EFUSI PLEURA
Pembimbing :
dr. Nur Indah, Sp.P
Penyusun :
Dwi Faidah Agustina 2019.04.2.0074
Dwi Kurniawan Siswoko 2019.04.2.0075
SMF PARU
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
EFUSI PLEURA
Makalah dengan judul Efusi Pleura telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter
Muda di bagian Paru.
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia
pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga
banyak penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan
seperti efusi pleura.
Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau
datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal
atau tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat yang sakit.
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk, dan
demam.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Pleura berasal dari bahasa Yunani yang berarti bagian sisi tubuh atau
tulang rusuk (Fisk & Branley, 2013). Pleura adalah selaput serosa yang
membentuk kantong pleura yang meliputi masing-masing paru-paru. Pleura
terdiri dari dua selaput, yaitu pleura parietalis yang melapisi dinding thorax dan
pleura visceralis yang meliputi paru-paru termasuk permukaannya dalam fisura.
Cavitas pleuralis adalah ruang di antara kedua selaput pleura dan berisi
cairan serosa pleura yang berfungsi untuk melumasi permukaan pleura dan
memungkinkan antar lembar-lembar pleura bergerak secara lancar saat
respirasi. Membran pleura visceralis mebentuk permukaan paru-paru dan
fisura interlobar. Membran parietalis meliputi diafragma, mediastinum, dan
dinding dalam thorax.
2
2.2 Definisi
Efusi pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ekstravasasi
cairan ke dalam jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti
membran tipis yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis.
2.3 Etiologi
Cairan pleura terakumulasi saat pembentukan cairan pleura melebihi
penyerapan cairan pleura. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh :
Infeksi tuberculosis
Tuberkulosa
Non tuberkulosis
Pneumonia
Jamur
Parasit
Virus
Non infeksi
Hiponatremia
Neoplasma
Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
Emboli paru
Atelektasis
Traumatik (hemotorax)
3
banyaknya proses seluler yang aktif menyebabkan cairan masuk ke rongga
pleura secara berlebihan. Penyebabnya dapat secara genetik, lingkungan, dan
infeksi yang menyebar ke pleura. Cairan pleura memiliki konsentrasi protein
yang lebih rendah dari paru-paru dan kelenjar getah bening perifer. Cairan
pleura dapat menumpuk karena hal-hal berikut:
4
Gambar 1. Skema proses sirkulasi normal cairan pleura. Dikutip dari:
Broaddus VC. 2009. Mechanisms of pleural liquid accumulation in disease.
Uptodate.
5
2.5 Epidemiologi
Efusi pleura banyak terjadi di dalam dunia medis. Lebih dari 3000 orang per 1
juta populasi per tahun mengalami efusi pleura. Efusi pleura adalah
penumpukan cairan dalam rongga pleura. Etiologi efusi pleura bergantung
pada wilayah geografis dan prevalensi penyakit yang dapat menyebabkan efusi
pleura. Pada negara maju penyebab terbanyak efusi pleura pada orang
dewasa adalah gagal jantung, kedua adalah keganasan, kemudian
pneumonia. Sedangkan pada negara berkembang etiologi terbanyak adalah
tuberkulosis.
2.6 Klasifikasi
1. Efusi Transudat
Dalam keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat yang cairannya memiliki kurang protein (< 3 gr/dL). Transudat terjadi
apabila hubungan normal antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik
menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan
melebihi reabsorpsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai
transudat adalah: 1). Gagal jantung kiri, 2). Sindrom nefrotik, 3). Obstruksi vena
cava superior, 4). Asites pada sirosis hati, 5). Sindrom Meig, 6). Efek tindakan
peritoneal.
Pada efusi transudat ini biasanya bersifat bilateral, tidak disertai demam,
nyeri pleuritik positif, atau nyeri tekan jika dipalpasi.
2. Efusi Eksudat
Eksduat merupakan cairan yang terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan
efusi transudat. Protein yang terdapat pada rongga pleura kebanyakan berasal
6
dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura. Penyebab efusi
eksudat adalah oleh karena peradangan seperti infeksi, infark paru, penyakit
autoimun, perforasi esofagus, atau keganasan.
Efusi eksudat ditandai dengan peningkatan protein, LDH, kollesterol atau
jumlah sel darah putih.
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas
1. Anamnesa
o Sesak nafas
o Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak, berupa nyeri dada
pleuritik atau nyeri tumpul.
2. Pemeriksaan fisik
o Inspeksi:
o Auskuktasi:
• Egofoni (+)
3. Pemeriksaan penunjang
o Foto thoraks
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-
300ml. bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian
cairan di sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan
yang kurang dari 100ml (50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral
8
dekubitus dan arah sinar horizontal dimana caran akan berkumpul disisi
samping bawah.
9
10
11
Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan adanya cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak.
12
Posisi Lateral Decubitus
13
o Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun
terapeutik. Torakosentesis dilakukan pada sela iga bagian bawah paru sela iga
garis aksilaris posterior dengan abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
pleura sebainya tidak melebihi 1000-1500 cc tiap kali aspirasi untuk menghindari
keadaan shok (hipotensi) atau edema paru akut. Edema paru terjadi karena
pengembangan paru terlalu cepat.
Komplikasi torakosentesis adalah : pneumotorak, laserasi pleura viseralis
dan emboli udara. Warna cairan pleura berwarna agak kekuningan-kuningan.
Bila kemerahan terjadi pada trauma, infark paru, keganasan. Bila kuning
kehijauan dan agak purulen, menunjukkan empiema. Bila merah coklat
menunjukkan abses karena amuba.
a b c
Tipe Cairan Efusi Pleura
Gambar (a) kemerahan ; gambar (b) eksudat ; gambar (c) transudat
Biokimia cairan perlu diperiksa, seperti: kadar pH, glukosa dan kadar amilase.
o Analisa cairan pleura
Untuk diagnostic cairan pleura, dilakukan pemeriksaan :
a. Warna Cairan
Biasanya cairan pleura berwama agak kekuning-kuningan (serous-
xantho-ctrorne. Bila agak kemerah-merahan, ini dapat terjadi pada
trauma, infark paru, keganasan. adanya kebocoran aneurisma
aorta. Bila kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan
adanya empiema. Bila merah coklat ini menunjukkan adanya
abses karena ameba
14
b. Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
15
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk
diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel
patologis atau dominasi sel-sel tertentu.
o Sel neutrofil : Menunjukkan adanya infeksi akut.
o Sel limfosit : Menunjukkan adanya infeksi kronik
sepertipleuritis tuberkulosa atau limfomamalignum
o Sel mesotel : Bila jumlahnya meningkat,
inimenunjukkanadanya infark paru. Biasanya juga ditemukan
banyak sel eritrosit.
o Sel mesotel maligna : Pada mesotelioma
o Sel-sel besar dengan banyak inti : Pada arthritis rheumatoid
o Sel L.E : Pada lupus eritematosus sistemik
d. Bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat
mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairannya purulen,
(menunjukkan empiema). Efusi yang purulen dapat mengandung
kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman yang
sering ditemukan dalam cairan pleura adalah : Pneumokok, E. coli,
Kleibsiella, Pseudomonas, Entero-bacter.Pada pleuritis
tuberkulosa, kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat
menunjukkan yang positif sampai 20%.
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidak
nyamanan serta dispneu. Dan pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab
dasar seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, siros pengobatan sesuai
dengan penyebab spesifik, drainase cairan, pleurodesis, dan operasi adalah
pilihan terapi untuk efusi pleura. Pada pasien sesak dan hipoksemia
diberikan oksigen kanul untuk memperbaiki keadaan umum dan saturasi
oksigen pasien tersebut.
2.10 Prognosis
17
BAB 3
KESIMPULAN
Dyspnea dan batuk adalah gejala yang paling umum. Nyeri dada pleuritik
juga dapat hadir pada efusi inflamasi. Temuan yang khas pada pemeriksaan fisik
dengan efusi pleura termasuk absen suara nafas, redup pada
perkusi, penurunan vocal fremitus, dan penurunan transmisi suara pada
dasar paru-paru. Pengobatan sesuai dengan penyebab spesifik, drainase cairan,
pleurodesis, dan manajemen operasi adalah pilihan terapi untuk efusi pleura.
Prognosis efusi pleura tergantung dari etiologi yang mendasari
18
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol.
III). Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
19