Anda di halaman 1dari 13

Nekrosis :

1. Pengertian dan fungsi ATP (Adenosin Trifosfat) ... ATP :


nukleotida yang mengandung sejumlah besar energi kimia yang tersimpan
dalam ikatan fosfat berenergi tinggi. ATP melepaskan energi ketika
dipecah (dihidrolisis) menjadi ADP (atau Adenosin difosfat ). Energi yang
digunakan untuk banyak proses metabolisme
2. Ca2+ :Membuat keseimbangan cairan tubuh
1. Memperkokoh sel
Membran sel memiliki fungsi sebagai penahan sitoskeleton. Fungsi tersebut
membuat sel mempunyai bentuk tertentu sehingga dapat membantu sel untuk
bergabung dengan sel-sel lainnya dalam membentuk jaringan. Fungsi membran
sel dalam memperkokoh sel sangat vital bagi tersusunnya jaringan yang kemudian
bersatu menjadi organ dan sistem organ.
2. Mencegah agar sel tidak pecah
Sitoplasma yang dimiliki sel hidup dikelilingi oleh membran sel. Sitoplasma
terdiri atas cairan yang didalamnya terlarut molekul molekul kecil berukuran
0,001 sd 0,1 mikron. Bila membran sel tak ada, maka cairan dan organel sel yang
terdapat dalam sitoplasma akan tercerai berai sehingga tidak akan dapat
menjalankan fungsinya dalam mendukung metabolisme sel.
3. Membran sel menjaga komponen-komponen sel tetap terisolasi dari
lingkungan luar
Komponen intraseluler dari lingkungan ekstraseluler yang terpisahkan oleh fungsi
membran sel telah membuat berbagai ancaman yang akan masuk ke dalam sel
(misalnya seperti inveksi virus) dapat dikendalikan secara penuh. Terutama pada
jamur, bakteri, dan tumbuhan, fungsi membran sel ini lebih optimal karena
membran sel dibantu dengan adanya dinding sel. Dinding sel yang terdapat pada
sel ketiga organisme tersebut menyediakan dukungan mekanik bagi sel dalam
menghalang ancaman-ancaman dari lingkungan luar sel.
4. Sebagai reseptor dari rangsangan luar
Fungsi membran sel selanjutnya adalah sebagai reseptor terhadap rangsangan
yang muncul dari luar sel. Membran sel memiliki peran penting sebagai media
komunikasi sel dengan lingkungannya. Melalui mekanisme ini, fungsi inti sel dan
organel sel yang terdapat dalam sitoplasma dapat menyesuaikan lingkungan luar
sel sehingga mampu bertahan hidup.
5. Sebagai tempat pertukaran zat atau transpor molekul
Membran sel mampu mengatur zat apa saja yang boleh masuk dan keluar dari sel.
Kemampuan ini diperoleh karena membran sel bersifat semi permeabel atau
selektif permeabel. Sifat selektif permeabel tersebut dimiliki karena struktur
membran sel yang terdiri atas gabungan 2 Lapisan utama yaitu fosfolipida dan
protein (lipoprotein). Sifat selektif permeabel yang dimiliki membran sel sangat
penting bagi transportasi (pengangkutan) bahan-bahan yang diperlukan sel dalam
melangsungkan metabolismenya. Transpor melalui membran sel dilakukan secara
aktif maupun pasif. Lebih jelas mengenai mekanisme transpor melalui membran
sel dapat Anda temukan dalam artikel ini.

Selain kelima fungsi di atas, membran sel juga memiliki beberapa fungsi lain
yang mungkin tidak dapat dijelaskan secara rinci. Beberapa fungsi membran sel
tersebut antara lain:
1. Sebagai media berlangsungnya reaksi-reaksi kimia.
2. Penyedia berbagai fungsi enzim karena protein yang menyusun
strukturnya dapat menjadi katalisator dalam reaksi tertentu.
3. Membran sel berfungsi seperti filter yang mencegah organisme patogen
seperti virus masuk ke dalam sel.
4. Sebagai pembatas antara isi sel dengan bagian luar sel.
5. Melindungi bagian sel yang terletak lebih dalam
Apoptosis
1. Mempengaruhi dari Sistem imun salah satunya TNF alfa
2. Menganggu DNA sel
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan,


yaitu
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang
datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika
didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan
lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan
terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu
laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang
terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium
klinik, yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada
banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit
sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal
di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru,
tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.

Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah
merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan
kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada
penyakit-penyakit yang sama.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,
penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada
penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia,
gagal ginjal, dll

Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam
proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan
dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet
clumping (trombosit bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak
ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan
pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP),
supresi sumsum tulang, dll.

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)


Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak,
dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk
diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke
paru-paru.Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah,
sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi
bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif
kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit
yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik
seperti kanker dan lupus, dll

Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya
dipakai antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata
(VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan
femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-


Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan
pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi


Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang
didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat
adalah gr/dl)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %

Laju Endap Darah


Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.
LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses
inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya
kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan
LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet
Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 15 mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam

Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang
khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit,
eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang
lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya
menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan
jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan
jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/l.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

Platelet Disribution Width (PDW)


PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari
volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang
heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam
folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah
dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang keci

GDS : gula darah sewaktu ( WHO)


Ketika orang sedang melakukan puasa kadar gula normal dalam tubuh adalah 4
7 mmol/I atau setara dengan 72 126 mg/dL
Sedangkan setelah kurang lebih 90 menit kita makan, kadar gula darah yang
normal dalam tubuh adalah 10 mmol/I atau setara 180 mg/dL
Dan pada malam hari kadar gula darah yang normal dalam tubuh kita adalah 8
mmol/I atau setara 144 mg/d

STATUS ELEKTROLIT
Cairan tubuh terganggu

Ureum dan kreatinin


Nilai normal ureum : 15 - 40 mg/dl; dan kreatinin : 0,1-1,1 mg/dl.
Gelombang P
Gelombang positip pertama kali muncul adalah gelombang P.
Menggambarkan depolarisasi dari otot kedua atrium (kanan & kiri).
Cara mengukur gel P adalah dihitung mulai dari awal gelombang P sampai dengan akhir
gel P.
Nilai normal gel P tinggi tidak melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil) dan lebarnya juga tidak
melebihi 2,5mm (2,5 kotak kecil).
Tinggi gel P melebihi 2,5 mm (P pulmonal), mengidentifikasikan adanya pembesaran di
otot atrium kanan.
Lebar melebihi 2,5 mm( P mitral), mengidntifikasikan adanya pembesaran pada otot
atrium kiri.
Gelombang P harus positip di lead II dan harus negatif di lead aVR.

PR Interval
PR interval adalah mewakili waktu yang dibutuhkan oleh SA node untuk mendepolarisasi
otot atrium, sampai AV node dan Bundle his.
PR interval di ukur mulai dari permulaan gel P sampai dengan awal komplek QRS.
Normal PR interval yaitu 3 mm - 5 mm ( 3 kotak kecil - 5 kotak kecil) atau 0,12 detik
sampai 0,20 detik.
Apabila PR interval melebihi 0,20 detik atau 5 kotak kecil, mengidentifikasikan adanya
AV blok.
Apabila PR interval kurang dari 0,12 detik atau 3 kotak kecil, mengidentifiksikan adanya
accelerated pacemaker (seprti kasus WPW syndrome= wolff parkinson white syndrome).

Komplek QRS
Komplek QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, gelombang S.
Komplek QRS menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.
Gelombang Q adalah gel negatif pertama setelah gel P, gel Q mewakili depolarisasi otot
septum ventikel, normal gel Q tidak boleh melebihi 1/3 gelombang R, apabila gel Q
melebihi 1/3 gel R mengidentifikasikan adanya infark.
Pada lead (V1,V2,V3) apabila ditemukan gelombang Q, ini mengindikasikan abnormal
EKG, biasanya di temukan pada kasus MI atau gangguan konduksi seperti LBBB.
Gelombang Q normal ditemukan pada lead V5 & V6, apabila tidak ditemukan gel Q pada
lead ini, kemungkinan besar adanya LBBB.
Gelombang R adalah gelombang positip pertama setelah gel Q.
Gelombang R pada V1 sampai dengan V6 mengalami penambahan voltage, apabila
gelombang R dari V1 sampai dengan V6 tidak mengalami penambahan maka dinamakan
"poor progression"
Gelombang S adalah gelombang negatif kedua setelah gelombang R.
Gelombang S dari V1 sampai dengan V2 voltasenya akan menurun, apabila di temukan
gelombang S pada V5 atau V6 dengan kedalaman lebih dari 5 mm, maka besar
kemungkinan adanya RBBB.
Pada precordial lead(V1 s/d v6) terdapat transition zone, yaitu normalnya terletak pada
lead V3 or V4.( lihat gambar 21)
Komplek QRS diukur muali dari awal Komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir gel
S.
Normal komplek QRS tidak boleh melebihi 0,10 detik, apabila melebihinya
mengidentifikasikan adanya gangguan konduksi pada intraventrikuler ( seperti LBBB,
RBBB, LAHB,LPHB).
Apapun bentuk konfigurasi yang terlihat di gambar 21 adalah semua sama
menggambarkan depolarisasi otot ventrikel.

Gb : 21

Gelombang T
Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot ventrikel.
Gelombang positip pertama setelah gelombang S.
Normal gelombang T, selalu mengikuti arah komplek QRS, selalu negatif pada lead aVR,
tinggi tidak melebihi 5 mm pada ekstermitas lead( I, II, III, aVR, aVL, aVF) dan tidak
melebihi 10 mm pada precordial lead (V1 s/d V6).
Gelombang T yang tinggi biasanya seing ditemukan pada kasus hiperkalemia.
Sedangkan gelombang T yang datar atau terbalik atau inverted biasanya sering di temui
pada kasus penyakit jantung iskemic, dll.

QT Interval
QT interval adalah waktu yang diperlukan untuk mendepolarisasi otot venrikel sampai
dengan mengadakan repolarisasi kembali.
QT interval diukur dari permulaan komplek QRS atau gel Q sampai dengan akhir
gelombang T.
Normal QT interval antara 0,38 detik sampai dengan 0,46 deik. Biasanya QT interval
pada wanita lebih panjang dari laki-laki.
QT interval memanjang biasanya ditemukan pada kasus hipokalsemia or obat-obatan
QT interval memendek biasanya di temukan pada kasus takikardia dan hiperkalsemia.
Apabila anda menemukan EKG dengan QT interval yang memanjang disertai dengan
keluhan pasien, kalau tidak diobati dengan cepat biasana EKG akan berubah menjadi
ventrikel fibrilasi atau ventikel takikardi dan kematian nantinya.

ST Segmen
ST segmen adalah garis zero line atau isoelektrik antara akhir gel S sampai awal
gelombang T, atau tepatnya di mulai dari titik "J" atau junctinal point sampai awal
dimulanya gelombang T.
Titik J junctional adalah titik berakhirnya gelombang S.
Normal ST segmen tidak boleh melebihi +2 mm dari zero line/ garis isoelektrik, tidak
melebihi -1 mm dari zero line atau garis isoelektrik.
Apabila ST segmen melebihi + 2mm dari garis isoelektrik, kemungkinan besar
dinamakan ST elevasi pada kasus MI (myocardiac infarction) atau pada normal EKG
dinamakan early repolarization.
Apabila ST segmen melebihi -1mm dari garis isoelektrik, dinamakan ST depresi.
Biasanya ditemukan pada kasus jantung iskemia.
Pada prakteknya,tergantung kejelian kita. Karena kriteria ST elevasi maupun ST depressi
tidak selamanya sesuai dengan kriterianya. (lihat Gb 22 & 23)

(Gb: 22ST depresi)


(Gb:23 tampak ST elevasi pada lead II, III, aVF dan ST depresi di lead I & aVL)

Anda mungkin juga menyukai