Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

EFUSI PLEURA

Pembimbing :
dr. Nur Indah, Sp.P

Penyusun :
Dwi Faidah Agustina 2019.04.2.0074
Dwi Kurniawan Siswoko 2019.04.2.0075

SMF PARU
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
EFUSI PLEURA

Makalah dengan judul Efusi Pleura telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter
Muda di bagian Paru.

Surabaya, 4 September 2019


Pembimbing

dr. Nur Indah, Sp.P

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan referat
dengan judul Efusi Pleura. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu
tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF
Paru RSU Haji Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kepada dr. Nur Indah, Sp.P selaku
dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas referat ini, terima kasih atas
bimbingan dan waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga referat ini dapat memberikan
manfaat pada pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas ini
masih jauh dari kesempurnaan. Dalam kesempatan ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.

Surabaya 4 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

BAB 2 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2


2.1 Anatomi ....................................................................................... 2

2.2 Definisi ........................................................................................ 3

2.3 Etiologi ........................................................................................ 3

2.4 Patofisiologi ................................................................................. 4

2.5 Epidemiologi ............................................................................... 6

2.6 Klasifikasi .................................................................................... 6

2.7 Gejala klinis ................................................................................. 7

2.8 Diagnosis .................................................................................... 8

2.9 Penatalaksanaan ...................................................................... 16

2.10 Prognosis .................................................................................. 17

BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................ 18


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10-20 ml cairan
yang berfungsi sebagai pelumas agar paru-paru dapat bergerak dengan lancar
saat bernapas. Cairan yang melebihi normal akan menimbulkan gangguan jika
tidak bisa diserap oleh pembuluh darah dan pembuluh limfe.

Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia
pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga
banyak penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan
seperti efusi pleura.

Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau
datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal
atau tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat yang sakit.
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk, dan
demam.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas dengan bunyi


redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi
napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks
dapat digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Pleura berasal dari bahasa Yunani yang berarti bagian sisi tubuh atau
tulang rusuk (Fisk & Branley, 2013). Pleura adalah selaput serosa yang
membentuk kantong pleura yang meliputi masing-masing paru-paru. Pleura
terdiri dari dua selaput, yaitu pleura parietalis yang melapisi dinding thorax dan
pleura visceralis yang meliputi paru-paru termasuk permukaannya dalam fisura.

Cavitas pleuralis adalah ruang di antara kedua selaput pleura dan berisi
cairan serosa pleura yang berfungsi untuk melumasi permukaan pleura dan
memungkinkan antar lembar-lembar pleura bergerak secara lancar saat
respirasi. Membran pleura visceralis mebentuk permukaan paru-paru dan
fisura interlobar. Membran parietalis meliputi diafragma, mediastinum, dan
dinding dalam thorax.

2
2.2 Definisi

Efusi pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ekstravasasi
cairan ke dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti
membran tipis yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis.

Sehingga dapat disimpulkan efusi pleura merupakan ekstravasasi cairan


yang terjadi diantara lapisan viseralis dan parientalis. Efusi pleura dapat berupa
cairan jernih, transudat, eksudat, darah, dan pus. Dimana produksinya
meningkat minimal 30 kali dari nilai normal.

2.3 Etiologi
Cairan pleura terakumulasi saat pembentukan cairan pleura melebihi
penyerapan cairan pleura. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh :
 Infeksi tuberculosis
Tuberkulosa
Non tuberkulosis
Pneumonia
Jamur
Parasit
Virus
 Non infeksi
Hiponatremia
Neoplasma
Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
Emboli paru
Atelektasis
 Traumatik (hemotorax)

Efusi pleura sering kali mencerminkan penyakit di tempat lain yang


menyebar ke rongga pleura dengan proses infeksi, inflamasi, metastasis atau
edema. Cairan masuk atau keluar dari rongga pleura terjadi karena perbedaan
tekanan yang timbul akibat gerakan pernapasan dan aliran darah. Namun,

3
banyaknya proses seluler yang aktif menyebabkan cairan masuk ke rongga
pleura secara berlebihan. Penyebabnya dapat secara genetik, lingkungan, dan
infeksi yang menyebar ke pleura. Cairan pleura memiliki konsentrasi protein
yang lebih rendah dari paru-paru dan kelenjar getah bening perifer. Cairan
pleura dapat menumpuk karena hal-hal berikut:

o Peningkatan tekanan hidrostatik di sirkulasi mikrovaskular. Studi


mengatakan bahwa peningkatan tekanan pada pembuluh kapiler
adalah pemicu terjadinya efusi pleura pada penderita gagal
jantung.
o Penurunan tekanan onkotik dalam sirkulasi mikrovaskular karena
hipoalbuminemia yang meningkatkan penumpukan cairan dalam
rongga pleura.
o Peningkatan tekanan negatif pada rongga pleura juga membuat
meningkatnya akumulasi cairan pada rongga pleura. Hal ini dapat
terjadi pada ateletaksis
o Peningkatan permeabilitas kapiler akibat mediator inflamasi. Hal
tersebut mengakibatkan lebih banyak protein dan cairan yang
masuk dalam rongga pleura, contohnya pada pneumonia.
o Gangguan drainase limfatik dari permukaan pleura karena
penyumbatan
2.4 Patofisiologi
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit
yakni 0,1 – 0,2 mL/kgbb pada tiap sisinya. Fungsinya adalah untuk memfasilitasi
pergerakan kembang kempis paru selama proses pernafasan. Cairan pleura
diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang seimbang. Jumlah cairan pleura
yang diproduksi normalnya adalah 17 mL/hari dengan kapasitas absorbsi
maksimal drainase sistem limfatik sebesar 0,2-0,3 mL/kgbb/jam. Cairan ini
memiliki konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan
perifer.
Cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta
kemampuan drainase limfatik. Efusi pleura terjadi sebagai akibat gangguan
keseimbangan faktor-faktor tersebut.

4
Gambar 1. Skema proses sirkulasi normal cairan pleura. Dikutip dari:
Broaddus VC. 2009. Mechanisms of pleural liquid accumulation in disease.
Uptodate.

Skema yang memperlihatkan proses sirkulasi normal cairan pleura.


Terlihat bahwa cairan pleura berasal dari pembuluh darah sistemik pada
membran pleura parietal dan viseral (ditunjukkan pada panah yang terputus-
putus).Pembuluh darah pleura parietal (mikrovaskular interkostal) merupakan
terpenting pada sistem ini sebab pembuluh darah ini paling dekat dengan rongga
pleura dan memiliki tekanan filtrasi yang lebih tinggi daripada mikrovaskuler
bronkial pada pleura viseral. Cairan pleura awalnya akan absorbsi kembali oleh
mikrovaskuler, sisanya akan dikeluarkan dari rongga pleura melalui saluran
limfatik pada pleura parietal (panah utuh).
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik
itu pulmoner maupun non pulmoner, akut maupun kronis.Penyebab efusi pleura
tersering adalah gagal jantung kongestif (penyebab dari sepertiga efusi pleura
dan merupakan penyebab efusi pleura tersering), pneumonia, keganasan serta
emboli paru.

5
2.5 Epidemiologi

Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura


per 100.000 orang. Amerika Serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya
menderita efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan
pneumonia bakteri. Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai
2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas lainnya.

Efusi pleura banyak terjadi di dalam dunia medis. Lebih dari 3000 orang per 1
juta populasi per tahun mengalami efusi pleura. Efusi pleura adalah
penumpukan cairan dalam rongga pleura. Etiologi efusi pleura bergantung
pada wilayah geografis dan prevalensi penyakit yang dapat menyebabkan efusi
pleura. Pada negara maju penyebab terbanyak efusi pleura pada orang
dewasa adalah gagal jantung, kedua adalah keganasan, kemudian
pneumonia. Sedangkan pada negara berkembang etiologi terbanyak adalah
tuberkulosis.

2.6 Klasifikasi

1. Efusi Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat yang cairannya memiliki kurang protein (< 3 gr/dL). Transudat terjadi
apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik
menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan
melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai
transudat adalah: 1). Gagal jantung kiri, 2). Sindrom nefrotik, 3). Obstruksi vena
cava superior, 4). Asites pada sirosis hati, 5). Sindrom Meig, 6). Efek tindakan
peritoneal.
Pada efusi transudat ini biasanya bersifat bilateral, tidak disertai demam,
nyeri pleuritik positif, atau nyeri tekan jika dipalpasi.
2. Efusi Eksudat
Eksduat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
efusi transudat. Protein yang terdapat pada rongga pleura kebanyakan berasal

6
dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura. Penyebab efusi
eksudat adalah oleh karena peradangan seperti infeksi, infark paru, penyakit
autoimun, perforasi esofagus, atau keganasan.
Efusi eksudat ditandai dengan peningkatan protein, LDH, kollesterol atau
jumlah sel darah putih.

2.7 Gejala klinis

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik (cairan <300 ml),


hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thoraks. Timbul gejala sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar,
kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan
mengakibatkan nafas pendek.

Manifestasi klinik yang muncul adalah:

a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas

d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi


e. Keletihan
f. Batuk
7
2.8 Diagnosis

Diagnosis efusi pleura dapat kita lihat dari :

1. Anamnesa

o Sesak nafas

o Tidur berbaring lebih nyaman ke sisi yang sakit

o Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak, berupa nyeri dada
pleuritik atau nyeri tumpul.
2. Pemeriksaan fisik

o Inspeksi:

dada tampak cembung ,Pergerakan dada tidak simetris, dimana


sisi yang sakit tertinggal
o Palpasi:

• Sela iga melebar

• Fremitus raba menurun


o Perkusi: Redup pada sisi yang sakit

o Auskuktasi:

• Suara nafas menurun atau menghilang

• Egofoni (+)

Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,


karena cairan akan berpindah tempat.

3. Pemeriksaan penunjang

o Foto thoraks

Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-
300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian
cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan
yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral

8
dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi
samping bawah.

Posisi tegak posteroanterior (PA)

Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak


berupa perselubungan homogeny menutupi struktur paru bawah yang biasanya
relative radioopak dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas ke
medial bawah. Karena cairan mengisi ruang hemithorak sehingga jaringan paru
akan terdorong kea rah sentral / hilus, dan kadang-kadang mendorong
mediastinum kearah kontralateral.

9
10
11
Posisi lateral

Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan adanya cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak.

12
Posisi Lateral Decubitus

Cairan yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan


posisi lateral dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul
disisi samping bawah.

13
o Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik. Torakosentesis dilakukan pada sela iga bagian bawah paru sela iga
garis aksilaris posterior dengan abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
pleura sebainya tidak melebihi 1000-1500 cc tiap kali aspirasi untuk menghindari
keadaan shok (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru terjadi karena
pengembangan paru terlalu cepat.
Komplikasi torakosentesis adalah : pneumotorak, laserasi pleura viseralis
dan emboli udara. Warna cairan pleura berwarna agak kekuningan-kuningan.
Bila kemerahan terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. Bila kuning
kehijauan dan agak purulen, menunjukkan empiema. Bila merah coklat
menunjukkan abses karena amuba.

a b c
Tipe Cairan Efusi Pleura
Gambar (a) kemerahan ; gambar (b) eksudat ; gambar (c) transudat
Biokimia cairan perlu diperiksa, seperti: kadar pH, glukosa dan kadar amilase.
o Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-
xantho-ctrorne. Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma
aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan
adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukkan adanya
abses karena ameba

14
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Perbedaan Biokimia Efusi Pleura 1

Perbedaan Biokimia Efusi Pleura 2

Di samping pemeriksaan tersebut di atas. secara biokimia


diperiksakan juga pada cairan pleura :
 kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-
penyakit infeksi, artitis reumatoid dan neoplasma
 kadar amilase. Biasanya meningkat pada pankreatitis dan
metastasis adenokarsinoma.

15
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel
patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
o Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut.
o Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi kronik
sepertipleuritis tuberkulosa atau limfomamalignum
o Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat,
inimenunjukkanadanya infark paru. Biasanya juga ditemukan
banyak sel eritrosit.
o Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma
o Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid
o Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat
mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen,
(menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung
kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang
sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli,
Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.Pada pleuritis
tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat
menunjukkan yang positif sampai 20%.
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidak
nyamanan serta dispneu. Dan pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab
dasar seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, siros pengobatan sesuai
dengan penyebab spesifik, drainase cairan, pleurodesis, dan operasi adalah
pilihan terapi untuk efusi pleura. Pada pasien sesak dan hipoksemia
diberikan oksigen kanul untuk memperbaiki keadaan umum dan saturasi
oksigen pasien tersebut.

Pengobatan penyebab yang mendasari membantu menyelesaikan sebagian


besar efusi transudatif. Efusi terkait dengan gangguan jaringan ikat seperti
16
rheumatoid arthritis dan lupus eritematosus sistemik diobati dengan steroid, dan
resolusi dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Efusi pleura TB diobati dengan
terapi jangka pendek antituberkulosis, yaitu 2 bulan isoniazid,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol, diikuti oleh 4 bulan isoniazid
dan rifampicin. Uji coba terkontrol telah menunjukkan tidak ada manfaat dari
penggunaan steroid bersama dengan terapi antituberkulosis. Efusi erkait
dengan decompensatio cordisbiasanya membaik cukup cepat ketika
terapi diuretik dimulai. Thoracocentesis diagnostik diperlukan hanya
jika pasien memiliki efusi bilateral yang tidak sama dalam ukuran, memiliki
efusi yang tidak merespon terapi, dengan nyeri dada pleuritik, atau
demam. Hydrothorax hepatic membutuhkan pembatasan natrium dan
diuresis. Thoracocentesis berulang akan. menghasilkan volume dan
deplesi protein. Oleh karena itu, cairan yang diambiil tidak lebih dari 1,5 L
cairan pada satu waktu untuk menghindari reperfusi edema paru

2.10 Prognosis

Pognosis efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang


mendasari kondisi ini. Namun, pasien yang mencari perawatan
medis lebih cepat dalam perjalanan penyakit mereka dan orang-orang
yang didiagnosis dan mendapatkan pengobatan memiliki tingkat komplikasi
jauh lebih rendah dibandingkan pasien yang tidak.

Morbiditas dan mortalitas dari efusi pleura berhubungan langsung


dengan penyebab dan tahap penyakit yang mendasari pada saat
presentasi, dan temuan biokimia dalam cairan pleura

17
BAB 3
KESIMPULAN

Efusi pleura adalah keadaan dimana terdapat kelebihan jumlah cairan


dalam rongga pleura, yang dihasilkan dari produksi cairan yang berlebihan atau
penurunan penyerapan atau keduanya. Efusi pleura merupakan indikator
dari suatu proses penyakit yang mendasari yang mungkin berasal dari paru
atau bukan dari paru dan dapat bersifat akut atau kronis. Efusi pleura
umumnya diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat, berdasarkan
mekanisme pembentukan cairan dan karakteristik kimia cairan pleura Kunci
untuk mendeteksi efusi pleura adalah anamnesis rinci dan pemeriksaan fisik.

Dyspnea dan batuk adalah gejala yang paling umum. Nyeri dada pleuritik
juga dapat hadir pada efusi inflamasi. Temuan yang khas pada pemeriksaan fisik
dengan efusi pleura termasuk absen suara nafas, redup pada
perkusi, penurunan vocal fremitus, dan penurunan transmisi suara pada
dasar paru-paru. Pengobatan sesuai dengan penyebab spesifik, drainase cairan,
pleurodesis, dan manajemen operasi adalah pilihan terapi untuk efusi pleura.
Prognosis efusi pleura tergantung dari etiologi yang mendasari

18
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol.
III). Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn,2000, Keperawatan Medikal bedah


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa : Yasmin
Asih, Editor Monica Ester, Jakarta : EGC

Lee Y. Textbook of pleural disease. USA: Hodder Arnold; 2003.

Hooper C, Lee G, Maskell N. Investigation of a unilateral pleural effusiom


in adults. J Internationalof Respiration Medicine. 2013;65(2): 145-54.

Yataco J C. Pleural effusions : evaluation and management formation and


drainage. J Cleve Clin Med. 2005;72(2): 854-72

Kjeldsberg CR, Knight JA, editors. Body Fluids, 3 rd edn. Chicago:


American Society of Clinical Pathologists Press, 1993

Moore, K.L., Dalley, A.F., Agur, AMR. 2006. Clinically Oriented


Anatomy.5th ed. Philadelphia : Lippincott William and Wilkins. p. 121-1

19

Anda mungkin juga menyukai