Anda di halaman 1dari 4

1. Penyakit metabolik (SKDI) malnutrisi?

Jawab:

Malnutrisi Energi Protein (4A)

Definisi

Tidak terpenuhinya kebutuhan protein dan energi karena asupan yang kurang atau
kebutuhan/keluaran meningkat atau keduanya secara bersama-sama.

Klasifikasi

- Marasmus: Kekurangan kalori total dengan defisiensi diet baik protein dan karbohidrat
- Kwashiorkor: Asupan kalori totalnya normal, tetapi sebagian besar kalori berasal dari
karbohidrat. Protein makanan sangat berkurang.
- Marasmus-kwashiorkor

Patofisiologi

Marasmus Kwashiorkor
Keseimbangan energi Rendahnya kadar antioksidan, hal ini
negatif. Hal ini karena merefleksikan tingginya stress oksidan
penurunan asupan yang sering terjadi pada kelaparan dan
energi, peningkatan inflamasi kronis
kehilangan kalori yang
dicerna (muntah, luka
bakar, dll), peningkatan
pengeluaran energi

Penurunan tekanan onkotik -> edema

Manifestasi Klinis
Pemeriksaan penunjang

- Temuan signifikan pada kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia (10-25 g/L),


hipoproteinemia (transferrin, asam amino esensial, lipoprotein), dan hipoglikemia
- Terjadi ketonuria, dan malnutrisi energi protein dapat menyebabkan penurunan
ekskresi urea melalui urin karena penurunan asupan protein
- Terjadi anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik
- Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan hasil tes kulit
tuberkulin negatif palsu (gagal menilai tuberkulosis secara akurat)

Sumber:

Goljan, E F. 2019. Rapid Review Pathology. Philadelphia: Elsevier

Waugh, A., Grant, A. (Allison W. and Ross, J.S. (2010) Ross and Wilson anatomy and
physiology in health and illness, Churchill Livingston Elsevier.

2. Komplikasi obesitas

Mekanisme Obesitas Menyebabkan Komplikasi

- Peningkatan jaringan adiposa dapat menyebabkan ketegangan di berbagai bagian tubuh


yang mengarah ke obstructive sleep apnoea (OSA), obesity hypoventilation syndrome
(OHS) dan osteoartritis. Juga, peningkatan tekanan intra-abdomen dikaitkan dengan
gangguan esofagus seperti sebagai penyakit refluks gastro-esofagus (GERD) dan
Barrett esophagus.
- Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke terutama stroke iskemik.
Mekanisme ini terkait dengan sitokin proinflamasi, penurunan kadar adiponektin dan
keadaan protrombotik (hiperfibrinogenemia, hiperviskositas), yang berkontribusi
terhadap disfungsi sel endotel dan aterosklerosis.
- Baik gout maupun obesitas dikaitkan dengan peningkatan kadar asam urat, dan
penurunan berat badan telah dikaitkan dengan penurunan insiden hiperurisemia dan
serangan asam urat
- Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa obesitas adalah penyebab depresi
- Obesitas dapat menyebabkan penderitanya memiliki kualitas hidup yang rendah dalam
hal diskriminasi, pendidikan, pendapatan atau kesempatan untuk menikah
Sumber:

Hueter, S E dan L, Kathryn. 2019. Buku Ajar Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: Elsevier

Soiza, R.L., Donaldson, A.I.C. and Myint, P.K. (2018) ‘Vaccine against arteriosclerosis: an
update’, Therapeutic Advances in Vaccines, 9(6), pp. 259–261. doi:10.1177/https.

Chu, D.T. et al. (2019) ‘An update on obesity: Mental consequences and psychological
interventions’, Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews,
13(1), pp. 155–160. doi:10.1016/j.dsx.2018.07.015.

3. Tatalaksana hiperurisemia
Pada pasien dengan asam urat > 7 mg/dL yang memiliki gout artritis atau tofus, maka dapat
diberi obat. Jika tidak terdapat gout artritis atau tofus, tetapi kadar asam uratnya < 8 mg/dL,
maka hanya perlu modifikasi gaya hidup. Tetapi jika kadar asam urat > 8 mg/dL, maka kita
perlu melihat apakah ada komplikasi atau tidak (kerusakan ginjal, hipertensi, penyakit jantung
iskemik, sindrom metabolik dll). Jika terdapat komplikasi maka perlu diberi terapi
farmakologi.

Manajemen non-farmakologi

- Penurunan berat badan bagi pasien obesitas


- Pengurangan konsumsi alkohol, minuman tinggi gula, jeroan, daging merah dan
seafood
- Olahraga rutin, tidak merokok, konsumsi cukup air
- Kompres es pada sendi yang terlibat

Manajemen farmakologi

- Pada gout akut, pilihan utamanya adalah kortikosteroid oral atau intaartikular. Bila
masih nyeri bisa ditambah NSAID.

Referensi:

Liwang, F., dkk. 2020. Kapita Selekta Kedokteran ed 5. Jakarta: Media Aesculapius

Yamanaka, H. (2012) ‘Essence of the revised guideline for the management of Hyperuricemia
and gout’, Japan Medical Association Journal, 55(4), pp. 324–329.

Anda mungkin juga menyukai