PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balantidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli. Balantidium
coli merupakan suatu protozoa yang masuk dalam filum Ciliophora, klas Kinetofragminophorea,
ordo Trichostomatida, famili Balantidiae. Memiliki dua stadium yaitu trofozoit dan kista.
Merupakan protozoa besar, habitatnya pada usus besar dan yang biasa menjadi hospes adalah
babi dan manusia.
Balantidium coli merupakan satu-satunya Ciliata parasitize diketahui manusia. Ciliates
mewakili filum protozoa yang ditandai, setidaknya satu tahap pengembangan, oleh organel
ciliary sederhana atau senyawa pada permukaan membran mereka yang digunakan untuk
bergerak. Ciliates memiliki 2 inti (satu macronucleus dan satu mikronukleus) dan berkembang
biak dengan pembelahan biner melintang, konjugasi, autogamy, dan cytogamy.
Balantidium coli memiliki 2 vakuola kontraktil. Meskipun vakuola kontraktil yang umum
untuk ciliates, mereka jarang terjadi di protozoa parasit, yang menunjukkan bahwa Balantidium
coli memiliki kapasitas osmoregulatory unik.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Balantidium Coli
2. Untuk mengetahui penyebaran Balantidium Coli
3. Untuk mengetahui taksonomi Balantidium Coli
4. Untuk mengetahui morfologi Balantidium Coli
5. Untuk mengetahui habitat Balantidium Coli
6. Untuk mengetahui siklus hidup Balantidium Coli
7. Untuk mengetahui penyebab penyakit Balantidium Coli
8. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Balantidium Coli
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Pertama yang mempelajari Balantidiasis pada manusia dilakukan oleh
Cassagrandi dan Barnagallo pada 1896. Namun, percobaan ini tidak berhasil
menemukan pembuat infeksi dan tidak jelas apakah ia Balantidium coli atau bukan.
Yang pertama kasus dari Balantidiasis di Filipina, di mana ia adalah yang paling umum,
dilaporkan pada 1904. Saat ini, Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia, namun kurang
dari 1% dari populasi manusia yang terinfeksi. Babi adalah reservoir utama dari parasit, dan
infeksi manusia lebih sering terjadi di daerah-daerah di mana babi banyak berinteraksi dengan
manusia. Ini termasuk tempat-tempat seperti Filipina, sebagaimana disebutkan sebelumnya,
tetapi juga termasuk negara-negara seperti Bolivia dan Papua Nugini. Tetapi babi tidak satu-
satunya hewan dimana parasit ditemukan.
Jepang dalam sebuah kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubungdgn
Hewan mamalia, Balantidium coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji (dengan
boars liar dan babi yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima jenis
spesies non manusia: simpanse (Pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey (Saimiri
sciurea), Kudus yakis (Comopithecus hamadryas), dan Jepang macaque (Macaca fuscata). Dalam
studi lainnya Balantidium coli juga ditemukan di spesies dari pesanan Rodentia dan Carnivora.
B. Penyebaran
Terdapat paling banyak di daerah yang beriklim panas. Pada manusia frekuensinya
rendah, sekitar 0,77 % (Belding,1952), pada babi (63-91%) menurut Young, pada tahun 1950.
Ada dua spesies yang berbeda, yaitu Balantidium coli, yang dapat ditularkan dari babi pada
manusia dan Balantidium suiis yang tidak dapat ditularkan pada manusia. Sumber utama yaitu
pada manusia yang menderita penyakit. Infeksi dapat timbul dan meningkat pada manusia yang
sering berhubungan dengan babi seperti peternak babi, pekerja di rumah-rumah pemotongan
hewan yang biasanya memotong hewan terutama babi memiliki sanitasi yang buruk, dan tempat-
tempat yang padat seperti di penjara, rumah sakit jiwa, asrama ,dll.
Di Amerika Serikat, B. coli memiliki distribusi yang luas dengan perkiraan prevalensinya
1%. Di Papua Nugini infeksi meningkat 28% berdasarkan kultur yang dilakukan pada babi.
Epidemi dapat timbul pada pasien di RS Jiwa di Amerika Serikat. Balantidium coli juga telah
dilaporkan banyak pada masyarakat yang memelihara babi.
C. Taksonomi
Class : Ciliata
Ordo : Mastigophorasida
Family : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Spesies : B. Coli
Kingdom : Chromalveolata
Domain : Eukarya
D. Morfologi
Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,
kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan
dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian
posterior memiliki anus (cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus
(maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada
cekungan makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit,
erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv)
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat
makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub
mukosa usus besar, terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis
dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup
selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila
tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk
dinding usus, dan memperbanyak diri.
E. Habitat
F. Siklus Hidup
Balantidium coli seperti yang terlihat di sebuah gunung basah dari contoh
kotoran.Organisme yang dikelilingi oleh bulu mata.
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes
alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di
dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa
usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang
sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
Stadium kista parasit yang bertanggung jawab dalam proses penularan
balantidiasis. Umumnya kista tertelan melalui kontaminasi pada makanan dan air. Setelah
tertelan, terjadi excystation pada usus halus, dan tropozoit berkoloni di usus besar Tropozoit
dalam lumen usus besar binatang dan manusia, dimana memperbanyak diri dengan cara
pembelahan binary fission. Tropozoit menjadi kista infektif. Beberapa tropozoit menginvasi ke
dinding usus besar dan berkembang, beberapa kembali ke lumen dan memisahkan diri. Kista
matang keluar bersama tinja.\
G. Penyebab Penyakit
Mukosa dan submukosa usus diinvasi dan dirusak oleh jasad yang memperbanyak diri.
Invasi berhasil dengan bantuan fermen-fermen sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Parasit
memperbanyak diri dengan membentuk sarang dan abses kecil yang kemudian pecah menjadi
ulkus yang lonjong dan tidak teratur dengan pinggiran merah yang menggaung. Dengan kelainan
mulai dari hiperemi cataral yang sederhana sampai pada ulkus yang jelas. Masing-masing tukak
mungkin terpisah dengan mukosa yang normal atau hiperemik di antaranya atau ulkus-ulkus itu
menjadi satu dengan sinus-sinus yang saling berhubungan.
Pada semua kasus berakibat fatal terdapat ulkus multipel dan difus dan terdapat gangren.
Sediaan histologik menunjukkan daerah-daerah hemoragik, infiltrasi sel bulat, abses, ulkus
nekrotik, dan terdapat invasi parasit, reaksi utama ialah sel inti satu yang menyolok kecuali bila
ada infeksi bakteri yang sekunder. Pada waktu eksaserbasi pada infeksi yang kronis terdapat
ulkus-ulkus kecil dan tidak jelas. Mukosa mengalami peradangan merata dan mungkin terdapat
daerah-daerah kecil yang diliputi suatu membran dan di bawahnya ada jaringan yang terkelupas.
Pada infeksi sedang yang akut mungkin terdapat tinja yang encer sebanyak 6 - 15 x sehari
dengan lendir, darah dan nanah. Pada keadaan kronis mungkin terdapat diare yang timbul-hilang
diselingi oleh konstipasi, nyeri pada colon, anemi dan cachexia.
Banyak infeksi berjalan tanpa gejala, dan prognosis tergantung pada hebatnya infeksi dan
reaksi terhadap terapi. Prognosis baik pada infeksi tanpa gejala dan pada infeksi
kronis. Balantidiasis tidak berhasil menyerbu hati. Jumlah infeksi yang kecil dan kegagalan
untuk menimbulkan infeksi secara eksperimen, menunjukkan kekebalan bawaan yang tinggi
pada manusia.
H. Pencegahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan masyarakat dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya agar
terhindar dari segala sumber penyakit, karena lebih mencegah daripada mengobati.
balantadium coli
A. Defenisi
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya
golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysenteri.
Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam
usus besar manusia, babi dan kera.
B.coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan kista.
Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak dapat
membelah diri sebagaimana layaknya E.histolitica.
B. Morfologi
Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia pendek,
kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia). Bagian anterior terdapat cekungan
dinamakan peristom dan terdapat mulut (sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian
posterior memiliki anus (cy;cytoyge).
Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal) dan mikronukleus
(miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan makronukleus.
Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit, erithrosit, dll) dan vakuole
kontraktil (cv)
Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar, terutama di daerah sekum
bagian terminal dari pada illeum. Bergerak ritmis dengan perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat
lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat
hidup di luar badan adalah bentuk infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista
hancur dan trofozoit yang dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.
Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ, dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat
makro & mikronukleus serta sebuah badan refraktil.
C. Siklus Hidup
Infeksi B. Coli terjadi dengan memakan bentuk kista melalui mekanan atau minuman
yang tercemar. Di dalam usus halus kista akan mengalami eksistasi menjadi bentuk trofozoid.
Bentuk tropozoid ini akan bermultiplikasi dengan cara belah pasang di dalam lumen ileum dan
cekum. Di dalam kolon berbentuk tropozoid akan mengalami enkistasimenjadi kista yang akan d
keluarkan bersama tinja.
Stadium kista dan tropozoit dapat berlangsung di dalam satu jenis hospes. Hospes
alamiah adalah babi, dan manusia merupakan hospes insidentil. Jika kista infektif tertelan di
dalam usus besar akan berubah menjadi bentuk tropozoit. Di lumen usus atau dalam submukosa
usus, tropozoit tumbuh dan memperbanyak diri (multiplikasi). Jika lingkungan usus kurang
sesuai bagi tropozoit akan berubah menjadi kista.
D. Reproduksi
Bentuk vegetatif selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk yang
berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula mikronukleus yang
membelah diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme yang baru.
Kadang – kadang tampak pertukaran kromatin (konjugasi). Reproduksi berlangsung seksual dan
aseksual.
Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah
jadi dua parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan.
Misalnya tidak ada pejantan.
Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibentuk sel kelamin, yaitu
makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet dan
mikrogamet. Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang
disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.
E. Epidemologi
Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (yang berkisar antara 60 – 90%).
Penularan antar babi satu ke babi yang lainnya mudah terjadi, sekali – sekali dapat menular pada
manusia (zoonosis).
Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang
terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang
babi ; bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista
ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat
mempengaruhi terjadinya penularan.
G. Diagnosa
Secara klinik balantidiasis dapat dikacaukan dengan disentri lain dan demam usus.
Diagnosis tergantung pada berhasilnya menemukan trofozoit dalam tinja encer dan lebih jarang
tergantung pada penemuan kista dalam tinja padat, dan tinja harus diperiksa beberapa kali,
karena pengeluaran parasit dari badan manusia berbeda-beda. Pada penderita dengan infeksi di
daerah sigmoid-rectum, pemakaian sigmoidiskop berguna untuk mendapatkan bahan
pemeriksaan.
Diagnosis laboratorium dapat ditentukan dengan pemeriksaan tinja untuk menemukan bentuk
kista atau tropozoit Balantidium coli.
Balantidiasis
1. Identifikasi
Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare atau disenteri diikuti dengan kolik
abdominal, tenesmus, nausea dan muntah-muntah. Biasanya disenteri disebabkan oleh amebiasis,
dengan kotoran yang berisi banyak darah dan lendir tapi sedikit pus. Invasi ke peritoneum atau
saluran urogenital jarang terjadi.
Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada
kotoran segar, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.
2. Penyebab penyakit.
Balantidium coli, protozoa besar dengan silia.