Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PATOFISIOLOGI

TENTANG

KONSEKUENSI METABOLIC MALNUTRISI DAN TRIES ELEMEN DAN


PENYAKIT

DISUSUN OLEH :

1. MUH . RIFALDI DAYANUN (G70116189/ MENYUSUN MAKALAH )


2. NUR RIZKI ZYALINE HUDODO ()
3. SRI ROZANTI ANGGARAENI (G70115022/Menambahkan macam-macam vit)
4. RIRI ANRIYANI ()
5. FIFI KURNIAWAN ()
6. AMILA NASIR (G701 16 105/menambah yang kurang)
7. ANDIKA EKO SAPUTRA ()
8. MUKARRIMA ()
9. LITA FARINA (G 701 18 005/Faktor resiko )
10. QOFIFAH (G 701 18 013/Merapikan dan Menambah
Penjelasan Definisi)
11. ARIZAH MAULIDYAH (G 701 18 039/gangguan metabolisme)
12. TENDRI AMPA ()
13. AURA FEBRIANTI ARIANTO PUTRI ()
14. INDIRA DEWI MENTARI ()
15. RIF’ATUN HASANAH ()
16. DESSY NATALIA DONDOKAMBEY ()
17. NURYANI SYARIFUDDIN ()
18. ANNISA PRATIWI LAMONDJANG ()
19. HARIONO YAMAL ()
20. ALAN SURYATNA MENTJANDA ()
21. SHELLA MONICA (G 701 18 201// gangguan metabolisme)
22. PUTRI NATASYA ()
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asidosis metabolik, suatu kondisi umum pada pasien dengan gagal ginjal, dapat dikaitkan
dengan malnutrisi protein-energi dan peradangan, bersama-sama juga dikenal sebagai malnutrisi-
peradangan kompleks sindrom (MICS). Metode pengukuran serum bikarbonat dapat
menggambarkan tingkat bikarbonat yang sebenarnya, karena pengukuran total karbon dioksida
serum biasanya melebih-lebihkan konsentrasi serum bikarbonat. Selain itu, transportasi udara
sampel darah ke laboratorium yang jauh dapat menyebabkan pembacaan yang salah.Pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis (CKD) atau penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), sejumlah besar
kelainan endokrin, muskuloskeletal, dan metabolisme diyakini akibat dari asidemia. Asidosis
metabolik mungkin terkait dengan PEM dan MICS karena peningkatan katabolisme protein,
penurunan sintesis protein, kelainan endokrin termasuk resistensi insulin, penurunan kadar serum
leptin, dan peradangan di antara individu dengan gagal ginjal. Bukti menunjukkan bahwa efek
katabolik asidosis metabolik dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas adenosin trifosfat (ATP) -
ubiquitin-proteasome yang tergantung dan dehidrogenase asam rantai keto bercabang.Berbeda
dengan studi metabolik, banyak studi epidemiologi pada pasien dialisis pemeliharaan telah
menunjukkan hubungan terbalik secara paradoks antara serum bikarbonat yang sedikit menurun
dan penanda yang lebih baik dari keadaan gizi protein-energi. Karenanya asidosis metabolik
dapat dianggap sebagai unsur lain dari epidemiologi terbalik pada pasien ESRD. Studi intervensi
telah menghasilkan hasil yang tidak konsisten pada pasien CKD dan ESRD, walaupun pada
pasien dialisis peritoneal, mengurangi asidemia tampaknya lebih konsisten meningkatkan status
gizi dan mengurangi rawat inap.Diperlukan studi besar-besaran, prospektif intervensi acak untuk
memastikan manfaat potensial dari mengoreksi asidemia pada CKD malnutrisi dan / atau
meradang serta mempertahankan hemodialisis pasien. Sampai saat itu, semua upaya harus
dilakukan untuk mematuhi pedoman Inisiatif Kualitas Ginjal dan Dialisis Hasil Ginjal National
Foundation untuk mempertahankan tingkat serum bikarbonat pada pasien ESRD minimal 22 mEq
/ L. (Kamyar Kalantar‐Zadeh ,Rajnish Mehrotra ,Denis Fouque , Joel D. Kopple2005).
1.2 Tujuan Makalah

a. Mengetahui konsekuensi metabolic malnutrisi

b. Mengetahui malnutrisi protein-energi

c. Mengetahui definisi vitamin

d. Mengetahui elemen dan penyakit


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 KONSEKUENSI METABOLIC MALNUTRISI

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh tidak seimbangan di antara
pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi
karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain
itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik (Burton, J.L., et al.,2007).

a. MALNUTRISI PROTEIN-ENERGI
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau
kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi
kepada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.Malnutrisi primer
adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang
tidak adekuat.Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang
meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun
energi dari tubuh (Kleigmen et al, 2007).Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga
tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor.
Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi rumah sakit dalam
upaya penyembuhan pasien. Angka malnutrisi ini cukup tinggi dan merata hampir di
semua rumah sakit untuk semua jenis penyakit maupun sosial ekonomi penderita .
Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit yang disebabkan karena
penyakitnya atau masukan zat gizi yang tidak cukup, namun tidak jarang pula malnutrisi
ini timbul selama dirawat inap. Penelitian yang dilakukan oleh McWhirter dan
Pennington menunjukkan bahwa 40% dari pasien mengalami undernourish (kurang
makan) pada saat masuk rumah sakit dan dua pertiga dari pasien itu mengalami
penurunan berat badan selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini tidak jauh berbeda
dengan yang dikemukakan oleh Daldiyono dan Thaha yang mengutip dari beberapa
penelitian, memprediksi 40–55% pasien yang masuk rumah sakit mengalami malnutrisi
atau memiliki risiko malnutrisi, 12% di antaranya merupakan malnutrisi berat. Ratarata
75% status gizi penderita yang dirawat di rumah sakit akan menurun dibandingkan
dengan status gizi pada waktu masuk rumah sakit (4). Faktor penyebab berkurangnya
cadangan zat gizi di dalam tubuh biasanya karena penyakit dan defisiensi zat gizi serta
tidak cukupnya asupan makanan, hal ini akan berdampak pada komplikasi (5). Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hubungan rata-rata asupan energi tiga hari pertama
(asupan awal) dengan rata-rata asupan energi dan protein pasien selama dirawat di rumah
sakit serta pengaruh asupan makanan (energi dan protein) yang tidak cukup terhadap
terjadinya malnutrisi di rumah sakit. (Defriani Dwiyanti ,Hamam Hadi , Susetyowati
(2004).
Faktor lain yang paling berisiko untuk malnutrisi adalah asupan energy (protein).
Subjek dengan asupan energi tidak cukup berisiko 3,2 kali lebih besar daripada subjek
dengan asupan energi cukup. Risiko untuk terjadinya malnutrisi ini dapat diminimalkan
apabila rata-rata asupan minimal pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dipenuhi.
Asupan pasien dikategorikan cukup selama dirawat di rumah sakit bila rata-rata asupan
makanannya lebih dari 75% dibanding kebutuhan energi dan 80% dibanding kebutuhan
protein. (Defriani Dwiyanti ,Hamam Hadi , Susetyowati (2004).
rata-rata asupan energi dan protein selama di rumah sakit berhubungan dengan
rata-rata asupan tiga hari pertama dirawat di rumah sakit dan pasien dengan asupan
energi tidak cukup selama di rumah sakit mempunyai risiko lebih besar untuk malnutrisi
dibandingkan dengan pasien dengan asupan energi cukup. (Defriani Dwiyanti ,Hamam
Hadi , Susetyowati (2004)

Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi nutrisi secara umum adalah:
1. Perkembangan
Orang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi dan masa
remajamemiliki peningkatan kebutuhan nutrisi
2. Jenis kelamin Kebutuhan nutrien pria dan wanita berbeda karena komposisi tubuh
dan fungsi reproduktifnya. Massa otot pria yang lebih besar mengindikasikan
semakin besar kebutuhan kalori dan proteinnya. Karena menstruasi, wanita lebih
banyak memerlukan zat besi daripada pria.
3. Etnis dan budaya
Etnis sering kali menentukan preferensi makanan.Makanan tradisional (mis, nasi
untuk orang Asia, pasta untuk orang Italia). Preferensi makanan mungkin berbeda
di antara individu dengan latar belakang budaya yang sama, begitu pula secara
umum antara individu dengan latar belakang budaya berbeda.
4. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dihubungkan dengan perikalu yang terkait dengan makanan.
Orang yang selalu berada dalam kesibukan mungkin membeli bahan makanan
yang mudah disiapkan/diolah atau makanan restoran. Perbedaan individual juga
mempengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian tentang
kesehatan).
5. Obat dan terapi
Efek obat-obatan terhadap nutrisi sangat bervariasi. Efeknya dapat mengganggu
selera makan, mengganggu persepsi rasa, atau mengganggu absorbsi atau ekskresi
nutrient
6. Kesehatan Status kesehatan individual sangat mempengaruhi kebiasaan makan
dan status nutrisi. Misalnya masalah pada gigi, kesulitan menelan
(disfagia), proses penyakit dan pembedahan saluran GI dapat
mempengaruhi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi nutrien esensial
7. Penyalahgunaan olkohol
Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan berperan dalam defisiensi nutrisi dalam
banyak cara. Alkohol dapat menggantika makanan dalam diet seseorang, dan
alkohol dapat juga menekan selera makan
8. Faktor psikologis
Walaupun beberpaa orang makan secara berlebihan jika mereka mengalami stress,
depresi, atau kesepian, ornag yang lain makan sangat sedikit dalam kondisi yang
sama. Anoreksia dan penurunan BB dapat mengindikasikan terjadinya stress atau
depresi berat. (Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb Oleh Audrey
Berman, Shirlee J. Snyder, Barbara Kozier & Glenora Erb).

b) DEFINISI VITAMIN
Ada zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh kita tetapi 62 kita perlukan dalam
jumlah yang sangat sedikit.Zat ini dinamakan vitamin.Asal kata vitamin adalah dari vit-
amine.“Vit” berarti hidup dan “amine” menunjukkan bahwa zat itu adalah suatu amine, yaitu
zat kimia yang mengandung gugus – NH2. Sebabnya nama tersebut timbul adalah karena
vitamin pertama yang dapat dipisahkan secara kimia dengan murni ternyata mengandung
nitrogen. Vitamin ini ialah vitamin anti beri-beri.Karena itu orang mulamula menyangka
bahwa semua vitamin mengandung gugus amine.Ternyata hal itu tidak benar.Karena itu,
sekarang huruf “e” diakhir kata dihilangkan sehingga terjadilah kata istilah vitamin
(Nasoetion, 1995:109- 110).
Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan
zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan berakibat terganggunya
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idealnya
bisa diperoleh dari makanan.Jumlah kecukupan asupan vitamin per hari untuk perawatan
kesehatan ditentukan oleh RDA (Recomended Daily Allowance) (Yuliarti, 2009:59).

Macam – macam vitamin :

o Satuan yang digunakan untuk takaran vitamin A adalah International


Units (IU) atau Satuan Internasional (SI). Namun disarankan takaran itu
diganti dengan Retinol Equivalent (RE), karena satuan ini lebih tepat
dan dapat memberikan gambaran keadaan yang sesungguhnya (Winarno,
1992) Secara kasar diperkirakan 1 RE setara dengan 5 IU vitamin A
(Piliang dan Djojosoebagio, 2000). Nama lain vitamin A (anti infeksi)
dikenal juga denganistilah retinol, retinal, retinal dehyde, retinoic acid,
vitamin apalmitat carotene (Piliang dan Djojosoebagio,2000).

o Menurut (Perricone, 2007:117) Vitamin C merupakan asam askorbat,


senyawa kimia yang larut dalam air. Ascorbyl palmitate adalah asam
askorbat yang berkaitan dengan asam lemak untuk membuat sistem
pengantar yang larut di dalam lemak untuk vitamin C. Adapun
karakteristik dan manfaat vitamin C adalah:
o Larut di dalam air (asam askorbat-L) atau larut di dalam lemak
(Vitamin C ester seperti ascorbyl palmitate).
o Meningkatkan produksi kolagen.
o Penting untuk berfungsinya neurotransmitters, termasuk dopamine,
serotonin, dan acetylcholine.
o Berakumulasi di dalam sel darah putih untuk mempertahankan
respons imunitas yang kuat.
o Vitamin D merupakan prohormon steroid.Vitamin ini diwakili oleh
sekelompok senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan, tetapi
juga terdapat dalam tanaman serta ragi. Melalui berbagai proses
metabolic,vitamin D dapat menghasilkan suatu hormon yaitu Kalsitriol,
yang mempun yaitu peranan sentral dalam metabolisme kalsium dan
fosfat. Vitamin D dihasilkan dari provitamin ergosterol dan 7-
dehidrokolesterol. Ergosterol terdapat dalam tanaman dan 7–
dehidrokolesterol dalam tubuh hewan. Ergokalsiferol (vitamin D 2 )
terbentuk dalam tanaman, sedangkan di dalam tubuh hewan akan
terbentuk kolekalsiferol (vitamin D 3 ) pada kulit yang terpapar
cahaya.Kedua bentuk vitamin tersebut mempunyai potensi yang sama
,yaitu masing-masing dapat menghasilkan kalsitriol D 2 dan D 3.
(Achmad Djaeni Sediaoetama,1989).

o Vitamin E (tokoferol) Ada beberapa jenis tokoferol dalam bentuk alami.


Semuanya merupakan 6- hidroksikromana atau tokol yang tersubsitusi
isoprenoid. Vitamin E bertindak sebagai antioksidan dengan
memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat
kemampuannya untuk memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal
bebas perksil dari asam lemak tak jenuh ganda yang telah mengalami
peroksidasi . Radikal bebas fenoksi yang terbentuk kemudian bereaksi
dengan radikal bebas peroksil selanjutnya. Dengan demikian á –
tokoferol tidak mudah terikat dalam reaksi oksidasi yangreversible,
cincin kromana dan rantai samping akan teroksidasi menjadi produk non
radikal bebas. (Achmad Djaeni Sediaoetama,1989).

o Vitamin K, Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K


adalah naftokuinon tersubsitusi – poliisoprenoid. Menadion ( K 3 ), yaitu
senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami
tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi
menjadi salah satu menakuinon ( K 2 ). Filokuinon ( K 1 ) merupakan
bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon – 7
merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari
vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh
bakteri dalam intestinum. (Achmad Djaeni Sediaoetama,1989).
Manfaat masing-masing vitamin beserta fungsinya

Mengetahui manfaat dan efek kesehatan dari masing-masing vitamin


adalah hal yang penting. Hal ini bisa membantu Anda menyeimbangkan pola
makan dan mengetahui gejala-gejala defisiensi atau kekurangan vitamin tertentu.

1. Vitamin yang larut dalam lemak

o Vitamin A : Untuk memelihara kesehatan mata dan fungsi imun, menjadi


salah satu faktor utama yang membantu pertumbuhan sel, serta berperan
dalam proses pembentukan gen dan protein.
o Vitamin K : Berfungsi membantu proses pembekuan darah.
o Vitamin D : Berfungsi membantu penyerapan kalsium dan fosfor yang
penting bagi kesehatan tulang serta memelihara sistem saraf.
o Vitamin E : Berfungsi melindungi membran sel, dapat mencegah
pembekuan darah yang berlebihan, serta memasok oksigen ke dalam darah.

2. Vitamin yang larut dalam air

o Vitamin B : Menyediakan cadangan energi (vitamin B6) dan melepaskan


energi (vitamin B12) serta memelihara sistem saraf dan visual.
o Vitamin C : Berfungsi untuk membantu pembentukan kolagen dan melawan
radikal bebas yang dapat merusak DNA.

II.2 TRIES ELEMEN DAN PENYAKIT

Ada ratusan jenis gangguan metabolik yang sudah diidentifikasi. Beberapa jenis
gangguan metabolik yang lebih umum terjadi adalah:
 Galaktosemia. Bayi mengalami sakit kuning, muntah, dan pembesaran hati saat awal
menyusui akibat tubuhnya tidak mampu memecah gula galaktosa dengan baik.
 Kelainan mitokondria. Mitokondria merupakan mesin energi di dalam sel tubuh
manusia. Gangguan di dalam mitokondria bisa menimbulkan kerusakan otot.
 Gangguan penyimpanan lisosom. Beragam kelainan enzim di dalam lisosom dapat
mengakibatkan penumpukan zat beracun dan menyebabkan beberapa gangguan
metabolik seperti sindroma Hurler, penyakit Fabry, dan penyakit Gaucher.
 Gangguan penyimpanan glikogen. Gangguan pada penyimpanan glikogen bisa memicu
rendahnya kadar gula darah, nyeri otot, dan kelemahan tubuh.
 Penyakit Ataksia Friedreich. Gangguan yang berhubungan dengan protein frataksin ini
dapat menyebabkan kerusakan saraf yang menyebabkan penderita tidak mampu berjalan,
serta gangguan fungsi jantung.
 Phenylketonuria (PKU). Defisiensi enzim PAH mengakibatkan tingginya kadar
fenilalanin dalam darah, sehingga dapat menyebabkan penderita mengalami
keterbelakangan mental.
 Maple Syrup Urine Disease. Defisiensi enzim BCKD dapat menyebabkan
menumpuknya asam amino dalam tubuh. Hal ini berakibat pada kerusakan saraf dan
urine penderita beraroma seperti sirup.
 Gangguan metabolisme zat.Protein yang bertugas mengontrol zat-zat metal dalam
tubuh seperti zat besi dan tembaga mengalami gangguan, sehingga zat-zat tersebut
menumpuk pada hati, pankreas, usus, dan otak.
 Kelainan Peroksisom. Peroksisom adalah bagian dari sel yang kaya akan enzim dan
berfungsi untuk mengatur pembuangan zat beracun dalam tubuh. Gangguan pada fungsi
enzim ini dapat menimbulkan beberapa kelainan seperti sindroma Zellweger dan
Adrenoleukodistrofia.
I. Gejala Gangguan metabolic

Gejala yang dirasakan oleh penderita gangguan metabolik berbeda-beda tergantung dari
jenis gangguan metabolik yang diidapnya. Beberapa gejala umum gangguan metabolik adalah:

 Nyeri pada perut.


 Letih dan lesu.
 Berat badan berkurang.
 Muntah.
 Nafsu makan rendah.
 Tidak normalnya aroma keringat, air liur, urine atau napas.
 Keterlambatan perkembangan fisik.
 Kegagalan untuk meningkatkan berat badan atau tumbuh.
 Sakit kuning.
 Kejang-kejang.
 Koma.
Gejala-gejala tersebut bisa muncul tiba-tiba atau secara perlahan.Gejala juga bisa muncul
akibat makanan, obat-obatan, dehidrasi, atau faktor lainnya.

II. Penyebab Gangguan Metabolik

Gangguan metabolik umumnya disebabkan oleh suatu kelainan genetik yang dirwariskan
oleh orang tua atau dari beberapa generasi sebelumnya. Kelainan genetik ini menyebabkan tubuh
mengalami gangguan dalam memproduksi enzim, sehingga jumlah enzim tertentu menjadi
kurang atau bahkan tidak diproduksi sama sekali.

Hilangnya atau rusaknya salah satu enzim ini dapat mengganggu serangkaian proses
kimia yang terjadi dalam tubuh, sehingga zat-zat beracun gagal dibuang dari tubuh dan
menumpuk di dalam aliran darah. Kondisi inilah yang disebut dengan gangguan metabolik

III. Diagnosis Gangguan Metabolik

Gangguan metabolik biasanya sudah muncul sejak bayi baru saja dilahirkan, sehingga
dapat didiagnosis dengan melakukan tes skrining rutin. Jika gangguan metabolik gagal dideteksi
saat lahir, biasanya tidak akan didiagnosis hingga penderita merasakan gejalanya untuk pertama
kali.

Ketika penderita sudah mengeluhkan gejalanya, tes DNA bisa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis sebagian besar gangguan metabolik.

IV. Pengobatan Gangguan metabolik

Gangguan metabolik hanya dapat ditangani secara terbatas, karena sebagian besar
jenisnya tidak dapat disembuhkan.

Beberapa prinsip umum yang biasanya diikuti dalam penanganan gangguan metabolik
adalah:

 Mengurangi atau menghilangkan asupan makanan atau obat yang tidak dapat diolah tubuh
secara normal.

 Mengeluarkan zat racun yang gagal dikeluarkan oleh tubuh.


 Mengganti enzim atau zat kimia lain yang hilang atau tidak aktif, sehingga metabolisme
dapat mendekati normal.

Sedangkan tindakan-tindakan pengobatannya bisa meliputi:

 Mengonsumsi suplemen pengganti enzim yang dapat membantu proses metabolisme.

 Menghilangkan zat hasil metabolisme yang berbahaya dari darah dengan menggunakan zat
kimia tertentu.

 Diet khusus yang menghilangkan beberapa jenis nutrisi yang tidak dapat diserap dengan baik
oleh tubuh.

Penderita gangguan metabolik dengan tingkat keparahan gejala yang berat biasanya harus
diobati di rumah sakit. Selain itu penderita juga akan membutuhkan alat-alat penunjang hidup.
Dalam kasus seperti ini, perawatan darurat dan perbaikan fungsi organ akan menjadi fokus utama
dokter.

V. Gangguan Metabolik

1. Diabetes melitus (DM) adalah suatu gangguan pada metabolisme karbohidrat, lipid, dan
protein dengan berbaga penyebab dan merupakan suatu penyakt yang kronik. Seseorang dengan DM
memiliki kasdar glukosa darah yang tinggi atau dsebut hiperglikemia. Diabetes malitus terbagi menjadi
dua tipe utama yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dikarakterisasi dengan
ketidakmampuan produksi insulin karena kerusakan sel pankreas akibat reaksi autoimun, sedangkan
DM tipe 2 merupakan penyakit yang melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan fungsi
pulau Langerhans dan resistensi insulin yang menghasilkan gangguan toleransi glukosa dan prooduksi
glukosa hepatik puasa yang tinggi ( Wisudanti D, 2016 ).

2. penyakit tiroid merupakan organ kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak di leher bawah.
Fungsinya untuk memproduksi hormon tiroksin yang mendukung proses metabolisme untuk menjaga
fungsi berbagai fungsi vital tubuh, terutama jantung, otak, oto dan kulit. Penyakit tiroid terjadi ketika
kerja kelenjar tiroid terganggu, entah menjadi kurang aktif (hipotiroid) atau terlalu aktif (hipertiroid).
Gejala hipertiroid adalah penurunan berat badan, jantung berdebar, peningkatan tekanan darah, mata
menonjol, dan pembengkakan kelenjar leher (gondok). Sementara itu, hipotiroidisme ditandai dengan
badan yang mudah kecapekan dan malas, detak jantung pelan, pertambahan berat badan dan sembelit. (
Crosby H., dkk, 2016)
BAB III

KESIMPULAN
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi
dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh tidak seimbangan di antara pengambilan makanan
dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan.
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering
disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu
malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh asupan protein maupun energi yang tidak adekuat.Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi
karena kebutuhan yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein
maupun energi dari tubuh.
Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan
proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan berakibat terganggunya kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan.

Ada ratusan jenis gangguan metabolik yang sudah diidentifikasi. Beberapa jenis gangguan
metabolik yang lebih umum terjadi adalah:

 Galaktosemia.
 Kelainan mitokondria.
 Gangguan penyimpanan lisosom.
 Gangguan penyimpanan glikogen.
 Penyakit Ataksia Friedreich.
 Phenylketonuria (PKU).
 Maple Syrup Urine Disease.
 Gangguan metabolisme zat.
 Kelainan Peroksisom.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama: Ilmu Gizi, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta 1989

Burton, J.L., et al., .(2007).Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York:Oxford University
Press:

Defriani Dwiyanti , Hamam Hadi , Susetyowati (2004).PENGARUH ASUPAN MAKANAN


TERHADAP KEJADIAN MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT.Jurusan Gizi Poltekkes Padang
Magister Gizi dan Kesehatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Kamyar Kalantar‐Zadeh ,Rajnish Mehrotra ,Denis Fouque , Joel D. Kopple.(2005). POOR


NUTRITIONAL STATUS AND INFLAMMATION: Metabolic Acidosis and Malnutrition‐
Inflammation Complex Syndrome in Chronic Renal Failure.USA

Kleigmen et al,.(2007).Nelson Textbook of Pediatrics. 18 ed. Philadelphia: Elsevier.

Nasoetion, A.H. (1995). Matahari Manusia dan Makanan. Jakarta: Balai Pustaka

Yuliarti, N. 2009.A To Z Food Supplement. Yogyakarta: Andi

Piliang dan Djojosoebagio,.(2000).Fisiologi Nutrisi. Volume I. Ed ke-2. Institut Pertanian Bogor Press,
Bogor.

Wisudanti D (2016). Aplikasi Terapeutik Geraniindai Ekstrak Kulit Rambutan (Nephelium Lappaceum)
Sebagai Antihhiperglikemik Melalui Aktifitasnya Sebagai Antioksidan Pada Diabetes Melitus
Tipe 2. Nurseline Journal. Vol 1 (1) :121.

Crosby H., dkk ( 2016). Pola Kelainan Tiroid di RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou Manado Periode
Januari2013-Desember 2015. Jurnal e-Clinic. Vol 4 (1) : 430

Anda mungkin juga menyukai