Anda di halaman 1dari 23

Low Back Pain

Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada
Bagian/SMF Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:

M. Shadiqqul Zikri
Suhelmi
Firda Savira
Millati Amalia
Ananda Putri Sahriana
Hasya Washilah

Pembimbing:
dr. Lisa Emilda, Sp.KFR

BAGIAN/SMF REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus yang berjudul “Low Back Pain”. Shalawat dan salam kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar diseluruh aspek kehidupan
manusia khususnya di bidang ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam menjalani
Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Rehabilitasi Medik, RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghormatan penulis sampaikan kepada dr. Lisa Emilda,
Sp.KFR yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan
laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-rekan
yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bidang kedokteran dan
berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT
selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 4
1.1. Definisi ............................................................................................................................. 4
1.2. Anatomi dan Fisiologi ...................................................................................................... 4
1.3. Etiologi ............................................................................................................................. 6
1.4. Faktor Resiko ................................................................................................................... 9
1.5. Patofisiologi ................................................................................................................... 10
1.6. Manisfestasi Klinis ......................................................................................................... 11
1.7. Diagnosis ........................................................................................................................ 11
1.8. Diagnosis Banding ......................................................................................................... 15
1.9. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................. 16
1.10. Diagnosa Fungsional ...................................................................................................... 16
1.11. Penatalaksanaan ............................................................................................................. 17
1.12. Edukasi ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

3
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Nyeri Punggung Bawah merupakan nyeri atau perasaan tidak nyaman yang dirasakan pada
daerah di bawah margin costalis hingga ke lipat gluteal. Nyeri ini dapat bersifat lokal ataupun
radikuler atau keduanya. Berdasarkan data yang diambil dari National Safety Council menyatakan
bahwa NPB adalah pernyakit akibat kerja tertinggi yang terjadi dengan persentase 22% dari
1.700.000 kasus yang ada.1

Nyeri punggung bawah adalah nyeri atau rasa tidak nyaman yang terletak dibawah costae ke
12 sampai otot gluteus dengan atau tanpa nyeri menjalar pada kaki yang merupakan keluhan yang
sangat umum dirasakan oleh penderita, nyeri akan menjadi kronis ketika berlangsung selama tiga
bulan bahkan lebih.2

LBP dapat disebabkan oleh strain otot. Tipe LBP ini bervariasi, dapat dull atau tajam, dan
dapat bertambah buruk pada posisi duduk, berdiri, saat berjalan, atau gerakan lainnya. Berbaring
biasanya dapat membantu memperbaiki keadaan. Terkadang cakram tulang belakang dapat
menonjol keluar, menyebabkan tekanan pada saraf yang terdapat diantara tulang belakang. Tanda
dari tekanan pada saraf tersebut adalah nyeri yang menjalar pada kaki, rasa geli, dan mati rasa.2

1.2. Anatomi dan Fisiologi


a. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari;
1. Segmen Anterior
Berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu
dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen
longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior
mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak
dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebral. Mulai L1
ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal separuh asalnya.
Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah yakni bagian postero-lateral kanan dan
kiri diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata
terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.3

4
2. Segmen Posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu dengan
yang lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau
dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling
banyak dilakukan tubuh ialah fleksi kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-
ekstensi merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi
daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan
sedikit latero-fleksi.3

Gambar 1. Segmen Anterior dan Posterior Columna Vertebralis.3

b. Diskus Intervertebra
Berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut. Diskus intervertebra dibentuk oleh
anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur
mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa
hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan
mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah
terjadi perubahan-perubahan baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada
beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan sebagian diganti jaringan ikat.
Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.3

5
1.3. Etiologi
Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif misalnya penyakit
arthritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya seperti infeksi virus, iritasi pada sendi dan
discuss dan kelainan bawaan tulang belakang.
Menurut Harsono dalam Setiasih (2012) menyatakan bahwa penyebab nyeri punggung
bawah miogenik antara lain:
1. Ketegangan otot
Ketegangan otot timbul disebabkan oleh sikap tegang yang konstan/berulang-ulang pada posisi
yang sama sehingga akan memendekan otot-otot yang akhirnya menimbulkan nyeri. Nyeri juga
dapat timbul karena regangan yang berlebihan pada pelekatan otot terhadap tulang.
2. Spasme otot
Spasme otot yang disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot sebelumnya
dalam kondisi yang tegang atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberikan gejala khas
karena adanya kontraksi otot disertai rasa nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa
nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi lingkaran suatu nyeri dan spame otot dan
ketidakmampuan bergerak.
3. Defisiensi otot
Defisiensi otot disebabkan oleh kurangnya latihan sebagai akibat tirah baring lama maupun
immobilitas.
4. Otot hipersensitif
Otot hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan
menimbulkan rasa nyeri ke daerah tertentu. Daerah kecil tadi disebut sebagai trigger point.

Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 kelompok:4


a. LBP oleh faktor mekanik:
1. LBP oleh mekanik akut. Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya
hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang
atau sembuh. LBP oleh mekanik akut dapat disebabkan karena luka traumatic seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut
selain merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan
yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih dapat sembuh sendiri.

6
Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2. LBP oleh mekanik kronik (menahun). Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau
rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. LBP oleh mekanik kronik dapat terjadi
karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan
tumor.
b. LBP oleh faktor organik:3
1. LBP Osteogenik, terdiri atas:
a) Radang
b) Trauma. Merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita
nyeri punggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik
dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung,
mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan
otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan
gangguan yang lebih lanjut. Tidak jarang LBP merupakan keluhan utama pada fraktur
vertebra lumbal. Terutama fraktur spontan akibat osteoporosis pada penderita usia
lanjut. Jenis fraktur ini sering disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4-L5.
c) Keganasan. Dapat bersifat primer, multiple myeloma atau sekunder akibat metastasis.
2. LBP diskogenik. Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebralis. Bentuk
dan gangguan yang sering dijumpai ialah:
a) Spondilosis. Proses degenerasi progresif diskus intervertebra.
b) Hernia Nukleus Pulposus. Yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus intervertebra
melalui robekan anulus fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla
spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan
gangguan. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa,
dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi
pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat.

7
c) Spondilitis ankilosa. Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas
daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku. Keluhan
terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan
pergerakan.
d) LBP neurogenik. Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis kanal.
c. Nyeri Rujukan
1. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian
lebih superfisial.
2. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
d. Nyeri Psikogenik
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan
reaksi wajah yang sering berlebihan. Nyeri punggung bawah berdasarkan sumber:
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan vertebra, sendi, dan jaringan lunaknya. Antara lain
spondylosis, osteoma, osteoporosis, dan nyeri punggung miofasial.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal,
kelainan ginekologi, dan tumor retroperitoneal.
3. Nyeri punggung bawah vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah, misalnya aneurisma, dan
gangguan peredaran darah.
4. Nyeri punggung bawah Psikogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan psikis seperti neurosis, ansietas dan depresi. Nyeri
ini tidak menghasilkan definisi yang jelas, juga tidak menimbulkan gangguan anatomi dari
akar saraf atau saraf tepi. Nyeri ini superficial tetapi dapat juga dirasakan pada bagian
dalam secara nyata atau tidak nyata, radikuler maupun non radikuler, berat atau ringan.

8
Lama keluhan tidak mempunyai pola yang jelas, dapat dirasakan sebentar ataupun
bertahun-tahun.3,4

1.4. Faktor Resiko


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri punggung bawah antara lain faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan meliputi:
1. Umur
Kejadian nyeri punggung bawah tertinggi terjadi pada umur 35-55 tahun dan semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi jaringan yang
menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang,
semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang
menjadi pemicu timbulnya gejala nyeri punggung bawah.
2. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya nyeri punggung bawah lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria karena secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah
daripada pria.
3. Indeks massa tubuh
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban
yang membebani sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan bahaya pada
stuktur tulang belakang, salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat
efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal.
4. Masa kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Umami, Hartanti & Dewi (2013) bahwa pekerja yang
paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang memiliki masa kerja >10 tahun
dibandingkan dengan mereka dengan masa kerja < 5 tahun ataupun 5-10 tahun.
5. Aktivitas fisik
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heneweer et al (2011) bahwa beban aktivitas
fisik yang berat dan posisi yang salah merupakan faktor resiko nyeri punggung bawah
sedangkan faktor resiko yang kuat untuk nyeri punggung bawah didefinisikan 15 sebagai
jumlah dari gerakan; mengangkat dan membawa beban, mendorong atau menarik dan
membungkuk dan memutar.
6. Kehamilan

9
Penyebab nyeri punggung bawah pada wanita hamil adalah adanya perubahan hormonal
yang menimbulkan perubahan pada jaringan lunak penyangga dan penghubung (connective
tissue) sehingga mengakibatkan menurunnya elastisitas dan flexibilitas otot. Selain itu, pada
wanita hamil juga disebabkan oleh faktor mekanik yang mempengaruhi kelengkungan tulang
belakang oleh perubahan sikap statis dan penambahan beban pada saat ibu hamil.5

1.5. Patofisiologi
Low back pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1, dimana pada daerah
tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal kehilangan refleks sensoriknya maka refleks
tendon dalam berkurang dan kelemahan otot terjadi. LBP mekanik banyak disebabkan oleh
rangsang mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat tubuh
dipertahankan dalam posisi statis atau postur tubuh yang salah untuk jangka waktu yang cukup
lama dimana otot-otot di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh
yang normal atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-
otot punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebihan dapat menimbulkan iskemi atau
inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah spasme otot sehingga gerak
punggung bawah menjadi terbatas. Faktor mekanik juga berperan menyebabkan LBP mekanik,
diantaranya postur tubuh yang buruk, fleksibilitas yang buruk dan otot penyusun vertebra yang
lemah, dan exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat.
Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan, tidak te0*gak, kepala
menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan punggung bawah sangat lordotik dapat
memperparah kejadian LBP mekanik. Keadaan ini membuat titik berat badan akan jatuh ke depan,
sehingga punggung harus di tarik ke belakang dan akan menimbulkan hiperlordosis lumbal.
Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat fleksibilitas sendi-sendi dan
ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga mudah sekali mengalami penarikan dan
peregangan pada pergerakan yang sebenarnya kurang berarti.
Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot punggung, gluteus
maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat penting dalam mempertahankan sudut
lumbosacral pada posisi yang optimal, yaitu sebesar 30 derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah,
dapat menimbulkan pembesaran sudut lumbosakral.
Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti latihan yang salah atau
teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan tekanan ekstra pada punggung bawah dan

10
berpotensi menimbulkan keluhan LBP mekanik terutama pada daerah punggung bawah karena
nyeri menjalar ke daerah lutut, paha dan pantat.6
1.6. Manisfestasi Klinis
Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari patofisiologi, perubahan kimia
atau biomekanik dalam diskus intervertebralis, dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri
miofasial khas ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger
points), kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri
radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri sering hilang bila kelompok otot
tersebut diregangkan.7

Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai berikut:8


1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.
2. Sifat nyeri tajam dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa meringankan ataupun
memperberat keluhan.
3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah digunakan
beraktivitas.
4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan ataupun pembengkakan.
5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.
6. Dapat terjadi morning stiffness.
7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri, berjalan maupun duduk.
8. Nyeri berkurang bila berbaring.

1.7. Diagnosis
Pendekatan diagnosis dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesis
1. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
2. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apakah pekerjaan sehari-hari?
Adakah riwayat trauma?
3. Dimana letak nyeri? (Sebaiknya pasien sendiri yang disuruh menunjukkan dimana letak
nyerinya). Apakah ada penjalaran?

11
4. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah
bertambah pada kegiatan tertentu?
5. Apakah nye9ri berkurang pada waktu istirahat?
b. Pemeriksaan fisik :9
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung perhatikan lurus
tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis, gibus, deformitas, ada tidak jalur spasme otot
paravertebral.
2. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu prosessus
spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot
paravertebral.
3. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri punggung bawah
adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
4. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi fasikulasi. Jika ada kelumpuhan segmen mana yang
terganggu.
c. Pemeriksaan Low Back Pain
1. Tes Laseque
Posisi pasien tidur terlentang dengan paha fleksi dan lutut ekstensi. Pertama, telapak kaki
pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat
sejauh 40° dan sejauh 90°. Hasil positif apabila pasien merasakan nyeri yang menjalar dari
punggung bawah sampai tungkai bawah (terutama di betis) dan pergelangan kaki.10

Gambar 2. Tes Laseque

2. Tes Bragard

12
Posisi pasien tidur terlentang menggerakkan fleksi paha secara pasif dengan lutut lurus
disertai dorsi fleksi pergelangan kaki dengan sudut 30 derajat. Hasil positif apabila pasien
merasakan nyeri pada posterior gluteal yang menjalar ke tungkai.11

Gambar 3. Tes Bragard

3. Tes Nyeri
Gerakan sama dengan tes laseque hanya ditambahkan dengan Gerakan fleksi kepala
secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat. Hasil dikatakan positif apabila
dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. ischiadicus.
4. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut tungkai
yang lain. Setelah itu dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila
timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
Tes ini dilakukan pada kedua kaki.

Gambar 4. Tes Patrick

13
5. Tes Kontra Patrick

Tes kontra Patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya dengan melakukan
tes Patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang
pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut
ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.

Gambar 5. Tes Kontra Patrick.

6. Tes Sicard

Sama seperti tes Laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila nyeri
punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang
perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

7. Femoral Nerve Stretch Test (FNST)

Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk oleh radiks L2, L3,
dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi yang tidak sakit dengan sendi paha dan
sendi lutut yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus dan kepala difleksikan.
Secara perlahan-lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha diekstensikan. Tes positif bila
terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan paha bagian anterior.11

Gambar 6. Femoral Nerve Stretch Test (FNST).

14
8. Tes Valsava

Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul nyeri radikuler.
Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak.

Gambar 7. Tes Valsava

1.8. Diagnosis Banding


Tabel 1. Diagnosis banding

Kelainan Faktor Resiko

Kanker atau infeksi - Usia <20 tahun atau >50 tahun


- Riwayat kanker
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Terapi imunosupresan
- Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam,
menggigil
- Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra - Riwayat trauma bermakna
- Penggunaan steroid jangka panjang
- Usia >70 tahun
Sindrom kauda ekuina atau
- Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
deficit neurologik berat - Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
- Saddle anesthesia
- Paraparesis progresif atau paraplegia

15
1.9. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab low
back pain.
1. Foto polos
Pada pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah, dianjurkan berdiri saat pemeriksaan
dilakukan dengan posisi anteroposterior, lateral dan oblique. Gambaran radiologis yang sering
terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral,
osteofit pada sendi facet, penumpukan kalsium pada vertebra, pergeseran korpus vertebra
(spondilolistesis), dan infiltrasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang, melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot
paravertebral.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan lunak. Pada
pemeriksaan dengan MRI bertujuan untuk melihat vertebra dan level neurologis yang belum
jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medulla spinalis atau jaringan lunak, menentukan
kemungkinan herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau
neoplasma.
3. CT-Mielografi
CT-mielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga untuk diagnosis LBP untuk
menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adanya sekuester diskus yang lepas
dan mengeksklusi suatu tumor. 9,12,13

1.10. Diagnosa Fungsional


Penegakan diagnosa fisioterapi berdasarkan ICF (International Classification of Function and
Disability). Dalam penegakan diagnosa ditunjang oleh hasil pemeriksaan fisik yang tela6h
dilakukan seperti pemeriksaan nyeri menjalar dari pinggang ke kedua tungkai kanan dan kiri,
penurunan kekuatan otot fleksor trunk, penurunan ROM fleksi trunk. Functional Limitation yaitu
adanya keterbatasan dalam berjalan, aktivitas mengangkat, berdiri dengan waktu yang lama, dan
bepergian atau melakukan perjalanan yang jauh. Disability yaitu adanya keterbatasan dalam
kehidupan sosial. Hal ini didukung oleh profesi lain seperti dokter umum.14

16
Table 2. International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) – categories
included in the Brief ICF Core Set for low back pain. The categories per component are listed
according to the conceded rank order.

1.11. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari:13
a. Farmakologis
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik
dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang umum
digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous
pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat
yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-
derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal antiinflamatory drugs (NSAID).

17
Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon
terhadap rangsangan nyeri, mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.
b. Program Rehabilitasi Medik
1. Terapi Panas
Menurut penetrasinya, dibedakan 2 jenis:
Terapi panas superficial. Pada jenis terapi ini, panas hanya mengenai kutis atau
subkutis saja seperti Infra Red, hot pack, kompres air hangat, paraffin bath.
Terapi panas dalam. Pada jenis ini, panas dapat menembus sampai kejaringan yang
lebih dalam (otot, tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi yaitu Micro Wave Diathermy,
Short Wave Diathermy, dan Ultra Sound Diathermy.
2. Terapi Dingin
Paling sering digunakan pada cedera musculoskeletal akut. Teknik terapi dingin yaitu
dengan cara masase es, kompresi es selama 20 menit, menggunakan vapocoolant
spray dan cryokinetics.
3. Traksi
Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu bagian tubuh
untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi. Kekuatan tarikan
dapat ditimbulkan secara manual, dengan baeban dan system control, maupun secara
elektromekanis.
4. Stimulasi Listrik
Yang banyak digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
untuk menghilangkan nyeri dan spasme otot.
5. Terapi Exercise / Latihan
Beberapa latihan yang dapat diberikan pada penderita Low Back Pain yaitu
sebagai berikut:
1. Lying supine hamstring stretch
2. Knee to chest exercise
3. Pelvic tilt
4. Sitting leg stretch
5. Hip and quadriceps stretch

18
Gambar 8. Latihan Low Back Pain

1.12. Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien-pasien dengan Low Back Pain yaitu:13/
1. Kurangi berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti menjongkok
2. Kurangi membawa beban berat
3. Kurangi duduk terlalu lama
4. Hindari posisi menulis sambil membungkuk terlalu lama
5. Hindari tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau
6. menggunakan kasur yang terlalu empuk
7. Gunakan sepatu yang nyaman
8. Jika ingin duduk dengan jangka waktu yang lama, istirahatkan kaki dilantai atau
9. apa saja yang menurut anda nyaman
10. Hindari berat badan yang berlebihan

19
Gambar 9. Posisi duduk yang benar

Gambar 10. Cara mengankat barang yang benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Merlinda M, Rumiati F, Sumbayak EM. Hubungan Antara Nyeri Punggung Bawah dan
Lamanya Duduk pada Mekanik Motor di Kalianda Lampung Selatan. J Kedokt Meditek.
2020;26(1):1–7.
2. Gaya LL. Pengaruh Aktivitas Olahraga, Kebiasaan Merokok, dan Frekuensi Duduk Statis
dengan Kejadian Low Back Pain. J Agromed Unila. 2015;2(2):185–9.
3. Angliadi L,S Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT.2006:79-90
4. Elsa Adetia. Low Back Pain ec Mekanik Kronik. [Jurnal] Universitas Diponegoro Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro. 2015
5. Adi M. Hubungan Usia, Masa Kerja, Status Gizi dan Intensitas Getaran Mesin dengan
Keluhan Subyektif Low Back Pain (Studi pada Pekerja Penggergajian Kayu Desa Sapuran,
Wonosobo). 2018; Available from: http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/2585
6. Jumiati J. Penambahan Core Stabilization Exercise Lebih Menurunkan Disabilitas
Dibandingkan Dengan Penambahan Latihan Metode Mckenzie Pada Traksi Manipulasi
Penderita Nyeri Punggung Bawah Mekanik Di Kota Yogyakarta [Internet]. 2013 [Cited
2015 Dec 6].
7. Daclan Lm. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah:2009
8. Klipikoski S. The Mckenzie Method In Assesing. Classifying and Treating Non Spesific
Low Back Pain In Adult with spesial referensce To The Centralization
Phenomonemon.2010.102 P
9. Huldani. Referat Nyeri Punggung. FK Universitas Lambung Mangkurat
BanjarMasin.2012:19-24
10. Miquel AJ. Dor Lombar-como previnir.diakses tanggal 30 April 2018.
11. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lannya. Departemen Neurologi Unhas.
2015: 23
12. Yasin M. Komang.Dkk. Hubungan antara Karakteristik, antropometrik, Kebiasaan, status
Psikosional dan Gambaran Radiografis Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low
Back pain. diakses tanggal tanggal 1 mei 2018
13. Elsya Adetia. Low Back Pain ec Mekanik Kronik [Jurnal] Universitas Diponeg oro Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.2015.
14. Cieza, A. Dkk. ICF Core Sets for Low Back Pain. J Rehabil Med. 2004;suppl 44:69-74

21
LAPORAN KASUS REHABILITASI MEDIK

Identitas
Nama : Kasim
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang bagunan
Status : Menikah

Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri punggung bagian bawah menjalar sampai tungkai bawah
Keluhan Tambahan :-
RPS : Pasien datang dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah dan
menjalar sampai tungkai semenjak 10 bulan yang lalu, nyeri
dirasakan semakin hebat apabila mengangkat berat dan bangun
tidur dipagi hari. Membaik bila beristirahat.
RPD :-
RPK :-
Riwayat Fungsional :-
Diagnosis Kerja : Spondylosis lumbal, bulging disc L4-5
Diagnosis Tambahan : Spasme otot punggung

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis : - Mata: Anemis (-/-), Ikterik (-/-)
: - Telinga: Dalam batas normal
: - Hidung: Dalam batas nomal
: - Tenggorokan: Dalam batas normal

22
: - Leher: Dalam batas normal
: - Postur tubuh: Dalam keadaan normal
: - Ekstremitas: udem (-) Jejas/ jaringan parut (-)
Pemeriksaan Neuromuskular : Hipestesia L5, L4 dan S1.
Tes Patrick dan Kontrapatrick
Status fungsional : Pasien sulit untuk bekerja.

Pemeriksaan penunjang : MRI


Diagnosis Medis : LBP Radicular Pain
Diagnosisi Fungsional : - Disease: LBP
: - Impairment: Spondylosis lumbal dan bulging disc L4-5
: - Gangguan aktivitas: Susah bangun tidur,
: - Gangguan partisipasi: mengurangi kinerja untuk bekerja
: - Faktor lingkungan: mengangkat beban
: - Faktor personal: belum dapat dinilai

Rencana Tatalaksana : Modifikasi posisi tubuh


Fsioterapi MWD paralumbal & TENS Paralumbal

23

Anda mungkin juga menyukai