BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malnutrisi
2.1.1 Definisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesehatan. Hal ini terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik.5
2.1.2 Epidemiologi
Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien lansia serta
menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup tinggi tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju. 6 Berdasarkan hasil berbagai
penelitian yang dilakukan di Negara maju maupun berkembang, ditemukan
angka prevalensi malnutrisi mencapai 40%, Swedia 17- 47%, Denmark 28%,
Amerika dan Inggris antara 40-50% di Australia 40%. Studi di Indonesia
yang dilakukan di Jakarta, menghasilkan data bahwa dari sekitar 20-60%
pasien yang telah menyadang status malnutrisi dan 69%-nya mengalami
penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit.1
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu
fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan ekonomi. Tingkat social
ekonomi mempengaruhi kemampuan berpengaruh tidak saja pada macam
makanan tambahan dan waktu pemberian, tetapi juga pada kebiasaan hidup sehat
dan kualitas sanitasi lingkungan.10
Gizi berasal dari bahasa Arab “Qizzi” adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melaui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.11
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari
intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai
dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi baik zat gizi makro
maupun mikro. Zat gizi mikro yang utama adalah energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama penghasil energi,
sehingga ukuran status gizi untuk zat gizi untuk zat gizi makro adalah energi dan
protein, disebut juga dengan status energi dan protein.12
Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab-akibat
antara makanan (input) dan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi
dapat dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam
menyusun kebijakan harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah
input atau outcome.13
Penilaian status gizi pada pasien di rumah sakit sangat penting untuk
dilakukan, terutama pasien dengan resiko malnutrisi yang tinggi. Identifikasi dan
skrining malnutrisi secara dini dapat mendukung ketepatan intervensi gizi oleh
ahli gizi terhadap pasien sehingga outcome pasien yang lebih baik dan efektivitas
biaya kesehatan secara keseluruhan dapat diwujudkan. 14
2.3. Lansia
2.3.1 Definisi
a. Komposisi Tubuh
Akibat penuaan pada lansia massa otot berkurang sedangkan massa lemak
bertambah. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak 6,3%,
Hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan
bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal
dapat mencapai 300 poinds per square inch dapat mencapai 50 pound per square
inch. Selain itu, terjadinya atropi gingiva dan procesus alveolaris yang
menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan rasa sakit semakin
memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat
mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi
kesehatan umum.18
d. Gastrointestinal
Berat total usus halus (di atas usia 40 tahun) berkurang, namun penyerapan
zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium dan zat besi
(di atas usia 60 tahun). Di usus halus juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri
pada lansia dengan gastritis atrofi yang dapat menghambat penyerapan vitamin B.
Selain itu, motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan
konstipasi sering terjadi pada lansia.16
e. Hematologi
Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut sebagai akibat
dari proses menua pada sistem hematopoetik. Berdasarkan pengamatan klinik dan
laboratorik, didapatkan bukti bahwa pada batas umur tertentu, sumsum tulang
mengalami involusi, sehingga cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun.
Beberapa variabel dalam pemeriksaan darah lengkap (full blood count) seperti
kadar hemoglobin, indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC), hitung
leukosit, trombosit menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan umur.
Anemia kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk kelainan hematologi
yang sering dialami pada lansia . Penyebab utama anemia kekurangan zat besi
pada usia lanjut adalah karena kehilangan darah yang terutama berasal dari
perdarahan kronik sistem gastrointestinal akibat berbagai masalah pencernaan
seperti tukak peptik, varises esofagus, keganasan lambung dan kolon.18
Menurunnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin) dan enzim-enzim pencernaan
proteolitik mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.
i. Keunggulan antropometri4:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang dilatih.
1. Tidak sensitive sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu yang
singkat disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu
seperti defisiensi besi.
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran.
3. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran.
4. Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asusmsi
yang salah
5. Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya petugas
pengukur, kesalahan alat atau alat yang tidak tertera, dan kesulitan dalam
pengukuran.
a. Berat badan
b. Tinggi badan
IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk
menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan
yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh.22 IMT juga merupakan
sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat
badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus
atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).