OLEH :
PO.71.4.241.17.1.037
JURUSAN FISIOTERAPI
DIPLOMA IV
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik, atas nama : St. Khadijah Indah Maidah. S, NIM : PO.71.4.241.17.1.037
dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain Et Causa
Spondylosis Lumbal L5 - S1” telah disetujui untuk dipergunakan sebagai salah satu
2
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu
saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu masalah
kesehatan berat, merupakan penyebab kecacatan ketiga pada orang kerja. Keterbatasan
yang diakibatkan oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat kerugian
ekonomis, dalam hal ini hilangnya produktivitas. Kunjungan ke dokter akibat nyeri
punggung bawah merupakan yang kedua setelah penyakit saluran nafas (Smeltzer dan
Bare, 2012) Menurut World Health Organization (WHO), 2-5% dari karyawan di negara
industri tiap tahun mengalami nyeri punggung bawah, dan 15% dari absenteisme di industri
baja serta industri perdagangan disebabkan karena nyeri punggung bawah (Sakinah, 2013).
Low back pain termasuk salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas kerja.
Sekitar 50-80% penduduk di negara industri pernah mengalami LBP dengan peningkatan
Kejadian LBP di beberapa negara berkembang sekitar 15- 20% dari populasi total.
Sebagian besar merupakan nyeri akut maupun kronik. Hasil penelitian nasional yang
dilakukan di Indonesia oleh kelompok studi nyeri PERDOSI Mei 2002 menunjukkan
jumlah kasus nyeri punggung sebesar 18,37% dari seluruh kasus nyeri. National Safety
Council juga melaporkan bahwa sakit akibat kerja dengan frekuensi kejadian paling tinggi
Spondylosis lumbal dapat diobati oleh berbagai pemberi pelayanan kesehatan salah
3
jawab atas kesehatan individu, keluarga maupun masyarakat khususnya dalam perbaikan
gerak dan fungsi selama daur kehidupan. Fisioterapi dalam hal ini memegang peranan
Adanya nyeri yang disebabkan oleh spondylosis lumbal dapat menyebabkan, nyeri
pada punggung bawah, spasme otot, (M. Multifidus), kekakuan otot, dan penurunan
lingkup gerak sendir. Beberapa hal tersebut mengakibatkan timbulnya nyeri saat
membungkuk, berjalan lama, dan berganti posisi dari duduk ke berdiri yang berujung
membuatnya sulit melakukan aktivitas sehari hari seperti berdiri saat toileting.
atas, dengan menggunakan modalitas fisioterapi berupa, Infra Red (IR), Transcutaneus
Electrical Stimulation Nerve (TENS), Traksi manual dan william fleksion sebagai terapi
latihan.
4
BAB II
TINJAUAN KASUS
lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang
terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang
terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus
artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan
ditahan serta dihubungkan satu dengan yang lain oleh ligamentum. Foramina
5
vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik
vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari
medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra
lumbal lima hamya berisi kauda equina dan selaput – selaput otak.
lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada
atas mengarah ke arah bawah dan ke arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui
untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang
panggul.Juga berfungsi untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang
adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta menjadi tempat lekat dari otot-
otot.
vertebralis yaitu susunan tulang-tulang kecil yang dinamakan ruas tulang belakang.
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang
lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung
otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang
panggul bergantung.
6
2. Artikulasio
Permukaan atas dan bawah korpus dilapisi oleh kartilago hialin dan
anulus fibrosus di perifer dan nukleus pulposus yang lebih lunak di tengah yang
terletak lebih dekat ke bagian belakang daripada bagian depan discus. Nukleus
pulpsus kaya akan glikosaminoglikan sehingga memiliki kandungan air yang tinggi,
namun kandungan air ini berkurang dengan bertambahnya usia. Kemudian nukleus
vertebra lumbalis dan servikalis paling tebal, karena ini paling banyak bergerak.
cartilaginosa sekunder) yang dirancang untuk menahan berat tubuh dan memberikan
3. Ligamentum
Vertebra lumbal agar dapat stabil dibantu oleh ligamenligamen yang berada
di lumbal. Berikut adalah sistem ligamen yang ada pada vertebra lumbal :
a. Ligamen utama dari vertebra lumbal (lumbar spine) adalah ligamen longitudinal
7
anterior. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator pasif pada saat gerakan
stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal. Ligamen ini mengandung serabut
saraf afferent nyeri sehingga bersifat sensitif dan banyak memiliki sirkulasi
darah.
lumbal.
kontralateral
a. Erector spine
Merupakan kelompok otot yang luas dan terletak dalam facia lumbodorsal, serta
muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum, crista illiaca dan procesus spinosus
thoraco lumbal. Kelompok otot ini terbagi atas beberapa otot yaitu: M.
penggerak utama pada gerakan ekstensi lumbal dan sebagai stabilisator vertebra
lumbal saat tubuh dalam keadaan tegak.Kerja otot tersebut dibantu oleh M.
8
intraspinalis dan M. intrasversaris, M. trasversus abdominal, M. lumbal
b. Abdominal
sangat kuat dan berperan dalam mendatarkan kurva lumbal.Di samping itu M.
Merupakan kelompok otot intrinstik pada bagian lateral lumbal yang terdiri dari
Musculus Quadratus Lumborum dan Musculus Psoas, kelompok otot ini berperan
5. Persarafan vertebra
6. Biomekanik
satu pola garis lurus vertebra dengan cara menjangkarkan antara satu diskus dengan
diskus yang lainnya. Selain itu, diskus intervertebra juga berperan dalam
vertebra.Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang mengelilingi
9
substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus. Ligamen di sekitar vertebra
vertebra dengan cara membatasi gerakan yang berlebihan. Ada dua sistem utama
memiliki enam derajat kebebasan yaitu rotasi dan transkasi sepanjang sumbu
diskus intervertebra yang mengarah pada perubahan tulang vertebra dan ligament,
posterior atau karena osteofit, sedangkan dari belakang karena lipatan ligament
atau saraf spinal. Menurut Kelly Redden (2009), nyeri pinggang dibagi atas 2 yaitu
merupakan bagian dari mekanikal nyeri pinggang dgn persentase 10% (Satyanegara,
2010).
10
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90% kasus nyeri pinggang umumnya
berusia 40 tahun keatas. Spondylosis lumbal terjadi pada usia 30 – 45 tahun namun
paling banyak terjadi pada usia 45 tahun dan lebih banyak terjadi pada wanita
daripada laki-laki.
corpus dan diskus intervertebralis, yang ditandai dengan pertumbuhan osteofit pada
corpus vertebra tepatnya pada tepi inferior dan superior corpus.Osteofit pada lumbal
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri pinggang karena ukuran osteofit
yang semakin tajam. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4 – L5 dan
L5 – S1.
lumbal.
rata. Tonjolan tulang oleh permukaan osteofit tampak ditepi anterior dan posterior
11
pada korpus vertebra. Tonjolan tulang yang muncul dibagian posterior dapat
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur. Penonjolan facet dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika
keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf
tersebut.
a. Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul
d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat
Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping
penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada
durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan
12
ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis
penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis.
mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai, serta rasa kebas dan kelemahan motorik
pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan, dan
adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari.Biasanya segmen yang terlibat lebih
dari satu segmen.Pada saat aktivitas, biasa timbul nyeri karena gerakan dapat
merangsang serabut nyeri dilapisan luar annulus fibrosus dan facet joint.Duduk
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri dan gejala-gejala lain akibat
tekanan pada vertebra lumbar.Gerakan yang berulang seperti mengangkat beban dan
Gambaran klinis yang terjadi tergantung pada lokasi yang terjadi baik itu
a. Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak menjadi suatu
masalah sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya ditimbulkan dari aktivitas
tidak sesuai.
b. Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang sacrum dan sacroiliac joint. Dan
13
mungkin menjalar ke bawah (gluteus) dan aspek lateral dari satu atau kedua hip.
c. Referred pain:
1) Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai karena adanya iritasi pada akar
2) Paha (L1)
6) Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
7) Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian posterior kaki (S1)
d. Parasthesia, biasanya mengikuti daerah dermatom dan terasa terjepit dan tertusuk,
e. Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus erector spinae dan m. quadratus
lumborum. Seringkali terdapat tonus yang berbeda antara abduktor hip dan juga
adductor hip. Kadang-kadang salah satu otot hamstring lebih ketat dibanding yang
lainnya.
disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm atau nyeri.
g. Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal.
14
myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar biasanya
1. Pengukuran Nyeri
atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman
aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ
15
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen (Bahrudin, 2017).
Pada skala nyeri jenis ini, pengukuran dilakukan menggunakan gambar garis
sepanjang 10 cm. Di masing-masing ujung garis, terdapat tulisan tidak nyeri sebagai
titik awal garis dan rasa nyeri paling parah sebagai titik akhir garis.Lalu, pasien
akan diminta untuk memberi tanda di garis tersebut, untuk menggambarkan posisi
rasa nyeri. Selanjutnya pemeriksa akan mengukur jarak antara titik awal garis
hingga ke tanda yang diberikan pasien.Semakin pendek jaraknya, maka rasa nyeri
yang dirasakan dianggap semakin ringan. Sebaliknya, jika jaraknya semakin besar,
16
Interpretasi skala nyeri VAS:
Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk
menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi
terapeutik. Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun
gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan,
maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh,
yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf.
ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor yang dapat menurunkan
2010).
17
Untuk pengukuran pada regio lumbal menggunakan schober tes.Schober
Teknik Pelaksanaan :
1) Posisi pasien berdiri tegak pada sebuah garis acuan dibuat pada daerah
2). Kemudian dibuat dua tanda pada garistengah punggung (sepanjang vertebra
jika nilai perbedaan jarak kedua tanda dalamposisi tegak dan dalam posisi
18
3. Pengukuran Manual Musle Technique (MMT)
kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena penatalaksanaan,
intepretasi hasil serta validitas dan reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian
tetap saja, manual muscle testing tidak mampu untuk mengukur otot secara
Nilai
Fleksor Trunk Ekstensor Trunk
Otot
terangkat
19
kedua tangan lurus di samping ekstensi lumbal dengan kedua
aktivitas sehari-hari yang mungkin akan mengalami gangguan atau hambatan pada
pasien yang mengalami Low Back Pain (LBP). Metode pengukuran ODI terjadi dari
beberapa faktor utama, antara lain intensitas nyeri, perawatan diri, mengangkat,
berjalan, duduk, berdiri, tidur, kegiatan seksual, kehidupan sosial, serta rekreasi.
tentang cara pengisian dan pasien harus memberikan tanda cek (√) pada kotakyang
Disability Questionaire”
20
Berikan tanda √ pada salah satu pilihan jawaban yang paling menggambarkan
keadaan anda.
Intensitas nyeri
□Saya merawat diri secara hati-hati dan lamban karena terasa sangat nyeri(Nilai : 2)
□Saya tidak bisa berpakaian dan mandi sendiri, hanya tiduran di bed(Nilai : 5)
Aktifitas Mengangkat
□Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi saya
mampu mengangkat benda berat yang posisinya mudah, misalnya di atas meja.
(Nilai : 2)
21
□Nyeri membuat saya tidak mampu mengangkat benda berat dari lantai, tetapi saya
mampu mengangkat benda ringan dan sedang yang posisinya mudah, misalnya di
atas meja.(Nilai : 3)
□Saya hanya dapat mengangkat benda yang sangat ringan(Nilai : 4)Saya tidak
Berjalan
□Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1 mil karena nyeri(Nilai : 1)
□Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 1/4 mil karena nyeri (Nilai : 2)
□Saya hanya mampu berjalan tidak lebih dari 100 yard karena nyeri(Nilai : 3)
□Saya hanya mampu berjalan menggunakan alat bantu tongkat atau kruk(Nilai : 4)
Duduk
□Saya mampu duduk pada semua jenis kursi selama aku mau(Nilai : 0)
□Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1 jam karena nyeri (Nilai : 2)
□Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri
(Nilai:3)
□Saya hanya mampu duduk pada kursi tidak lebih dari 10 menit karena nyeri
(Nilai:4)
Berdiri
22
□Saya mampu berdiri selama aku mau tetapi timbul nyeri(Nilai : 1)
□Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1 jam karena nyeri(Nilai : 2)
□Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 1/2 jam karena nyeri(Nilai : 3)
□Saya hanya mampu berdiri tidak lebih dari 10 menit karena nyeri(Nilai : 4)
Tidur
Kehidupan Sosial
(Nilai:1)
23
□Kehidupan sosialku yang aku sukai misalnya olahraga tidak begitu terganggu
□Nyeri menghambat kehidupan sosialku sehingga aku jarang keluar rumah (Nilai:3)
Bepergian/Melakukan Perjalanan
□Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tanpa adanya nyeri (Nilai : 0)
□Saya bisa melakukan perjalanan ke semua tempat tetapi timbul nyeri (Nilai : 1)
□Nyeri memang mengganggu tetapi saya bisa melakukan perjalanan lebih dari 2
jam (Nilai : 2)
□Nyeri menghambatku sehingga saya hanya bisa melakukan perjalanan kurang dari
1 jam (Nilai : 3)
□Nyeri menghambatku untuk melakukan perjalanan kecuali hanya berobat (Nilai :5)
Interpretasi Hasil :
Dari 10 pertanyaan, jumlahkan seluruh nilai yang didapat, lalu dihitung dengan
rumus :
24
Moderate disability (21% -40% ) : Pasien merasakan nyeri yang lebih dan mulai
dan berdiri.
Severe disability (41% -60% ) : Nyeri terasa sepanjang waktu dan aktivitas sehari-
Crippled (61% -80% ) : Nyeri yang timbul mengganggu seluruh aktivitas sehari-
hari.
81% -100% :Pasien sudah sangat tersiksa oleh nyeri yang timbul.
Adapun treatment yang bisa digunakan dalam kondisi ini, adalah sebagai berikut:
1. MicroWave Diathermy
a. Defenisi
berfrekuensi tinggi yang digunakan untuk efek deep thermal pada tubuh.
frekuensi 2456 dan 915 MHz. MWD memiliki frekuensi yang lebih tinggi dan
panjang gelombang yang lebih rendah daripada SWD (Short Wave Diathermy)
subkutan setebal 0,5 cm atau kurang, maka MWD dapat berpenetrasi sedalam 5
b. Respon Fisiologis
25
Efek penggunaan MWD yaitu memaksimalkan deep heating sehingga
c. Teknik Terapi
Pengaplikasian alat yaitu tegak lurus pada area yang akan diterapi.
Pengaplikasian yang tegak lurus akan menyebabkan refleksi dari energi dan
pencegahan kehilangan area yang akan diabsorbsi (cosine law). MWD sangat
baik untuk diaplikasikan pada area tubuh yang memiliki kandungan lemak
tendon Achilles, dan sendi sacroiliac merupakan daerah yang baik untuk
menimbulkan efek panas pada area seperti triceps surae. Pada pengaplikasian
26
d. Indikasi dan Kontraindikasi
devices.
cukup tahanan untuk mencegah gerakan, diikuti dengan relaksasi dan gerakan
berikutnya kedalam ROM yang baru. Contract Relax merupakan salah satu metode
Method (kontraksi pada group otot yang terbatas) dan Indirect Method ( Kontraksi
Tujuan dari teknik ini adalah untuk merelaksasikan dan/atau stretching otot
terbatas akibat dari kontraktur adhesive dan terbentuknya scar tissue (jaringan
parut) yang memicu pemendekan pada otot dan kulit, adanya keterbatasan
27
gerak akibat dari deformitas yang bersifat struktural, adanya kontraktur otot dan
Kontraindikasi contract relax stretching adalah fraktur yang baru, dislokasi atau
subluksasi, terdapat gejala peradagangan atau infeksi akut pada daerah sekitar
sendi, trauma akut pada otot dan rupture tendon dan otot
Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk mengurangi
spine terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan meregangkan
Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada
permukaan matras.
bawah melawan matras dengan mengkontraksikan otot perut dan otot pantat.
28
Gerakan : pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan memfleksikan
kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu terangkat dari matras.
Gerakan : pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah dada sejauh
menyentuh dada dan bahu lepas dari matras, tahan 5 detik. Latihan diulangi
pada tungkai yang lain, ulangi latihan sebanyak 10 kali. Kedua tungkai lurus
Gerakan : pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan nomor
3, tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas dan ditarik
dengan kedua tangn kearah dada, naikkan kepala dan bahu dari matras,
ulangi 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua tungkai ke atas sejauh mungkin
Gerakan : kontraksikan otot perut dan gluteus maksimus serta tekankan dada
29
kaki depan rata dengan lantai dan berat badan disangga oleh kaki bagian
Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan tumit 10-
pada dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Bila
Latihan William Flexion Exercise ini disamping efektif untuk nyeri punggung
bawah, juga memperbaiki fleksibilitas otot-otot punggung dan sirkulasi darah yang
4. Core Stability
meningkatkan stabilisasi lumbal melalui aktivasi otot-otot serta memberi efek beban
statis pada setiap otot.Otot utama dari Core Muscle antara lain adalah otot panggul,
Tujuan dari core stability yaitu : (1) meningkatkan performa, (2) mencegah
terjadinya cedera, (3) mengurangi nyeri pinggang bawah. Menurut Kibler dkk
(2006: 190) yaitu: (1) meningkatkan kekuatan dan keseimbangan, (2) menurunkan
cedera, (3) memaksimalkan keseimbangan dan gerak dari ekstremitas atas dan
bawah. Menurut Thomposon (2008: 182), manfaat dari core stability yaitu: (1)
30
mengurangi resiko cedera, (2) program rehabilitasi cedera, (3) menstabilkan tulang
1) Kelemahan otot
2) Stabilisasi
3) Perbaikan postur
3) Spinal fraktur
4) Abdominal aneurysm
31
BAB III
A. Identitas Pasien
Anamnesis Umum
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
B. History Taking
Anamnesis Khusus
e. Posisi yang memperberat keluhan : Duduk dalam waktu yang lama, Berjalan
Sekitar 7 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri pada bagian punggung
bawah kondisi Rasa nyeri bertambah saat pasien berjalan jauh, duduk dalam
waktu yang lama dan saat mengangkat beban. Dalam kegiatan sehari-hari,
pasien sering duduk dalam waktu yang lama dan mengangkat beban berat
32
dengan posisi salah. Dari foto MRI terlihat hasil bahwa pada segmen L5-S1
- TD :110/80 mmHg
- Nadi : 68x/menit
- Suhu : 370 C
- RR : 18x/menit
C. Inspeksi/Observasi
a. Statis
b. Dinamis
Tujuan = Untuk mengetahui adanya nyeri dan keterbatasan gerak aktif. Pada
33
Hasil = Nyeri saat gerakan fleksi dan ekstensi, namun lebih nyeri saat
gerakan ekstensi
Hasil = Pasien mampu melakukan Squad & Bounching tanpa ada nyeri
34
L.Fleksi Tidak nyeri, Tidak nyeri, Full Dapat melawan tahanan
F. Pemeriksaan Spesifik
1. Palpasi
Tujuan : untuk mengetahui adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu local, tonus,
Interpretasi : ada nyeri pada saat dilakukan palpasi, membandingkan otot yang
sakit dengan otot yang sama pada sisi tubuh lain yang sehat dan menilai tonus
Hasil :
2. Pemeriksaan Neurologis
Teknik :Posisi pasien tidur terlentang dengan hip fleksi dan knee ekstensi.
Gerakkan pasif fleksi hip perlahan 00-700 sementara pelvic tetap rapat di
bed tanpa ikut terangkat. Jika terjadi nyeri pada 300-700 maka terindikasi
35
nerve entrapment.
Interpretasi : Tes positif jika nyeri radicular, rasa kebas,dan atau kesemutan
terpsovokasi. Jika nyeri timbul saat dilakukan tes maka nyeri berasal dari
hasil positif.
b) Tes Bragard
Teknik :Posisi pasien tidur terlentang menggerakkan fleksi hip secara pasif
dengan knee lurus disertai dorsi fleksi ankle dengan sudut 30 derajat.
Positif bila pasien merasakan nyeri pada posterior gluteal yang menjalar ke
tungkai.
Interpretasi : jika nyeri timbul indikasi stretch pada durameter atau spinal
36
Hasil :Dari pemeriksaan yang dilakukan pada tungkai dextra diperoleh
hasil positif.
c) Tes Neri
Teknik :Gerakan sama dengan tes Laseque hanya ditambah gerakan fleksi
kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat. Positif bila
Interpretasi : jika nyeri timbul indikasi stretch pada durameter atau spinal
hasil positif
37
Gambar 3.3 Tes Neri
Interpretasi : Tes positif jika muncul nyeri radikuler yang berarti terjadi
a) Tes Patrick
38
Teknik :Posisi pasien tidur terlentang dengan knee fleksi dan tumit
diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang fleksi
merangsang nyeri pada sendi panggul. Positif bila nyeri pada sendi
panggul.
Interpretasi : tes positif jika nyeri terprovokasi selama test, atau ROM
terbatas. Jika nyeri indikasi patologi pada hip, lumbar, atau sacroiliac. Jika
Hasil :Dari pemeriksaan yang dilakukan pada tungkai dextra positif ada
nyeri
Teknik :Tes ini kebalikan dari tes Patrick, caranya knee fleksi dengan arah
Interpretasi : Positif bila nyeri pada daerah pantat baik mengalir sepanjang
39
tungkai atau terbatas pada daerah gluteus saja.
Hasil :Dari pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil
negatif.
Joint play movement adalah gerakan sendi yang tidak dapat dilakukan
untuk menilai rentang dan respons gejala pada posisi paket terbuka sendi.
lumbalis
40
vertebra.
jaripemeriksa bergerak lateral dari ujung proses spinosus sehingga ibu jari
berada pada lamina atau proses transversal, sekitar 2hingga 3cm lateral ke
saat melakukan teknik ini, proses spinosus akan terasa bergerak ke sisi
lumbalis
vertebra.
Interpretasi : jika ada nyeri tekan dan firm end feel maka indikasi facet
41
Tujuan tes ini untuk membantu Fisioterapis mendapatkan informasi tentang
kemampuan fungsional pasien sehari hari, juga sebagai bahan acuan untuk
evaluasi pasien.
Penilaian Score
1. Intensitas nyeri 3
2. Perawatan diri 1
3. Mengangkat benda 2
4. Berjalan 1
5. Duduk 2
6. Berdiri 2
7. Tidur 0
8. Kehidupan sex 0
9. Kehidupan social 1
10. Rekreasi 1
Total score 13
6. Pemeriksaan tambahan
- Spondylosis lumbalis
42
- Penyempitan discus intervertebralis CV L5-S1
G. Pengukuran Fisioterapi
visualisasi berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, dimana ujung
Nyeri diam 2
Nyeri tekan 6
Nyeri gerak 8
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
diberikan, menetukan jenis jenis alat bantu yang diperlukan oleh pasien, untuk
43
menetukan prognosis.
a. M.fleksor trunk = 4
b. M.ekstensor trunk = 4
gerakan fungsi gerak pada persendian pasien. ROM yang terbatas memberikan
informasi adanya gangguan pada sendi yang terbatas tersebut sehingga perlu
Fleksi C7 – S 1 43 cm 49 cm 6 cm
Ekstensi C7 – S 1 43 cm 39 cm 5 cm
Dextra – lantai
Sinistra – lantai
Hasil : keterbatasan ROM pada gerakan fleksi dan Ekstensi
Pemeriksaan/Pengukuran
No. Komponen ICF
Yang Membuktikan
1. Impairment
lumbal VAS
2. Activity Limitation
lama. ODI
45
c. Nyeri saat berjalan jauh
3. Participation Restriction
Tangga ODI
BAB IV
46
a) Meningkatkan aktivitas fungsional pasien dalam melakukan
47
No Problematik Fisioterapi Tujuan Intervensi Jenis Intervensi
1. Impairment :
mengurangi
nyeri menjalar
pada lumbal
2. Activitiy Limitation :
3. Participation Restriction
aktivitas pekerjaan 48
tanpa keluhan.
C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi
a. Persiapan alat :
b. Persiapan Pasien :
c. Teknik Pelaksanaan :
1) Letakkan alat infra red tegak lurus pada area yang akan disinari.
2) Pilih posisi pasien se-rileks mungkin baik posisi tidur atau duduk.
49
3) Minta kepada pasien membebaskan pakaian pada daerah yang akan di
terapi.
keselamatan pasien.
a. Persiapan alat
Dalam hal ini adalah matras atau alas dengan bahan yang tidak terlalu
b. Persiapan pasien
Pasien diperiksa vital sign, perlu ditanyakan pada pasien apakah ada
c. Teknik Pelaksanaan
1) Direct Method
Gerakan segmen tubuh pada akhir ROM yang ada dapat dilakukan
secara aktif atau pasif, tanpa melepaskan posisi tersebut, mita pasien
50
beberapa detik, ulangi rangkaian ini sampai tidak tercapai ROM yang
2) Indirect method
Minta pasien untuk kontraksi isotonic yang halus dan terkordinasi pada
group otot yang berlawanan dengan group otot yang terbatas dalam
ROM baru.
d. Dosis :
3. William flexion
a. Pelvic tilting
Teknik : Pasien dalam posisi t erlentang, dengan kedua lutut ditekuk dan
kedua kaki rata pada permukaan matras.setelah itu Pasien diminta menekan
dan otot pantat. Setiap kontraksi ditahan 5 detik kemudian lemas, ulangi 10
51
b. Single knee to chest
Pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah dada sejauh mungkin,
dada. Pada waktu bersamaan angkat kepala hingga dagu menyentuh dada
dan bahu lepas dari matras, tahan 5 detik. Latihan diulangi pada tungkai
yang lain, ulangi latihan sebanyak 10 kali. Kedua tungkai lurus naik harus
hamstring.
Pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan nomor 3, tetapi
kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas dan ditarik dengan
52
kedua tangan kearah dada, naikkan kepala dan bahu dari matras, ulangi 10
kali. Pada waktu menaikkan kedua tungkai ke atas sejauh mungkin ia rapat,
hamstring.
d. Partial sit up
Teknik : Posisi pasien Terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua kaki rata
perut dan memfleksikan kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu
53
Teknik : Pasien duduk di kursi yang disandarkan pada dinding, dengan
f. Hamstring stretch
Teknik : Pasien Duduk dengan kaki lurus Setelah itu pasien diminta
sebisa mungkin.
g. Squat
54
lahan jongkok, dengan kedua lengan masih lurus kedepan. Dengan
gangguan persendian atau tonus otot. penguatan otot quadriceps, otot perut,
ekstensor trunk.
4. Core stability
Teknik : pasien dalam posisi prone lying lalu lengan bawah dan kaki menyentuh
55
Teknik : Pasien diminta untuk memposisikan side-lying. Lalu minta untuk
Teknik : Pasen dalam posisi merangkak, kepala lurus dengan lutut fleksi 90
derajat. Kemudian pasien diminta untuk mengangkat salah satu kaki lurus
sejajar, dan tumit berada di dekat pantat, letakkan kedua lengan di samping.
glutes dan hamstrings sampai trunk sejajar dengan paha. Kemudian tahan
56
selama 3-5 detik.
1. Edukasi :
c) Pasien tidak boleh mengangkat beban yang berat dalam posisi yang salah
waktu
2. Home Program
duduk lalu membungkuk ke depan ke arah lutut, membawa satu atau dua
57
b) Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan core stability exercise.
E. Evaluasi Fisioterapi
Evaluasi
Intervensi
No Problematik Awal Terapi Akhir Terapi
Fisioterapi
30 Maret 2021 20 April 2021
Aktifitas
Fungsional
Skala ODI : Skala ODI :
(duduk,berjala Wiiliam Flexion
3. Score 13 Score 11
n dan Core Stability
Nilai : 26% Nilai : 22%
mengangkat
beban)
MMT MMT
Core Stability,
4. Kekuatan Otot Fleksor:4 Fleksor:5
William Flexion
Ekstensor: 4 Ektensor:5
58
BAB V
PEMBAHASAN
lumbal dan panduan kasus berdasarkan evidence based practice dapat dijadikan
spondylosis lumbal,yaitu :
2) ROM terbatas daerah lumbal, seperti fleksi, ekstensi, dan lateral fleksi.
59
4) Terbatas melakukan aktivitas seperti mengambil sesuatu di lantai akibat
kelemahan otot.
pasien berusia 69 tahun, dan ditemukan nyeri dan keterbatasan gerak fleksi-
ekstensi lumbal, sehingga pasien tidak mampu menunduk secara penuh, dan
nyeri saat berganti posisi dari duduk ke berdiri. Hasil penelitian ini, sejalan
2. Inspeksi
nyeri saat ingin berdiri dan membungkuk. Hasil penelitian ini berdasarkan
Pemeriksaan fungsi dasar terdiri atas tes gerak aktif, tes gerak pasif, dan tes
ditemukan hasil pemeriksaan fungsi dasar berupa lingkup gerak sendi yaitu
fleksi lebih terbatas daripada ekstensi, dan ditemukan problem nyeri otot saat tes
gerak aktif ditemukan adanya keterbatasan fleksi lumbal dan sedikit ekstensi
gerak fleksi dan sedikit keterbatasan ekstensi lumbal. Dan pada hasil tes
isometric melawan tahanan, ditemukan adanya nyeri pada otot multifidus dan
gluteus. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara hasil pemeriksaan dan
60
4. Pemeriksaan Spesifik
Hal tersebut yang mendasari tes spesifik seperti lasegues test dan braggard tes
tersebut.
5. Pengukuran
otot, dan fungsional berjalan pada kondisi spondylosis lumbal. Hal ini sesuai
yaitu problem nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi, problem kelemahan
otot, serta nyeri saat membungkuk dan nyeri saat berdiri dari posisi duduk.
Begitu pula penelitian ini menggunakan alat ukur VAS (Visual Analoge
Scale) untuk mengukur nyeri, alat ukur goniometer untuk mengukur ROM,
Manual Muscle Testing (MMT), dan Oswestry Disability Index (ODI) untuk
diagnosis fisioterapi yaitu “Low Bac Pain akibat Spondylosis Lumbal”. Adapun
61
kelemahan otot, dan gangguan fungsional.
functional disability in patients with chronic low back pain; Amila kapetnovic,
sabina jerkovic, dijana Avdic” Menyatakan bahwa core stability dapat memperbaiki
gangguan fungsional sehari-hari pada pasien low back pain, dimana core stability
kerja antar otot core sehingga secara tidak langsung dapat memperbaiki aktivitas
fungsional(kapetnovic, 2016) .
menurunkan intensitas nyeri pada penderita low back pain (Yundari, 2018).
yang spasme akan terjadi pelemasan (rileksasi) oleh peregangan yang intermitten
terhadap otot antagonis pelemasan ini terjadi karena adanya peregangan yang akan
merangsang golgi tendon sehingga terjadi reflek rileksasi otot yang bersangkutan
peningkatan tonus otot. selanjutnya akan terjadi penekanan diskus ke sisi posterior
sehingga akan didapat gaya tangesial yang mendorong nucleus ke ventral. akibat
62
adanya gerak dinamis ekstensi yang dilakukan berulang sehinnga dapat
nucleus pulposus yang dapat mobilisasi atau mreposisi nucleus ke posisi anterior
dan dapat mengurangi iritasi terhadap jaringan sekitarnya. Traksi manipulasi juga
dapat memperbaiki posture tubuh yang jelek akibat adanya tightness dan kontraktur
dari otot yang spasme. Bila spasme otot menurun aktivitas fungsional seperti duduk,
63
DAFTAR PUSTAKA
Daniel dan Worhingham. 2007. Muscle Testing: Techniques of Manual Examination, Eight
Saunders, H. Duane. 1979. Lumbar Traction. Journal of Orthopedic & Sports Physical
Faqih, A. I. (2018) ‘Effect of muscle energy technique on pain, range of motion and
function in patients with post surgical elbow stiffness : A Randomized controlled trial’,
Fevharianti, N. A. (2016) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain et Causa
Muhammadiyah Surakarta.
Muttaqin, A. (2012) Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal: Aplikasi pada Praktik Klinik
64
Sakinah (2013) Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada
Nuha Medika.
65