Disusun Oleh:
Natiara Khalid NIM. 1510015072
Irma Novalin Wandik NIM. 1610015019
Rizki Pratama Nurbi Dayatulah NIM. 1710015023
Ika Sari Oktafiani NIM. 1710015046
Aslam NIM. 1710015105
Shafa Dimas Saputra NIM. 1810015041
Abela Verda Dea Amanda NIM. 2010017029
Dosen Pembimbing:
dr
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT, karena berkat, rahmat, dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hernia Nukleus
Pulposus” dengan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami selama rangka kepaniteraan klinik di
Laboratorium Ilmu Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSJD Abdoel Wahab Sjahranie.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari 90% kasus HNP terjadi pada diskus di antara lumbal empat dan
lumbal lima (L4-L5) atau lumbal lima dan sakral satu (L5-S1) yang berarti akan
menyebabkan penekanan pada saraf L4, L5 dan S1 sehingga menimbulkan nyeri
1
lokal di daerah punggung bawah dan nyeri radikular di tungkai bawah, tepatnya
pada posterior tungkai bawah dan dorsal kaki. Persepsi nyeri bertujuan untuk
membatasi gerakan yang melibatkan otot-otot punggung. Keterbatasan gerakan ini
disebabkan oleh spasme otot yang merupakan bentuk proteksi terhadap cedera
yang lebih berat. Spasme otot akan menimbulkan penurunan range of motion
(ROM) atau fleksibilitas punggung dan tulang belakang .Penekanan saraf L4, L5
dan S1 juga akan menyebabkan keterbatasan gerakan dorsofleksi plantar dan
ekstensi ibu jari kaki, kelemahan otot quadrisep serta penurunan refleks tendon
Achilles dan tendon patellar sehingga menyebabkan disabilitas fungsional seperti
keterbatasan saat berjalan, duduk, bangkit dari kursi, dan mengangkat beban. HNP
lumbal tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman karena nyeri lokal dan
radikular, tetapi juga menyebabkan disabilitas fungsional yang menganggu
aktivitas sehari-hari (Rahmadhani, 2018).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan secara umum mengenai Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Adapun
tujuan khususnya adalah untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, dan prognosis dari Hernia Nucleus Pulposus .
2
1.3 Manfaat
1) Sebagai sarana pembelajaran untuk mengetahui Hernia Nucleus Pulposus
(HNP)
2) Sebagai informasi bagi para pembaca mengenai Hernia Nucleus Pulposus
(HNP)
3) Membantu penulis dalam memahami Hernia Nucleus Pulposus (HNP)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan
lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus)
mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus
pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke
dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf (JS, 2013).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan
sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus
intervertebralis, yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau
radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek (Rahmadhani, 2018).
2.2 Epidemiologi
Prevalensi HNP adalah 1-2% dari populasi dunia, dan umumnya HNP dapat
terjadi pada semua level vertebra mulai dari servikal hingga tulang belakang,
sebanyak 80% adalah HNP lumbal, dan 20% HNP (Patitis & Pristianto, 2020).
Data epidemiologi mengenai HNP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan
sebanyak 40% penduduk yang berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
pinggang, dengan prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6%.
Insiden HNP berdasarkan kunjungan pasien di beberapa rumah sakit Indonesia
berkisar 3-17% (Sani & Durahim, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh
PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) di 14 rumah sakit pendidikan,
menunjukkan bahwa sebanyak 819 orang (18,37%) adalah penderita HNP
(Simarmata, 2020). Setiap tahun, sekitar 15-45% orang dewasa di negara maju
mengalami nyeri punggung bawah dan satu diantara 20 penderita harus dirawat di
rumah sakit karena serangan akut. Data prevalensi nyeri punggung bawah di
Indonesia belum didapatkan secara jelas, tetapi diperkirakan bervariasi antara
7,6% sampai 37% (Rahmadhani, 2018).
4
2.3 Anatomi dan Fisiologi Vertebrae7,8
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
5
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar
terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat
otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalis posterior.
6
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
7
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka
nyeri adalah:
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti
oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur,
dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-
S1 sangat lemah, sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral.
8
2.4 Etiopatofisiologi3,6
2.4.1 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
Degenerasi diskus intervertebralis
Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat
2.4.2 Patofisiologi4,7,8
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1) Aliran darah ke discus berkurang
9
2) Beban berat
3) Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan
lesi primer pada sistem saraf.
10
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan
termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.
11
12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Nyeri pinggul sampai ke telapak kaki sebelah kiri sejak 2 bulan lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri pinggul sampai ke telapak kaki sebelah kiri
kurang lebih 2 bulan lalu. Awal dari gejala mengalami kram kemudian
bertambah lama menjadi nyeri. Rasa nyeri dirasakan berdenyut dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri dirasakan terus-menerus dan
memberat saat menjalankan aktifitas.
c. Faktor memperperberat :
Saat mengikuti gerakan senam di Youtube, batuk, dan saat posisi rukuk
waktu sholat.
d. Faktor memperingan :
Terapi pijat yang pernah dilakukan pasien
e. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit maag sudah sejak lama
Riwayat Trauma (-)
13
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Mellitus (-)
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Paru (-)
Riwayat Operasi (-)
f. Riwayat Pekerjaan :
Sebagai ibu rumah tangga, pasien setiap hari melakukan pekerjaan pasien
mengatakan bahwa posisi yang dulu seperti membungkuk, berjongkok,
mengangkat beban saat bekerja tidak dapat dilakukan lagi sehingga perlu
bantuna anak-anaknya.
g. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu dan anak pasien memiliki riwayat penyakit magh yang sama dan
keluatga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
h. Riwayat Pengobatan :
Pengobatan di RS Siaga dan saat ini Fisioterapi di RSUD AWS namun
keluhan masih ada dan belum ada perkembangan.
i. Riwayat Obat-obatan :
Vitamin sendi, Nano Calcium, Glukosamin, Omega 3
14
Abdomen : Soufl, Bising Usus (-), Massa (-), Nyeri palpasi (-) Kesan
Normal
Ekstrimitas : Akral hangat, Deformitas (-), Kesan Normal
d. Status Lokalis
Gait : Antalgic Gait
Trunkus : Simetris, Deformitas (-), Spasme (+), Nyeri Palpasi L3-S1
(+)
ROM Trunkus : Antefleksi Lumbosakral 300
ROM :
Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif
Ekstrimitas Dektra Sinistra Dektra Sinistra
Fleksi Sendi Panggul 0-45 0-20 0-45 0-20
Ekstensi Sendi Panggul 0-30 0-15 0-30 0-15
Abduksi Sendi Panggul 0-45 0-20 0-45 0-20
Adduksi Sendi Panggul 0-15 0-10 0-15 0-10
Rotasi Eksternal Sendi Panggul 0-30 0-30 0-30 0-30
Rotasi Internal Sendi Panggul 0-35 0-35 0-35 0-35
Fleksi Sendi Lutut 0-110 0-100 0-110 0-100
Ekstensi Sendi Lutut 0-120 0-100 0-120 0-100
Test Provokasi :
Test Patrick (D/S): -/+
Test Laseque (D/S): -/+
Test Valsava (D/S): -/+
Test Braggard (D/S): -/+
15
16
Expertise :
1. Mengesankan HNP Multilevel Setinggi Discus Intervertebralis II-III, III-
IV grade II dan Setinggi Discus Intervertebralis Lumbal IV-V, V-S1
grade III yang menyebabkan perdesakan dari lumbal cord ke
posteromedial sinistra dominan et Dextra
2. Pada Myelografi mununjukkan adanya perdesakan dari Lumbal cord
Setinggi CV Lumbal II – CV Sacral I ke posteromedial sinistra dominan
et Dextra, Additional Defect (-)
3. Stabel Lumbsacral
b. Laboratorium :-
17
3.7 Tatalaksana
Fisioterapi
Short Wave Diathermia Lumbosacral sinistra
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation Lumbosacral Sinistra
Protestic Korset Lumbal
Support Mental
Medikamentosa
Analgesik NSAID
Vitamin B1, B6, B12
Nano Calcium
Glukosamin
Omega 3
3.8 Prognosis
Medik : Bonam
Fungsional : Bonam
18
BAB IV
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
1. JS, L. (2013). Hernia Nukleus Pulposus Lumbal Ringan Pada Janda Lanjut Usia
Yang Tinggal Dengan Keponakan Dengan Usia Yang Sama. Medula, Volume 1,
Nomor 2.
3. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
4. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
5. Rahmadhani, T. (2018). Pengaruh Hidroterapi Terhadap Intensitas Nyeri dan
Kemampuan Fungsional Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Lumbal Yang
Tidak Menjalani Tindakan Oeratif. Skripsi, 24.
6. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan
kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
7. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT
Dian Rakyat. 87-95. 1999
8. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT
Dian Rakyat. 182-212.
9. Simarmata, T. (2020). Pengaruh Pemberian Konseling Gizi Seimbang Dengan
Media Leaflet Terhadap Perilaku Makan Pada Pasien HNP. Skripsi Politeknik
Kesehatan Medan.
20