Pembimbing :
Letkol Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.kes
Penyusun :
Dinda Asry Firliansyah 20190420073
Dwi Faidah Agustina 20190420074
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan case report dengan topik
“Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Olahragawan” dengan
lancar. Referat ini disusun sebagai salah satu penilaian tugas untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Lembaga Kesehatan Kelautan
Drs. Med. R. Rijadi S., Phys, Surabaya. Penulis berharap referat ini dapat
dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
Daftar Gambar...........................................................................................................iv
Daftar Table.................................................................................................................v
BAB I............................................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Terapi Oksigen Hiperbarik........................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................................3
2.1.2 Prinsip Hukum Fisika......................................................................3
2.1.5 Macam Ruangan Udara Bertekanan Tinggi...................................5
2.1.6 Indikasi dan Kontra-Indikasi HBO....................................................7
2.1.7 Efek Samping HBO..............................................................................9
2.2 Olahraga.......................................................................................................10
2.2.1 Definisi Olahraga..................................................................................10
2..2.2. Latihan..................................................................................................11
2.2.3 VO2 max............................................................................................12
2.2.4 Metabolisme saat latihan......................................................................13
2.3 Kebugaan Jasmani................................................................................15
2.4 Hubungan HBOT dengan Olahragawan.................................................16
BAB IV.......................................................................................................................20
KESIMPULAN...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
LAMPIRAN................................................................................................................25
Daftar Gambar
LATAR BELAKANG
1
Aktivitas fisik atau olahraga adalah pergerakan tubuh yang
dilakukan otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan
peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki
kebugaran fisik. Ada dua jenis aktifitas fisik yaitu aktivtas fisik aerobik dan
anaerobik. Kedua aktivitas ini berdampak pada pengeluaran kadar laktat
dan LDH.. Indikator yang mendukung terjadinya peningkatan insiden
cedera yang dapat menyebabkan kecacatan diantaranya enzim laktat
dehidrogenase (LDH). Pada saat kekurangan oksigen, piruvat akan
diubah menjadi asam laktat dengan bantuan enzim LDH, enzim ini
dikeluarkan saat di dalam tubuh terjadi kerusakan jaringan. (Piko et al.,
2016)
Oksigen, seperti gas lainnya, bereaksi terhadap tekanan dan
depresurisasi; dengan meningkatkan konsentrasi oksigen dengan
kelarutan gas di bawah tekanan, gradien difusnya diperkuat, yang
memungkinkan penetrasi jaringan dalam. Untuk prinsip inilah pengobatan
dengan oksigenasi hiperbarik membantu memperbaiki jaringan perfusi,
hipoksia, iskemik, infark atau nekrotik yang buruk. Oksigenasi terbaik
memungkinkan untuk memicu proses pemulihan jaringan dan, selain itu,
memfasilitasi reperfusi dan angiogenesis . (Rosyanti et al., 2019)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Hukum Boyle, menyatakan bahwa volume gas berbanding
terbalik dengan tekanan bila temperatur dipertahankan konstan.
Volume gas menurun dengan naiknya tekanan dan volume naik
dengan turunnya tekanan.
B. Hukum Dalton, menyatakan bahwa tekanan campuran (total
pressure) dua gas atau lebih yang berada dalam suatu ruangan sama
dengan jumlah tekanan gas (partial pressure) masing-masing yang
ada dalam ruangan tersebut
C. Hukum Henry, menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut
dalam cairan atau jaringan berbanding lurus dengan tekanan gas dan
koefisien kelarutan gas tersebut pada temperatur tetap. Hukum ini
merupakan basis dari peningkatan tekanan oksigen di jaringan
dengan penggunaan terapi oksigen hiperbarik
4
kaskade transduksi sinyal dengan meningkatkan oksigen reaktif dan
spesies nitrogen, maka jaringan akan melepaskan prostaglandin, oksida
nitrat, dan sitokin yang menunjukkan respons patofisiologis terhadap luka,
pembedahan, dan infeksi. HBOT diketahui sebagai terapi untuk mengobati
penyakit dekompresi, gangren, atau keracunan karbon monoksida.
(Rosyanti et al., 2019)
5
pasien bernapas dekat 100% oksigen melalui masker, kerudung
kepala, atau tabung endotrakeal (Moon, 2019).
6
Gambar 3 Monoplace hyperbaric chamber (Jeter and Wong, 2020)
7
pendarahan otak; (6) fraktur penyembuhan yang buruk; (7)
peradangan retina serosa sentral; (8) keadaan vegetatif; (9) sindrom
insufisiensi adaptasi dataran tinggi; (10) cedera saraf tepi; (11)
pembedahan tumor jinak intrakranial; (12) penyakit periodontal; (13)
ensefalitis virus; (14) kelumpuhan wajah; (15) osteomielitis; (16)
osteonekrosis aseptik; (17) cerebral palsy; (18) keterlambatan
perkembangan janin; (19) diabetes dan kaki diabetik; (20) penyakit
jantung aterosklerotik koroner (angina dan infark miokard); (21) aritmia
kecepatan (fibrilasi atrium, denyut prematur, takikardia); (22)
miokarditis; (23) penyakit vaskular perifer, vaskulitis, mis., Raynaud,
trombosis vena dalam, dll .; (24) vertigo; (25) tukak kulit kronis
(hambatan suplai darah arteri, kongesti vena, luka baring); (26) cedera
tulang belakang; (27) tukak lambung; (28) kolitis ulserativa; (29)
hepatitis menular (gunakan ruang khusus penyakit menular); (30)
terbakar; (31) radang dingin; (32) operasi plastik; (33) pencangkokan
kulit; (34) cedera olahraga; (35) kerusakan radioaktif (tulang dan
jaringan lunak, sistitis, dll.); (36) tumor ganas (dengan radioterapi atau
kemoterapi); (37) cedera saraf otic; (38) sindrom kelelahan; (39) sakit
kepala angioneurotic; (40) pustular; (41) psoriasis; (42) pityriasisrosea;
(43) multiple sclerosis; (44) sindrom Guillain-Barre akut; (45) ulkus oral
berulang; (46) ileus paralitik; (47) asma bronkial; dan (48) sindrom
gangguan pernapasan akut.
Indikasi dan kontraindikasi HBOT saat ini dirilis pada pertemuan
akademik ke-22 yang diadakan di Qingdao pada 2013 dan disetujui
pada tanggal 1 November 2013 (Yan, Liang and Cheng, 2015)
8
Table 1 Indikasi HBO (Yan, Liang and Cheng, 2015)
9
12. Riwayat neuritis optik (LAKESLA, 2016)
Ini adalah efek primer dan sekunder yang sama yang dapat
menyebabkan efek samping yang terkait dengan HBOT. Ini termasuk
berbagai bentuk barotrauma, sistem saraf pusat (SSP) dan toksisitas
oksigen paru, dan efek samping yang okular. Ada tambahan masalah
claustrophobia. Penting untuk memahami dan mengukur efek samping ini.
Ini membantu menciptakan protokol untuk meminimalkan risiko selain
risiko penimbangan yang lebih baik dan manfaat perawatan bagi pasien.
Penting untuk dicatat bahwa HBOT tetap di antara terapi paling aman
yang digunakan saat ini.8 Berikut ini adalah daftar lengkap potensi efek
samping, beberapa di antaranya lebih umum (barotrauma telinga tengah
[MEB], claustrophobia) dan lain-lain yang merupakan risiko teoritis yang
tidak mungkin terjadi secara klinis dengan tindakan pencegahan skrining
yang tepat (barotrauma paru [PBT]) (Heyboer et al., 2017).
10
2.2 Olahraga
11
energi yang paling cepat tersedia untuk kontraksi otot adalah adenosine
Triphospate yang disingkat dengan ATP . Selanjutnya ATP merupakan
sumber energi yang terdapat pada serabut otot sebagai sumber energi
mendadak untuk kontraksi otot. (Dylan Trotsek, 2017)
2..2.2. Latihan
Ada dua bentuk aktivitas fisik, yaitu aktivitas fisik aerobik dan
aktivitas fisik anaerobik. Aktivitas fisik aerobik adalah aktivitas fisik yang
menggunakan energi Adenosine Triphosphate (ATP) dari hasil proses
oksidasi fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Aktivitas fisik
anaerobik adalah aktivitas fisik yang dalam proses metabolisme
pembentukan energi tidak menggunakan oksigen. (Husin, 2016)
12
2.2.3 VO2 max
VO2Max adalah volume Oksigen maksimal yang diproses oleh
tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. VO2 max ini
adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per
menit atau milliliter/menit/kg berat badan.VO2Max biasanya digunakan
untuk mengukur daya tahan atlet dalam melakukan suatu cabang
olahraga. Seorang pemain sepakbola dengan nilai VO2MAX semakin
tinggi, maka semakin bagus staminanya. Begitupun sebaliknya semakin
rendah nilainya. (Indrayana and Yuliawan, 2019)
VO2 Max yang lebih tinggi akan menghasilkan kadar asam laktat
yang rendah. Hal ini menjadi salah satu penyebab kenapa seseorang
yang memiliki VO2 Max yang tinggi lebih cepat pemulihannya setelah
beraktivitas/ latihan jika dibandingkan dengan seseorang yang VO2 Max
nya rendah.
13
metabolisme aerob maksimum. VO2Max merupakan daya tangkap
aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang di
konsumsi per satuan waktu oleh seseorang selama latihan atau tes,
dengan latihan yang makin lama makin berat sampai kelelahan,
ukurannya disebut VO2max. (Indrayana and Yuliawan, 2019)
14
ditingkatkan sampai pada kondisi submaksimal atau maksimal, misal pada
aktivitas fisik anaerobik maka piruvat yang terbentuk akan lebih besar.
Pada saat ini tidak semua piruvat akan segera menjadi laktat. (Husin,
2016)
Sistem anaerobik lebih dikenal sebagai sistem glikogen asam
laktat, karena terjadi pemecahan glikogen menjadi asam piruvat,
selanjutnya asam piruvat akan berdisosiasi menjadi asam laktat. Sistem
ini terjadi karena tubuh kekurangan oksigen sehingga asam piruvat yang
terbentuk tidak dapat melanjutkan ke tahap yang berikutnya yaitu ke siklus
Kreb’s. Karakteristik dari sistem anaerobik dapat membentuk ATP tiga kali
lebih cepat dari mekanisme aerob (Oksidatif fosforilasi) di mitokondria. Di
bawah kondisi optimal sistem anaerobik dapat menyediakan energi dalam
1,3 sampai 1,6 menit saja . (Husin, 2016)
Berdasarkan intensitasnya terdapat tiga jenis intensitas aktivitas
fisik yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan dapat berlangsung lama
sekali dan selalu menggunakan sistem energi predominan aerobik, dan
aktivitas fisik sedang sampai dengan berat lamanya bervariasi tergantung
dari persentase penggunaan sistem energi predominanya aerobik atau
anaerobik. Aktivitas fisik intensitas sedang sampai intensitas berat akan
menggunakan energi ATP yang dihasilkan melalui proses hidrolisis
glukosa. Proses hidrolisis glukosa dapat melalui dua jalur glikolisis, yaitu
glikolisis aerobik dan glikolisis anaerobik. .
Latihan olahraga atau aktivitas fisik dapat terjadi kurang lebih 2-5%
dari oksigen yang diangkut oleh hemoglobin dan diproses dimitokondria
diperkirakan diubah menjadi senyawa radikal superoksida sehingga
meningkat. ( Halliwell & Gutteride (1999), didalam Husin, 2016)
Indikator yang mendukung terjadinya kerusakan jaringan,
diantaranya adalah laktat dehidrogenase (LDH). Pada saat terjadi
kekurangan oksigen, piruvat akan diubah menjadi asam laktat dengan
bantuan enzim LDH, enzim ini dikeluarkan saat didalam tubuh terjadi
kerusakan jaringan . Kerusakan jaringan adalah suatu kondisi di dalam
tubuh yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi dari suatu jaringan.
15
Salah satu yang memicu terjadinya kerusakan jaringan adalah
ketidakseimbangan antara produksi oksidan dan antioksidan. (Husin,
2016)
16
menghambat pencapaian. Oleh karena itu diperlukan optimalisasi
pemulihan dengan mempercepat metabolisme organ penetral laktat.
(Widiyanto, 2012)
17
yang dilepaskan ke dalam darah dari jaringan otot selama latihan. LDH
serum meningkat secara signifikan setelah dilakukan latihan .Kadar enzim
serum otot meningkat tidak hanya pada tubuh atlet yang berolahraga
secara intensif tetapi juga pada orang biasa setelah berolahraga. Respon
inflamasi yang meningkat dan kerusakan otot yang berulang dengan
berolahraga dapat menyebabkan cedera, berdampak negatif pada
lamanya rehabilitasi setelah cedera, dan mengurangi kemampuan untuk
berolahraga . pengobatan HBOT dalam fase pemulihan setelah olahraga
adalah efektif dalam mengurangi kerusakan otot akibat latihan. (Woo et
al., 2020)
18
mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau
kurangnya aktivitas fisik. (Sukamti, Zein and Budiarti, 2016)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Latihan fisik
Metabolime aerob
Asam piruvat
19
HBOT Oksigen ke jaringan
Asam Laktat
LDH turun
LDH meningkat
Kebugaran
BAB IV
KESIMPULAN
20
dua bentuk aktivitas fisik, yaitu aktivitas fisik aerobik dan aktivitas fisik
anaerobik. Aktivitas fisik aerobik adalah aktivitas fisik yang menggunakan
energi Adenosine Triphosphate (ATP) dari hasil proses oksidasi
fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Aktivitas fisik anaerobik
adalah aktivitas fisik yang dalam proses metabolisme pembentukan energi
tidak menggunakan oksigen.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Sesudah Bekerja’, The Indonesian Journal of Occupational Safety and
Health, 7(2), p. 131. doi: 10.20473/ijosh.v7i2.2018.131-141.
23
hyperbaric chamber applications’, PLoS ONE, 12(3), pp. 1–19. doi:
10.1371/journal.pone.0172768.
24
LAMPIRAN
25
26
27
28
29
30