Anda di halaman 1dari 24

STASE ILMU PENYAKIT DALAM

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Sindrom Metabolik
Rizki Pratama Nurbi Dayatulah
Pembimbing : dr. Hamidah, Sp. PD, K-EMD, FINASIM
Pendahuluan

Sindrom metabolik adalah kumpulan dari berbagai faktor


risiko termasuk obesitas sentral, dislipidemia, hipertensi dan
peningkatan glukosa darah puasa yang ditandai dengan kenaikan
risiko diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler.
Pendahuluan

Sindrom ini pada awalnya diperkenalkan Reaven


pada tahun 1988 dengan nama sindrom X dengan
adanya kumpulan faktor resiko yang terdiri dari
hipertensi, intoleransi glukosa dan dislipidemia. Pada
tahun 1999, WHO mengubahnya menjadi sindrom
metabolik dengan kumpulan faktor risiko yang terdiri
dari hiperinsulinemia, dislipidemi, obesitas sentral dan
mikroalbuminuria dengan resistensi insulin sebagi titik
sentral dari komponen faktor resiko.
Pendahuluan

Pandemi sindrom metabolik berkembang seiring dengan


prevalensi obesitas yang terjadi pada populasi Asia. Hal ini
berkaitan dengan penelitian yang berkembang sekarang bahwa
obesitas sentral berperan dalam menyebabkan resistensi insulin
yang merupakan dari patofisiologi sindrom metabolik.
Definisi

Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen


faktor risiko yang terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia
(meningkatnya trigliserida dan menurunnya kolesterol HDL),
hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa yang ditandai
dengan meningkatnya glukosa darah puasa. Disfungsi
metabolik ini dapat menimbulkan konsekuensi klinik yang
serius berupa penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe
2, dan perlemakan hati non- alkoholik.
Etiologi

Etiologi dari sindrom metabolik bersifat multifaktor.


Penyebab primer yang menyebabkan gangguan metabolik yang
ditemukan pada sindrom metabolik adalah resistensi insulin
yang berhubungan dengan obesitas sentral yang ditandai
dengan timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan
pengukuran lingkar pinggang (waist to hip ratio).
Etiologi

Hubungan antara resistensi insulin dan penyakit kardiovaskular


diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang menimbulkan
disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan vaskular dan
pembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa terjadi
perubahan hormonal yang mendasari adalah terjadinya obesitas
abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang
mengalami peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang
disebabkan oleh stres kronik) mengalami obesitas abdominal,
resistensi insulin dan dislipidemia.
Epidemiologi

Prevalensi Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya usia dan berat


badan. Karena populasi penduduk Amerika yang berusia lanjut makin bertambah dan
lebih dari separuh mempunyai berat badan lebih atau gemuk, diperkirakan sindrom
Metabolik melebihi merokok sebagai faktor risiko primer terhadap penyakit
kardiovaskular.

Pada sebuah studi di Amerika serikat, terjadi peningkatan jumlah orang dengan
sindrom metabolik seiring dengan peningkatan usia. Ditemukan prevalensi sindrom
metabolik sebesar 6.7% pada usia 20-29 tahun dan 43.5% pada usia 60-69 tahun.

Di indonesia sendiri dilakukan penelitian yang dilakukan Semiardji pada pekerja


PT. Krakatau steel didapatkan prevalensi sebesar 15,8% pada tahun 2005 dan
meningkat sebesar 19,7% pada tahun 2007. Hal ini meningkat dengan adanya pengaruh
gaya hidup yang cenderung kurang dalam aktifitas fisik dan makanan siap saji dan
berlemak
Diagnosis

Kriteria diagnosis sindrom metabolik menurut WHO


Diagnosis

Menurut rekomendasi ATP III, dikatakan sindrom metabolik


apabila ditemukan 3 atau lebih komponen yang ada pada satu
subjek
Faktor Genetik
Resiko
Obesitas Sentral

Kurangnya Aktifitas Fisik

Usia
Patofisiologi

Resistensi
Insulin

Obesitas Sentral
Obesitas Sentral

Pengeluaran
Energi

Penyimpanan
Energi
Obesitas Sentral

TNF
IL 6,
Resitin
Adipo Lipo Adiposit
sitokin toksisitas
Adino Leptin
pektin

Meningkat Pada Pasien


Sitokin Patofisiologi
Obesitas
Resistensi Insulin

adanya resistensi insulin ini akan semakin meningkatkan pemecahan asam lemak bebas
(lipolisis) di jaringan adiposa yang menyebabkan terjadinya beberapa gangguan pada
sistem organ
Resistensi Insulin

Resistensi insulin dapat menyebabkan dislipidemia melalui peningkatan asam


lemak bebas
Resistensi Insulin
Pada individu obese terjadi
peningkatan volume darah, stroke
volume dan cardiac output sehingga
terjadi peningkatan peripheral
vascular resistance pada individu
obese yang dapat menimbulkan
kondisi hipertensi

Obesitas dikaitkan dengan disfungsi


endotel, resistensi insulin, perubahan
sistem saraf simpatik, dan pelepasan
mediator proinflamasi (Tumor
Necrosis Factor/TNF-α dan
Intrleukin/IL-6) sehingga terjadi
peningkatan peripheral vascular
resistance
Evaluasi Klinis

Anamnesis :
• Riwayat Keluarga dan penyakit sebelumnya
• Riwayat adanya perubahan berat badan
• Aktifitas fisik sehari-hari
• Asupan makanan sehari-hari
Evaluasi Klinis

Pemeriksaan Fisik :
• Pengukuran TB, BB, dan Tekanan Darah
• Pengukuran IMT
• Pengukuran Lingkar Pinggang
Evaluasi Klinis

Pemeriksaan Laboratorium :
• Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa
• Pemeriksaan HOMA (homeostasis model assessment)
• Pemeriksaan C reactive protein
• Kadar Asam urat dan faal hati
• USG Abdomen
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan agresif terhadap komponen Sindrom Metabolik


dapat mencegah atau memperlambat onset diabetes, hipertensi dan
penyakit kardiovaskular. Semua pasien yang didiagnosis dengan
Sindrom Metabolik hendaklah dimotivasi untuk merubah kebiasaan
makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi utama.
Latihan Fisik

Pengaruh latihan fisik terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam


24 – 48 jam dan hilang dalam 3 sampai 4 hari. Jadi aktivitas fisik
teratur hendaklah merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki
resistensi insulin. Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan derajat aktifitas fisiknya. Kombinasi latihan fisik
aerobik dan latihan fisik menggunakan beban merupakan pilihan
terbaik
Diet

• Diet Rendah Sodium


• Diet Rendah lemak Jenuh
• Asupan Karbohidrat yang memiliki Indeks glikemik Rendah
• Konsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh
• Diet Tinggi Serat
Medikamentosa

• Sibutramin dan orlistat untuk menurunkan berat badan


• Golongan ACE-inhibitor yang memiliki makna dalam meregresi
hipertrofi ventrikel.
• valsartan sebagai penghambat reseptor angiotensin dapat
mengurangi albuminuria yang diketahui sebagai faktor risiko
independen kardiovaskular.
• Tiazolidindion dan metformin juga dapat menurunkan kadar asam
lemak bebas.
• Fenofibrat juga secara khusus digunakan untuk menurunkan
trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL

Anda mungkin juga menyukai