Anda di halaman 1dari 25

Siklus Hidup

Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1).


Infeksi Entamoeba histolytica oleh kista matang berinti empat
(2) tinja terkontaminasi pada makanan, air, atau oleh tangan.
Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit
(4) selanjutnya, bermigrasi ke usus besar. Tropozoit
memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission)
dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1). Karena untuk
mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa
hari sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan
penyebab penularan. (bentuk tropozoit selalu ada pada tinja
diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan
jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati
lambung) dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali
berkembang menuju lumen usus (A: noninvasive infection) pada
carier yang asimtomatik, kista ada dalam tinjanya. Pasien yang
diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa ususnya (B: intestinal
disease), atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal
menuju hati, otak, dan paru (C: extraintestinal disease), dengan
berbagai kelainan patologik.

Patogenesis

Patogenesis yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica dapat


terjadi dalam 2 fase, yaitu ;

Fase Primer : pada fase ini penderita mengalami Amebiasis


Intestinal, dan organ yang diserangnya adalah bagian caecum
yang terutama, serta bagian-bagian yang lain, hal ini sangat
tergantung pada : a.resistensi hostnya sendiri, b) virulensi dari
strain amoeba, c) kondisi dari lumen usus/dinding usus, seperti
infek atau tidaknya dinding usus, d) kondisi makanan, apabila
makanan banyak mengandung karbohidrat, maka amoeba
tersebut menjadi patogen, dan e) keadaan normal flora usus.
Adanya assosiasi amoeba dengan bakteri-bakteri tertentu, akan
menentukan sifat amoeba menjadi aktif, yaitu mengadakan lesi
pada usus dan pada umumnya sampai mencapai mukosa.
Gambaran lesi pada usus (mukosa), tampak adanya nekrosis
tanpa reaksi keradangan, kecuali bila ada sekunder infeksi. Pada
keadaan lanjut proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari
sini amoeba akan ke sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi-
lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle neck ulcus.
Sekunder infeksi biasanya oleh kuman-kuman : Clostridium
perfringens, Shigella dan umumnya prognosa menjadi jelek,
sebab terjadinya gangren usus, serta sering menyebabkan
kematian penderita.
Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai subjek-mukosa),
sering terjadi perdarahan-perdarahan ini dapat dilihat pada feses
penderita, kadang-kadang dapat dilihat adanya sel-sel mukosa.
Disamping itu ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan
terjadinya perforasi, hingga prognosa akan menjadi jelek.

Fase Sekunder : terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses


ekstra intestinal ini dapat terjadi akibat penyebaran parasit
secara hematogen, dan organ yang sering terkena adalah: hepar
(hati) yang dapat menimbulkan amoebik hepatis dan selanjutnya
akan menimbulkan abses hepatikum. Abses hepatikum ini dapat
single atau multiple dan 85 % pada lobus di ekstra. Selanjutnya
dapat terjadi pula amoeba ekspansi karena pecahnya abses hati
atau secara hematogen, yaitu pada : pleura, paru-paru, kulit, dan
adanya ulcerasi pada sigmoid dan rektum akan dapat
menyebabkan komplikasi atau akan berekspansi ke vagina bagi
penderita wanita. Proses amoebiasis ekstra intestinal dapat
terjadi dengan cara sebagai berikut : (1)amebiasis hati : terjadi
karena abses hati terutama pada posteosuperior lobus kanan,
dengan gejala klinis : nyeri daerah hipokondrium kanan, demam
disertai ikterus, hepatomegali (diare dan disentri negative), jika
tidak diobati/tidak sempurna maka abses berkembang berbagai
arah yang akan menyebabkan abses organ sekitar. komplikasi
pecahnya abses hati kanan mengakibatkan kelainan kulit, paru,
rongga pleura kanan, diafragma dan rongga peritoneum. (2)
amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga
mengakibatkan granuloma kutis. (3) amebiasis paru terjadi
karena abses hati kanan pecah, kemudian masuk ke daerah
organ paru, sputum berwarna coklat merah tua dan dapat
ditemukan tropozoit pada bahan sputum. (4) amebiasis pleura
kanan terjadi karena abses hati kanan pecah, dan menyerang
empiema torax. (5) Diafragma terkena jika abses hati kanan
pecah, kemudian terjadi abses subfrenik (6) Rongga peritoneum
dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang
bagian rongga peritonium dan menyebabkan peritonitis umum.
(7) erebral amoebiasis, terjadi karena komplikasi dari abses hati
atau dari paru (kasus jarang). (8) Abses limpa, terjadi karena
komplikasi amubiasis hati atau langsung penularan dari tropozoit
kolon.
Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, maka
akan terjadi kelainan pada daerah lambung, rongga perikardium,
kulit & rongga pleura kiri, hal ini dapat mengakibatkan gejala
klinis sebagai berikut : 1) pada lambung dapat terjadi
hematemesis. 2) pada rongga perikardium; dapat perikarditis
purulen yang dapat menyebabkan kematian. 3) amoebiasis
organ lain : Pulmonary amoebiasis

Giardiasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa


patogen yaitu Giardia lamblia atau dikenal juga sebagai Giardia
intestinalis atau Giardia duodenalis atau Lamblia intestinalis.
Giardia lamblia berasal dari famili Hexamitidae, subfilum
Mastigophora, filum Sarcomastigophora. Patogen ini hidup
berkoloni di lumen usus halus manusia dan lebih sering
menyerang anak usia balita dan sekolah dibandingkan orang
dewasa.

Klasifikasi ilmiah
Domain: Eukaryota
Filum: Metamonada
Ordo: Diplomonadida
Famili: Hexamitidae
Genus: Giardia
Spesies: G. lamblia

Morfologi
Giardia lamblia memiliki 2 stadium, yaitu stadium trofozoit dan
stadium kista.

Trofozoit berukuran panjang 9-20 m, lebar 5-15 m. Berbentuk


oval hingga ada yang berbentuk buah pear atau bentuk hati.
Bentuk trofozoit spesies ini memiliki : sucking disc pada ujung
anteriornya, yaitu area konkaf yang menutupi setengah dari
permukaan ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris
bilateral. Nuklei tersebut mengandung sedikit kromatin perifer
namun memiliki kariosom besar yang berada di tengah. Sebuah
axostyle, terdiri dari 2 axonema yang membagi dua tubuhnya.
Dua buah median bodies (parabasal bodies), diduga memiliki
peranan dalam proses metabolisme. Empat flagella yang terletak
di lateral, 2 lateral di ventral, dan 2 terletak di kaudal.

gambar Tropozoit Giardia lamblia

Kista berukuran lebih kecil daripada trofozoit yaitu panjang 8-18


m dan lebar 7-10 m. Letak kariosom lebih eksentrik bila
dibandingkan dengan trofozoit. Pada kista yang telah matur
terdapat 4 buah median bodies, 4 buah nuclei, dan dapat pula
ditemukan longitudinal fibers.

Gambar Kista Giardia lamblia

Siklus hidup
Dalam silkus hidupnya, G. Lamblia mengalami 2 stadium, yaitu
stadium trofozoit yang dapat hidup bebas di dalam usus halus
manusia dan kista stadium infektif yang keluar ke lingkungan
melalui feses manusia.
Tertelannya kista dari air minum dan makanan yang
terkontaminasi atau dapat juga melalui kontak individu
merupakan awal dari infeksi. Setelah melewati gaster, kista
menuju usus halus. Ekskistasi terjadi di duodenum, setelah itu
multiplikasi terjadi melalui pembelahan biner dengan interval
kurang lebih 8 jam. Trofozoit menempel pada mukosa duodenum
dengan menggunakan sucking disc yang dimilikinya. Enkistasi
terjadi saat trofozoit masuk ke usus besar. Stadium trofozoit dan
kista dapat ditemukan pada feses penderita giardiasis. Kedua hal
tersebur dapat dijadikan alat untuk mendiagnosis penyakit
giardiasis. Di luar tubuh manusia, G. Lamblia lebih tahan dalam
bentuk kista dan dalam lingkungan lembab dapat bertahan
sampai 3 bulan.
Transmisi dan Patogenesis
Giardia lamblia dapat ditemukan pada saluran gastrointestinal
berbagai macam mamalia termasuk manusia. Protozoa ini dapat
ditularkan melalui cara fecal-oral maupun oral-anal. Banyak
sumber air seperti danau dan sungai mengandung kista protozoa
ini sebagai akibat dari kontaminasi oleh feses manusia dan
hewan. Transmisi G.lamblia umum terjadi pada orang yang
memiliki risiko tinggi seperti anak-anak yang berada di tempat
penitipan anak, wisatawan yg mengunjungi beberapa area,
homoseksual, dan orang yg sering berhubungan dengan hewan-
hewan tertentu.
Gejala giardiasis bervariasi dari yang asimtomatik hingga diare
dan malabsorbsi. Diagnosis dengan ditemukannya kista dan
trofozoit dalam feses. Metode immunofluorescece dan enzyme
immuoassay sudah mulai dikembangkan untuk mendeteksi G.
Lamblia dalam feses.

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
Mengkonsumsi air minum yang bersih yang telah menjalani
pemanasan sampai 50 sehingga dapat menginaktifkan kista.
Pada umumnya G. Lamblia resisten terhadap klorin, sehingga
penyaringan sangat diperlukan untuk menghilangkan
kontaminasi oleh protozoa patogen ini.
Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-
berang dan tikus air).
Memasyarakatkan kebersihan individu (cuci tangan).
Penyediaan makanan yang bersih dan baik.

Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti.


Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan.
Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan
dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat
melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium
kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat
tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih
belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis
terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik
mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit,
sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan
perubahan patofisiologik.

Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin


berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Penghancuran eritrosit. Penghancuran eritrosit ini tidak saja
dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga
oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang
tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan
anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat,
dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat
mengakibatkan gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag. Pada saat skizogoni, eirtosit


yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif
endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan
dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat
pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna.
Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris
tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah
hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan
sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam,
hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang
dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan
sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat
juga menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat
meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada
endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak
dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan
mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya
penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi


plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk
tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi
malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang
mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium
kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung
di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang
terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan
membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam
alam-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang


bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan
edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat
menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum
ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya
ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang
terinfeksi plasmodium P. falciparum. Thanks for reading:
Patofisiologi Malaria
Dalam siklus hidup Plasmodium malaria mempunyai 2
hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam
hospes vertebrata di kenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus
seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk di kenal
dengan sporogoni.

1. Siklus aseksual

Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles


betina masuk ke dalam darah manusia melalui gigitan nyamuk.
Dalam waktu tiga puluh menit sporozoit masuk kedalam sel sel
parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik. Di dalam sel
hati parasit akan tumbuh menjadi skizon dan berkembang
menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit akan pecah
dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian akan difagositosis.
Karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka
disebut stadium pre eritrositik atau eksoerikrositik. Siklus
eriktrositik dimulai saat merozoit memasuki sel sel darah
merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, di kelilingi oleh
sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai
membentuk tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon
muda, berkembang menjadi skizon matang dan membelah
banyak menjadi merozoit. Sel darah merah yang pecah
mengeluarkan merozoit, pigmen serta sisa sel keluar dan
memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah
lainnya untuk mengulang siklus skizogoni. Beberapa merozoit
memasuki eritrosit dan membentuk skizon serta lainnya
membentuk gametosit yaitu bentuk seksual.

2. Siklus seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang bersama
darah tidak di cerna oleh sel sel lain. Pada makrogamet (jantan)
kromatin membagi menjadi 6 8 inti yang bergerak ke pinggir
parasit. Pada tempat tersebut beberapa filamen terbentuk
seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet.
Pembuahan terjadi karena masuknya mikrogamet ke dalam
makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk
menjadi ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan
membran basal dinding lambung, ookinet berubah menjadi
ookista. Di dalam ookista dibentuk sporozoit, menembus kelenjar
nyamuk dan bila nyamuk menggigit manusia maka sporozoit
masuk ke dalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah
berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan
zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama.
[1]
Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya.
Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa.
Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan
merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami
kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua
spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek
tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke
dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus
Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke
dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh
bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae
dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa
dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta
dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk
badan buah.[2]
Daftar isi

1 Bentuk tubuh

2 Habitat

3 Ciri-ciri

4 Morfologi Protozoa

5 Fisiologi Protozoa

6 Adaptasi

7 Kelas Berdasarkan Alat Gerak

8 Referensi

Bentuk tubuh
Flagellata

Biasanya berkisar 10-50 m, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm,


dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di
sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka
sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000
jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan
berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Tubuh
protozoa amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal
(unisel). Namun demikian, Protozoa merupakan system yang
serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja
tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran 3-
1000 mikron.Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti
bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang
bentuknya tidak menentu. Juga ada memiliki fligel atau bersilia.[1]
Habitat

Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah.


Mereka umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan,
lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang
bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae,
sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa
spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan
tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban
yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut
merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain
hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada
di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa
yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau
di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa
berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan
penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka
memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan
dan hewan lainnya.[2]. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk
koloni. Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton.
Permukan tubuh Protozoadibayangi oleh membransel yang tipis,
elastis, permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein,
sehingga bentuknya mudah berubah-ubah. Beberapa jenis
protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik dan
kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba
menjadi jelek, Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi.
Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus, badan
golgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa
bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu
makanannya berupa organisme lainnya,. Ada pula yang holofilik
(autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat
organic dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang
bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organic dari
organisme yang telah mati adapula yang bersifat parasitik.
Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel,
terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini
mungkin protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel
tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya.[1]

Ciri-ciri

Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang


merupakan salah satu filum dari Kingdom Protista. Seluruh
kegiatan hidupnya dilakukan oleh sel itu sendiri dengan
menggunakan organel-organel antara lain membran plasma,
sitoplasma, dan mitokondria. Ciri-ciri umum :
Organisme uniseluler (bersel tunggal)

Eukariotik (memiliki membran nukleus)

Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri


(heterotrof)

Hidup bebas, saprofit atau parasit

Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup

Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela[3]

Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif


dengan silia atau flagen, memili membrane sel dari zat
lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa berubah-ubah.
Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis
protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubag-ubah.
Adapun yang mencirikan sebagai sebagai tumbuhan adalah ada
jenis protozoa yang hidup autotrof. Perkembangbiakan bakteri
dan amuba Perkembangbiakan amuba dan bakteri yang biasa
dilakukan adalah dengan membela diri. Dalam kondisi yang
sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap 15 menit.
Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti
menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan
sitoplasmanya, menjadi dua yang masing=masing menyelubungi
inti selnya. Selanjutnya bagian tengah sitoplasma menggenting
diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah
sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua
sel baru yang masing=masing mempunyai inti baru dan
sitoplasma yang baru pula. Pada amuba bila keadan kurang baik,
misalnya udara terlalu dingin atau panas atau kurang makan,
maka amuba akan membentu kista. Didalam kista amuba dapt
membelah menjadi amuba-amuba baru yang lebih kecil. Bila
keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan
pecah dan amuba-amuba baru tadi dapat keluar. Selanjudnya
amuba ini akan tumbuh setelah sampaipada ukuran tertentu dia
akan membelah diri seperti semula.[1]

Morfologi Protozoa
Ciliata

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat


berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari
sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak
vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat
berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk
istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak
menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan
hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang
menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel
vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak
mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae.
Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai
dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel.
Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai
kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca.
Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel
mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian
dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang
keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar
Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam
waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa
merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas
menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun
ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang
dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan
ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid
dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan
flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak
dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak
dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia
dikelompokkan ke dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh
Commitee on Systematics and Evolution of the Society of
Protozoologist, mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru,
yaitu Sarcomastigophora, Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa,
Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi
yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi
satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena
anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas.
Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah
genera Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia,
Opalina, Amoeba, Entamoeba, dan Difflugia. Anggota kelompok
Ciliophora antara lain genera Didinium, Tetrahymena,
Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok
Acetospora adalah genera Paramyxa. Apicomplexa
beranggotakan genera Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria.
Genera Metchnikovella termasuk kelompok Microspora. Genera
Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota kelompok
Myxospora.[2]

Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi


beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik
misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang
mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk
menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom
hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan
dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik,
baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup
di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa
makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran,
dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui
saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk
ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola kecil
terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya
molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel
makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel
yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok
Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang
fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel
oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil
kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim
ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil
pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara
pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel.
Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri.
Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel
yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap
makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam
vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari
sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom.[2]

Adaptasi

Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut


ganggang, bakteri, dan microfungi. Protozoa memainkan peran
baik sebagai herbivora dan konsumen di decomposer link dari
rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting
dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa
dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka,
beberapa, misalnya amoebas, mengelilingi dan menelan
makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut
pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa
yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen
disebut vakuola.

Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa


merupakan sumber makanan penting bagi microinvertebrates.
Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam transfer bakteri
dan ganggang produksi ke tingkat trophic berurutan adalah
penting. Protozoa seperti parasit malaria (Plasmodium spp.), Dan
Leishmania trypanosomes juga penting sebagai parasit dan
symbionts dari hewan multisel.

Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara


tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti
kista, protozoa dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti
terpapar ke suhu yang ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau
waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk
jangka waktu tertentu. Menjadi spesies parasit kista
memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan
memungkinkan mereka transmisi dari satu host ke yang lain.
Ketika protozoa adalah dalam bentuk trophozoites (Yunani,
tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif memberi
makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil
bentuk kista disebut encystation, sedangkan proses
mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.
Protozoa dapat mereproduksi dengan pembelahan biner atau
beberapa fisi. Beberapa protozoa bereproduksi secara seksual,
beberapa aseksual, sementara beberapa menggunakan
kombinasi, (mis. Coccidia). Seorang individu protozoon adalah
hermaphroditic.

Nama lain untuk protozoa adalah Acrita (R. Owen, 1861). Mereka
dapat menyebabkan malaria atau disentri amuba.

Kelas Berdasarkan Alat Gerak

Protozoa dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan alat gerak:

Rhizopoda (Sarcodina),alat geraknya berupa pseudopoda (kaki


semu) Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia)yang
merupakan penjuluran protoplasma sel. Hidup di air tawar, air
laut, tempat-tempat basah, dan sebagian ada yang hidup dalam
tubuh hewan atau manusia.Jenis yang paling mudah diamati
adalah Amoeba.Ektoamoeba adalah jenis Amoeba yang hidup di
luar tubuh organisme lain (hidup bebas), contohnya Ameoba
proteus, Foraminifera, Arcella, Radiolaria.Entamoeba adalah jenis
Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, contohnya
Entamoeba histolityca, Entamoeba coli.[4]

Amoeba proteus memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola


makanan dan vakuola kontraktil.

Entamoeba histolityca menyebabkan disentri amuba


(bedakan dengan disentri basiler yang disebabkan Shigella
dysentriae)

Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan makanan


di dalam mulut radang gusi (Gingivitis)

Foraminifera sp. fosilnya dapat dipergunakan sebagai


petunjuk adanya minyak bumi. Tanah yang mengandung
fosil fotaminifera disebut tanah globigerina.

Radiolaria sp. endapan tanah yang mengandung hewan


tersebut digunakan untuk bahan penggosok.

Flagellata (Mastigophora),alat geraknya berupa flagel (bulu


cambuk).Bergerak dengan flagel (bulu cambuk) yang digunakan
juga sebagai alat indera dan alat bantu untuk menangkap
makanan.Dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Fitoflagellata Flagellata autotrofik (berkloroplas), dapat
berfotosintesis. Contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris,
Volvox globator.Zooflagellata.[4]

Flagellata heterotrofik (Tidak berkloroplas).Contohnya :


Trypanosoma gambiens, Leishmania Dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu:

Golongan phytonagellata

- Euglena viridis (makhluk hidup peralihah antara


protozoadengan ganggang) - Volvax globator (makhluh hidup
peralihah antara protozoa dengan ganggang) - Noctiluca millaris
(hidup di laut dan dapat mengeluarkan cahaya bila terkena
rangsangan mekanik)

Golongan Zooflagellata, contohnya :

- Trypanosoma gambiense & Trypanosoma rhodesiense.


Menyebabkan penyakit tidur di Afrika dengan vektor (pembawa)
lalat Tsetse (Glossina sp.) Trypanosoma gambiense vektornya
Glossina palpalis tsetse sungai Trypanosoma rhodeslense
vektornya Glossina morsitans tsetse semak - Trypanosoma
cruzl penyakit chagas - Trypanosoma evansi penyakit surra,
pada hewan ternak(sapi). - Leishmaniadonovani penyakit
kalanzar - Trichomonas vaginalis penyakit keputihan

Ciliata (Ciliophora),alat gerak berupa silia (rambut getar).


Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada
suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan
mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel.Memiliki
2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang
mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara
mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan
mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi
untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil
yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam
tubuhnya. Banyak ditemukan hidup di laut maupun di air tawar.
Contoh : Paramaecium caudatum, Stentor, Didinium, Vorticella,
Balantidium coli .[4]

Paramaecium caudatum disebut binatang sandal, yang


memiliki dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan
vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengatur
kesetimbangan tekanan osmosis (osmoregulator).
Memiliki dua jenis inti Makronukleus dan Mikronukleus (inti
reproduktif). Cara reproduksi, aseksual membelah diri, seksual
konyugasi.

Balantidium coli menyebabkan penyakit diare.

Sporozoa,adalah protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Cara


bergerak hewan ini dengan cara mengubah kedudukan
tubuhnya. Pembiakan secara vegetatif (aseksual) disebut juga
Skizogoni dan secara generatif (seksual) disebut
Sporogoni.Marga yang berhubungan dengan kesehatan manusia
Toxopinsma dan Plasmodium.. Tidak memiliki alat gerak
khusus, menghasilkan spora (sporozoid) sebagai cara
perkembang biakannya. Sporozoid memiliki organel-organel
kompleks pada salah satu ujung (apex) selnya yang dikhususkan
untuk menembus sel dan jaringan inang.Hidupnya parasit pada
manusia dan hewan.Contoh : Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae,Plasmodium vivax. Gregarina.[4]

Jenis-jenisnya antara lain:

Plasmodiumfalciparum malaria tropika sporulasi tiap


hari

Plasmodium vivax malaria tertiana sporulasi tiap hari


ke-3(48 jam)

Plasmodium malariae malaria knartana sporulasi tiap


hari ke-4 (72 jam)

Plasmodiumovale malaria ovale[5]

Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang


ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk
Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan
iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia.

Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah.
Sampai saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia
yaitu plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan
plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling
berbahaya dan dapat mengancam nyawa.
Setiap tahunnya, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena
penyakit malaria. Demikian menurut data terbaru yang dimuat dalam jurnal
kesehatan Inggris, The Lancet. Angka yang dilansir itu jauh lebih tinggi dari
perkiraan WHO tahun 2010 yakni 655.000.

Banyak yang mengira penyakit malaria sama dengan demam berdarah karena
punya gejala yang mirip dan sama-sama ditularkan oleh nyamuk. Namun perlu
diketahui bahwa keduanya berbeda. Malaria disebabkan oleh nyamuk anopheles
yang membawa parasit plasmodium, sementara demam berdarah disebabkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti yang membawa visrus Dengue.

Gejala Penyakit Malaria

Gejala malaria mirip dengan gejala flu biasa. Penderita mengalami demam,
menggigil, nyeri otot persendian dan sakit kepala. Penderita mengalami mual,
muntah, batuk dan diare. Gejala khas malaria adalah adanya siklus menggigil,
demam dan berkeringat yang terjadi berulang ulang. Pengulangan bisa
berlangsung tiap hari, dua hari sekali atau tiga hari sekali terggantung jenis
malaria yang menginfeksi. Gejala lain warna kuning pada kulit akibat rusaknya
sel darah merah dan sel hati.

Infeksi awal malaria umumnya memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :

Menggigil

Demam tinggi

Berkeringat secara berlebihan seiring menurunnya suhu tubuh

Mengalami ketidaknyamanan dan kegelisahan (malaise)

Tanda dan gejala lain antara lain:


Sakit kepala

Mual

Muntah

Diare

Dalam beberapa kasus, parasit penyebab malaria bisa bertahan dalam tubuh
manusia selama beberapa bulan. Sementara itu, infeksi akibat parasit P. falciparum
biasanya lebih serius dan lebih mengancam nyawa. Sehingga ketika merasakan
gejala tersebut, penangan dokter lebih awal sangat disarankan.

Penyebab, Penularan & Faktor Risiko

Meski memiliki gejala yang hampir mirip, malaria dan demam berdarah
disebabkan oleh nyamuk yang berbeda. Nyamuk penyebab demam berdarah
adalah Aedes Aegypti, dan menyerang pada siang hari. Sementara nyamuk
Anopheles penyebab malaria menyerang pada pagi dan sore hari.

Penyebab Malaria

Parasit yang menyebabkan malaria disebut plasmodium. Ada 170 jenis


plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan malaria pada manusia :

P. falciparum, merupakan jenis yang banyak terdapat di Afrika dan


menyebabkan gejala yang parah.

P. vivax, merupakan jenis yang banyak terdapat di daerah tropis Asia.

P. malariae, banyak terdapat di Afrika dan dapat berdiam di aliran darah


tanpa menimbulkan gejala apapun untuk beberapa tahun.

P. ovale, banyak terdapat di Afrika bagian barat.

Proses Penularan Penyakit Malaria

Penularan parasit plasmodium kepada manusia adalah melalui nyamuk anopheles


betina. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi malaria, nyamuk
tersebut menyedot parasit yang disebut gametocytes. Parasit tersebut
menyelesaikan siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian
merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit anda, nyamuk ini
menyuntikan parasit ke aliran darah anda. Menuju hati kemudian
melipatgandakan diri.

Bentuk penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa penularan dari wanita hamil
ke janin. Malaria juga dapat menular melalui transfusi darah.

Faktor Risiko Terkena Malaria

Mereka yang memiliki imunitas rendah terhadap malaria memiliki risiko yang
lebih besar. Hal ini berlawanan dengan mereka yang tinggal di daerah endemik
karena telah memiliki imunitas terhadap malaria.

Mereka yang berisiko mengalami malaria antara lain:

Anak-anak dan bayi

Pelancong yang datang dari wilayah tanpa malaria

Wanita hamil dan janinnya

Pencegahan dan Cara Pengobatan

Tidak ada vaksin yang efektif untuk melawan malaria. Pada negara-negara
endemik cara pencegahannya adalah dengan menjauhkan nyamuk dari manusia
dengan memakai obat nyamuk atau jaring nyamuk.

Cara Pencegahan

Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat endemik


malaria. Namun kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut:

Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup

Menggunakan krim anti nyamuk

Memasang kelambu anti nyamuk

Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria


mengancam, konsultasikan dulu dengan dokter

Jangan keluar rumah setelah senja


Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah

Jangan lupa, jaga kesehatan diri dengan makan makanan bergizi dan olahraga
teratur untuk meningkatkan sistem imun dan mencegah serangan penyakit
malaria!

Cara Pengobatan

Ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan malaria yaitu : jenis
plasmodium yang menginfeksi, keadaan klinis pasien (usia dan kehamilan) dan
jenis obat yang cocok untuk plasmodium penginfeksi. Jenis obat tergantung dari
daerah geografis tempat plasmodium tersebut hidup. Hal tersebut disebabkan
adanya plasmodium yang sudah resisten terhadap beberapa obat pada daerah
daerah tertentu.

Malaria ringan dapat diberikan obat oral. Sedangkan malaria berat yang
mempunyai gejala klinis perdarahan harus di observasi di rumah sakit dengan
pengobatan intra vena.

Untuk lebih jelasnya, mengenai cara pengobatan penyakit malaria akan kami buat
postingan khusus. Tunggu saja.

Anda mungkin juga menyukai