Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

KOMPETENSI FISIOTERAPI MUSKULOSKELETAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER


DI KLINIK FISIOTERAPI UNTORO

Disusun oleh :
Untoro Joyo Mursito
NIM. 2260165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS FAKULTAS


KEPERAWATAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Lubuk Pakam, September 2022


Mengetahui Disetujui Oleh

Ketua Prodi Clinical Educator


Program Profesi Fisioterpi

Frt. Timbul Siahaan, S.Ft, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
kasus Frozen Shoulder”. Laporan ini kami susun berdasarkan praktik klinik mandiri Untoro.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing klinik, serta teman-teman yang telah
memberikan motivasi selama proses penyususan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa fisioterapi dan seluruh mahasiswa pada umumnya.

Pontianak, September 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Frozen shoulder dikenal juga dengan istilah capsulitis adhesiva dimana kondisi bahu
menjadi sakit dan kaku. Biasaya keluhan ini disebabkan karena cedera yang relatif kecil pada
bahu tetapi penyebab yang sering berkembang belum jelas. Frozen shoulder juga sering
dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya seperti diabetes millitus (Teyhen, 2013 ).
Secara epidemiologi onset frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5%
populasi sekitar 60% dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20% dari penderita
diabetus millitus yang merupakan salah satu faktor resiko frozen shoulder (Miharjanto, et al.,
2010). Frozen shoulder terdiri dari beberapa diagnosa banding antara lain: (1) tendinitis
supraspinatus, (2) tendinitis bisipitalis, (3) bursitis subakromialis, dan (4) ruptur rotator cuff
(Kuntono, 2004).
Berkaitan dengan prevalensi angka kejadian yang banyak, perlu dilakukan stadi kasus
yang lebih lanjut lagi karena kebanyakan masyarakat belum mengetahui tentang frozen
shoulder dan penanganannya. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi mengenai hal tersebut
dan peranan fisioterapi pada kasus frozen shoulder. Sehingga pada saat pasien mengeluh sakit
pada bagian bahu dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah bagaimana penatalaksaan fisioterapi pada
gangguan fungsional shoulder akibat frozen shoulder?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksaan fisioterapi pada
gangguan fungsional shoulder akibat frozen shoulder.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Sendi pada bahu terdiri dari tiga tulang yaitu tulang klavikula, skapula, dan humerus.
Terdapat dua sendi yang sangat berperan pada pergerakan bahu yaitu sendi akromiklavikular dan
glenohumeral.

Sendi glenohumeral lah yang berbentuk “ball-and-socket” yang memungkinkan untuk


terjadi ROM yang luas. Struktur-struktur yang membentuk bahu disebut juga sebgai rotator cuff.
Tulang-tulang pada bahu disatukan oleh otot, tendon, dan ligament. Tendon dan ligament
membantu memberi kekuatan dan stabilitas lebih.

Otot-otot yang menjadi bagian dari rotator cuff adalah m. supraspinatus, m. infraspinatus,
m. teres minor, dan m. subscapularis.Otot-otot pada rotator cuff sangat penting pada pergerakan
bahu dan menjaga stabilitas sendi glenohumeral. Otot ini bermulai dari scapula dan menyambung
ke humerus membuat seperti cuff atau manset pada sendi bahu. Manset ini menjaga caput humeri
di dalam fossa glenoid yang dangkal.
Otot-otot pada rotator cuff menjadi “ball” dalam “socket” pada sendi glenohumeral dan
memberikan mobilitas dan kekuatan pada sendi shoulder. Terdapat dua bursa untuk memberi
bantalan dan melingungi dari akromion dan memungkinkan gerakan sendi yang lancar.

Saat terjadi abduksi lengan, rotator cuff memampatkan sendi glenohumeral, sebuah istilah
yang dikenal sebagai kompresi cekung (concavity compression), untuk memungkinkan otot deltoid
yang besar untuk terus mengangkat lengan. Dengan kata lain, rotator cuff, caput humerus akan
naik sampai sebagian keluar dari fossa glenoid, mengurangi efisiensi dari otot deltoid.

B. PATOLOGI TERAPAN
a) Pengertian
Frozen shoulder atau capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang menyebabkan
keterbatasan gerak sendi bahu yang sering terjadi tanpa penyebab yang pasti. Frozen shoulder
menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk
jaringan parut (Cluett, 2007). Capsulitis adhesiva adalah suatu kondisi yang sangat nyeri
ditandai dengan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) bahu baik gerakan aktif maupun pasif
(Dogru, et al., 2008).
b) Etiologi
Penyebab dari frozen shoulder belum diketahui pasti. Adapun faktor predisposisi yaitu
immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi. Walaupun
banyak peneliti sependapat bahwa immobilisasi merupakan faktor penting dari penyebab
frozen shoulder sendi glenohumeral (Miharjanto et al., 2010).
Menurut AAOS faktor predisposisi frozen shoulder anatara lain : immobilisasi lama,
trauma, over use, injuries, operasi pada sendi, hipertitoidisme, penyakit kardiovaskuler dan
depression.
c) Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering ketiga setelah
nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen shoulder pada populasi umum
dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau berurutan,
pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih sering pada pasien
dengan diabetes dari pada yang tidak. Pada 14% pasien, saat frozen shoulder masih terjadi
pada suatu bahu, bahu kontralateral juga terpengaruh. Frozen shoulder kontralateral biasanya
terjadi dalam waktu 5 tahun onset penyakit. Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang
sama jarang terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan hipertriglicemi.
Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung, tuberkulosis, dan berbagai
kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS, namun asosiasi ini sebagian besar hanya
anekdot dan tidak didukung dengan studi case control.
d) Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan
bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada
bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak
digunakan terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang
rendah, di mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi
tergantung. Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan
bersama-sama dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein,
edema, eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara
lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon
subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul yang berada
di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat ruangan untuk tulang
humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi nyeri.
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah fibrosis yang
padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik ditemukan prolifrasi aktif
fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi miofibroblas sehingga menyebabkan matriks
yang padat dari kolagen yang berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular.
Berkurangnya cairan synovial pada sendi bahu juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen
shoulder.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan
fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan
dalam darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar
sendi inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.
Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.
e) Manifestasi Klinis
Frozen shoulder adalah suatu keadaan yang ditandai dengan restriksi fungsi Gerakan
shoulder joint baik secara aktif maupun pasif yang mantidak dijumpai adanyakelainan yang
berartipada pemeriksaan radiografi, kecuali adanya osteopenia atau kalsifikasi tendonitis
(Joseph D.Z,2011).
Frozen shoulder umumnya merupakan suatu akibat dari reaksi dari rekreasi
autoimobilisasi yang terjadi pada struktur jaringan capsul sendi glenohumeral sehungga
struktur kapsul ligamenterjadi perlengketan menyebabkan nyeri, hal tersebut akan
mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendiyang mengikuti pola capsular dimana,
rotasi eksternal lebih terbatas dari abduksi lebih terbatas dari internal rotasi. Frozen shoulder
merupakan penyakit yang mempunyai karakteristik nyeri dan menurunnya ROM dan
kekakuan dari sendi bahu.
Klasifikasi Frozen shoulder dibagi menjadi primer dan sekunder yang terdiri dari :
a. Intrinsik, seperti cidera pada otot-otot rotator cuff (tendinitis
supraspinatus, bursitis, acromialis).
b. Ekstrinsik, seperti trauma pada bahu, gannguan neurologis dan
penyakit pulmonal.
c. Systemic, seperti diabetes melitus.

Keterbatasan Lingkup gerak sendi glenohumeral pada kasus frozen shoulder karena
adanya perubahan patologi pada sendi glenohumeral yang kompleks berupa nyeri yang
kemudian menimbulkan spasme. Nyeri dan spasme akan menjadikan immobilisasi pada bahu,
sehingga menyebabkan kekurangan cairan synovial yang disertai perubahan kekentalan pada
cairan tersebut, keadaan ini kemudian menyebabkan penyusutan capsul sendisehingga sifat
ekstensibilitasnya berkurang dan akan terjadi perlengketan pada capsul dan ligament.
Perlemgketan tersebut kemudian menyebabkan kelenturan jaringannya menurun dan
menimbulkan kekakuan sendi yang disusul dengan pemendekan pada kapsul ligament hingga
menyebabkan keterbatasan lingkup gerak sendiglenohumeral dan firm endfeel. Pembatasan
gerak yang terjadi pada frozen shoulder mempunyai suatu pola yang disebut dengan capsular
pattern, dimana ROM eksternal rotasi lebih terbatas dari abduksi dan abduksi lebih terbatas
dari internal rotasi.
Disamping itu bahwa frozen shoulder banyak juga disebabkan oleh ketegangan dan
meningkatnya stretch reflek pada otot akan timbul autoimobilisasi, dengan demikian stretch
reflex otot-otot rotator cuff dan otot lain yang berada disekitar bahu akan meningkat. Akibat
dari ketegangan dan kontrakturketika dilakukan Gerakan shoulder akan menimbulkan nyeri
dan nyeri tersebut akn menimbulkan inflamasi yang akn menimbulkan stretch reflex. Dari
semua itu akan dijumpai gangguan microsirkulasi pada jaringancapsul ligamenglenohumeral.
Hal ini erat kaitannya dengan proses degenerasi diman frozen shoulder banyak dijumpai
sekitar 40-60 tahun. Untuk lebuh lanjut maka dipaparkan anatomi dan fisiologi dari shoulder
join untuk lebih memahami.
Apabila frozen shoulder tidak ditangani dengan benar, maka lama kelamaan akn
semakin parah. Adapun fase-fase dalam frozen shoulder agar mendapatkan pelaksanaan
fisioterapi yang benar:
a. Fase I
Dari 24 jam minggu I setealh traumadengan gejal-gejala nyeri yang dominan,
Gerakan sendi terbatas kesegala arah karena sakit, dan kadang-kadang disertai
bengkak.
b. Fase II
Dari minggu ke II sampia minggu ke IVsetelah trauma, dengan gejala-gejala yang
dominan : jarak gerak sendi (ROM) terbatas, kaku terutama pada abduksidan
exorotasi, nyeri tajam pada akhir ROM dan gangguan koordinasi dan aktovitas lengan
atau bahu.
c. Fase III
Setelah minggu ke IV, dengan gejala-gejala dominan : bahu kaku dan terkunci pada
ROM tertentu, Gerakan sendi bahu sangat terbatas, membesarnya otot -otot daerah
gelang bahu dan sedikit rasa nyeri.
BAB III

STATUS KLINIK

A. Pemeriksaan Fisioterapi
1. Anamnesis
a) Umum
Nama : Tn Heri
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jl.Imam Bonjol
b) Khusus
Keluhan utama : Nyeri bahu kanan
Lokasi KU :Bahu kanan
Kapan terjadi : ± 1 bulan yang lalu
RPP : Pasien mengeluhkan nyeri bahu sejak 1 bulan yg lalu setelah mengangkat
benda yang berat, tiba-tiba keesokan harinya dia merasa bahu kanannya sakit, kaku,
terbatas geraknya. Melakukan aktivitas berolahraga namun kegiatan tersebut
membuat bahu pasien semakin bertambah sakit, Nyeri h e b a t d i r a s a k a n p a d a
m a l a m h a r i a pabila pasien tidak meminum obat anti nyeri. Pasien sudah ke
dokter dan diberi obat. Ada perubahan setelah meminum obat, namun setelah itu
nyerinya muncul Kembali, dan Dokter menyarankan untuk ke fisioterapis.
2. Pemeriksaan fisik
a) Vital sign
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 170 cm
Denyut nadi : 78 kali menit
b) Inspeksi
Statis :
– Anterior
• Posisi kepala : normal
• Bahu : simetris
• Clavicula : simetris
– Posterior
• Skapula : simetris
• Celah axilla : simetris
Dinamis :

– Ketika disuruh membuka baju (gerakan elevasi) , pasien membantu dengan


tangan kiri (tangan yang sehat), dan ada nyeri yg hebat.
– Pada saat abduksi scapula mau ikut berotasi.
– Pasien terlihat kesakitan saat mengangkat lengan kiri dan  ada keterbatasan
gerak
– Gangguan ADL
3. Pemeriksaan fungsi
a) Pemeriksaan fungsi dasar
1. Gerak Aktif
Fleksi shoulder : sangat nyeri, ROM terbatas
Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas
Abduksi : nyeri, ROM terbatas
Adduksi : sedikit nyeri, ROM terbatas
Endorotasi : sangat nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi : nyeri, ROM terbatas
2. Gerak Pasif
Fleksi shoulder : sangat nyeri, ROM terbatas
Ekstensi shoulder : sedikit nyeri, ROM terbatas
Abduksi : nyeri, ROM terbatas
Adduksi : sedikit nyeri, ROM terbatas
Endorotasi : sangat nyeri, ROM terbatas
Eksorotasi : nyeri, ROM terbatas
3. Tes Isometrik Melawan Tahanan
Fleksi shoulder : nyeri +
Ekstensi shoulder : nyeri +
Abduksi : nyeri +
Adduksi : nyeri +
Endorotasi : nyeri +
Eksorotasi : nyeri +
b) Pemeriksaan spesifik
a. Palpasi
– Tidak ada peningkatan suhu, tidak ada swelling.
– Oedem (-)
– Kontur kulit : normal
– Ada nyeri tekan di bagian glenohumeral joint 
b. Vas Tes

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat sgt nyeri

c. Apley stretch test


– Eksternal rotasi dan abduksi
Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus medialis scapula sisi kontra
lateral dengan tangan melewati belakang kepala.
IP : pasien tidak mampu karena nyeri

– Internal rotasi dan adduksi


Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula sisi kontra lateral,
bergerak menyilang punggung.
IP: pasien tidak mampu karena nyeri
1. Test Khusus :
a. Join Play Movement (JPM)
1) Traksi MLPP : Nyeri +, Firm endfeel
2) Traksi pembatasan internal rotasi : Nyeri +, Firm endfeel
3) Traksi pembatasan external rotasi : Nyeri +, Firm endfeel

Pada traksi bahu kearah lateral serong ventrocaudal, diberikan pada keterbatasan gerak
abduksi, rotasi internal dan eksternal dan didapatkan rasa nyeri dengan firm endfeel.

2. Distribusi Data pengukuran ROM gerak Shoulder dextra sebelum terapi sampai 6 kali
terapi.

External Sebelum Terapi I Terapi II Terapi Terapi Terapi V Terapi


rotasi terapi III IV VI
shoulder 34 36 37 45
dextra 42 44 48
Abduksi 41 43 45 46 49 51 54
shoulder
Internal 43 44 46 48 49 53 56
rotasi
shoulder
B. ALGORITMA
Pemeriksaan Frozen Shoulder

Anamnesis untuk menegakkan ICD

Pasien dengan keluhan Ha : Frozen


nyeri bahu – lengan
atas kaku Usia > 50
tahun Ganti hipotesis

Tampak gerak scapula


Inspeksi Ganti
lebih besar dari
humerus

ya

Tes Orientasi Pada Tes Abduksi Pemeriksaan Red


Elevasi terlihat reverse Flag : Pancoast
humeroscapular tumor
rhythm

FROZEN

H1 H2

Tes Pasif : External Resisted Isometric Tes


rotasi < abduksi <

Tes Khusus Palpasi : Tonus tinggi/nyeri


Elastic End

Joint play movement Cntract relax stretch test :


tes : traksi pada akhir
ROM nyeri

Nyeri & Elastic Lentur setelah Tetap tegang


strecthing setelah
strecthing
Capsular Pattern
Diagnosa
Muscle Spasme Stiffness
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairmen : Nyeri, limitasi gerak shoulder
2. Functional Limitation :Pasien tidak bisa menyisir rambut
3. Disability / Participation restriction
Dalam interaksi social pasien tidak dapat mengambil air wuduh

Diagnosa : Gangguan fungsional shoulder joint akibat frozen shoulder

D. PROGRAM FISIOTERAPI
a. Tujuan jangka pendek
1). Mengurangi nyeri
2). Menambah ROM shoulder

b. Tujuan jangka Panjang


1). Pasien mampu kembali bisa melakukan interaksi social seperti mengambil air wuduh
dan dapat berolahraga tanpa ada keluhan nyeri

E. Teknologi Intervensi Fisioterapi


-Microwave Diathermy
-TENS
-Manual Terapi : Traksi caudal dan translasi caudal
F. RENCANA EVALUASI
- Vas
G. PROGNOSIS
Baik
H. PELAKSANAAN TERAPI
 MWD ( Microwave Diathermy )
Diberikan pada daerah bahu sebelah kanan pada posisi duduk dengan dosis
I : 50 Watt pada anterior shoulder kanan
t : 10 menit
F : satu hari sekali
 TENS ( Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation)
Diberikan pada otot supraspinatus dan infraspinatus
I : 78,5 Mhz
t : 10 menit
F : satu hari sekali
 Proses pelaksanaan Tehnik traksi dan translasi shoulder

- Pasien tidur terlentang dan dalam keadaan rileks


- Posisi awal sendi bahu pada posisi MLPP(bonnet posision/abduksi,
internal rotasi 30 derajat), lakukan traksi kearah lateral serong keventro
caudal, dilakukan selama 5 detik lalu dilakukan translasi caudal.

 Traksi dan translasi Caudal


Traksi merupakan salah satu komponen arthrokinematik dari sendi glenohumeral.
Pada traksi caudal diaman caput humerus menjauh dari acromion maka diperoleh
ruangan suprahumeral yang luas, sehingga iritasi dari suprahumeral dapat dihindari.
Sedangkan translasi adalah gerak suatu permukaan sendi sejajar terhadap permukaan
sendi pasangannya. Dalam hal ini traksi dan translasi sendi glenohumeral adalah
kearah lateral serong ke ventro caudal. Pada saat traksi dan translasi terjadi pelepasan
abnormal crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan viskositas cairan sendi
glenohumeral. Gerak aktif pada lingkup gerak sendimempunyai efek antara lain untuk
memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek sensasi balik dari sensasi
kontraksi otot, memberikan stimulus pada tulang dan send, meningkatkan sirkulasi
darh, melepaskan perlengketan intraseluler capsuloligamenter sendi glenohumeral.

 Prinsip Tehnik Traksi Shoulder


Sebelum melakukannya, maka ketahui aturan-aturan yang ada terlebih dahulu,
yang harus diketahui oleh terapis
a. Posisi pasien
Pasien diposisikan enak dan nyaman sehingga otot-ototnya rileks, sendi
diposisikan pada resting position (MLPP). Tulang pembentuk sendi bagian
proximal difiksasi.
b. Posisi therapist
Terapis harus menggunakan prinsip-prinsip ergonomis dan berdiri atau sedekat
mungkin dengan pasien.
c. Fiksasi
Fiksasi dilakukan sedekat mungkin tanpa menimbulkan nyeri
d. Tangan terapis yang aktif/bergerak
Tangan terapis memegang bagian tubuh sedekat mungkin dengan ruang sendi
untuk digerakkan.
 Traksi dan translasi Caudal
Traksi merupakan salah satu komponen arthrokinematik dari sendi
glenohumeral. Pada traksi caudal diaman caput humerus menjauh dari acromion maka
diperoleh ruangan suprahumeral yang luas, sehingga iritasi dari suprahumeral dapat
dihindari. Sedangkan translasi adalah gerak suatu permukaan sendi sejajar terhadap
permukaan sendi pasangannya. Dalam hal ini traksi dan translasi sendi glenohumeral
adalah kearah lateral serong ke ventro caudal. Pada saat traksi dan translasi terjadi
pelepasan abnormal crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan viskositas cairan
sendi glenohumeral. Gerak aktif pada lingkup gerak sendimempunyai efek antara lain
untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek sensasi balik dari
sensasi kontraksi otot, memberikan stimulus pada tulang dan send, meningkatkan
sirkulasi darh, melepaskan perlengketan intraseluler capsuloligamenter sendi
glenohumer
I. HASIL TERAPI AKHIR
1. Evaluasi Fisioterapi

Adapun hasil evaluasi sesaat terhadap program fisioterapi yang


telah diberikan pada pasien tersebut, adalah sebagai berikut :

External Sebelum Terapi I Terapi Terapi Terapi Terapi Terapi


rotasi terapi II III IV V VI
shoulder 34 36
dextra 37 42 44 45 48
Abduksi 41 43 45 46 49 51 54
shoulder
Internal 43 44 46 48 49 53 56
rotasi
shoulder

2. Modifikasi

Modifikasi yang dilakukan berupa meningkatkan dosis


latihan secara berkala sesuai dengan kemampuan pasien. Selain itu,
teknik latihan ADL juga disesuaikan dengan kemampuan pasien
dan jika kondisi pasien benar-benar stabil, dapat diberikan latihan
yang berhubungan dengan hobi pasien. Modifikasi program FT
yang dapat diberikan berupa stretching shoulder di depan dinding
dan menggerakkan jari di dinding dampai batas ROM shoulder,
diharapkan pasien dapat menambah ROM
3. Home Program

Pasien diajarkan streatching shoulder dengan menggunakan alat


bantu seperti hand towel untuk menambah ROM shoulder.

Mengetahui

Pembimbing, Praktikan,

Untoro J.Mursito
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Frozen Shoulder disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang
berulang dan berkepanjangan oleh tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi
lengan.Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps betumpang tindih dalam
melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh
capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen coracoacromial serta acromion sebagai
atapnya.
2. Pengaruh pemberian MWD, TENS, traksi oscilasi dapat mengurangi nyeri dn
spasme otot supraspinatus, infraspinatus dan menambah lingkup gerak sendi
( ROM ).

B. Saran
1. Menghindari aktivitas yang memperberat keluhan
2. Agar pasien selalu melakukan latihan yang diberikan di rumah.
3. Melakukan latihan Codman Pendular.

Anda mungkin juga menyukai