Anda di halaman 1dari 21

Laporan Tutorial

Blok 1.4
Skenario 3: "KEMANA TENAGAKU?"

Disusun Oleh :
Kelompok 28 D
Ketua:

Intan Ekaverta

Sekretaris: Nurul Husna Muchtar


Megi Rantau Loyalne Samalinggai
Anggota: A. Harits Tampubolon

1210313070
1210312117
1210319003
1210312113

Citra Resmi Dewanti

1210313050

Denada Florencia Leona

1210312125

Denisa Alfadilah

1210312026

Fitri Amelia Rizki

1210213065

Mhicya Utami Ramadhani

1210313064

Ranny Anneliza

1210313056

Rizki Audita

1210312019

SKENARIO 3:
KEMANA TENAGAKU?
Pak Raden 35 tahun bekerja sebagai buruh angkat di suatu perusahaan, sarapan
pagi selalu tersedia berupa nasi dengan lauk pauk kesukaan Pak Raden. Seperti biasa
ditempat kerja Pak Raden mengangkat barang di luar ruangan, tetapi hari ini ia bekerja
dalam gudang yang tertutup dan pengap. Berbeda dari hari biasa Pak Raden merasa cepat
lelah, napas agak sesak dan tidak bertenaga. Beberapa hari terakhir Pak Raden mengeluh
sering berdebar-debar dan berkeringat banyak. Pak Raden dibawa ke IGD RS.M. Jamil dan
setelah dianamnesis dan dilakukan pemeriksaan, Pak Raden mendapatkan O2 dan dokter
mengatakan pasien akan segera pulih.
Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang bertugas disana mengerti karena dia
tahu hubungan O2 dan ATP atau NADH atau faktor lain dengan kegiatan Pak Raden baik
proses anabolisme maupun katabolisme. Mahasiswa kedokteran tersebut berpikir, apakah
perlu Pak Raden memeriksa BMR karena diduga mengalami hipertiroid.
Bagaimana saudara menjelaskan apa yang terjadi pada Pak Raden ?

I.

TERMINOLOGI
a. O2 :
molekul yang terdiri dari 2 atom O, terdapat di atmosfer sekitar 20 % dan
berguna untuk pernafasan dan pembakaran.
b. NADH :
NAD+ yang tereduksi dengan penambahan atom H; koenzim aktif bagi vitamin
B dan berperan sebagai pembawa electron dalam reksi enzimatis.
c. BMR (Basal Metabolic Rate):
Energi minimal yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi fisiologis normal saat
istirahat fisik ataupun mental.
d. ATP (Adenin Tri Phosphat):
Ikatan fosfat untuk menyimpan energy yang berperan dalam metabolisme.
e. Anabolisme:
Proses pembentukan molekul sederhana mrnjadi yang lebih kompleks dengan
membutuhkan energy yang dihidrolisis dari ATP yang berlangsung di dalam sel.
f. Katabolisme:
Proses pemecahan
molekul kompleks menjadi lebih sederhana dan
menghasilkan energy dengan bantuan enzim.
g. Hipertiroid:
Kelebihan aktivitas kelenjer tiroid ditandai dengan meningkatnya laju
metabolism dan gangguan saraf otonom.
h. Anamnesis:
Riwayat medis dan psikiatik; pengambilan data dilakukan oleh seorang dokter
dengan serangkaian wawancara kepada pasien atau keluarga pasien, untuk
mengetahui riwayat medis pasien sehingga mempermudah diagnosis.

II.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa sarapan pak Raden berupa nasi dan lauk pauk?
2. Mengapa bisa terjadi perbedaan ketika Pak Raden berkerja di dalam dan diluar
ruangan (di dalam ruangan lebih cepat lelah, tidak bertenaga, dan sesak napas)?
3. Mengapa pak Raden mengeluh sering berdebar- debar dan berkeringat banyak
di beberapa hari terakhir?
4. Mengapa harus diberikan suplai O2 kepada pak Raden?
5. Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan BMR?
6. Bagaimana hubungan O2 dengan ATP, NADH, anabolisme dan katabolisme
dengan kegiatan pak Raden?

7. Mengapa mahasiswa menduga pak Raden menderita hipertiroid?


8. Bagaimana pengaruh usia pak Raden terhadap kondisinya?

III.

ANALISIS MASALAH
1. Nasi mengandung karbohidrat, lauk pauk mengandung lemak dan protein
yang merupakan sumber tenaga terbesar.
2. Kadar O2 di luar ruangan tidak terbatas, sedangkan di dalam ruangan yang
tertutup dan pengap, kadar O2 terbatas. Sesak napas merupakan respon
tubuh untuk mendapatkan O2 sebanyak- banyaknya. Lelah disebabkan
karena peningkatan asam laktat hasil respirasi anaerob di otot.
3. Ketika tubuh kekurangan Oksigen untuk menghasilkan energi, sel- sel
mengirim impuls ke hipotalamus, hipotalamus merangsang sekresi TRH,
kemudian

TRH

menginisiasi

pituitary

menghasilkan

TSH.

TSH

memerintahkan kelenjer tiroid untuk sekresi lebih banyak. Sehingga

kecepatan metabolisme meningkat, panas tubuh meningkat dan dikeluarkan


melalui keringat untuk homeostasis suhu tubuh. Metabolisme meningkat,
kerja jantung meningkat, sehingga berdebar- debar.
4. Metabolisme pak Raden terganggu karena kurangnya O 2, sehingga
dibutuhkan suplai O2 yang lebih untuk membuat tubuh pak Raden normal
kembali. Metabolisme aerob menurunkan produksi asam laktat.
5. Pemeriksaan BMR dilakukan untuk memeriksa gerak napas, suhu tubuh,
metabolisme, dan sirkulasi darah. Jika pasien positif menderita hipertiroid
maka BMR akan tinggi.
6. Terjadi pelepasan energy (ATP, NADPH, FADH2) saat proses katabolisme.
Pada proses transport elektron, O 2 berfungsi sebagai pereduksi. Sehingga
jika O2 terganggu maka akan berpengaruh pada produksi ATP.
7. Terdapat gejala- gejala hipertiroid pada Pak Raden; keringat banyak,
berdebar- debar, sesak napas dan suhu badan panas.
8. Semakin tinggi usia seseorang maka nilai BMR nya akan semakin rendah.
Sedangkan pada anak- anak, ibu hamil dan menyusui nilai BMR akan
tinggi.

IV.

SISTEMATIKA
Transpor
elektron
Anabolisme

Siklus kreb

Faktor
pengaruh

Metabolisme
Korelasi
klinis

Katabolisme
Glikolisis

Energi

Respirasi
sel

Pemeriksaan
BMR

V.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses metabolisme.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan respirasi aerob dan respirasi anaerob
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bioenergitika.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan BMR.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
metabolisme.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan korelasi klinis tentang metabolisme.

VI. BERBAGI INFORMASI


1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses metabolisme.

Metabolisme adalah keseluruhan reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh


organisme untuk mempertahankan homeostasis tubuh yang terjadi secara simultan.
Reaksi-reaksi tersebut adalah dasar dari kehidupan, yang membuat sel dapat
tumbuh

dan

bereproduksi,

mempertahankan

strukturnya,

dan

merespon

lingkungannya yang bertanggung jawab terhadap pengaturan materi dan sumber


energi dari sel.
Metabolisme hanya dapat berlangsung jika terdapat zat yang bereaksi, yakni ATP
dan enzim. ATP (Adenosin Trifosfat) adalah molekul nukleotida berenergi tinggi
pada ikatan antara gugus fosfat 1 dan 2 serta 2 dan 3 yang tersusun atas gula
pentosa, basa nitrogen adenin, dan mengikat tiga gugus fosfat (trifosfat). Kedua
ikatan fosfat ini bersifat labil. Jika gugus 3 dilepas, akan dihasilkan Adenosin
Difosfat (ADP) dan dibebaskan energi, jika gugus 2 juga dilepas, akan dihasilkan
Adenosin Monofosfat (AMP) dan juga dibebaskan energi.

Tahap-tahap metabolisme :
a. Pembentukan energi dari oksidasi bahan bakar.
b. Penyimpanan energi di dalam ATP.
c. Penggunaan energi pada ikatan fosfat ATP untuk menjalankan proses.
Secara umum, metabolisme terbagi atas 3 reaksi :
Katabolisme (reaksi pemecahan)
Anabolisme (reaksi penyusunan)
Amphibolic (gabungan reaksi anabolisme dan katabolisme)
Katabolisme

Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang menghasilkan energi dengan memecah


molekul kompleks menjadi molekul sederhanan. Proses ini juga disebut exergonic
(menghasilkan energi) (McKane and Judy Kandel,1950). Contoh: respirasi sel
Anabolisme
Anabolisme adalah proses pembentukan (konstruktif) oleh sel hidup yang
mengubah substrat sederhana menjadi senyawa yang lebih kompleks. Dan selama
proses anabolisme membutuhkan energy dalam reaksinya. Atau dapat dikatakan
segala bentuk sintesa dalam mikroorganisme. Contoh: pembentukan asam amino.

Amphibolic
Jalur metabolisme yang berfungsi menghubungkan anabolisme dan katabolisme.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan respirasi aerob dan respirasi anaerob
Respirasi merupakan proses terjadinya pembongkaran suatu zat makanan sehingga
menghasilkan energi yang diperlukan oleh mikroorgnisme tersebut.
Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat dibagi dalam dua
cara, yaitu sebagai berikut :
a. Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah
glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan menghasilkan energi. Menurut
penyelidikan energi yang terlepas sebagai hasil pembakaran 1 grammol glukosa
adalah 675 Kkal. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi oleh oksigen, dan
reaksi kimianya dapat digambarkan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 -> 6 CO2 + 12 H2O + 675 Kkal
(Dwidjoseputro D.,1981)
Tahapan reaksi yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi: glikolisis, siklus
kreb (the tricarboxylic acid cycle) dan tranfer elektron.
A. Glikolisis
Glikolisis adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa
(terdiri dari 6 atom C) menjadi dua molekul asam piruvat (terdiri dari 3 atom C).

Glikolisis juga menghasilkan ATP dan NADH + H+ (Waiter, Michel J. At all, 2001).
Glikolisis terjadi di sitosol.
Sebagian besar mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber
karbon dan energi. Heksosa, gula enam karbon (C6), glukosa adalah lebih dari
substrat untuk sebagian besar mikroorganisme dan sebagian kecil mikroorganisme
tidak bisa mengolahnya. Di alam, glukosa bebas biasanya tidak tersedia, tetapi
dapat diperoleh melalui berbagai rute. Ini berasal dari interkonversi heksosa
lainnya, hidrolisis disakarida, oligosakarida dan polisakarida dari lingkungan, atau
dari sel penyimpanan material, seperti pati, glikogen dan trehalosa. Pembentukan
energi dari glukosa yang didahului oleh proses fosforilasi sampai menghasilkan
piruvat (C3). Namun, jumlah ATP yang diproduksi terbatas, yang dibentuk melalui
substrat-tingkat fosforilasi. Maksimum dua molekul ATP yang dihasilkan untuk
setiap satu molekul glukosa teroksidasi, menghasilkan piruvat menempati posisi
penting dalam metabolismedan merupakan titik awal untuk katabolisme lanjut
(McKane and Judy Kandel,1950).
Tahap- tahap glikolisis:
1. Glukosa mendapat tambahan satu gugus fosfat (mengalami fosforilasi) dari
satu molekul ATP ketika memasuki sel sehingga glukosa tetap bertahan di
dalam sel untuk selanjutnya mengalami glikolisis terurai jadi ATP sehingga
membentuk glukosa 6-fosfat dengan dikatalisis oleh enzim heksokinase
(glukokinase di hati).
2. Glukosa 6-fosfat diubah gugus fungsinya (mengalami isomerase) oleh
enzim fosfoglukosa isomerase menjadi fruktosa 6-fosfat. Isomerase
menempatkan sebuah gugus keto disamping karbon 3 (untuk penguraian
selanjutnya ikatan antara 3 dan 4).
3. Satu molekul ATP yang lain memberikan satu gugus fosfat kepada fruktosa
6-fosfat, dan ATP diubah menjadi ADP, sehingga menghasilkan fruktosa
1,6 difosfat dengan dikatalisis oleh fosfofruktokinase.
4. Fruktosa 1,6 difosfat dipecah menjadi dihidroksiaseton fosfat dan
gliseraldehid

3-fosfat

dengan

dikatalisis

oleh

enzim

aldolase.

Dihidroksiaseton fosfat mengalami isomerase dengan dikatalisis oleh enzim

triosa fosfat isomerase menjadi gliseraldehid 3-fosfat, akibatnya terbentuk 2


molekul gliseraldehid 3-fosfat.
5. Masing-masing molekul gliseraldehid 3-fosfat mengalami oksidasi dan
mereduksi NAD+ sehingga terbentuk NADH dan mengalami penambahan
molekul fosfat anorganik dengan dikatalisis oleh gliseral-dehid 3-fosfat
dehidrogenase sehingga terbentuk 1,3 bisfosfogliserat.
6. Masing-masing 1,3 bisfosfogliserat melepaskan satu gugus fosfatnya dan
berubah menjadi 3-fosfogliserat dengan dikatalisis oleh enzim fosfogliserat
kinase, dimana gugus fosfat yang dilepas oleh masing-masing 1,3 di
fosfogliserat dipindahkan kedua molekul ADP dan mebentuk dua molekul
ATP.
7. 3-fosfogliserat mengalami isomerisasi dengan dikatalalisis oleh enzim
fosfoglisero mutase menjadi 2-fosfogliserat.
8. Masing-masing 2 molekul 2-fosfogliserat melepaskan 1 molekul H2O
dengan dikatalisis oleh enzim enolase menjadi fosfoenol piruvat.
9. Masing-masing fosfoenol piruvat melepaskan gugus fosfat terakhirnya yang
kemudian diterima oleh 2 molekul ADP menjadi ATP dan terbentuk 2
molekul asam piruvat.
Hasil Glikolisis : 2 asam piruvat + 2 NADH + 4 ATP + 2 molekul H2O
B. Siklus Krebs
Siklus Krebs atau siklus asam sitrat adalah reaksi antara asetil ko-A(perubahan
asam piruvat melalui proses dekarboksilasi oksidatif) dengan asam oksaloasetat
membentuk asam sitrat yang terjadi di matriks mitokondria.

Proses siklus krebs :

Kondensasi gugus asetil aktif dan oksaloasetat untuk membentuk zat antara 6karbon yaitu sitrat, yang dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
Asetil KoA + oksaloasetat + H2O sitrat + KoA

Setelah mengantar asetil aktif masuk ke dalam siklus krebs, KoA memisahkan diri
dan keluar dari siklus.

Sitrat dirobah menjadi isositrat dengan dikatalisis oleh enzim akonitase (akonitat
hidratase).
Sitrat asam isositrat

Asam isositrat mengalami dehidrogenasi dengan melepas ion H membentuk


oksalosuksinat, kemudian mereduksi NAD+ menjadi NADH, dan melepaskan 1
molekul CO2 membentuk asam -ketoglutarat dengan dikatralisis oleh enzim
isositrat dehydrogenase
Isositrat+ NAD+ oksalosuksinat -ketoglutarat + CO2+ NADH+H+

-ketoglutarat kembali melepaskan CO2 (dekarboksilasi oksidatif), dan teroksidasi


dengan melepaskan 1 mol ion H+ yang kembali mereduksi NAD+ menjadi NADH.
-ketoglutarat mendapatkan satu KoA dan membentuk suksinil KoA dengan
bantuan enzim -ketoglutarat dehidrogenase.
-ketoglutarat + NAD+ + KoA suksinil KoA + CO2 + NADH + H+

KoA meninggalkan suksinil KoA sehingga terbentuk asam suksinat dengan


bantuan suksinat tiokinase (suksinil KoA sintase). Pelepasan KoA dan perubahan
suksinil KoA menjadi asam suksinat menghasilkan cukup energi untuk
meggabungkan satu molekul ADP dan gugus fosfat anorganik menjadi ATP.
suksinil KoA +Pi+ADP suksinat +ATP + KoA

Asam suksinat mengalami oksidasi dan melepaskan dua molekul ion H + yang
kemudian diterima oleh FAD menjadi FADH2 sehingga terbentuk asam fumarat
dengan dikatalisis oeh enzim suksinat dehidrogenase.
Suksinat + FAD fumarat + FADH2

Satu molekul H2O kemudian ditambahkan ke asam fumarat dikatalisis oleh


fumarase menjadi asam malat
Fumarat+ H2O malat

Asam malat mengalami oksidasi dan kembali melepaskan satu ion H +, diterima
oleh NAD+ menjadi NADH dan asam oksaloasetat dikatalisis oleh malat
dehydrogenase
Malat+NAD+oksaloasetat + NADH + H+

Asam oksaloasetat kembali terbentuk dan kembali mengikat asetil KoA dan
menjalani siklus krebs.
Hasil Siklus Krebs : 3 NADH + 2 FADH + 1 ATP + 2CO2
C. Transpor elektron (Sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi terminal)
Transfer elektron merupakan reaksi pemindahan elektron melelui reaksi
redoks (reduksi-oksidasi). Transpor elektron berlangsung pada krista mitokondria.
Molekul penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH 2 (dihasilkan pada
reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus krebs), molekul oksigen,
koenzim Q (Ubiquinone), dan sitokrom a, b, c.

NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi yang berasal
dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang dihasilkan ketika
melepaskan elektronnya menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.

Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron,


koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+.

Sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi
sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan
ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP

Sitokrom c mereduksi sitokrom a

Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, Setelah
menerima elektron, oksigen kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan
dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk H2O. Oksidasi yang terakhir
ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP
dan gugus fosfat organik menjadi ATP.

HASIL RESPIRASI AEROB = 36 ATP


Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2
sebanyak 10 dan 2 molekul. Dalam transpor elektron ini, semua molekul NADH
dan FADH2 mengalami oksidasi sesuai reaksi berikut.

Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan 2 ATP untuk setiap
FADH2. Jadi, dalam transpor elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari
hasil glikolisis dan siklus Krebs menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul
glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif,
maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
b. Respirasi anaerob adalah proses pemecahan tanpa bantuan oksigen. Jika terjadi
ketidakseimbangan

kecepatan

pemanfaatan

energi

dengan

pemenuhan

kebutuhan O2 maka asam piruvat yang diperoleh dari proses glikolisis akan
masuk pada proses fermentasi asam laktat, atau fermentasi alkohol.
Fermentasi asam laktat
Asam piruvat mengalami degradasi dengan bantuan katalis asam laktat
dehydrogenase dan mengalami reduksi oleh NADH, kemudian menghasilkan
energi dan asam laktat.
2CH3COCOOH 2 CH3CHOHCOOH + 47 kkal
Fermentasi alkohol
Asam piruvat mengalami dekarboksilasi dengan bantuan katalis alcohol
dehydrogenase membentuk etanol/ alcohol, dan degradasi NADH menjadi
NAD+ akan melepaskan energy / kalor, tetapi ini terjadi dalam jumlah yang
sedikit karena sebagian besar energy masih banyak terdapat di dalam alcohol.
2CH3COCOOH2 CH3CH2OH+2CO2+ 28 kkal

3. Mahasiswa mampu menjelaskan bioenergitika.


Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai
perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan
energi selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat
energi yanng lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas.
Pada sistem nonbiologik dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan
kerjanya dan dapat diubah menjadi energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan

pada sistem biologik bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk
memberikan tenaga bagi proses kehidupan.
Perubahan pada energi bebas merupakan bagian dari perubahan energi total pada
sistem yang dapat melakukan pekerjaan, yaitu energi yang berguna dan dkenal
dalam berbagai sistem kimia sebagai potensian kimia.
Hukum atau Kaidah termodinamika dalam sistem biologik
Kaidah pertama termodinamika:
Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpangan energi, yang berbunyi:
Energi total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah konstan . Ini
berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak ada energi yang hilang
atau diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar bagian sistem atau dapat diubah
menjadi energi bentuk lain. Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi energi
listrik, panas, mekanik dan sebagainya.
Kaidah kedua termodinamika:
Kaidah kedua berbunyi: entropi total sebuah sistem harus meningkat bila
proses ingin berlangsung spontan. Entropi adalah derajat ketidakteraturan atau
keteracakan sistem (random). Entropi akan mencapai taraf maksimal di dalam
sistem seiring sistem mendekati keadaan seimbang yang sejati. Dalam kondisi suhu
dan tekanan konstan, hubungan antara perubahan energi bebas (G) pada sebuah
sistem yang bereaksi, dengan perubahan entropi (S), diungkapkan dalam
persamaan:
G = H TS
Keterangan: H adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut.
Di dalam kondisi reaksi biokimia, mengingat H kurang lebih sama dengan E,
yaitu perubahan total energi internal di dalam reaksi, maka hubungan di atas dapat
diungkapkan dengan persamaan:
G = E TS
Jika G bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi
bebas (reaksi eksergonik). Jika G sangat besar, reaksi benar-benar berlangsung
sampai selesai dan tidak bisa membalik (irreversibel).
Jika G bertanda positif, reaksi berlangsung hanya jika memperoleh energi bebas
(reaksi endergonik).

Bila G sangat besar, sistem akan stabil tanpa kecenderungan untuk terjadi reaksi.
Bila G adalah nol, sistem berada dalam keseimbangan dan tidak ada perubahan
yang terjadi.
Peran senyawa fosfat berenergi tinggi dalam penangkapan dan pengalihan
energi :
Untuk mempertahankan kehidupan, semua organisme harus mendapatkan
pasokan energi bebas dari lingkungannya. Organisme autotrofik melakukan
metabolisme dengan proses eksergonik sederhana, misalnya tumbuhan hijau
menggunakan energi cahaya matahari, bakteri tertentu menggunakan reaksi
Fe2+ Fe3+. Sebaliknya organisme heterotrofik, memperoleh energi
bebasnya dengan melakukan metabolisme yaitu pemecahan molekul

organik kompleks.
Adenosin trifosfat (ATP) berperan sentral dalam pemindahan energi bebas
dari proses eksergonik ke proses endergonik. ATP adalah nukleotida
trifosfat yang mengandung adenin, ribosa dan 3 gugus fosfat (lihat Gambar

3.1). Dalam reaksinya di dalam sel, ATP berfungsi sebagai kompleks Mg2+
Energi bebas baku hasil hidrolisis senyawa-senyawa fosfat penting dalam
biokimia tertera pada Tabel 3.1. Terlihat bahwa nilai hidrolisis gugus
terminal fosfat pada ATP terbagi menjadi 2 kelompok. Pertama, fosfat
berenergi rendah yang memiliki G lebih rendah dari pada G0 pada ATP.
Kedua, fosfat berenergi tinggi yang memiliki nilai G lebih tinggi daripada
G0 pada ATP, termasuk di dalamnya, ATP dan ADP, kreatin fosfat,

fosfoenol piruvat dan sebagainya.


Senyawa biologik penting lain yang berenergi tinggi adalah tiol ester yang
mencakup koenzim A (misal asetil-KoA), protein pembawa asil, senyawasenyawa ester asam amino yang terlibat dalam sintesis protein, Sadenosilmetionin (metionin aktif), uridin difosfat glukosa dan 5fosforibosil-1-pirofosfat.

G0

Senyawa
FosfoenolpiruvatKarbamoil

kJ/mol
-61,9-51,4

kkal/mol
-14,8-12,3

fosfat

-49,3

-11,8

1,3-bifosfogliserat

-43,1

-10,3

(sampai 3-fosfogliserat)

-30,5

-7,3

Kreatin fosfat

-27,6

-6,6

ATP ADP + Pi

-27,6

-6,6

ADP AMP + Pi

-20,9

-5,0

Pirofosfat

-15,9

-3,8

Glukosa 1-fosfat

-14,2

-3,4

Fruktosa 6-fosfat

-13,8

-3,3

AMP

-9,2

-2,2

Glukosa 6-fosfat
Gliserol 3-fosfat
Tabel 3.1 Energi Bebas Baku Hasil Hidrolisis Beberapa Senyawa Organofosfat
Yang Memiliki Peran Penting Dalam Biokimia
Berdasarkan posisi ATP pada Tabel 3.1, maka ATP merupakan donor fosfat
berenergi tinggi (donor energi bebas) bagi senyawa-senyawa di bawahnya. Di sisi
lain, ADP dapat menerima fosfat berenergi tinggi untuk membentuk ATP dari
senyawa yang berada di atas ATP dalam tabel. Akibatnya siklus ATP/ADP
menghubungkan proses-proses yang menghasilkan energi dan proses-proses yang
menggunakan energi. Dengan demikian ATP terus dikonsumsi dan terus
diproduksi. Proses terjadi dengan kecepatan sangat tinggi, karena depot ATP/ADP
sangat kecil dan hanya cukup untuk mempertahankan jaringan aktif dalam beberapa
detik saja.

Ada 3 sumber utama energi yang berperan dalam konservasi atau penangkapan
energi.
1. Fosforilasi oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah sumber energi terbesar dalam organisme aerobik.
Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari oksidasi rantai
respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan oksigen.
2. Glikolisis
Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua ~? yang terjadi akibat
pembentukan laktat

3. Siklus asam sitrat


Dalam siklus asam sitrat satu energi dihasilkan langsung pada tahap suksinil
tiokinase.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan BMR.
Basal Metabolic Rate ( B.M.R. ) adalah energi minimal yang dibutuhkan tubuh
atau produksi panas per satuan waktu pada orang yang dalam keadaan basal. Yang
disebut keadaan basal ialah suatu keadaan jaga (tidak tidur) tetapi orang yang
bersangkutan dalam keadaan istirahat fisik maupun mental yang berada dalam
linkungan yang bersuhu nyaman.
Syarat untuk mendapatkan keadaan basal:
Yang paling baik adalah bila pemeriksaan dilakukan pagi hari waktu subjek (orang
yang akan diperiksa) baru bangun tidur, belum melakukan aktivitas apa-apa. Tetapi
keadaan ini tidak selalu dapat dilaksanakan, oleh karena itu untuk mendekati
keadaan basal ini maka sebelum pemeriksaan aktivitas subjek sangat dibatasi dan
diperlukan istirahat terlebih dahulu selama minimal jam.
1. Pemeriksaan dilakukan subjek dalam keadaan tiduran.
2. Istirahat pada suasana tenang.
3. Ruangan dalam batas suhu nyaman.
4. 10-12 jam terakhir subjek tidak makan, boleh minum air tawar.
5. Malam hari sebelum pemeriksaan subjek dapat tidur nyenyak dan cukup waktu.
6. 2 hari terakhir (48 jam) tidak makan banyak protein.
7. Pada waktu pemeriksaan subjek harus bebas dari pengaruh obat-obatan.
Besarnya metabolisme basal dapat dinyatakan dalam satuan KJ/m2/jam atau kcal/m2
luas permukaan badan/jam.
Cara pengukuran laju metabolisme:
a. Secara langsung (direct method)

Idealnya untuk mengukur laju metabolisme secara langsung haruslah mengukur


reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam sel- sel tubuh. Tetapi hal ini tentu
tidak mungkin dilakukan. Jadi sebagai alternatifnya diukurlah jumlah panas
yang dihasilkan tubuh dalam satuan waktu tertentu, karena pada akhirnya
hampir seluruh produk metabolisme adalah panas. Hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan kalorimeter berupa suatu ruangan, dimana orang yang
akan diukur duduk di dalam ruangan itu tanpa busana.
Panas yang dihasilkan orang itu akan memanasi ruangan tersebut. Selanjutnya
suhu ruangan tersebut dijaga tetap dengan mengalirkan air dengan suhu yang
telah diketahui sebelumnya. Panas yang diserap oleh air dapat dihitung dengan
menghitung kenaikan suhu air, volume air yang dialirkan serta waktu yang
digunakan. Panas yang diserab air sama dengan panas yang dihasilkan oleh
tubuh yang diperiksa, yang dapat menunjukkan laju metabolisme orang
tersebut.
b. Secara tidak langsung (indirect method)
Prinsip pengukuran BMR dengan cara tidak langsung ini adalah lebih dari 95%
metabolisme tubuh berlangsung secara aerobic sedangkan nilai kalori oksigen
dapat diketahui, sehingga dengan mengukur berapa oksigen yang digunakan
seseorang dalam satuan waktu maka laju metabolisme seseorang dapat dihitung.
Konsumsi oksigen dapat diukur dengan menggunakan spirometer atau
metabolor. Pada umumnya laju metabolisme basal ditentukan dengan
mengukur konsumsi oksigen/m2luas tubuh/ jam
5. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
metabolisme.
a. Kerja (tergantung aktivitas) dan tidur turun 10-20%)
Semakin tinggi aktivitas, semakin tinggi laju metabolisme.
b. Usia (anak 2x dewasa)
Semakin bertambah usia seseorang, semakin menurun laju metabolisme.
c. Jenis kelamin (laki- laki lebih tinggi laju metabolismenya daripada wanita)
d. Hormon tiroid (naik 50-100%, testosteron (naik 10-15%), GH (naik 15-20%
Ketiga hormone ini berbanding lurus dengan laju metabolisme.
e. Demam (metabolisme meningkat)
Suhu tubuh berbanding lurus dengan laju metabolisme.
f. Iklim (tropis : lebih rendah 10-20%)
Semakin rendah suatu iklim lingkungan, makan semakin tinggi laju
metabolisme. Hal ini bertujuan agar dapat mempertahankan suhu tubuh
dengan panas yang dihasilkan metabolisme.
g. Malnutrisi (turun 20-30%)

Nutrisi merupakan bahan dari metabolisme, semakin banyak nutrisi maka


semakin tinggi laju metabolisme.
6. Mahasiswa mampu menyebutkan korelasi klinis tentang metabolisme.
1. Diabetes mellitus
Defisiensi insulin
2. Hyperglikemi
Peningkatan glukosa dalam darah
3. Hypertiroid
Berlebihnya aktivitas kelenjer tiroid, ditandai dengan peningkatan laju
metabolisme, gangguan saraf otonom dan metabolisme keratin.
4. Gondok
Kelenjer tiroid tidak bias menghasilkan tiroid yang cukup tanpa yodium yang
memadai.
5. Stroke
6. Hipertensi
7. Obesitas
Daftar Kepustakaan
Guyton, C. Arthur and John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Marks, Dawn B, Allan D. Marks, and Coleen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar. Jakarta : EGC.
Murray, R. K., dkk. 2009. Biokimia Harper edisi 27. Jakata : EGC
Penuntun Praktikum Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai