasarkan Keadaan Saat Ini ............................................................................................. 15
Berdasarkan Derajat Terkendalinya Asma .......................................................................... 16
Tatalaksana Asma pada Anak ................................................................................................... 17
Jenjang Pengendalian Asma ................................................................................................. 21
Serangan Asma ......................................................................................................................... 23
Tatalaksana Serangan Asma pada Anak ............................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 26
BAB I.
PEMBAHASAN KASUS
I. KETERANGAN UMUM
Nama : An. I Kt. ASP
Tgl lahir : 10 Mei 2013
Umur : 5 tahun 0 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Gunung Soputan gg. Subali
No. RM : 646550
Tanggal masuk RS : 19 Mei 2018
Tanggal pemeriksaan : 22 Mei 2018
Penanggung jawab pasien
Ayah
Nama : I Md. RA
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : SMA
1
2
lebih merasa nyaman dengan posisi duduk, dan pasien tidak terlihat gelisah. Tidak terdapat
gangguan makan ataupun minum.
Pasien telah dibawa ke IGD rumah sakit sebanyak 2 kali dan diberikan salbutamol, CTM,
dan ambroxol kemudian dipulangkan. Karena keluhan tidak membaik, pasien dibawa ke IGD
RSUD Wangaya dan dirawat inap.
Pasien telah didiagnosis asma sejak berusia 3 tahun. Riwayat serangan sesak biasanya
terjadi sekitar satu bulan sekali, terjadi terutama pada malam hari dan bila pasien menderita
batuk pilek. Jika terjadi serangan, pasien akan membaik jika dibawa ke puskesmas untuk diuap.
Serangan paling parah terakhir 6 bulan lalu, pasien sesak kemudian dibawa ke rumah sakit dan
dirawat inap. Setelah pulang dari rumah sakit, pasien tidak kembali untuk kontrol. Riwayat
konsumsi obat-obatan tertentu tidak ada.
Riwayat dikeluarga pasien diakui, yaitu pada kakek dan nenek pasien. Riwayat alergi ada
pada ayah dan ibu pasien. Riwayat kontak dengan orang dewasa yang batuk lama disangkal.
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Lahir cukup bulan dengan berat 3200
gr, ditolong dokter, dan langsung menangis. Pasien selalu dibawa ke posyandu setiap bulan.
Riwayat imunisasi dasar BCG, polio, DPT, Campak lengkap. Pertumbuhan dan perkembangan
pasien diakui sesuai dengan teman sebayanya.
Anamnesis Makanan
0 – 6 bulan : ASI ekslusif
6 bulan – 2 tahun : MPASI + susu formula
2 tahun – sekarang : Makanan padat
Suhu : 36,7 0 C
Status Gizi
Berat badan : 25 kg
Tinggi badan : 113 cm
Gizi : baik
Kepala
Ubun-ubun besar datar simetris
Rambut tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis
sklera tidak ikterik
Hidung : sekret ( - )
pernafasan cuping hidung ( - )
Telinga : sekret ( - )
Mulut : perioral sianosis ( - )
Gusi : tidak ada kelainan
Faring : hiperemis (+/+)
Tonsil : tenang T1/T1
Leher
Retraksi suprasternal ( + )
KGB tidak membesar
Thoraks
Bentuk dan gerak simetris
Pulmo
Anterior
Inspeksi : retraksi intercostal ( + / + )
Auskultasi : VBS kiri = kanan;
Crackles ( -/- ) ; Wheezing (+/+)
Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
Perkusi : sonor kiri = kanan
Posterior
Inspeksi : retraksi intercostal ( + / + )
4
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 murni regular
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus ( + ) normal
Palpasi : lembut
Hepar : tidak teraba ; Lien : tidak teraba
Alat Genital
Laki-laki, Tidak ada kelainan. Anus (+)
Ekstremitas
Akral hangat
Sianosis ( - )
Clubbing ( - )
Capillary refill < 2 detik
Foto thoraks
V. DIAGNOSIS BANDING
- Asma persisten ringan dengan eksaserbasi akut derajat serangan berat
- Bronkitis akut
VIII. PENATALAKSANAAN
Umum :
Tirah baring
IVFD D5 ½ NS 15 tpm
Edukasi kepada orang tua agar mengetahui dan menghindari faktor pencetus
6
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II.
TINJAUAN TEORI
ASMA
Definisi
Definisi asma pada anak masih diperdebatkan dan belum ada yang diterima secara
universal. Global Initiative Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai suatu penyakit
heterogen, biasanya ditandai dengan inflamasi kronik saluran respiratori. Inflamasi kronik ini
ditandai dengan riwayat gejala-gejala pada saluran respiratori seperti wheezing (mengi), sesak
napas, dan batuk yang bervariasi dalam waktu maupun intensitas, disertai dengan limitasi aliran
udara ekspiratori.
Menurut Pedoman Nasional Asma Anak UKK Respirologi IDAI, asma adalah penyakit
saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan
hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat bervariasi.
Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang
timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini
hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Epidemiologi
International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menyatakan bahwa
angka current wheeze di 97 negara bervariasi sebesar 0,8% - 37,6%, diagnosis asma didapatkan
13,1% pada anak. Kejadian asma berhubungan erat dengan kejadian dermatitis atopik dan rino
konjungtivitis alergika. Asma pada anak laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan (14:10)
Faktor Resiko
Faktor risiko untuk penyakit asma dapat dikelompokan menjadi genetik dan non-genetik.
Penelitian ISAAC mendapatkan beberapa faktor risiko yaitu:
• Polusi udara
• Asap rokok
• Makanan cepat saji
• Berat lahir
• Cooking fuel
7
8
Etiologi
Pencetus terjadinya asma dapat berupa:
• Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering,
makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna makanan.
• Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
• Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold, rinofaringitis
• Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
Patogenesis
Asma merupakan suatu proses inflamasi kronik yang khas, melibatkan dinding saluran
respiratorik, menyebabkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran nafas.
Hiperreaktivitas ini merupakan predisposisi terjadinya penyempitan saluran respiratorik sebagai
respons terhadap berbagai macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah aktivasi eosinofil, sel mast,
makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran respiratorik.
9
Patofisiologi
• Hiperreaktivitas saluran respiratori
Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap hiperreaktivitas ini belum diketahui. Akan
tetapi, kemungkinan berhubungan dengan perubahan otot polos saluran respiratori
(hiperplasi dan hipertrofi) yang menyebabkan perubahan kontraktilitas.
Hiperreaktivitas bronkus secara klinis dapat diperiksa dengan provokasi/stimulus
menggunakan aerosol histamin atau metakolin, kemudian dilakukan pengukuran perubahan
fungsi paru (PFR/FEV1).
• Obstruksi saluran napas
Obstruksi saluran respiratori menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali
baik secara spontan maupun setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang terjadi
dihubungkan dengan gejala khas pada asma, yaitu batuk, sesak, wheezing, dan
hiperreaktivitas saluran respiratori terhadap berbagai rangsangan.
Mekanisme obstruksi saluran napas:
o Kontraksi otot polos saluran napas
o Edema saluran napas
o Remodelling saluran napas
o Hipersekresi mukus
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas
sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk,
wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Chronic recurrent cough (batuk
kronik berulang, BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk membantu diagnosis asma. Gejala
dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk menegakkan diagnosis asma. Karakteristik
yang mengarah ke asma adalah:
• Gejala timbul secara episodik atau berulang
• Timbul bila ada faktor pencetus
• Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya
10
• Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam.
Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal)
• Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat
pereda asma
Pemeriksaan Fisik
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak ditemukan
kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat terdengar wheezing, baik yang
terdengar langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu
dicari gejala alergi lain pada pasien seperti dermatitis atopi atau rinitis alergi, dan dapat pula
dijumpai tanda alergi seperti allergic shiners atau geographictongue.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi,
hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien.
• Tes Faal Paru.Uji fungsi paru dengan spirometri atau peakflowmeter, sekaligus uji
reversibilitas dan untuk menilai variabilitas. Spirometri biasa dilakukan untuk anak usia
diatas 5-6 tahun. Untuk anak pra sekolah digunakan impedance oscillometry.
• Pemeriksaan status alergi: Skin prick test, eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
• Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosinofil sputum.
• Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik.
Jika terindikasi dan fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan untuk mencari kemungkinan
diagnosis banding, misalnya uji tuberkulin, foto sinus paranasalis, foto toraks, uji refluks gastro-
esofagus, uji keringat, uji gerakan silia, uji defisiensi imun, CT-scan toraks, endoskopi respiratori
(rinoskopi, laringoskopi, bronkoskopi).
Pada anak usia dibawah 5 tahun tidak ada pemeriksaan spesifik untuk diagnosis asma. Uji terapi
cukup efektif untuk dilakukan dengan memberikan bronkodilator inhalasi selama 2 bulan untuk
membantu menegakkan diagnosis asma. Apabila gejala berkurang selama pengobatan dan
memberat pada saat pengobatan dihentikan, maka diagnosis asma menjadi lebih kuat.
Pemeriksaan status alergi : Skin prick test, eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
11
Namun kurang bermakna pada anak < 5 tahun. Foto toraks untuk menyingkirkan diagnosis
banding.
Gambaran klinis yang mendukung diagnosis asma pada anak dibawah usia 5 tahun
Diagnosis Banding
Gejala asma tidak patognomonik, dalam arti dapat disebabkan oleh berbagai penyakit lain
sehingga perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis banding.
14
Contoh :
Asma persisten ringan dengan eksaserbasi akut serangan ringan, terkontrol sebagian.
15
Keterangan :
1. Klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dibuat setelah dibuat diagnosis kerja asma dan
dilakukan tata laksana umum (pengendalian lingkungan, penghindaran pencetus) selama 6
minggu.
2. Jika sudah yakin diagnosis asma dan klasifikasi sejak kunjungan awal, tata laksana dapat
dilakukan sesuai klasifikasi.
3. Klasifikasi kekerapan ditujukan sebagai acuan awal penetapan jenjang tata laksana jangka
panjang.
4. Jika ada keraguan dalam menentukan klasifikasi kekerapan, masukkan ke dalam klasifikasi
lebih berat.
Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan digunakan sebagai dasar penentuan tata laksana.
yang menurut penelitian sama efektifnya dengan MDI yang disertai spacer konvensional. Spacer
seperti ini terutama ditujukan untuk digunakan di negara berkembang karena dapat dibuat
sendiri.
Keterangan :
1. Acuan awal penetapan jenjang tata laksana jangka panjang menggunakan klasifikasi
kekerapan.
2. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung selama 6- 8 minggu dan asma
belum terkendali, maka tata laksana naik jenjang ke atasnya (step up).
3. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung selama 8- 12 minggu dan asma
terkendali penuh, maka tata laksana turun jenjang kebawahnya (step down).
4. Perubahan jenjang tata laksana harus memperhatikan aspek- aspek penghindaran, penyakit
penyerta.
5. Pada Jenjang 4, jika belum terkendali, tata laksana ditambahkan omalizumab.
23
Serangan Asma
Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari gejala-
gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-
gejala tersebut. Serangan asma biasanya mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka
panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus. Derajat serangan asma bermacam-macam, mulai
dari serangan ringan sedang hingga serangan yang disertai ancaman henti napas.
26