3. Adaptasi metabolik
Reaksi adaptasi metabolik ini bergantung sama yang namanya tingkat ATP, O2,
sinyal dari sistem nervus dan sistem endokrin.Selama keadaan absorptive nutrisi yang
masuk ke darah akan siap digunakan sebagai energi/ATP. Selama status postabsorptive,
penyerapan nutrisi sudah diserap sempurna. Makanan biasanya butuh 4 jam untuk diserap
sempurna, dan katakanlah kita makan 3 kali sehari, jadi penyerapan kita butuh 12 jam
seharinya, dengan catatan kita tidak ngemil diantara waktu tersebut. 12 jam yang lain bisa
di pagi, sore atau malam sebagian besar merupakan status atau fase postabsorptive atau
setelah penyerapan.
Karen sistem saraf dan eritrosit butuh glukosa untuk memproduksi energi saat
status postabsorptive, maka beberapa hormon berperan penting di sini. Insulin berperan
dalam status absorptive. Badan keton akan diproduksi saat status puasa atau kelaparan,
dan akan digunakan untuk memproduksi ATP, misal pada otak.
Metabolisme status postabsorptive ( Perlu diperhatikan tugas tubuh pada fase ini adalah
menjaga gula darah, karena gula dari darah udah masuk ke sel-sel tubuh )
1. Pemecahan glikogen menjadi glukosa, karena sumber gula darah utama dari glikogen
hati.
2. Lipolisis. Gliserol dari trigliserida akan menjadi glukosa.
3. Otot rangka memecah glikogen dan memproduksi ATP secara anaerobik lewat glikolisis,
lalu asam piruvat menjadi acetyl-CoA dan asam laktat, dimana asam laktat bisa
digunakan untuk gluconeogenesis di hati.
Simpelnya untuk memproduksi glukosa juga diperlukan ATP yang diproduksi tanpa campur
tangan glukosa.
4. Oksidasi asam lemak. Asam lemak bisa masuk siklus krebs dan menghasilkan ATP.
5. Oksidasi asam laktat. Otot jantung bisa memproduksi ATP secara aerobik dari asam
laktat.
6. Oksidasi asam amino. Bisa dioksidasi dan membentuk ATP.
7. Oksidasi badan keton. Bisa digunakan di jantung, ginjal untuk memproduksi ATP.
8. Memecah glikogen otot menjadi glukosa 6-fosfat lalu glikolisis dan menghasilkan ATP.
Istilah puasa itu sebenarnya tanpa makanan selama beberapa jam atau hari, sedangkan
kelaparan minggu sampai bulan. Perubahan yang paling signifikan saat puasa dan kelaparan
yaitu terjadi peningkatan badan keton, hanya sedikit glukosa yang mengalami glikolisis menjadi
asam piruvat, yang pada gilirannya dapat diubah menjadi OAA ( asam oksaloasetat ). Asetil CoA
masuk siklus krebs dengan menggabungkan OAA ini. OAA ini akan jarang saat puasa atau
kelaparan, karena OAA ini diubah menjadi glukosa. Lalu terjadi kelebihan asetil CoA,
mengapa ? Karena OAA pada silkus krebs sudah jarang ditemukan, karena siklus krebs adalah
siklus, maka tidak mungkin asetil CoA akan masuk ke siklus krebs tanpa OAA. Kelebihan asetil
CoA ini akan membuat asetil CoA bisa diubah menjadi badan keton melalui proses ketogenesis.
Produksi badan keton meningkat seiring dengan katabolisme asam lemak meningkat. Badan
keton ini bisa digunakan untuk memproduksi ATP di otot jantung, otot skelet dan saraf. Setelah
2 hari puasa tingkat badan keton adalah 100-300 kali lebih tinggi dan memasok sekitar sepertiga
bahan bakar pada otak untuk produksi ATP dan setelah 40 hari menjadi dua per tiganya.
4. Biokimia Nukleotida
Sebelum membahas nukleotida, kita akan mulai dengan asam nukleat. Asam nukleat adalah
biopolymer yang dibuat dari monomer yang berupa nukleotida. Contohnya seperti ini, protein
adalah biopolymer yang dibuat oleh asam amino ( monomernya ). Nukleotida terdiri dari
fosfat, gula dan basa nitrogen. Gula yang ada disini terdiri dari 5 atom carbon atau pentosa.
Ada 2 contoh pentosa di asam nukleat, yaitu ribose (RNA) dan deoksiribosa (DNA). DNA
adalah struktur rantai ganda dari susunan nukleotida yang membentuk asam amino,
sedangkan RNA ranti tunggal.
a) Pertama-tama kita harus mengenal yang namanya ALA atau delta-aminolevulinic. Dia ini
tercipta dari gabungan salah satu produk dari siklus krebs ( succinyl CoA) ditambah
dengan protein glisin, dengan dibantu oleh enzim ALA sintase.
b) Dua delta-aminolevulinic bersama enzim ALA dehidratase akan menjadi
prophobilinogen. Perlu diketahui prophobilinogen ini memiliki struktur “pirol ring”, dan
prophobilinogen memiliki karbon amine (-NH2).
c) Lalu 4 prophobilinogen akan bergabung membentuk hydroxymethylbilane dengan enzim
prophobilinogen deaminase, dan 4 amoniadi keluarkan. Di sini hydroxymethylbilane
memiliki 4 pirol rings.
d) Hydroxymethylbilane dengan enzim uroporphyrinogen III cosynthase akan membentuk
uroporphyrinogen III.
e) Uroporphyrinogen III dengan enzim uroporphyrinogen decarboksilase, enzim ini akan
mencari karboksil pada yang dengan dua lengan karbon ( ada 4 ), dan akan membuang
carboxyl group menjadi CO2 sehingga tinggal metil saja, dan hasil akhirnya adalah
coproporphyrinogen III.
f) Coproporphyrinogen III akan menjadi protoporphyrinogen IX dengan enzim
coproporphyrinogen oksidase. Enzim coproporphyrinogen oksidase juga membuang 2
carboxyl saja sehingga menghasilkan CO2.
g) Protoporphyrinogen IX dengan enzim protoporphyrinogen oksidase akan menjadi
protoporphyrin IX.
h) Protoporphyrin IX dengan dengan ferrochelatase akan menjadi Heme ( dengan
meletakkan Fe2+ di tengah.
SINTESIS EMPEDU
Saat hemoglobin dipecah menjadi heme dan globin, heme dipecah lagi menjadi
unconjugated bilirubin dan Fe2+. Globin dan Fe akan digunakan lagi dalam erythropoiesis,
unconjugated bilirubin perlu bantuan albumin sehingga dapat dibawa ke liver. Dalam liver
terjadi proses konjugasi, singkatnya dengan glucoronic acid maka unconjugated bilirubin
menjadi conjugated bilirubin. Lalu dari hati conjugated bilirubin akan masuk usus lewat
ductus choledocus, lalu sesampainya di colon, nanti ada bakteri yang ada di colon sehingga
conjugated bilirubin menjadi urobilinogen dan berubah lagi menjadi stercobilin yang
mewarnai feses coklat. Urobilinogen diubah menjadi urobilin dan dibuang bersama urin lewat
ginjal, ini yang membuat warna kuning urin.