PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
senyawa intermediat,
yang
jenjang-jenjang
merupakan
substrat
reaksi
pada
guna
jenjang
menghasilkan
reaksi
berikutnya.
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan maksud dan tujuan proses kerja dan fungsi
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pembentukan ATP pada metabolisme
III.
kesadaran
penulis
maupun
pembaca,
betapa
pentingnya
metabolisme yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kepada manusia sebagai
makhluknya.
BAB 2
PEMBAHASAN
SKENARIO
THE USUAL SUSPECTS
(sebuah kisah fiksi) Haru (18 tahun) bertekad untuk menjalani resolusi tahun 2015 yaitu
hidup lebih sehat. Untuk itu, ia berusaha memahami zat gizi yang dikonsumsinya, terutama
makronutrien. Berikut dialog dari hati ke hati antara Haru dengan makronutrien.
Haru : Bicaralah dengan jujur, bagaimana usaha kalian membuat hidupku lebih sehat?
Karbohidrat : Haru, aku-lah yang paling kau butuhkan untuk hidup sehat. Aku yang paling
berperan menjadi sumber energimu. Tidak seperti Lemak yang akan membuatmu gemuk, aku
akan berubah menjadi energi yang kaubutuhkan untuk beraktivitas. Tanyakan pada Otot,
Otak, dan Hepar kalau kau tidak percaya. Lemak : Jangan kau percayai perkataan si
Karbohidrat. Tanpa aku, sel-mu akan menderita. Kau akan mudah kedinginan. Lagipula
Karbohidrat sering berubah menjadi aku kalau berlebihan. Tanyakan saja pada Hepar dan
Adiposit.
Protein : Dengarlah mereka berdua yang saling menyalahkan. Dari itu saja kau sudah tahu
bahwa aku yang paling aman. Metabolisme aku bisa berguna untuk semua kebutuhanmu. Aku
bisa menghasilkan ATP, membangun sel, dan bahkan untuk mengangkut si Lemak. Tanyakan
pada semua organ, hahaha.
Karbohidrat : Hai Protein, hanya aku yang metabolisme-nya menghasilkan energi dalam ATP.
Dan kau Lemak, aku muak berdesak-desakan denganmu di dalam darah. Ingat bahwa
Eritrosit dan Otak hanya mau menerima aku.
Lemak : Protein dan Karbohidrat memang ngawur. Aku juga penghasil ATP. Sedangkan
Karbohidrat penghasil laktat yang membuat Haru pegal pegal bukan? Haru : Sudah cukup!!
Aku curiga kalian semua tidak jujur. Lebih baik aku bertanya ke ahlinya saja.
STEP 1
2
1. Adiposit
2. ATP
energi.
3. Laktat
: Hasil dari proses glikolissi anaerob dan dioksidasi aerob oleh jantung
dan bisa diubam menjadi glukosa atau piruvat yang direduksi NADH dari proses
oksidasi.
4. Karbohidrat
5. Lemak
6. Protein
7. Energi
STEP 2
1. Apakah otak dan eritrosit hanya mau menerima karbohidrat ? Mengapa ?
2. Siapa yang menghasilkan energi ?
3. Mengapa laktat dapat membuat pegal ?
4. Apa saja fungsi dari karbohidrat, lemak, dan protein itu sendiri ?
5. Bagaimana mekanisme pembentukan ATP ?
6. Bagaimana proses perubahan karbohidrat menjadi lemak ?
7. Apa yang lebih penting ? Karbohidrat, protein, atau lemak ?
STEP 3
1. Yang dapat diterima otak dan darah hanya glukosa karena tidak memiliki
mitokondria.
2. Semua dapat menghasilkan energi dengan lemak sebagai sumber energi terbesar dan
karbohidrat sebagai sumber energi utama.
3. Karena adanya fermenttasi asam laktat yang dikarenakan otot yang kekurangan
oksigen.
4. Fungsi Karbohidrat
Transpor aktif
Fungsi Lemak
Cadangan energi
Fungsi Protein
4
Pengangkut lemak
Kontraksi otot
5.
6. Glukosa Asetil KoA Lemak (disimpan di jaringan adipose)
(Proses lipogenesis)
7. Tidak boleh mengonsumsi salah satu saja karena masing-masing memiliki fungsinya.
8. Metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak itu saling berhubungan
STEP 4
STEP 5
1. Metabolime Karbohidrat
2. Metabolisme Protein
3. Metabolisme Lemak
4. Fungsi dari Karbohidrat, Protein dan Lemak
5. Fungsi Insulin
STEP 6
Pada tahap belajar mandiri ini kami akan mencari dan mempelajari learning objectives
menggunakan referensi yang terpercaya untuk mencapai kejelasan. Belajar mandiri ini
diwajibkan bagi seluruh anggota kelompok.
STEP 7
Learning Objective I
Metabolisme Karbohidrat
A. Glikolisis
Semua enzim glikolisis ditemukan di sitosol. Persamaan keseluruhan untuk glikolisis dari
glukosa menjadi laktat adalah sebagai berikut:
Glukosa + 2 ADP + 2 Pi 2 Laktat + 2 ATP + 2H2O
Glukosa di fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh heksokinase
dengan menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Fosforilasi ini dianggap bersifat
ireversibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh produknya, yaitu glukosa 6fosfat.
Di jaringan selain hati, ketersediaan glukosa untuk glikolisis dikontrol oleh transport
ke dalam sel yang selanjutnya diatur oleh insulin. Heksokinase memiliki afinitas
tinggi untuk glukosa, dan di hati dalam kondisi normal enzim ini mengalami saturasi
sehingga bekerja dengan kecepatan tetap untuk menghasilkan glukosa 6-fosfat untuk
memenuhi kebutuhan hati.
8
Sel hati juga mengandung glukokinasi, untuk mengeluarkan glukosa dari darah
setelah makan dan menghasilkan glukosa 6-fosfat yang melebihi kebutuhan untuk
glikolisis, yang digunakan untuk sintesis glikogen dan lipogenesis.
Senyawa diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerasi yang
melibatkan suatu isomerisasi aldose-ketosa. Reaksi ini diikuti oleh fosforilasi lain
yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bifosfat.
Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah oleh aldolase menjadi dua triosa fosfat, gliseraldehida 3fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Gliseraldehida 3-fosfat dan dihidrokiaseton fosfat
dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase.
Berlanjut gliseraldehida 3-fosfat menjadi 1,3-bisfosfogliserat.
Enzim
yang
b. Oksidasi Piruvat
Jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan antara reaksi glikolisis dengan
siklus asam sitrat. Merupakan suatu jalur konversi untuk merubah glukosa menjadi asam
lemak, triasilgliserol atau lemak yang lain, atau sebaliknya dari senyawa bukan glukosa
menjadi glukosa (glukoneogenesis).
Reaksi pada jalur ini dikatalis oleh sekelompok enzim yang bekerja sama secara
berurutan (sekuensial) yang secara kolektif disebut piruvat dehidrogenase kompleks.
Enzim ini terletak di mitokondria sehingga menyebabkan reaksi ini berlangsung di
mitokondria.
Di dalam mitokondria, piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif oleh enzim
piruvat dehidrogenase menjadi tiamin difosfat yang terikat enzim. Tiamin difosfat ini
kemudian bereaksi dengan lipoamida teroksidasi pada enzim dihidrolipoil transamilase
untuk membentuk asetil lipoamida. Selanjutnya asetil lipoamida akan bereaksi dengan
koenzim A untuk membentuk Asetil-KoA dan lipoamida tereduksi. Lipoamida tereduksi
ini akan direoksidasi oleh suatu flavoprotein dihidrolipoil dehidrogenase.
10
c.
Sis-akonitat
(terikat enzim)
H2O
Isositrat
H2O
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA
mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat.
Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga menimbulkan penumpukan
sitrat.
3.
11
5.
6.
12
merupakan isoenzim).
Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan
1 FADH2 akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir
dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan
dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat
kembali gambar tentang siklus ini).
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH
menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi
ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH 2 hanya
menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya
akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat
suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P
= 9P
= 2P
= 1P
Jumlah
= 12P
13
Glikolisis
: 8P
2.
3.
: 24P
Jumlah
: 38P
d.
Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke
dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk berpikir, mencerna
makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa melampaui kebutuhan, maka
dirangkai menjadi glikogen untuk cadangan makanan melalui proses glikogenesis.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam tubuh dan analog dengan amilum pada
tumbuhan. Glikogen terdapat didalam hati (sampai 6%) dan otot jarang melampaui jumlah
1%. Tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan
glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Seperti amilum,
glikogen merupakan polimer -D-Glukosa yang bercabang.
14
Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri.
Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk dikirim keluar guna
mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam
puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi glikogen otot hanya terkuras
setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1.
Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga
pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati
oleh glukokinase.
2.
Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3.
Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk
uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc
pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi
Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
15
Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
4.
16
5.
Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin
difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah
ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen
primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen
Glikogen
6.
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai
pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat
pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang
melebihi jumlah molekul glikogenin.
Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut
hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai
yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang
pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut
1glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang
non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat
sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.
E.
Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak
demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan
enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen
untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar
molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa
yang tersisa pada tiap sisi cabang 16.
(C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen
Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan
16 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang
spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat
berlangsung.
17
Learning Objective II
Metabolisme Protein
Protein dimetabolisme dalam bentuk asam amino. Asam amino terbagi dua, yaitu asam
amino esensial dan non esensial. Asam amino yang esensial, berarti yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. Sehingga, tubuh membutuhkan asupan dari makanan yang dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang esensial. Sedangkan, asam amino yang non
esensial berarti asam amino tersebut dapat dihasilkan oleh tubuh (Harper, 2012).
Untuk asam amino yang tidak dihasilkan oleh tubuh, maka dibutuhkan sebuah sintesis
asam amino. Sintesis asam amino berlangsung dalam dua tahap, yaitu transkripsi dan
translasi. Transkripsi merupakan sintesis asam amino yang berupa penerjemahan. Sedangkan
translasi berarti mencetak kodon. Tubuh kita merupakan system yang diatur oleh
neurohormonal. Ketik tubuh kekurangan substrat, maka asam amino akan dikodekan sesuai
dengan substrat yang dibutuhkan.
Untuk asam amino yang berasal dari luar tubuh, maka harus mengalami metabolisme
setelah diabsorbsi. Metabolisme asam amino mengalami transaminase dan deaminasi asam
amino.
a. Transaminasi Asam Amino
Transaminasi asam amino merupakan proses dimana suatu gugus amino dipindahkan,
reaksi ini akan menghasilkan asam amino yang terkait ditambah -Ketoglutarat.
Dibantu oleh enzim transaminase.
b. Deaminasi Asam Amino
Ketika asam amino berlebih dari kebutuhan, maka akan terjadi deaminasi asam amino
dan membentuk urea yang diangkut ke ginjal untuk diekskresikan.
18
a)
Lipogenesis
Pada prinsipnya sintesa asam lemak adalah penggandengan asetil-koA (2C)
satu dengan dengan yang lain sehingga dengan demikian dapat dipahami mengapa
asam lemak yang ada di alam hampir semuanya mempunyai jumlah atom C
genap. Asetil-koA yang digunakan sebagian besar berasal dari karbohidrat lewat
jalur glikolisis dan oksidasi piruvat. Selain dari karbohidrat, Asetil-koA dapat pula
diperoleh dari protein baik yang glukogenik lewat metabolisme karbohidrat,
maupun yang langsung berupa asam amino yang ketogenik. Terjadi apabila
kelebihan masukan kalori, baik karbohidrat, lemak, maupun protein.
Ada 2 cara sintesa asam lemak, yaitu:
1. Sistem mitokondria
2. Sistem ekstra mitokondria atau sistem sitoplasma
Dari kedua cara tersebut yang lebih sering digunakan dan merupakan sintesa asam
lemak yang sebenarnya, dalam arti mulai dari awal (asetil-koA) dan disebut
sintesa asam lemak DE NOVO, adalah sistem ekstra mitokondria.
o Sintesa Asam Lemak Sistem Mitokondria
Sintesa asam lemak dengan sistem ini sebenarnya hanya merupakan sistem untuk
memperpanjang asam lemak yang sudah ada, atau untuk memperpendek rantai
asam lemak atau dengan kata lain untuk konversi dari satu asam lemak ke jenis
asam lemak yang lain. Lebih sering digunakan untuk mensintesa asam lemak tidak
jenuh atau Unnaturated Fatty Acid (UFA) dengan cara memperpanjang asam
lemak yang sudah ada disertai desaturasi.
Sebagai bahan olahan bagi sistem ini umumnya asam palmitat (16C) atau asam
lemak tidak jenuh yang ada didalam tubuh dalam rangka sintesa eikosa-poil-enoat
(eikosa=asam lemak dengan 20 C).
Pada prinsipnya sistem ini merupakan kebalikan dari jalur oksidasi beta, enzimnya
pun sama dengan enzim-enzim dari jalur oksidasi beta, kecuali enzim tiolase pada
jalur oksidasi beta, pada sintesa asam lemak sistem mitokondria ini diganti oleh
enzim enoil-koA reduktase.
Pada tahap awal sintesa asetil-koA sebagai bahan dasarnya dikaitkan kepada SH
dari ACP dari salah satu sub unit (I), kemudian ditransfer ke grup sisteinil sub unit
yang lain (II). Selanjutnya malonil ko-A hasil karboksilasi asetil-koA yang lain
dikaitkan kepada ACP subunit I, selanjutnya terjadi kondensasi antara aetil-koA
19
b)
Learning Objective IV
Fungsi Karbohidrat, Protein & Lemak
Karbohidrat
Fungsi :
1
20
Transpor ion
Potein
Fungsi :
Hemoglobin pengangkut O2
Lemak
Fungsi :
1
Insulator panas
Learning Objective V
Fungsi Insulin
o Insulin
menghambat
fosforilase
hati,
yaitu
enzim
utama
yang
molekul glikogen.
Terhadap Metabolisme Lemak
o Insulin menghambat kerja lipase peka-hormon. Enzim inilah yang
menyebabkan hidrolisis trigliserida yang sudah disimpan dalam sel-sel
lemak. Oleh karena itu, pelepasan asam lemak dari jaringan adipose ke
dalam sirkulasi darah akan terhambat
o Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membrane sel ke
dalam sel-sel lemak dengan cara yang sama seperti insulin meningkatkan
pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel otot. Sebagian glukosa ini lalu
dipakai untuk mensintesis sedikit asam lemak, namun yang lebih penting
adalah, glukosa ini dipakai untuk membentuk sejumlah besar -gliserol
fosfat. Zat ini menyediakan gliserol yang akan berikatan dengan asam
lemak untuk membentuk trigliserida yang merupakan bentuk lemak yang
disimpan dalam sel-sel adipose. Oleh karena itu, bila tidak ada insulin
bahkan penyimpanan sejumlah besar asam lemak yang diangkut dari hati
akan
mengurangi kecepatan pelepasan asam amino dari sel, khususnya dari selsel otot. Hal ini diduga akibat dari kemampuan insulin untuk mengurangi
pemecahan protein yang normal oleh lisosom sel.
o Didalam sel hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis. Hal ini
terjadi
dengan
cara
mengurangi
aktivitas
enzim
yang
memacu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dicerna dan diabsorbsi dalam usus, zat zat makanan seperti karbohidrat,
lemak dan protein dalam bentuk sederhananya akan dibawa ke sel sel untuk diproses lebih
lanjut. Zat zat tersebut akan diproses untuk mendapatkan energi, namun tidak semuanya
23
akan diproses. Sebagian dari zat zat tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi,
sebagian lagi yang tidak dibutuhkan akan diekskresikan. Pengaturan proses metabolisme ini
melibatkan hormon hormon penting terutama insulin dan glukagon yang disekresikan oleh
pankreas
Kritik dan Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi
kelompok maupun penulisan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari dosen-dosen yang bertindak sebagai tutor, dosen yang berkompeten di
bidang ini, dari teman-teman angkatan 2014 dan dari berbagai pihak demi kesempurnaan
laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Ed. 12). Jakarta : EGC
Murray, R.K., Bender, D.A., Botham, K.A., Kennely, P.J., Rodwell, V.W. & Weil, P.A.(2014).
Biokimia Harper (Ed. 29). Jakarta : EGC
24
25