DI SUSUN OLEH :
RISTA HERNIDAWATI
P1337420614031
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Plexus brachialis merupakan saraf-saraf yang keluar dari vertebra servikalis dan menuju
ke bahu dan tangan. Terdapat lima saraf yang mencakup dalam plexus brachialis berupa C5,
C6, C7, C8, dan T1. Data mengenai insiden trauma plexus brachialis sulit diketahui dengan
pasti, Goldie dan Coates melaporkan 450-500 kasus cedera supraklavikular tertutup terjadi
setiap tahun di Inggris. Pada laporan yang lain, Narakas membuat suatu pedoman "seven
seventies dengan mengacu pada pengalaman menangani 1.068 pasien selama 18 tahun yang
salah satunya berisi 70% kecelakaan pengendara sepeda motor dengan trauma multipel akan
berimplikasi 70% diantara berupa cedera supraklavikuler, 70% cedera supraklavikuler
merupakan avulsi saraf yang melibatkan C7, C8, T1.
Selain itu pada data lainnya dalam populasi Amerika ditemukan bahwa cedera plexus
brachialis teridentifikasi sebanyak 113 (0.1%) dari 103.434 anak dengan trauma yang masuk
rumah sakit antara bulan April 1985 hingga Maret 2002. Enam puluh satu persen diantaranya
merupakan anak laki-laki. Kebanyakan penyebab cedera adalah kecelakaan motor dengan
membawa penumpang dibelakangnya (36 kasus [32%]) atau kecelakaan pada pejalan kaki
(19 kasus [17%]). Trauma kepala didiagnosis pada 47% anak dan 27% diantaranya
mengalami konkusi, perdarahan intrakranial 21%, dan fraktur tulang kepala 14%. Trauma
vaskuler ekstremitas atas terjadi pada 16% pasien. Cedera muskuloskeletal yang terbanyak
antara lain fraktur humerus (16%), tulang iga (16%), klavikula (13%), dan skapula (11%).
Fraktur spinal terjadi pada 12% pasien, dan cedera medulla spinalis terjadi 4%. The Injury
Severity Score berkisar antara 1 sampai 75, dengan skor rata-rata 10 dan 6 pasien meninggal
karena adanya cedera yang berkepanjangan selama periode trauma.
Data epidemiologi cedera plexus brachialis pada populasi multitrauma tercatat sebanyak
54 dari 4.538 (1.2%) pasien yang terdapat pada berbagai fasilitas trauma regional. Pasien
didominasi laki-laki usia muda. Penyebab tersering berupa kecelakaan motor namun hanya
0.67%dari kecelakaan ini yang kemudian menyebabkan keadaan cedera plexus. Sebaliknya,
4.2%korban kecelakaan roda dua dan 4.8% korban kecelakaansnow mobilemenderita cedera
plexus. Cedera pada supraklavikula terjadi pada 62% pasien dan 38% pasien memiliki cedera
infraklavikula. Cedera supraklavikula nampaknya lebih berat dibandingkan cedera
infraklavikula, dikarenakan adanya resiko neuropraksi pada 50% kasus.4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyusunan asuhan keperawatan tentang Flexus Brachialis Disorders
diharapkan agar pembaca lebih mengerti tentang Flexus Brachialis Disorders.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian Flexus Brachialis Disorders
b. Mengetahui etiologi Flexus Brachialis Disorders
c. Mengetahui patofisiologi Flexus Brachialis Disorders
d. Menegtahui pemeriksaan penunjang Flexus Brachialis Disorders
e. Mengetahui penatalaksanaan Flexus Brachialis Disorders
f. Mengetahui diagnosis Flexus Brachialis Disorders
g. Mengetahui intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien dengan Flexus
Brachialis Disorders
C. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar perawat maupun mahasiswa dapat
mempelajari tentang asuhan keperawatan Flexus Brachialis Disorders
memudahkan kita untuk memberikan pelayanan terhadap klien.
sehingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Entrapment
Keadaan ini merupakan penyebab cedera pleksus brakhialis pada thoracic outlet
syndrome. Postur tubuh dengan bahu yang lunglai dan dada yang kolaps
menyebabkan
thoracic
outlet
menyempit
sehingga
menekan
struktur
Pemeriksaan radiografi :
1. Foto vertebra servikal untuk mengetahui apakah ada fraktur pada vertebra servikal
2. Foto bahu untuk mengetahui apakah ada fraktur skapula, klavikula atau humerus
3. Foto thorak untuk melihat disosiasi skapulothorak serta tinggi diafragma pada kasus
paralisa saraf phrenicus.
Adanya benda asing seperti peluru juga dapat terlihat. Sedangkan pada kasus cedera
pleksus brakhialis traumatik yang berat. Narakas, melaporkan bahwa umumnya terdapat
trauma multipel pada kepala atau muskuloskletal lainnya. CT scan dapat digunakan untuk
menilai adanya fraktur tersembunyi yang tidak dapat dinilai oleh x-foto. Sedangkan
myelografi digunakan pada lesi supraklavikular berat, yang berguna untuk membedakan
lesi preganglionik dan postganglionik. Kombinasi CT dan myelografi lebih sensitif dan
akurat terutama untuk menilai lesi proksimal (avulsi radiks). MRI dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai jaringan ikat sekitar lesi dan penilaian pleksus
brakhialis ekstraforaminal normal atau tidak normal.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pleksus brakhialis menjadi tantangan, terutama karena
beberapa penyebab tidak ada terapi yg spesifik. Penatalaksanaan suportif, dengan
berfokus pada kontrol nyeri dan disertai dengan penatalaksanaan aspek rehabilitasi dan
tindakan operasi, operasi diindikasikan pada lesi pleksus brakhialis berat dan umumnya
dilakukan 3-4 bulan setelah trauma dan tidak dianjurkan jika telah lebih dari 6 bulan
karena hasil kesembuhan tidak optimal. Jika lesi sangat luas dan perbaikan keseluruhan
tidak memungkinkan maka tujuan utama perbaikan bedah adalah mengembalikan fungsi
fleksi siku, kemudian dapat dilanjutkan dengan fungsi ekstensi pergelangan tangan dan
fleksi jari-jari. 6,7
Beberapa tindakan operasi yang dilakukan pada lesi pleksus brakhialis adalah :
1. Pembedahan primer
Pembedahan dengan standart microsurgery dengan tujuan memperbaiki injury pada
plexus serta membantu reinervasi. Teknik yang digunakan tergantung berat ringan lesi.
Neurolysis : Melepaskan constrictive scar tissue disekitar saraf
Neuroma excision: Bila neuroma besar, harus dieksisi dan saraf dilekatkan kembali
dengan teknik end-to-end atau nerve grafts
Nerve grafting : Bila gap antara saraf terlalu besar, sehingga tidak mungkin
dilakukan tarikan. Saraf yang sering dipakai adalah n suralis, n lateral dan medial
antebrachial cutaneous, dan cabang terminal sensoris pada n interosseus posterior
penyakit
Paget
3. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diangosa
Keperawat
an
Nyeri akut
b.d agen
injuri fisik
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
NOC :
Pain Level,
Pain control,
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
mengetahui
Kriteria Hasil :
respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
Mampu
mengontrol
mampu
menggunakan tehnik 6
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
nonfarmakologi
kesehatan
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
bantuan)
Melaporkan
nyeri
bahwa
berkurang
dengan menggunakan
3
manajemen nyeri
Mampu
mengenali
nyeri
intensitas,
untuk
nyeri,
frekuensi,
Comfort level
durasi,
lain
tentang
pencahayaan
dan
kebisingan
9 Kurangi faktor presipitasi nyeri
(skala, 10 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
frekuensi
berkurang
Tanda vital
dalam
rentang normal
menentukan intervensi
12 Ajarkan
tentang
teknik
non
farmakologi
13 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
14 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15 Tingkatkan istirahat
16 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
2.
Resiko
infeksi b.d
penurunan
pertahanan
primer
tidak berhasil
Setelah dilakukan asuhan Infection Control (Kontrol infeksi)
keperawatan selama 3x
lingkungan
setelah
24 jam diharapakan 1 Bersihkan
dipakai pasien lain
infeksi terkontrol
2 Pertahankan teknik isolasi
NOC : Immune Status, 3 Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge
:Infection 4 Instruksikan pada pengunjung untuk
control
mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan
Risk control
5
pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk
gejala 6
cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan
Kriteria Hasil :
1
Klien
bebas
tanda
dan
dari
infeksi
Mendeskripsikan
proses
penularan
serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan
kemampuan
untuk
mencegah timbulnya
aseptik
infeksi
kandung
kencing
11 Tingktkan intake nutrisi
leukosit 12 Berikan terapi antibiotik bila perlu
infeksi
Jumlah
Infection
Protection
terhadap infeksi)
(proteksi
2
3
4
5
6
7
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
Deficit
personal
hyegene b.d
imobilitas
(nyeri
pembedaha
n)
infeksi
Personal hyegene managemen
1
Kaji keterbatasan
perawatan diri
Berikan kenyamanan pada pasien
dengan membersihkan tubuh pasien
NOC :
Kowlwdge : disease
process, health Behavior
Kriteria Hasil :
1
2
pasien dalam
(oral,tubuh,genital)
Ajarkan kepada pasien pentingnya
kebersihan
Pasien nyaman
No. RM : C594722
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada hari
I. IDENTITAS
a. Nama Klien
b. No Rekam Medis
c. Usia
d. Suku Bangsa
e. Agama
: Tn. B
: C594722
: 25 tahun
: Jawa
: Islam
f.
g.
h.
i.
j.
Status Perkawinan
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat
Diagnosa Medis
: Belum Kawin
: Nelayan
: SD
: Brebes
: Brachial Plexus Disorders
III.
RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
: Pasien mengatakan nyeri pada bagian post op lengan atas kiri
2. Riwayat Keperawatan Sekarang :
Tiga bulan yang lalu klien mengalami kecelakaan yaitu menabrak dinding.
Kemudian klien terjatuh dengan kepala terbentur dan klien tidak sadarkan diri.
Kemudian klien di bawa ke RSUD Brebes dan koma selama 3 hari. Klien dicurigai
mengalami fraktur kemudian klien dilakukakn operasi orif clavikula di RSUD Brebes.
Setelah di operasi klien mengatakan tangan kirinya tidak bisa digerakkan kemudian klien
di bawa ke RS Pealongan. Karena di RS Pekalongan tidak ada dokter tulang maka klien
di rujuk di RS DR Kariadi. Klien merasa lengan kiri tidak bisa digerakkan. Kemudian
klien di lakukan tindakan operasi yaitu neurotisasi yang pertama pada lengan kiri atas.
Operasi neurotisasi dilakukan pada tanggal 22 September 2016.
3. Riwayat Keperawatan Dahulu
:
klien mengatakan belum pernah kecelakaan sebelumnya. Klien amengatakan
tidak pernah mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis, atau
penyakit menular seperti TBC atau penyakit lain yang menyebabkan harus Masuk rumah
sakit.
4. Riwayat Keperawatan Keluarga :
Keluarga klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang
diderita klien saat ini. Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menular .
PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSIONAL
v Komposmentis
apatis
2
2
2
3
3
3
4
4
4
somnolen
soporokoma
3. Gangguan orientasi : tidak
5
5
spoor
koma
6. TORAKS-KARDIO-RESPIRATORI
a. Tanda-tanda vital :
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
TD
: 120/80 mmHg
S
: 36,8 oC
b. Batuk
: tidak, pernah merokok
c. Jenis pernafasan : teratur
Paru
Inspeksi : Jejas (-), dada tampak simetris,
Palpasi
: Gerakan dinding dada tertinggal (-), krepitasi (-)
Perkusi : sonor.
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung Inspeksi
: IC tidak terlihat.
Palpasi
Perkusi
: pekak
Auskultasi
: reguler
Abdomen Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
: perut supel, nyeri tekan (-), hepar dan limpa tidak teraba,
Perkusi
: timpani
b.
c.
d.
e.
f.
g.
digerakkan.
Keadaan tulang : ada diskontinyuitas
Lokasi diskontinyuitas : flexus brachialis
Tangan dominan : kanan
Gaya berjalan : memerlukan alat bantu/dibantu, kaki kiri sakit digerakkan
Bahu : simetris
Bentuk tulang belakang : normal
2
2
2
2
1
1
1
1
0
0
0
0
b.
c.
d.
e.
f.
Hasil
Satuan
Nilai normal
15,3
46,1
5,9
25,9
32,2
78,1
6,8
250
12,4
9,4
g/dL
%
10^6/ ul
pg
g/dL
fl
10^3/ul
10^3/ul
%
fl
12-16
35-47
4,4-5,9
27-32
29-36
76-96
3,6-11
150-400
11,6-14,8
4-11
80
0,7
32
Mg/dL
mg/dL
mg/dL
60-140
0,9-1,3
<50
140
4,0
103
mmol
mmol
mmol
136-145
3,3-5,1
98-106
Waktu
Satuan
Rujukan
Koagulasi
Plasma
Prothrombin
PPT kontrol
Partial
Tromboplastin
Time
(PPTK)
Thromboplastin
APTT kontrol
9,4-11,3
27,7-40,2
detik
36,7
detik
33,9
Tanggal/
O
1.
Jam
26
Data Fokus
Diagnosa
Keperawatan
DS : - klien mengatakan nyeri Nyeri
akut
September
2016
18.30
dengan
agen
cidera biologis
Ttd
waktu
DO :
26
DS : klien mengatakan
Gangguan
September
mobilisasi
2016
berhubungan
18.30
dengan
terasa sakit.
penurunan
kekuatan otot
fisik
26
September
2016
18.30
berjalan
DO :
Ketidakmampuan untuk
mandi
Ketidakmampuan untuk
toiletting
muskuloskeletal
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/
Tujuan dan Kriteria Hasil
diagnosa
Setelah dilakukan tindakan
Nyeri
akut keperawatan selama 3x24 jam.
berhubungan
mampu
2016
teknik
19.00 )
menggunakan
dengan
lokasi
dan
termasuk
untuk
menggunakan manajemen
nyeri/ketidaknyamanan,
nonfarmakologi
berkurang
keluhan
karakteristik,
nyeri,
penyebab
Paraf
Evaluasi
perhatikan
dengan
(tahu
Intervensi
nyeri
mampu mengenali nyeri
(skla, intensitas, frekuensi
normal
tidak mengalami gangguan
tidur
Gangguan
Setelah
dilakukan
tindakan
Kaji
kemampuan
dalam mobilisasi
Ajarkan
klien
pasien
untuk
berhubungan
diharapkan
klien
dengan
melakukan
aktivitas
fisik
penurunan
kekuatan otot
( 26 September
perpindahan
2016
Mengerti
peningkatan mobilisasi
Meminta bantuan untuk
19.00 )
tujuan
dari
aktifitas mobilisasi
Tidak terjadi kontraktur
Defisit
Setelah
dilakukan
tindakan
Monitor
kemampuan
klien
berhubungan
dengan
mandiri
Monitor
kebutuhan
klien
kerusakan
hasil :
Menyatakan
untuk
alat-alat
bantu
muskuloskeleta
l
( 26 September
2016
19.00 )
kenyamanan
terhadapkemampuan untuk
melakukan ADLs
Dapat melakukan ADLs
dengan bantuan
diri
Dorong
klien
untuk
yang
normal
sesuai
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tanggal/
Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Jam
Nyeri
akut 26 September a. Mengkaji tingkat
berhubungan
dengan
agen
2016
Pukul 15.00
Respon
a. P : nyeri
nyeri yang
disebabkan oleh
komprehensif
luka post op h4
cidera biologis
S : Skala nyeri 4
T : nyeri datang
sewaktu-waktu
b. Nadi: 80x/menit
Pernafasan:
20x/menit
TD: 130/90
2016
15.30
mm/Hg
Suhu :36,60c
16.35
c. Skala nyeri 3
d. Klien mampu
c. Memonitor skala
16.35
nyeri
mendemonstrasi
kan teknik
relaksasi nafas
dalam dengan
Ttd
d. Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam
bantuan.
e. Klien dan
keluarga
memahami
20.00
tentang factor
penyebab nyeri
28 September
2016
15.30
e. Menginformasikan
kepada klien dan
16.00
klien.
f. Obat masuk dan
keluarga tentang
15.40
yang diderita
factor yang
menyebabkan nyeri
tanda alergi
meningkat
g. P : nyeri
disebabkan oleh
f. Melakukan kolaborasi
pemberian
obat
luka post op
lengan kiri atas
analgetik ( ketorolac
Q : nyeri seperti
tertusuk jarum
g. Mengkaji tingkat
R : nyeri
nyeri yang
didaerah sekitar
komprehensif
h. Mengajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam
sewaktu-waktu
h. Klien mampu
mendemonstrasi
kan teknik
i. Memonitor TTV
relaksasi nafas
dalam
i. Nadi: 85x/menit
Pernafasan:
22x/menit
TD: 120/90
mm/Hg
Suhu :36,50c
Gangguan
mobilisasi
berhubungan
26 September
fisik 2016
Pukul 16.00
a. Kaji kemampuan
klien dalam
mengatakan
mobilisasi
dengan
sulit
penurunan
kekuatan otot
a. Klien
16.05
27 September
2016
16.10
b. Ajarkan dan
dukung pasien
mampu
dalam latihan
melakukan
latihan
pasif.
aktif
16.20
digerakkan
b. Klien mau dan
kemampuan
ROM
dengan
sendiri
dan
ROM
pasif
dengan
bantuan
c. Klien mampu
melakukan
ADL
dengan
bantuan
d. Ajarkan dan
dukung pasien
keluarga
d. Klien mau dan
dalam latihan
mampu
28 September
melakukan
2016
15.30
pasif.
latihan
aktif
ROM
dengan
15.45
e. Kaji kemampuan
klien dalam
mobilisasi
sendiri
dan
ROM
pasif
dengan
bantuan
e. Klien
mengatakan
f. Ajarkan dan
dukung pasien
dalam latihan
ROM aktif dan
pasif.
lengan
kiri
masih
kaku
ROM
dengan
sendiri
dan
ROM
pasif
dengan
bantuan
Defisit perawatan 26 September
diri berhubungan 2016
15. 30
dengan kerusakan
muskuloskeletal
15.35
a. Memonitor
keluarga
untuk melaukan
mandi
perawatan diri
b. Mendorong klien
aktivitas sehari-
2016
15.40
disibin
kemampuan klien
untuk melakukan
27 September
a. Klien
b. Klien
saat
dapat
makan
dan
minum sendiri
di tempat tidur
sesuai
kemampuan yang
dimiiki
c. Mengajarkan
c. Klien
mau
berusaha untuk
melakukan
15.50
klien atau
aktivitas
keluarga untuk
secara mandiri
mendorong
misalnya
kemandirian dan
makan, minum
memberikan
dan duduk
bantuan hanya
jika pasien tidak
28 September
2016
15.30
mampu
melakukannya
disibin
keluarga
saat
mandi
d. Memonitor
kemampuan klien
16.00
d. Klien
untuk melaukan
perawatan diri
e. Klien
bisa
berpakaian
sendiri dengan
bantuan
e. Memonitor
kemampuan klien
untuk melaukan
perawatan diri
f. Mengajarkan
keluarga
f. Klien
mau
berusaha untuk
melakukan
aktivitas
klien atau
secara mandiri
keluarga untuk
misalnya
mendorong
makan,
kemandirian dan
minum, duduk
memberikan
dan
bantuan hanya
rambut
menyisir
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam
Dx Kep.
26 September 2016
17.00 WIB
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
26 September 2016
17.00
26 September 2016
17.00 WIB
cidera biologis
Gangguan
perawatan diri
berhubungan
dengan
kerusakan
muskuloskeleta
27 September 2016
19.00 WIB
l
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
nyeri menjadi 3
O : klien tidak meringis ketika mau duduk
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan semua Intervensi
S : klien mengatakan lengan kiri atas sakit jika
cidera biologis
27 September 2016
19.00
Gangguan
Nama
Perawat
27 September 2016
19.00 WIB
Defisit
perawatan diri
berhubungan
dengan
kerusakan
muskuloskeleta
28 September 2016
l
Nyeri
Pukul 17.00
berhubungan
dengan
cidera biologis
nyeri menjadi 3
O : klien tampak segar, klien dapat tidur
dengan nyenyak
A : masalah belum teratasi
P : Pertahankan Intervensi
S : klien mengatakan lengan kiri atas sakit jika
28 September 2016
Gangguan
Pukul 17.00
28 September 2016
Defisit
Pukul 17.00
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada pembahasan ini, akan dibahas tentang Flexus Brachialis Disorders dan diagnosa
keperawatan yang muncul akibat Flexus Brachialis Disorders post neurotisasi. Lesi pleksus
brakhialis adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang membentuk pleksus
brakhialis, mulai dari radiks saraf hingga saraf terminal. Keadaan ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomic pada ekstremitas atas. Istilah lain yang
sering digunakan yaitu neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati brakhialis.
Pembedahan Neurotisasi yaitu menggunakan bagian dari root yang masih melekat
pada spinal cord sebagai donor untuk saraf yang avulsi. Saraf donor yang dapat digunakan :
hypoglossal nerve, spinal accessory nerve, phrenic nerve, intercostal nerve, long thoracic
nerve dan ipsilateral C7 nerve. Diagnosa yang sering muncul yaitu nyeri, gangguan
mobilisasi dan defisit perawatan diri.
Gangguan mobilisai pada Tn.B berhubungan dengan kerusakan flexus brachialis yang
menyebabkan kelemahan otot dan oedema, dan nyeri yang dialami Tn. B berhubungan
dengan post neurotisasi pada lengan kiri atas. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26
September 2016. Tn. B mengeluh jika lengan kiri sulit digerakkan dan nyeri. Tn. B
mengatakan jika nyerinya seperti tertusuk. Pada kasus ini, gangguan mobilisasi fisik dan
nyeri yang timbul di akibatkan karena post neurotisasi flexus brachialis. Gangguan mobilisasi
fisik dapat dikurangi dengan mengajarkan gerak aktif/ROM aktif pada anggota gerak yang
tidak sakit dan rom pasif pada anggota gerak yang sakit supaya otot-otot kita tetap bekerja
normal dan tidak kaku.
B. Simpulan dan Saran
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan flexus brachialis disorders selama
3 hari, saya banyak menemukan hal-hal yang bermanfaat dan menumbuhkan wawasan bagi
diri saya untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Maka sebagai langkah
terakhir dalam pembuatan laporan kasus ini, saya memberikan kesimpulan dan saran yang
kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Kesimpulan :
a. Dari pengertian yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa lesi pleksus brakhialis
adalah lesi saraf yang menimbulkan kerusakan saraf yang membentuk pleksus brakhialis,
mulai dari radiks saraf hingga saraf terminal. Keadaan ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi motorik, sensorik atau autonomic pada ekstremitas atas. Istilah lain yang
sering digunakan yaitu neuropati pleksus brakhialis atau pleksopati brakhialis.
b. Dalam melakukan pengkajian, saya melakukan wawancara kepada klien dan keluarga,
membaca buku status klien, juga dengan pemeriksaan fisik langsung kepada klien, serta
mencari informasi tentang klien kepada para perawat Ruang Rajawali I B, sehingga dapat
diperoleh data yang sesuai dengan keadaan klien dan dapat mempermudah dalam
merencanakan tindakan keperawatan.
c. Dari hasil pengkajian yang saya lakukan pada kasus Tn. B dengan POST NEUROTISASI
FLEXUS BRACHIALIS didapatkan masalah keperawatan yaitu : nyeri akut, gangguan
mobilisasi dan defisit perawatan diri.
d. Dari hasil analisa data yang didapatkan dari hasil pengkajian oleh saya pada kasus Tn. B
dengan gangguan mobilitas fisik ,nyeri dan defisit perawatan diri karena flexus brachial
disorders saya sudah merencanakan beberapa rencana tindakan keperawatan.
e. Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada klien, saya berusaha membina hubungan
baik dengan komunikasi teraupetik dengan keluarga klien sehingga lebih memudahkan
dalam pelaksanaan rencana tindakan.
f. Langkah terakhir berupa evaluasi tindakan yang telah saya lakukan secara optimal.
evaluasi saya lakukan pada tanggal 28 September 2016 dan masalah keperawatan ada
yang sudah teratasi dan ada yang tertasi sebagaian.
Saran :
Sehubungan dengan masalah-masalah yang ditemukan selama pemberian asuhan
keperawatan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan agar lebih baik lagi, saya
memberikan saran sebagai berikut :
a. Dalam melakukan pengumpulan data atau pengkajian kepada klien sebaiknya dilakukan
secara menyeluruh dan lengkap, agar dalam penyusunan diagnosa menyeluruh tidak
hanya didasarkan pada penyakit saja tetapi juga pada kebutuhan dasar manusianya.
b. Sebaiknya dalam pemberian asuhan keperawatan seluruh diagnosa harus diatasi, tidak
hanya mengatasi masalah yang actual saja tetapi masalah potensial atau diagnose
prioritas yang lain harus diatasi.
c. Dalam proses asuhan keperawatan saat melaksanakan implementasi keperawatan
sebaiknya klien dan keluarga diberitahu maksud dan tujuan dari tindakan agar klien dan
keluarga tidak bertanya-tanya.
d. Dalam penulisan dokumentasi keperawatan terutama pada lembar perkembangan
diharapkan evaluasi ditulis sesuai dengan respon klien saat tindakan agar pembaca lebih
mudah mengerti dalam memahami perkembangan klien
e. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien diharapkan disesuaikan dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Bhandari, P., et al., 2008. Current trends in the management of brachial plexus injuries. Indian
Journal of Neurotrauma. 5(1): p. 21-5.
Dorsi, M., W. Hsu, and A. 2010. Belzberg, pidemiology of brachial plexus injury in the
pediatric multitrauma population in the United States. Journal of Neurosurgery. p. 5.
Foster, M., 2011.Traumatic Brachial Plexus Injuries. Emedicine. p. 1-4.
Nurarif, Amin Huda Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NICNOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. 2010. Apleys System of Orthopaedics and Fractures.
United of Kingdom: Hodder Arnold.
Wood, M. and P. 2006. Murray, Current Concepts in the Surgical Management of Brachial
Plexus Injuries. www. DCMSonline.org. p. 31-4.