H DENGAN
Disusun oleh :
Kelas 3D
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang bejudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PRE HERNIA NUCLEUS PULPOSUS
(HNP)” ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................... 1
B. TUJUAN............................................................................................... 2
A. DIAGNOSA MEDIS............................................................................ 3
1. PENGERTIAN................................................................................. 3
2. ETIOLOGI....................................................................................... 4
3. TANDA DAN GEJALA................................................................... 4
4. PATHWAY....................................................................................... 5
5. PENATALAKSANAAN.................................................................. 5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................... 6
B. OPERASI (PRE)................................................................................... 7
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................ 9
1. PENGKAJIAN................................................................................. 9
2. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................. 10
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................... 12
4. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................... 12
A. KASUS................................................................................................. 18
B. PENGKAJIAN...................................................................................... 18
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................ 24
D. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN...................................................................................... 27
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................ 28
C. INTERVENSI KEPERAWATAN......................................................... 30
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................... 32
B. SARAN................................................................................................. 33
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Punggung merupakan bagian belakang tubuh yang terletak diantara
pinggang dan kepala. Punggung digunakan sebagai tempat tumpuan ketika
duduk atau bersandar, seperti perisai pelindung tubuh dan tidak serapuh
seperti tubuh bagian depan. Punggung juga merupakan bagian yang paling
mudah mengalami nyeri, kebanyakan nyeri punggung bawah sembuh
dengan sendirinya, tapi kadangkala ada penyebab khusus yang
memerlukan penanganan medis (Davies, 2007).
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan
keluhan yang umum dijumpai di masyarakat yang diperkirakan mengenai
85% dari seluruh populasi. Nyeri punggung bawah merupakan sindroma
klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung
bagian bawah. Nyeri punggung pada bagian bawah yang umum terjadi
yaitu Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Pada kasus spesifik akan ada
pemeriksaan tambahan karena adanya kelainan neurologi, yang
kebanyakan disebabkan karena HNP, spondilosis, dan trauma. HNP terjadi
karena pergeseran nucleus puposus sehingga menekan akar syaraf pada
spinal cord (Eyles, 2013).
Penderita kondisi HNP perlu mendapatkan pelayanan medis yang
tepat dan benar salah satunya pelayanan fisioterapi. Fisioterapi
menggunakan caracara fisik (seperti pijatan, latihan, panas, atau listrik)
untuk mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik dan mental
anda. Fisioterapi juga merupakan pengobatan aktif dan bukan pasif, dan
biasanya memfokuskan untuk menjaga sendi dan otot agar tetap bergerak.
Seperti untuk meredakan nyeri punggung, fisioterapi juga dapat digunakan
untuk sejumlah besar gangguan umum lainnya (Archard dan Bull, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan HNP (Hernia
Nucleus Pulposus).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
b. Untuk mengetahui etiologi dari HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari HNP (Hernia Nucleus
Pulposus).
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari HNP (Hernia Nucleus
Pulposus).
f. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan
HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
g. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
h. Untuk mengetahui intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan
HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
i. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
j. Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diagnosa Medis
1. Pengertian
Gambar 2.1
(Muttaqin, 2008)
3
2. Etiologi
Hernia Nucleus Pulposus dapat disebabkan oleh beberapa kondisi
sebagai berikut :
a. Faktor Presipitasi
Adanya trauma derajat sedang yang disebabkan oleh cedera pada diskus
intervertebralis sehingga menimbulkan robeknya anulus fibrosus
(Muttaqin, 2008).
b. Faktor Predisposisi
1) Degenerasi yang berkaitan dengan proses penuaan dan malformasi
kongenital. Herniasi dapat berkembang dari beberapa bulan sampai
tahunan, dan menyebabkan gejala-gejala akut dan kronis. (Batticaca,
2008).
2) Meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan degeneratif yang
mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. (Battiaca,
2008).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan HNP (Setyanegara, 2014) :
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
b. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat
dan terus menjalar kebagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang saat klien beristirahat berbaring.
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan
kekuatan
Trauma/otot menurun sesuai dengan
Cedera Usiadistribusi persarafan yang terlibat.
Degeneratif
e. Nyeri bertambah
Tulang Belakang bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka)
Nucleus Pulposus
ditekan.
4. Pathway
HNP
Nyeri
Penatalaksanaan
Tirah Baring 4
Farmakologi Pembedahan
5
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi deficit
neurologi. Prosedur pembedahan meliputi disketomy, laminektomy,
spinal fusion, microdisketomy, dan percutaneous disketomy.
c. Chemonudeolysis
Untuk herniasi lumbal dengan injeksi cymopapain ke dalam diskus agar
menghilangkan air dan proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran
diskus, dan tekanan subsekuen pada akar syaraf.
d. Rehabillitasi
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula agar tidak
menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatasn sehari-
hari (the activity of daily living) serta klien tidak mengalami komplikasi
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sebagainya.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakuakan untuk mengetahui kejadian HNP yaitu :
a. Rontgen foto lumbosakral
Tidak banyak ditemukan kelainan. Kadang-kadang didapatkan atrosis,
menunjang tanda-tanda deformitas vertebra, penyempitan diskus
intervertebralis. Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena
spondilitas, norplasma, atau infeksi progen.
b. Cairan serebrospinal
Biasanya normal, jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi.
c. EMG
Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu, dan
kecepatan konduksi menurun.
d. Iskografi
Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk melihat
seberapa besar daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis
e. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya
polineuropati.
f. Tomografi scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan di sekitarnya termasuk diskus
intervertebralis.
g. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protusi diskus kecil. Apabila secara
klinis tidak didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT scan dan
6
Mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat
gangguan pada diskus vertebralis.
h. Mileografi
Mileografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan
lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila
diketahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin
disebabkan HNP.
i. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai
komplikasi terhadap organ lain dari cedera tulang belakang.
B. Operasi (Pre Operasi)
Menurut Muttaqin (2008), pemilihan tindakan operatif atau
pembedahan pada kasus HNP dikarenakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang, atau terjadi deficit
neurologi. Adapun beberapa macam pembedahan pada kasus HNP yaitu
meliputi :
1. Disektomi (Disectomy)
Pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat fragmen cakram yang
menyebabkan tekanan pada saraf. Disektomi mungkin dilakukan sebagai
pembedahan terbuka, atau sebagai pembedahan lubang kunci dengan
menggunakan insisi yang lebih kecil.
2. Mikrodisektomi (Microdisketomy)
Operasi minimal-invasif dengan menggunakan mikroskop untuk
mengangkat pecahan piringan yang terherniasi . Dengan adanya mikroskop
operasi, sayatan dan pajanan yang diperlukan menjadi lebih sedikit
dibandingkan diskektomi. Selain itu, penggunaan mikroskop
memungkinkan untuk melihat secara lebih detail struktur-struktur tulang dan
saraf.
3. Laminektomi (Laminektomy)
Pembedahan dengan mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural
pada kanalis spindis, memungkinkan untuk menginspeksi kanalis spinalis,
mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medulla dan radiks.
4. Fusi tulang belakang lumbar (Spinal fusion)
Fusi tulang belakang lumbar adalah operasi tulang belakang yang dilakukan
untuk menggabungkan atau menyatukan dua atau lebih tulang punggung
pada tulang belakang bagian lumbar, di bawah sangkar rusuk.Tujuan dari
fusi tulang belakang lumbar adalah untuk menghilangkan rasa sakit dengan
7
menyatukan dua tulang punggung agar tulang dapat tumbuh dengan kuat.
Suatu operasi fusi tulang belakang lumbar dapat dilakukan terpisah atau
bersamaan dengan operasi lain yang menghilangkan tulang dan jaringan
yang mempersempit saluran tulang belakang dan menyumbat sumsum
tulang belakang dan/atau saraf tulang belakang. Menghilangkan bantalan
tulang rawan atau bone syur dapat mengurangi tekanan pada saraf, sehingga
mengurangi rasa sakit pasien. Menggabungkan tulang punggung juga
menghentikan terbentuknya bone spurs, sehingga mencegah rasa sakit
timbul kembali.
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat).
b. Keluhan utama
Nyeri pada punggung bawah, dengan kriteria :
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan
(referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan.
T : sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat
menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Nyeri pada punggung bawah , ditengah – tengah abtra bokong dan
betis, belakang rumit dan telapak kaki.
8
2) Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan
nyeri punggung bawah.
9
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
5) Pemeriksaan refleks
a) Refleks lutut /patela/hammer (klien berbaring.duduk dengan
tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b) Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , lutut posisi
fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki
ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles
dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
6) Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri.
d. B4 (Bladder)
Kaji keaadan urine meliputi waarna,jumlah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
resistensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya jaringan perfusi ginjal.
e. B5 ( Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan adaanya asupan
nutrisi yang kurang.
f. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas dan menggerakkan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensori, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
10
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
penyakit HNP (Nurarif & Hardhi, 2015) :
a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
intervertebralis,tekanan di area distribusi ujung saraf.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia.
c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit.
4. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWTAN
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan NIC
agen cedera fisik tindakan keperawatan Managemen
(trauma). selama 3x 24 jam di 1. Laukan pengkajian
harapakan nyeri akut b.d nyeri secara
teratasi dengan kriteria komperhensf ,durasi
hasil : ,frekuensi ,kualitas
NOC dan faktor
Pain Level presipitasi
Pain Control 2. Observasi reaksi
Comfort level nonverbal dari
ketidaknyamanan
1. Mampu mengontrol 3. Gunakan teknik
nyeri (tahu penyebab komunikasi
nyeri,mampu terapeutik untuk
menggunakan teknik mengetahui
non farmakologi untuk pengalaman nyeri
mengurangi nyeri pasien
4. Kali kultur yang
,mencari bantuan )
2. Melaporkan bahwa mempengaruhi
nyeri berkurang respon nyeri
5. Evaluasi bersama
dengan menggunakan
pasien dan tim
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali kesehatan lain
tentang
11
nyeri ( skala,intensitas, ketidakefektifan
frekuensi,tanda nyeri) kontrol nyeri masa
4. Menyatakan rasa lampau
nyaman setelah nyeri 6. Bantu pasien dan
berkurang keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
7. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan
,pencahayaan dan
kebisingan
8. Kurangi faktor
presipitasi myeri
9. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
10. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
11. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
12. Berikan analgetk
untuko mengurangi
nyeri
13. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
14. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic
Administration
15. Tentukan lokasi
karakteristik
,kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
12
16. Cek intrukasi dokter
termasuk jenis
obat ,dosisi dan
frekuensi
17. Cek riwayat alergi
18. Tentukalan
analgesik tergantung
tipe dan dosisi
optimal
19. Evaluasi keefektifan
analgesik ,tanda dan
2. Hambanatan Setelah di lakukan NIC
gejala
1. Monitoring vital sign
Mobiitas Fisik tindakan keperawatan
20. Berikan analgesik
b.d nyeri. selama 3x 24 jam di sebelm/sesudah
tepat wakrt terutama
harapkan hambatan latihan dan lihat
saat nyeri hebat
mobilitas fisik b.d respon pasien saat
teratasi dengan kriteria latihan
hasil : 2. Konsultasikan dengan
NOC : terapi fisik tentang
1. Joint Movement : rencana ambulasi
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan NIC sesuai dengan
Active
stresor (prosedur tindakan
2. Mobility keperawatan
Level Anxiety
kebutuhan
pembedahan). selama 3x24 jam
3. Self care : ADLs di Reduction(Penurunan
3. Bantu klien untuk
harapakan
4. Transfer ansietas b.d kecemasan )
menggunakan tongkat
teratasi dengan kriteria
performance 1. saat
Gunakan pendekatan
berjalan dan
1. Klien
hasil : meningkat yang menenangkan
cegah terhadap cedera
dalam aktivitas fisik 2. Nyatakan pasien
4. Ajarkan dengan
atau
NOCMengerti tujuan dari
2. jelas harapan
tenaga kesehatan lain
peningkatan
Anxiety level terhadap
tentang pelaku
teknik
mobilitas
Sosial Anxiety level pasien
ambulasi
1.3.Klien
Memverbalisasikan
mampu 3. Kaji
5. Jelaskan kemampuan semua
mengidentifikasi dalam
perasaan dan prosedur
pasien dan apa
dalam
meningkatkan gejala
mengungkapkan yang
mobilisasi dirasakan
kekuatan
cemas dan selama prosedur
6. Latih pasien dalam
kemampuan
2. Vita sign dalam batas 4. pemenuhan
Pahami prespektif
kebutuhan
berpindah
normal pasien secara terhadap
ADLs mandiri
4. Memperagakan
3. Postur rubuh,ekspresi situasi stres
sesuai kemampuan
penggunaan alat 5. Temani pasien
7. Dampingi dan untuk
Bantu
wajah ,baahasa tubuh
Bantu untuk memberikan
pasien saat mobilisasi
dan tingkat aktivitas
mobilisasi (walker) keamanan
dan bantu penuhi dan
menunjukkan
mengurangi
kebutuhan rasa
berkurangnya
takut. ps.
8. ADLs
kecemasan.
6. Berikan
9. Dorong alatkeluarga Bantu
untuk menemani anak
jika klien
memerlukan.
10. Ajarkan pasien
13 bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
7. Lakukan back/neck
rub
8. Dengarkan dengan
penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat
kecemasan
10.Bantu psien
mengenali situasi
yang menimbulkan
kecemasan
11. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ,ketakutan
,presepsi
12.Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam
Relaxtion Terapi
13.Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat
batas,dan jenis
relaksasi yang
tersedia
14.Menciptakan
lingkungan yang
tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin
15.Ajarkan pasien untuk
bersantai dan
membiarkan sensasi
terjadi
16.Menunjukkan dan
berlatih relaksasi
dengan pasien
14
penyakitnya bertambah tentang tingkat
dengan kriteria hasil : pengetahuan pasien
tentang proses
penyakit yang
NOC spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi
Knowledge : diease dari penyakit dan
process bagaimana hal ini
berhubungan dengan
Knowledge helath anatomi dan fisiologi
behavior dengan cara yang
1. Pasien dan keluarga tepat.
3. Gambarkan tanda dan
menyatakan
gejala yang biasa
pemahaman tentang mucul pada penyakit
penyakit, kondisi, dengan cara yang
prognosis dan tepat.
program pengobatan. 4. Gambarkan proses
2. Pasien dan keluarga penyakit.
mampu menjelaskan 5. Identifikasi
prosedur yang kemungkinan
penyebab dengan cara
dijelaskan secara
yang tepat.
benar. 6. Sediakan informasi
3. Pasien dan keluarga pada pasien tentang
mampu menjelaskan kondisi dengan cara
kembali apa yang yang tepat.
dijelaskan perawat/ 7. Sediakan bagi
tim kesehatan yang keluarga atau SO
informasi tentang
lainnya.
kemajuan pasien.
8. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan proses
pengontrolan
penyakit.
9. Diskusikan pilihan
terapi penanganan.
BAB III
RESUME KEPERAWATAN
15
A. Kasus
Pada tanggal 20 September 2017 Tn.H usia 47 tahun masuk rumah sakit
dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kiri. Saat perawat melakukan
pengkajian pada tanggal 21 September, pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah sejak 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan nyeri yang
dirasakan menjalar sampai ke paha kiri bagian belakang. Nyeri seperti terbakar
dan hilang timbul. Pasien memberikan nilai pada nyeri yang dirasakan yaitu
pada skala 7. Pasien mengatakan nyeri akan bertambah apabila untuk
beraktivitas. Pasien mengatakan pernah jatuh dari motor saat narik ojek, sekitar
4 tahun yang lalu dengan posisi bagian punggung terbentur sesuatu. Pasien
mengatakan selama di rumah, pasien membatasi aktivitas dan lebih banyak
tidur untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Pasien sudah mengetahui apabila
akan menjalani operasi pada tanggal 25 September. Saat ditanya perawat
mengenai operasi, pasien mengatakan takut dan cemas karena sebelumnya
belum pernah dirawat di rumah sakit apalagi sampai dioperasi.
B. Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. H
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang ojek.
Diagnosa medis : Hernia Nucleus Pulposus
Tanggal masuk : 20 September 2017
Tanggal pengkajian : 21 September 2017
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri di pinggang sebelah kiri
sejak 5 bulan yang lalu.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan merasa nyeri di pinggang sebelah kiri dengan
karekteristik :
P = trauma (jatuh dari motor).
Q = nyeri terasa seperti terbakar.
R = di pinggang sebelah kiri menjalar sampai paha kiri bagian belakang.
S = skala 7 (1-10)
T = hilang timbul, bertambah berat saat aktivitas
c. Riwayat penyakit dahulu
16
Pasien pernah cedera tulang belakang 4 tahun yang lalu karena jatuh dari
motor.
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialaminya.
b. Pola nutrisi/ metabolik
Intake makanan :
SMRS : makan 3 kali sehari, nasi, lauk, sayur, tidak ada pantangan.
MRS : puasa
Intake cairan :
SMRS : minum 5-6 gelas, air putih, teh, kopi.
MRS : puasa
c. Pola eliminasi
Buang air besar :
SMRS : BAB 2 hari sekali, padat, lembek, kuning kecoklatan.
MRS : belum BAB sejak masuk rumah sakit.
Buang air kecil
SMRS : BAK 3-4 kali sehari, kuning, bau khas urine.
MRS : terpasang kateter urine.
d. Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.
17
Indra penglihatan, pendengaran, pengecap, dan sensasai klien tidak
mengalami gangguan.
g. Pola persepsi diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh, tetapi klien juga mengatakan
merasa takut dan cemas saat mengetahui jika harus menjalani operasi.
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Klien mengatakan memiliki satu istri dan tiga orang anak.
i. Pola peran hubungan
Klien berkomunikasi dan berhubungan baik dengan perawat maupun
tenaga kesehatan lain.
j. Pola manajemen koping stress
Klien mengatakan bahwa kondisinya saat ini adalah hal terburuk yang
pernah dialami klien.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan klien mengatakan selalu berdoa untuk
kesembuhan dan kelancaran proses operasi yang akan dijalani klien.
4. Pemeriksaan Fisik
(Cephalocaudal)
Keluhan yang dirasakan saat ini :
Pasien merasakan nyeri di pinggang sebelah kiri, disebabkan trauma, nyeri
hilang timbul dengan skala 7, dan nyeri semakin bertambah saat aktivitas.
BB/TB : 60 kg/160 cm
Thorax/jantung/paru
P : redup
A : normal
Abdomen
I : abdomen simetris
18
P : timpani
Perkemihan
I : abdomen simetris
Inguinal
Ekstremitas
Esktremitas atas/bawah sebelah kanan dan kiri simetris. Turgor kulit klien
normal. Tidak ada kelumpuhan. Kekuatan otot normal.
5. Pengelompokan Data
S = skala 7
19
3. Pasien mengatakan takut saat
mengetahui bila akan dioperasi.
6. Analisa Data
20
S : pasien mengatakan Stresor (prosedur Ansietas
takut saat mengetahui bila operasi)
akan dioperasi.
O:
Pasien tampak cemas.
Pasien gelisah.
C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan kasus yaitu sebagai
berikut (NANDA 2015) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Ansietas berhubungan dengan stresor (akan dilakukan operasi).
D. Intervensi Keperawatan
21
nyeri seperti relaksasi
tindakan pengurangan
nafas dalam atau
nyeri tanpa analgesik
terapi musik.
ditingkatan dari 1
(tidak pernah
menunjukan) menjadi
3 (kadang
menunjukan).
2. (160511) Melaporkan
nyeri yang terkontrol
dari 1 (tidak pernah
menunjukan) menjadi
3 (kadang
menunjukan).
22
NOC 2. Ciptakan atmosfer
rasa aman untuk
Tingkat kecemasan meningkatkan
1. (121105) Perasaan kepercayaan.
gelisah ditingkatkan 3. Dorong keluarga
dari 2 (cukup berat) untuk mendampingi
menjadi 4 (ringan). klien secara tepat.
2. (121116) Rasa takut
yang disampaikan Terapi Relaksasi
secara lisan
ditingkatkan dari 1 1. (6040) Tunjukan dan
(berat) menjadi 3 praktikan teknik
(sedang). relaksaasi pada klien.
2. (6040) Dorong
pengulangan teknik
relaksasi nafas dalam
secara berkala.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Data yang ada di teori dan ada di kasus
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat).
Dengan keluhan utama nyeri pada punggung bawah, dengan kriteria :
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan
(referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin
lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan
aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan.
T : sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap,
hilng timbul, makin lama makin nyeri.
Dengan tanda dan gejala yang sering muncul :
a. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai
beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
b. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat
dan terus menjalar kebagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah.
c. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka
waktu yang lama dan nyeri berkurang saat klien beristirahat berbaring.
24
d. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan
kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
e. Nyeri bertambah bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka)
ditekan.
Sedangkan data pada kasus yang terjadi pada Tn.H, pasien
mengeluhkan nyeri di pinggang (punggung bawah) sebelah kiri dengan
karakteristik :
P = trauma (jatuh dari motor).
Q = nyeri terasa seperti terbakar.
R = di pinggang sebelah kiri menjalar sampai paha kiri bagian belakang.
S = skala 7 (1-10).
T = hilang timbul, bertambah berat saat aktivitas.
Tanda dan gejala HNP yang muncul pada pasien yaitu :
a. Nyeri pinggang sebelah kiri yang intermitten atau hilang timbul.
b. Nyeri menjalar sampai paha kiri bagian belakang.
c. Nyeri yang dirasakan bertambah berat saat pasien beraktivitas.
2. Data yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus
Tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus.
3. Data yang tidak ada diteori tapi ada di kasus
Tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa yang ada di teori dan di kasus
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul aikbat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015). Pada kasus, Tn.H
mengatakan nyeri pinggang kiri bagian belakang. Tn.H mengatakan
pernah menglami kecelakan dengan trauma di sekitar punggung. Nyeri
yang dirasakan hilang timbul, nyeri menjalar sampai ke paha kiri bagian
belakang, skala nyeri 7, nyeri bertambah berat saat aktivitas. Dengan data
objektifnya, pasien meringis menahan nyeri dan pasien terlihat gelisah.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Hambatan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam gerakan fisik
atau satu/lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (NANDA, 2015).
Pada kasus, Tn.H mengatakan nyeri yang dirasakan semakin bertambah
berat saat untuk aktivitas.
25
c. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi
Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2015). Pada
kasus, Tn.H mengatakan takut akan di operasi karena sebelumnya belum
pernah mengalami hal yang serupa, sedangkan data obyektifnya pasien
tampak cemas karena akan menjalani operasi.
2. Diagnosa yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Defisiensi pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (NANDA, 2015). Pada
kasus, diagnosa defisiensi pengetahuan tidak ditegakan karena pada saat
dikaji, pasien mengatakan bahwa sakit pinggang yang dialaminya adalah
akibat dari kecelakan yang dulu pernah dialami klien.
b. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, dan tirah baring lama
Risiko gangguan integritas kulit merupakan suatu kondisi dimana
seseorang rentan mengalami kerusakan epidermis dan/atau dermis, yang
dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2015). Pada kasus, diagnosa
risiko gangguan integritas kulit tidak ditegakkan karena pasien masih
mampu untuk mobilisasi meskipun terbatas dan dibantu, tetapi pasien
tidak tirah baring lama, sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi
gangguan integritas kulit.
3. Diagnosa yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori
Tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dengan teori.
C. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi yang ada di teori dan ada di kasus
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)
NIC :
Pemberian analgesik
(2210) Kolaborasikan dengan dokter mengenai obat, dosis, rute
pemberian, atau perubahan interval yang dibutuhkan.
Manajemen nyeri
(1400) Laukan pengkajian nyeri secara komperhensif, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
26
(1400) Observasi adanya petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan.
(1400) Ajarkan teknik non-farmakologi untuk pengurangan nyeri seperti
relaksasi nafas dalam atau terapi musik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
NIC :
Peningkatan Mekanika Tubuh
(0140) Edukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh yang benar untuk
mencegah injuri.
(0140) Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur
tubuh yang benar.
Terapi Latihan Ambulasi
(0221) Bantu pasien untuk perpindahan sesuai kebutuhan.
(0221) Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan jarak tertentu.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu gangguan yang melibatkan
rupture annulus fibrosus sehingga nucleus pulposus menonjol (bulging)
mengalami herniasi dan menekan akar saraf spinal, menimbulkan nyeri dan
deficit neurologis. HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low
Back Pain). HNP dapat disebabkan oleh adanya trauma pada diskus sehingga
terjadi degeneratif yang mengakibatkan penipisan nucleus pulposus. Gejala
yang sering muncul pada pasien HNP yaitu nyeri pinggang bawah, kesemutan,
dan nyeri bertambah berat saat aktivitas. Penatalaksanaan pada pasien HNP
yaitu dengan terapi konservatif yaitu dengan tirah baring dan terapi obat-
obatan. Apabila terapi konservatif sudah tidak berhasil maka dianjurkan untuk
tindakan operatif.
Pada kasus Tn.H, pasien mengalami trauma jatuh dari motor sekitar 4
tahun yang lalu dengan benturan di sekitar punggung. Hal tersebut yang
menjadi faktor utama penyebab pasien didiagnosa medis HNP (Hernia Nucleus
Pulposus). Tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu pasien merasakan nyeri
di pinggang sebelah kiri dengan rasa seperti terbakar sejak 5 bulan yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri hilang timbul dengan skala 7 (0-10) dan
nyeri bertambah berat saat beraktivitas, sehingga perawat menegakan diagnosa
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma). Nyeri
tersebut menghambat klien untuk banyak beraktivitas sehingga perawat
menegakkan diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri. Pasien dijadwalkan operasi pada tanggal 25 September 2017.
Saat dikaji perawat, pasien merasa takut dan cemas karena belum pernah
mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien tampak gelisah dan cemas,
28
sehingga perawat menegakkan diagnosa keperawatan ansietas berhubungan
dengan prosedur operasi.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan agar
dapat melahirkan inovasi-inovasi terbaru dalam asuhan keperawatan
perioperatif pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
2. Bagi dosen
Bagi dosen unuk membimbing dan mengarahkan serta memfasilitasi
mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu asuhan
keperawatan perioperatif.
29
DAFTAR PUSTAKA
Davies Kim. 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Erlangga.
Gama Andhika Adhitama, Anggit Dwi Hartanto, Bety Wulan Sari. 2017.
Penerapan Teorema Bayes Pada Penyakit Herniated Nucleous Pulposus
(HNP). Jurnal Ilmiah Dasi Vol.18.
Setyanegara, dkk. 2014. Ilmu Bedah Syaraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bull, E., dan G. Archard. 2007. Simple Guide: Nyeri Punggung. Dialihbahasakan
oleh Juwalita Surapsari. Editor: Rina Astikawati dan Amalia Safitri.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
30