Oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari
total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik,
Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung
simtomatis serta rehabilitasi medik. Banyak sekali penyebab nyeri pinggang pada
manusia, bisa karena infeksi pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan
yang hebat pada pinggang, kelainan pada tulang belakang dan lainnya. Salah satu
yang cukup sering menyebabkan nyeri pinggang adalah yang dinamakan herniated
Hernia nukleus pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri
punggung. HNP merupakan penyakit degenerasi spinal yang paling sering dan
menjadi penyebab 30% hingga 80% dari kasus nyeri punggung. HNP dapat terjadi
pada semua diskus intervertebralis, tetapi yang paling sering terjadi adalah di
utamanya datang dengan keluhan utama berupa nyeri pada punggung bawah.
Persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi gerakan yang melibatkan otot-otot
punggung. Pembatasan gerak ini diakibatkan oleh spasme otot, Spasme otot akan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau nukleus pulposus) mengalami tekanan
sehingga nukleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan hingga
menekan radikx spinalis sehingga menimbulkan keluhan. HNP yang sering pula
B. Epidemiologi
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian, HNP paling sering
dijumpai pada titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler
pada pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP
L3-L4 secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.
Insiden HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% dari populasi keseluruhan orang
dewasa. Dalam kurun waktu 5 tahun, selama 2007-2011, menurut data rekam
medis, sebanyak 79 pasien HNP berada di ruang rawat inap Departemen Ortopedi
dan Traumatologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Insiden tertinggi pada kelompok usia
51-60 tahun (31,6%). Usia rata-rata pasien adalah 51 tahun, berkisar antara 20-77
45,6%). HNP paling sering terjadi pada vertebra lumbalis L5–S1 sebanyak 46
individu (58,2%) dan pada vertebra servikal pada C5–C6 sebanyak 3 individu
(3,8%). Satuk kasus terletak di vertebra toraks (1,3%). Riwayat aktivitas dan
kondisi pasien terbanyak adalah trauma sebanyak 31 orang (39,2%), diikuti angkat
Studi populasi di daerah Jawa ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan
13,6% pada wanita. Rumah sakit Jakarta, Yogyakarta dan Semarang melaporkan
insidensinya sekitar 5,4 – 5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun.
Populasi pada penyakit hernia nukleus pulposus ini biasa mengenai masyarakat
rentan dengan penyakit degeneratif sendi artinya mengenai populasi umur >50
tahun, dan bisa juga mengenai komunitas pekerja tertentu misalnya pekerja angkat
berat, pekerja kantoran yang mengharuskan posisi duduk dalam waktu yang lama
C. Etiologi
Diskus intervertebrata terdiri atas dua komponen, yaitu annulus fibrosus yang
melingkari nucleus pulposus. Annulus fibrous secara umum dibentuk oleh kolagen tipe I
berbentuk oblique yang merupakan cincin yang masuk ke dalam permukaan dari tulang
vertebra. Kolagen yang membentuk annulus ini terbentuk membentuk multilayer bersama
lamellae yang mendukung fungsinya sebagai pelindung dari nucleus pulposus dan
merupakan bagian yang diliputi annulus yang dibentuk oleh kolagen tipe II yang kaya oleh
proteoglikan dan gelatin. Tekanan pada ruang diskus dapat meningkatkan tekanan yang
diterima nucleus.
Hal inilah yang terjadi pada HNP, saat annulus fibrosus kehilangan sebagian
fungsinya, akan terjadi peningkatan tekanan yang diterima nucleus, sehingga nucleus dapat
keluar dari discus melalui celah dari robekan annulus fibrosus hingga keluar ke bagian
dorsal menekan medulla spinalis atau ke dorsolateral menekan radix spinalis. Penekanan
inilah yang dapat menimbulkan manifestasi klinis dan gangguan yang dialami oleh pasien.
vertebra lebih terfokus pada midline dan memanjang secara lateral dan inferior,
menyebabkan rentannya terjadi hernia dorsolateral karena tidak terdapat struktur tambahan
yang melindungi. Pada Cervical herniated nucleus pulposus (CHNP) akan terjadi
penekanan radix spinalis serta medulla spinalis, terutama pada C6-7, C5-6, C4-5,
dan C7. Pada HNP di intervertebralis, mekanisme trauma yang sama juga dapat
terjadi. Hernia dapat terjadi karena proses degeneratif atau proses traumatik,
maupun kombinasi antara keduanya. Dimana lokasi paling mungkin adalah pada
kolumna vertebralis karena terjadi peralihan antara segmen yang lebih mobil ke
yang kurang mobil yaitu perbatasan lumbosakral dan servikotorakal. Trauma juga
dapat terjadi melalui trauma lewat gerakan berulang seperti fleksi, ekstensi, lateral
fleksi, rotasi dan mengangkat beban yang jika melebihi kemampuan tahanan dari
annulus fibrosus dan menyebabkan robekan, dapat berujung pada herniasi. Trauma
akut juga dapat menyebabkan herniasi. Mekanisme yang kurang lebih sama juga
terjadi pada HNP pada lumbar. Namun dari salah satu pustaka, didapatkan data
bahwa hernia lumbar terutama pada atlet. Secara umum, kesehatan dari atlet
memang lebih baik dari populasi, namun mereka juga sangat rentan mengalami
cedera yang terjadi karena tekanan berkepanjangan dari aktivitas dan juga trauma
pada tulang belakang. Secara anatomis, hernia terutama sering terjadi pada L4-5
dan L5-S1.8,9,10
D. Faktor Risiko
Faktor Usia:
Usia adalah salah satu faktor penting dalam kasus HNP. Dengan
meningkatnya usia akan ada degenerasi dari diskus dan sendi karena water content
yang berkurang. Pada kelompok usia kurang dari 30 tahun, spring force resilience
Jenis kelamin:
terjadi lebih banyak pada pekerja yang melakukan pekerjaan berat seperti
menggiling dan mengangkat benda berat. Laki-laki lebih banyak bekerja pada
industry yang memerlukan pekerjaan berat, oleh sebab itu HNP lebih banyak terjadi
Pekerjaan:
Pekerjaan yang berisiko adalah pekerjaan yang memiliki beban berat yang
memerlukan kekuatan fisik yang besar atau keperluan energi yang besar.
dapat mempengaruhi vibrasi dari seluruh tubuh. Pekerjaan ini termasuk pada
pekerja yang lebih banyak menghabiskan 50% waktu kerjanya di dalam mobil
seperti supir dan pekerja yang menggunakan alat dan pada industri konstruksi
Genetik:
dan faktor apoptosis dan pertumbuhan. Single nucleotide polymorphisms pada gen
Merokok:
menyebabkan penurunan difusi nutrisi dalam diskus. Nikotin merupakan zat yang
berfungsi untuk menginhibisi sintesis matriks ekstraselular dan proliferasi sel pada
nukelus pulposus. Nikotin juga daoat menyebabkan inhibisi kolagen pada annulus
fibrosis. Penurunan kolagen dapat menjadi faktor predisposisi dari trauma dan
Proses penuaan:
Sel tua yang terakumulasi pada diskus akan menyebabkan penuaan dan
degenerasi. Sel ini akan menginhibisi proliferasi akan tetapi secara metabolic tetap
aktif, Pembuluh darah ini terletak pada bagian terluar annulus fibrosis. Sisa dari
annulus dan nucleus pulposus tidak memiliki pembuluh darah sehingga sel ini
memiliki suplai nutrisi dan oksigen yang terbatas dan akan menyebabkan
Tinggi badan:
dengan tinggi badan 180 cm memiliki risiko relatif 2.3 dibandingkan laki-laki yang
lebih pendek 10 cm. Pada wanita dengan tinggi 170 cm atau lebih memiliki risiko
relatif 3.7 dibanding wanita yang memiliki tinggi badan 10 cm lebih pendek. 11,12
Obesitas:
ligament tulang belakang, osteoarthritis, herniasi diskus dan stenosis spinal. Untuk
hubungan dari BMI dan terjadinya herniasi diskus pada laki-laki. 11,12
E. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi
bagian yang bergerak (mobile) dengan bagian yang relatif tidak bergerak
1. Diskus servikal
keenam, dan ketujuh (C5, C6, C7). Hernia diskus servikal terjadi di leher, belakang
2. Diskus torakal
Herniasi diskus biasanya terjadi pada spina torakalis bawah dan cenderung
3. Diskus lumbal
pada diskus lainnya dan biasanya terjadi pada diskus L4 dan L5.18 Herniasi diskus
lumbal terjadi di bagian punggung bawah, paling sering pada vertebra L4, L5 dan
Berdasarkan gradasi
F. Patofisiologi
Proses Degeneratif:
air diskus semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia seseorang, yaitu
dari 90% pada bayi dan berkurang sehingga 70% pada usia lanjut. Selain itu, serabut
fibrokartilago akan menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang nantinya akan
fibrosus dan menekan radiks saraf tulang belakang. Pada umumnya, HNP paling
mungkin terjadi pada bagian kolumna vertebralis, di mana terjadi peralihan dari
segmen yang lebih mobil ke segmen yang kurang mobil, yaitu perbatasan
Proses Traumatik:
lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban yang sering dan berat juga dapat
memberi tekanan abnormal pada nukleus pulposus. Jika tekanan ini cukup besar
sehingga mampu melukai annulus fibrosus, maka nukleus pulposus akan terancam
herniasi. Trauma akut juga dapat menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda
dengan cara yang salah dan jatuh atau pukulan keras pada tulang belakang yang
G. Manifestasi klinis
Gambaran manifestasi klinis yang terjadi pada HNP tentu akan sangat
berhubungan dengan lokasi terjadi herniasi dan penekanan pada radix sarafnya.
Gejala klinis yang dapat terjadi karena CHNP ini dapat berupa: nyeri yang tajam
dan konstan di leher, bahu, atau punggung atas. Dapat pula berupa nyeri atau sensasi
terbakar menjalar sepanjang saraf yang terkena, turun ke lengan, hingga ke tangan
dan jari. Nyeri dapat pula terasa berhubungan dengan gerakan memutar kepala.
Rasa berat dan kaku di leher, bahu atau punggung atas. Nyeri tekanan ketika area
disentuh. Sementara gejala klinis pada HNP vertebra kurang lebih menimbulkan
keluhan yang sama, seperti rasa nyeri, tebal, kram atau kelemahan. Dapat pula
berupa nyeri mekanik. Nyeri yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri radikuler
(iskialgia) berupa nyeri yang dapat bersifat tajam, seperti terbakar atau berdenyut
yang menjalar sampai ke bawah lutut. Bila saraf sensoris juga terkena, dapat terasa
kesemutan atau baal berdasarkan dermatom sarafnya. Bila mengenai konus atau
cauda equina, dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri
yang timbul sesuai dengan dermatom dan kelemahan otot sesuai miotom yang
terkena.16,17
H. Diagnosis
1. Anamnesis
nyeri punggung prodromal. Bisa ditanyakan mengenai aktivitas pasien apakah ada
jatuh, melakukan gerakan menyentak atau berputar dan mengangkat beban berat.
Nyeri merupakan keluhan utama pasien, dapat berupa axial atau radicular. Dapat
Apakah memiliki riwayat dahulu dengan gejala yang mirip dan bagaimana cara
menanganinya?
Tanda bahaya dapat berupa riwayat demam dan penurunan berat badan
dengan bersamaan, nyeri pada malam hari yang tidak henti-henti, konsumsi steroid
oral jangka panjang atau imunosupresan, riwayat atau curiga kanker pada pasien
dengan usia lebih dari 50 tahun. Selain itu dapat ditanyakan mengenai gejala
kelemahan motorik, gangguan sensoris dan disfungsi usus atau kandung kemih
perlu ditanyakan. Faktor risiko juga perlu ditanyakan seperti gaya hidup pasien
seperti duduk terlalu lama, membungkuk ke arah depan, riwayat merokok, riwayat
penggunaan antidepresan. Perlu ditanyakan aktivitas mana yang tidak dapat pasien
2. Pemeriksaan fisik
level spesifik. Penilaian pertama pada pemeriksaan fisik adalah mencari manifestasi
eksternal dari nyeri seperti stance yang tidak normal. Postur dan gaya berjalan
pasien perlu diperiksa untuk mencari sciatic list yang mengindikasi herniasi diskus.
tenderness. Range of motion pasien juga perlu dievaluasi. Nyeri saat flexi pada
lumbal memberikan sugesti nyeri diskogenik sementara nyeri saat ekstensi lumbal
memberikan sugesti facet disease. Ligamen atau strain pada otot dapat
refleks, sensoris dan motoric perlu diperiksa untuk memastikan level saraf yang
terdampak. Kekuatan otot dinilai dari 0 (tidak ada kontraktilitas) hingga 5 (ROM
pasien dengan level neurologis bermanfaat untuk mengetahui lokasi gejala pasien
Tabel 2.1 Lokasi nyeri, defisit motorik dengan tiap level diskus
pasien dalam bentuk sudut hingga 90 derajat sementara kaki pada persendian lutut
tetap dalam keadaan lurus. Normalnya pada posisi ini akan menyebabkan rasa
terikat minor pada hamstrings. Jika terdapat kompresi pada saraf maka tes ini akan
menyebabkan nyeri berat pada belakang kaki yang terkena dan terdapat gangguan
pada nerve root L5 atau S1 Tes positif bila pasien mengalami nyeri tipikal dan
parestesia.20
Seperti pada pemeriksaan straight leg raise test, pasien dalam kondisi supine
dan pemeriksa akan mengangkat kaki yang asimtomatik. Tes positif bila manuver
menyebabkan nyeri pada pasien dan parestesia. Tes ini memiliki spesifisitas 90%.
Gambar 2.4 Diagnostic work-up pada pasien dengan nyeri punggung bawah
3. Pemeriksaan penunjang
X-rays
CT scan:
MRI:
yang mengalami hernia. MRI merupakan modalitas gold standard yang memiliki
tingkat akurasi seperti CT myelography untuk diagnosis herniasi diskus thorax dan
lumbal.19
I. Tata Laksana
Terapi konservatif
fisik, dan melindungi serta meningkatkan fungsi tulang belakang. Sebagian besar
pasien HNP akan membaik dalam waktu enam minggu dengan atau tanpa terapi,
dengan tidak adanya defisit neurologis utama. Selanjutnya, jika nyeri persisten
1. Tirah baring
periode ini periode istirahat singkat yang direkomendasikan. Tirah baring dilakukan
2. Terapi farmakologi
sebagai penghilang rasa nyeri, dan Kortikosteroid sebagai anti inflamasi. 21,22
Terapi infra merah diaplikasikan pada punggung yang nyeri, selama 30 menit.
Terapi radiasi infra merah (heat therapy) adalah intervensi terapi fisik
panas saat diserap oleh materi, antara panjang gelombang 4x10 Hz dan 7,5x10 Hz.
merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit. TENS dikenal sebagai modalitas
yang efektif mengurangi nyeri. Dengan frekuensi dan intensitas yang tepat, TENS
dapat memberikan stimulasi dari mulai tingkat seluler sampai dengan ke tingkat
paraspinall pada tingkat asal saraf sciatic (L4, L5, S1, S2 dan S3) dan saluran kedua
di tempat nyeri yang dirujuk (mis. paha Posterior). Mesin hidup dengan TENS
Tinggi (frekuensi 100Hz & durasi pulse 150μs) selama 30 menit. 21,22
5. McKenzie exercise
dan peregangan otototot ekstensor dan fleksor sendi lumbosacralis dan dapat
untuk penguatan otot punggung bawah ditujukan untuk otot-otot fleksor dan untuk
Koreksi postur: Pasien memiliki postur duduk harus diperbaiki. Pasien akan
badang atas. Ini akan mendapatkan posisi ekstensi badan dengan dukungan
siku.
Suntikan epidural translaminar dan blok akar saraf selektif adalah modalitas
lini kedua untuk pasien yang tidak responsif terhadap manajemen konservatif dan
yang memiliki gejala setidaknya selama empat hingga enam minggu. Ada bukti
terbatas tentang kemanjuran suntikan epidural setelah tiga bulan, tetapi suntikan
asetat atau metilprednisolon) yang diberikan pada tingkat target (diskus hernia) di
dengan anestesi dan anti- tindakan inflamasi. Satu suntikan epidural memberikan
bantuan jangka pendek sekitar 3 bulan. Terbukti bahwa seorang pasien dapat
menunda operasinya selama beberapa tahun jika mereka merespon dengan baik
terhadap blok epidural. Seorang pasien dapat memiliki maksimal 4 suntikan dalam
setahun. Setiap injeksi harus memiliki jeda 1-2 minggu di antaranya. 21,22 Berikut
Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan pada semua pasien dengan herniasi diskus akut
1. Telah gagal dalam terapi konservatif dan suntikan epidural selama 3 -4 bulan,
tidak memiliki tanda atau gejala waddel (prognosis buruk operasi tulang
belakang).
tertekan). 1,21,22
b. Microscopic discectomy
bedah yang sama efektifnya. Teknik bedah sama dengan prosedur terbuka standar.
c. Endoscopic discectomy
sayatan kulit dan meminimalkan cedera jaringan lunak. Prosedur dilakukan dengan
tidak memotong serat otot sehingga mengurangi cedera otot. Tabung dilatasi serial
khusus dan retraktor digunakan dan memiliki sumber cahaya. Hal ini
memungkinkan untuk sayatan yang lebih kecil dengan pandangan yang sangat baik
discectomy
J. Komplikasi
perkembangan nyeri punggung kronis. Selain itu, kasus herniasi diskus yang
bertahan lama pada kompresi akar saraf yang parah. Sebagian besar contoh
diskektomi berhasil dalam perbaikan bedah diskus hernia, tetapi beberapa kasus
hidup pasien karena dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan kecacatan yang
K. Pencegahan
penggunaan alkohol berlebihan, dan diet yang tidak sehat) dapat sedikit
penambahan usia yang tidak dapat dihindari, namun dapat dilakukan perubahan
1. Berbaring terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan satu lutut
dan gerakan menuju dada lalu tahan beberapa detik. Lakukan lagi pada kaki
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berapa datar di
lantai. Lakukan sit up parsial dengan melipat tangan dan mengangkat bahu
2. Jika harus duduk dalam waktu lama, pastikan lutut dan paha sejajar. Jika perlu
3. Jika harus berdiri dalam waktu lama, letakkan salah satu kaki pada bantalan
Aktivitas rutin
2. Diet seimbang,
4. Segera melakukan konsultasi jika terjadi trauma atau perburukan gejala yang
mengganggu. 8,24,25
L. Prognosis
penurunan gejala tanpa operasi. Terapi konservatif umumnya efektif dan gejala
yang dialami pasien akan menghilang dalam beberapa minggu. Untuk beberapa
kasus terapi konservatif tidaklah cukup dan bisa diperlukan terapi yang lebih invasif
seperti injeksi steroid pada akar saraf bahkan operasi. Terdapatnya mielopati pada
hernia nucleus pulposus sentral di regio cervical dan thoracal merupakan indikasi
operasi, apalagi bila terdapat progresi dari gejala yang dialami pasien. Dengan
discectomy, pasien dengan nyeri yang dominan memiliki hasil yang sangat baik,
operasi tidak selalu menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pasien yang
menunda operasi.
(ACDF) untuk spondilosis serviks dan atau herniasi disk menggunakan lempeng
PENUTUP
lunak di antara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau nukleus pulposus)
mengalami tekanan sehingga nukleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi
penekanan radiks saraf. Gejala klinis pada HNP dapat menimbulkan keluhan rasa
nyeri, tebal, kram atau kelemahan. Nyeri yang paling sering dikeluhkan adalah
nyeri radikuler (iskialgia) berupa nyeri yang dapat bersifat tajam, seperti terbakar
atau berdenyut yang menjalar sampai ke bawah lutut. Bila saraf sensoris juga
terkena, dapat terasa kesemutan atau baal berdasarkan dermatom sarafnya. Bila
mengenai konus atau cauda equina, dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan
disfungsi seksual. Terapi konservatif yang dapat dilakukan adala tirah baring,
terapi farmakologi, terapi infra merah, TENS, McKenzie exercise dan suntikan
selama 6 minggu tanpa adanya defisit neurologis utama. Apabila nyeri persisten
5. Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus
Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal
749-751.
14. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB,
Pollock RE. Schwartz’s principles of surgery. Unitated States of America: Mc
Grow-Hill;2015.
17. North American Spine Society. Diagnosis and Treatment of Lumbar Disc
Herniation with Radiculopathy. NAAS Clinical Guidelines. 2012
18. Humphreys SC, Eck JC. Clinical evaluation and treatment options for
herniated lumbar disc. American family physician. 1999
19. Gregory DS, Seto CK, Wortley GC, Shugart CM. Acute lumbar disk pain:
navigating evaluation and treatment choices. American family physician.
2008 Oct 1;78(7):835-42.
20. Rabin A, Gerszten PC, Karausky P, Bunker CH, Potter DM, Welch WC. The
sensitivity of the seated straight-leg raise test compared with the supine
straight-leg raise test in patients presenting with magnetic resonance imaging
evidence of lumbar nerve root compression. Archives of physical medicine
and rehabilitation. 2007
21. Pangestu WH, Sinta M, San LK, Abro U. Tatalaksana komprehensif pada
pasien hernia nucleus pulposus lumbal. Publikasi ilmiah UMS. 2020
22. Jain N, Mathur M, Sharma S, Rawall S, Sharma SB. Lumbar disc herniation:
A review article. IP International Journal of Orthopaedic Rheumatology. 2020
25. Moley, P.J. Herniated nucleus pulposus. [Internet]. 2020. Available from:
https://www.msdmanuals.com/professional/musculoskeletal-and connective-
tissue-disorders/neck-and-back-pain/herniated-nucleus-pulposus