Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Pembimbing :
dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR

Penyusun :
Dwi Faidah Agustina
2019.04.2.0074

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS HANG TUAH
RSAL DR. RAMELAN SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Referat “(Hernia Nucleus Pulposus)” telah diperiksa dan disetujui


sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi
kepaniteraan kilinik di bagian ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI.

Pembimbing

dr.Eka Poerwanto, Sp.KFR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Hernia Mucleus Pulposus”. Referat ini disusun sebagai salah satu
tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi RSAL Dr. Ramelan Surabaya, dengan harapan
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
a. dr. Eka Poerwanto, Sp.KFR , selaku Pembimbing Referat.
b. Para dokter Spesialis Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi Dr.
Ramelan Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di bagian Saraf RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
d. Serta teman – teman Dokter Muda dan semua pihak yang telah
membantu dalam terselesaikannya referat ini
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 17 Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3


2.1 Definisi ........................................................................................ 3

2.2 Anatomi ....................................................................................... 3

2.3 Patofisiologi ................................................................................. 5

2.5 Faktor Resiko .............................................................................. 7

2.6 Gejala Klinis ................................................................................ 8

2.7 Diagnosis .................................................................................... 9

2.8 Penatalaksanaan HNP .............................................................. 12

2.9 Pencegahan .............................................................................. 16

2.10 Prognosis .................................................................................. 18

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 19


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pinggang ialah bagian belakang badan yang mengemban bagian


tubuh dari thoraks ke atas dan perut. Secara anatomi, pinggang adalah
daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang sakrum dan otot-otot
sekitarnya. Daerah pinggang mempunyai fungsi yang sangat penting pada
tubuh manusia. Fungsi penting tersebut antara lain, membuat tubuh
berdiri tegak, berperan dalam pergerakan, dan melindungi beberapa
organ penting. Tiap ruas tulang belakang berhubungan dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis yang merupakan satu
kesatuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan yang terdiri dari korpus
vertebrae dan diskus intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang
kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanan, yang
berperan dalam menahan tekanan tersebut adalah nukleus pulposus.11
Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak
“Low Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan
di masyarakat, dan biasanya dikenal sebagai ‘loro boyok’. Biasanya
mereka mengobatinya dengan pijat urat dan obat-obatan gosok, karena
anggapan yang salah bahwa penyakit ini hanya sakit otot biasa atau
karena capek bekerja. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit
pinggang yang menjalar ke tungkai bawah terutama pada saat aktifitas
membungkuk (sholat, mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu
aktifitas mengangkat beban yang berat dan sering membungkuk. 6
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab
dari nyeri punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-
2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP
lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. 8

1
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan Referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
etiologi, patofisiologi, faktor resiko, diagnosis, gejala klinis, terapi,
prognosis dan penanganan rehabilitasi medik pada Hernia Nukleus
Pulposus (HNP).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
----- HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus
dari discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang
atau dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.13

2.2 Anatomi
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan
elemen yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. 9
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur
fleksibelyang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut :
- Cervicales (7)
- Thoracicae (12)
- Lumbales (5)
- Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum)
- Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)

3
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis
besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus
vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh
ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian
posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan
pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara satu dan
lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).11

4
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh
ligamentum dan tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri
dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus
fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh
ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis
posterior.7
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin
CartilagePlate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat
setengah cair dari nukleuspulposus, memungkinkannya berubah bentuk
dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang
lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.Diskus
intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. 6,8
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun
dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis
dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus. Ligamen
longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP
sering terjadi di bagian postero lateral.9

2.3 Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit

5
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel
yang berada dicanalis vertebralis menekan radiks.10
Pada umumnya HNP terjadi karena adanya proses degeneratif.
Dimana discus intervertebralis mengalami kehilangan protein polisakarida,
sehingga kandungan air dalam nukleus pulposus menurun. HNP dapat
timbul setelah trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan pengangkatan beban
berat dalam pekerjaannya sehari-hari.4

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:


•D a e r a h lumbal, khususnya daerah L5 -S1 mempunyai
t u g a s y a n g b e r a t , y a i t u menyangga berat badan. Diperkirakan 75%
berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
•Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan
ekstensi sangat tinggi.Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan
ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1

6
•Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
l igamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arahherniasi yang paling sering adalah postero lateral.

2.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut : 67
1) Riwayat trauma
2) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban beban berat, duduk,
mengemudidalam waktu lama.
3) Sering membungkuk.
4) Posisi tubuh saat berjalan
5) Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6) Struktur tulang belakang.
7) Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.

2.5 Faktor Resiko


Mahadewa dan Maliawan tahun 2009 menyatakan bahwa faktor risiko
penderita HNP dapat dibagi atas
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a. Umur: semakin umur bertambah, risiko makin tinggi

b. Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak daripada wanita.

c. Riwayat akibat cedera punggunng atau HNP sebelumnya.

2. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Aktivitas dan pekerjaan, misalnya duduk dalam waktu lama,

mengangkat ataupun menarik beban yang berat. Terlalu

sering memutar punggung ataupun membungkuk, latihan

7
fisik terlalu berat dan berlebihan, paparan pada vibrasi yang

konstan.

b. Olahraga tidak teratur, misalnya memulai aktivitas fisik yang

sudah sekian lama tidak dilakukan dengan berlatih berlebih

dan berat dalam jangka waktu yang cukup lama.

c. Merokok, dimana nikotin dalam rokok dapat mengganggu

kemampuan diskus menyerap nutrisi yang diperlukan dari

darah.

d. Berat badan yang berlebian, terutama beban ekstra diperut

yang menyebabkan strain pada punggung bawah.

e. Batuk dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. 5

2.6 Gejala Klinis


1. Gejala klinis hernia lumbal
 LBP (low back pain)
 Nyeri yang menyebar kepanggul, betis dan kaki
 Nyeri yang bertambah hebat ketika batuk, kejang atau
tertawa
 Perasaan geli atau mati rasa pada betis atau kaki
 Kelemahan otot bahkan terkadang sampai atrofi
 Spasme otot

2. Gejala klinis hernia servikal


 Sakit leher, terutama dibelakang dan disamping
 Sakit pada tulang belikat sebagai efek samping
 Sakit yang menyebar pada bahu, lengan bagian atas, bawah
dan telapak tangan, sakit pada dada atau jari yang
diperberat ketika batuk, tegang atau tertawa

8
 Sakit yang bertambah hebat ketika menggerakan leher atau
memutar kepala pada satu sisi
 Spasme otot leher
 Kelemahan otot tangan
3. Gejala klinis hernia torakal
 Nyeri radikal
 Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat
menyebabkan kejang parapresis
 Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.

2.7 Diagnosis
Pada umumnya, diagnosis hernia nukleus pulposus didasarkan
pada
1. Anamnesis dapat berupa letak atau lokasi nyeri, penyebaran
nyeri, sifat nyeri, pengaruh aktivitas atau posisi tubuh terhadap
nyeri, riwayat trauma, proses terjadinya nyeri dan
perkembangannya, obat-obat analgetika yang pernah diminum,
kemungkinan adanya proses keganasan, riwayat menstruasi,
kondisi mental/emosional 4
2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
 Perhatikan cara berjalan, bediri dan duduk.
 Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus
tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para
vertebral, kiphosis dan gibus.

 Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri
tekan pada salah satu process spinosus, atau
gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau
adanya spasme otot para vertebral. Palpasi dimulai dari
daerah yang paling ringan rasa nyerinya, kemudian ke arah

9
yang terasa paling nyeri dan ingatlah struktur apa yang
diperiksa. Nyeri dapat bertambah dengan pemberian
tekanan pada kepala (tes kompresi servikal) dan berkurang
dengan traksi (tes distraksi servikal) 13

3. Pemeriksaan Neurologis
Pada posisi terlentang, dilakukan tes provokasi sebagai berikut
(Mahadewa & Maliawan, 2009; Gregory, 2008):
1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.
 Laseque (straight leg raising = SLR) Fleksikan tungkai yang
sakit dalam posisi lutut ekstensi. Tes normal apabila tungkai
dapat difleksikan hingga 80-90%, dan positif apabila tungkai
timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus
sebelum tungkai mencapai kecuraman 70%.
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.
 Tes Naffziger Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2
menit atau dengan melakukan kompresi pada ikatan
sfigmomanometer selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg
sampai pasien merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan
tersebut mengakibatkan tekanan intrakanial meningkat yang
akan diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan
memprovokasi nyeri radikuler bila ada HNP.
 Tes Valsava Dalam sikap berbaring atau duduk, pasien disuruh
mengejan. Nyeri akan bangkit di tempat lesi yang menekan
radiks spinalis daerah lumbal.
3. Contra-Pattrick’s sign
Lutut flexi 90˚, adduksi, tekanan lutut yang di flexikan tadi. Akan
terjadi endorotasi tungkai pada sendi panggul, (+) nyeri pada
sendi sacroilliaca (digluteal dan sacral saja atau bisa menjalar
sepanjang tungkai)
4. Pattrick’s sign

10
lutut flexi 90˚ dan angkle diletakan diatas lutut yang lain. Tekan
lutut yang difleksikan tadi bersamaan dengan tangan pemeriksa
yang lain menekan pelvis-eduanya mengarah ke bawah
mengakibatkan eksorotasi tungkai pada sendi panggul. (+) nyeri

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos Dapat ditemukan berkurangnya tinggi diskus
intervertebralis pada HNP fase lanjut, sehingga ruang antar
vertebralis tampak menyempit (Mahadewa & Maliawan, 2009).
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan
patologis seperti proses metastasis dan fraktur kompresi
(Highsmith, 2014)
2. Kaudiografi, Mielografi, CT (Computerized Tomography) Pada
pemeriksaan kaudio/mielografi adalah pemeriksaan invasif
yang hanya dikerjakan dengan indikasi ketat dan tidak
dikerjakan secara rutin (Mahadewa & Maliawan, 2009). CT
scan mungkin diperlukan untuk evaluasi lebih lanjut struktur
tulang yang terkena (Williams, 2009).
3. Diskografi Dilakukan dengan penyuntikan pada diskus dengan
media kontras yang larut dalam air, namun pemeriksaan ini
dapat menimbulkan infeksi pada ruang diskus intervertebralis,
terjadinya herniasi diskus, dan bahaya radiasi. Biaya relatif
mahal dan hasilnya tidak lebih unggul dari pemeriksaan MRI
sehingga jarang digunakan (Mahadewa & Maliawan, 2009).
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan standard
baku emas untuk HNP (Mahadewa & Maliawan, 2009). Pada
MRI gambar dapat terlihat gambaran bulging diskus (anulus
intak), herniasi diskus (anulus robek), dan dapat mendeteksi
dengan baik adanya kompresi akar-akar saraf atau medulla
spinalis oleh fragmen diskus (Highsmith, 2014).

11
5. Electromyography Dari pemeriksaan EMG, dapat ditentukan akar
saraf mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya, masih
dalam taraf iritasi atau sudah ada kompresi (Mahadewa &
Maliawan, 2009).

2.8 Penatalaksanaan HNP


Penatalaksanaan hernia nucleus pulposus sebagai berikut:
1. Konservatif
Mengurangi iritasi saraf, mmperbaiki kondisi fisik, dan melindungi
serta meningkatkan fungsi tulang belakang adalah tujuan terapi
konservatif. Sebagian besar (90%) pasien HNP akan membaik
dalam waktu enam minggu dengan atau tanpa terapi, dan hanya
sebagian kecil saja yang memerlukan tindakan bedah (Mahadewa
& Maliawan, 2009).
a. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari.
Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.

12
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas
biasa (Mahadewa & Maliawan, 2009).
b. Terapi farmakologi
 Analgetik dan NSAID. Tujuan diberikan obat ini
adalah untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.
 Kortikosteroid oral. Dipakai pada kasus HNP berat
untuk mengurangi imflamasi, tetapi pemakaiannya
masih kontroversial.
 Analgetik ajuvan. Dibapai pada penderita HNP kronis.
 Suntikan pada titik picu. Caranya dengan
menyuntikan campuran anastesi local kortikosteroid
ke dalam jaringan lunak/otot pada daerah sekitar
tulang punggung (Mahadewa & Maliawan, 2009).
c. Rehabilitasi Medik
 Traksi Mekanik = Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang
sehingga sendi saling menjauh. Efek mekanis traksi pada tulang
belakang adalah :
 Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan
kapsul sendi
 Peregangan terhadap diskus intervertebralis
 Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial
pada prosesus
 artikularis.
 Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih
mudah diperoleh
 Ultra Sound Wave (USW) diaterni, kompres panas/ dingin.
Tujuannya adalah mengurangi nyeri dengan mengurangi
peradangan dan spasme otot.
 Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS). Dilakukan
dengan memakai alat yang dijalankan dengan baterai kecil yang
dipasang pada kulit untuk memberi rangsangan listrik terus-menerus
lewat elektroda. Diharapkan terjadi aliran stimulasi yang melawan

13
(counter stimulation) terhadap susunan saraf sehingga mengurangi
persepsi nyeri.
 Akupuntur : praktek Cina Kuno melibatkan memasukkan jarum yang
sangat tipis pada titik tertentu pada kulit unuk menghilangkan rasa
sakit. Sejak lama secara Evidance Based Medicine pengobatan HNP
dengan akupuntur menunjukan hasil yang baik.
 Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan
berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk
mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar.
Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas
sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik terapi
ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh. Tujuan terapi ini:
- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan
gerakan tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik
dan psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi
darah dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri
 Korset lumbal dan penopang lumbal lain Pemakaian kedua alat ini
tidak mengurangi nyeri dengan HNP akut, tetapi bermanfaat untuk
mencegah timbulnya HNP dan mengurangi nyeri pada HNP kronis
 High frequency current ( HFC CFM)
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain :
 Mempercepat resolusi inflamasi kronik
 Mengurangi nyeri
 Mengurangi spasme
 Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous

14
Double knee-to-chest stretch Pelvic tilt exercise Pelvic tilt exercise

Curl-up exercise Lower trunk rotation stretch Curl-up


exercise

Alternate arm-leg extension exercise Alternate leg extension

Trunk flexion stretch Alternate arm-leg Prone Lumbar Extension Alternate leg extension

extension exercise

15
Hamstring stretch while standing

2. Pembedahan
 Microdiscectomy
Merupakan pembedahan pada diskus yang terkena yang
telah dikonfirmasi dengan radiologi.
 Open discectomy
Pembedahan ini mempunyai prosedur yang sama dengan
microdiscectomy.
 Minimal acces/ minimally Invasive Discectomy
Discectomy dilakukan melalui sebuah insisi yang sangat
kecil pada gangguan dari jaringan didekatnya. Hal ini sering
dilakukan pada pasien rawat jalan atau rawat inap 24 jam.
2.9 Pencegahan 7

Latihan Punggung Setiap Hari

1. Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.


Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan
beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.
Lakukanlah beberapa kali.
2. Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah
ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung

16
ke lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi
beberapa kali.
3. Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada
flat di lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di
tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai.
Lakukan beberapa kali.

Berhati-Hatilah Saat Mengangkat

1. Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum


mengangkatnya.
2. Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang
lebih rendah
3. Peganglah benda dekat perut dan dada
4. Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
5. Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda

Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri

1. Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama


2. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,
pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu
(seperti ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
3. Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki
pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan
mengubah posisi secara periodic.
4. Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
5. Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada
saat duduk dikursi

Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat

17
1. Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang
nyaman dan sepatu berhak rendah
2. Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma.
2.10 Prognosis
 Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan
terapi konservatif.
 Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah
diterapi.
 Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,
kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%.

18
BAB III
KESIMPULAN

1. Hernia Nukleus Pulposus merupakan salah satu dari sekian banyak


“Low Back Pain” akibat proses degeneratif. Penyakit ini banyak ditemukan
di masyarakat, dan biasanya dikenal sebagai sakit pinggang.
2. Penderita penyakit ini sering mengeluh sakit pinggang yang menjalar ke
tungkaibawah terutama pada saat aktifitas membungkuk (sholat,
mencangkul). Penderita mayoritas melakukan suatu aktifitas mengangkat
beban yang berat dan sering membungkuk.
3.HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau
dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan
radix spinalis
4. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling
sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya
HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan
pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu.
5.Terapinya meliputi medikamentosa dan rehabilitasi medik. Terapii
medikamentosa seperti obat AINS untuk pemberian jangka pendek.
Sedangkan terapi rehabilitasi medik seperti diatermi, korset umbal,Traksi
Mekanik dan Bugnet Exercises.
6. Prognosisnya pada sebagian besar pasien akan membaik dalam 6
minggu dengan terapi konservatif.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Gregory, D.S., et al., 2008. Acute Lumbar Disk Pain : Navigating


Evaluation and Treatment Choice, American Family Phycisian,1(1)
1-2
2. Harsono, 2009. Nyeri Punggung Bawah. Kapita Selekta Neurologi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 272-281
3. Highsmith, J.M., 2014. Exam and Test for a Herniated Disc,
Vertical Health. Available From
http://www.spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/exams-
testsherniated-disc. [Accessed: 13 juni 2019]
4. Kornienko VN dan Pronin IN. Diagnostic neuroradiology. Jerman:
Springer; 2009.h. 1271-76.
5. Mahadewa, T.G.B., Maliawan, S., 2009. Diagnosis dan
Tatalaksana Hernia Nukleus Pulposus Lumbal . Diagnosis &
Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta : CV.
Sagung Seto. 62-87
6. Mansjoer, Arif, et all., 2007. In http : //www. inna-
ppni.or.id/index.php?name=News&file =article&sid=130
7. Nuarta B., 2004. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, Jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media
Aesculapius.
8. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. In
http://mukipartono.com/mengenalnyeripinggang-hnp/
9. Purwanto ET.Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta:
Perdossi
10. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia
Nukleus Pulposus. In
http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasi-
medik- pada-penderita-hernia-nukleus-pulposus
11. Raj. P.P, M.D., F.I.P.P, A.B.I.P.P. 2008. Intervertebral Disc:
Anatomy-Physiology-Pathophysiology-Treatment. 19-21.

20
12. Reed, P., 2005. Displacement, Cervical Intervertebral Disc Without
Myelopathy : The Medical Disability Advisor : Workplace
Guidelines for Disability Duration, 5(1) ; 2-5. Selekta Neurologi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 272-28
13. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan
kelima. Jakarta: PT Dian Rakyat.
14. Way, L.W., Doherty, Q.M., 2003. Intervertebral Disk Disease.
Neurosurgery & Surgery of the Pituitary. Current Surgical
Diagnosis & Treatement, Ed 11. United States : The McGraw-Hill
Companies, Inc., 953-958
15. Williams, S.D., 2009. Lumbar Spine Surgery : A Guide to
Preoperative and Postoperative Patient Care. AANN Reference for
Clinical Practice, 1(1); 10-11].

21

Anda mungkin juga menyukai