Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO


RUANG PELAYANAN FISIOTERAPI RAWAT JALAN IRM KAMAR 3

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN AKTIVITAS


FUNGSIONAL AKIBAT LOW BACK PAIN (LBP) ET CAUSA HERNIA
NUCLEUS PULPOSUS (HNP)

DI SUSUN OLEH :

ERNOV FACHRI WIYOGA

ALMA RAMADHANTY ERFA PUTRI

DEWI NURPRATIWI

ALFRIDHA IDHAM PARDAP

NURUL QHASANAH

RUSNA MAHARANI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus praktek preklinik di Poliklinik Fisioterapi / Ruang Rawat Jalan Kamar 3 mulai tanggal 18
sampai dengan 22 Maret 2019 dengan judul kasus “Penatalaksanaan Fisioterapi pada gangguan
aktivitas fungsional akibat low back pain (LBP) et causa hernia nucleus pulposus (HNP)” telah
disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator).

Makassar,

Clinical Educator,
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi/Biomekanik

B. Patologi
1. Definisi
2. Etiologi
3. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi
4. Gambaran Klinis
C. Intervensi Fisioterapi

BAB III PROSES FISIOTERAPI


A. Identitas Umum Pasien
B. Anamnesis Khusus (History Taking)
C. Inspeksi/Observasi
D. Pemeriksaan fungsi dasar
E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi
F. Algorhitma Asesmen Fisioterapi
G. Diagnosa Fisioterapi
H. Problematik Fisioterapi dan Bagan ICF
I. Tujuan Intervensi Fisioterapi
J. Program Intervensi Fisioterapi
K. Evaluasi Fisioterapi

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung
bawah (LBP) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis
paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya LBP oleh
karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu ± 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. Sekitar 80% penduduk seumur hidup pernah sekali
merasakan nyeri punggung bawah. Pada setiap saat lebih dari 10% penduduk menderita nyeri
pinggang. Insidensi nyeri pinggang di beberapa negara berkembang lebih kurang 15-20% dari
total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk
tipe benigna. Penelitian kelompok studi nyeri PERDOSSI Mei 2002 menunjukkan jumlah
penderita nyeri pinggang sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri.
Studi populasi di daerah pantai utara Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria
dan 13,6% pada wanita. Di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang insidensinya sekitar
5,4-5,8%, frekuensi terbanyak pada usia 45-65 tahun. Biasanya nyeri pinggang membutuhkan
waktu 6-7 minggu untuk penyembuhan baik terhadap jaringan lunak maupun sendi, namun 10%
diantaranya tidak mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut. Hal ini pastilah sangat
mengganggu, nukan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit, tapi juga menghambat
produktifitas di kehidupan sehari-hari.
Nyeri punggung bawah merupakan gejala, bukan suatu diagnosis. Nyeri punggung
merupakan kelainan dengan berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta
rehabilitasi medik. Banyak sekali penyebab nyeri pinggang pada manusia, bisa karena infeksi
pada otot atau tulang belakang, trauma atau benturan yang hebat pada pinggang, kelainan pada
tulang belakang, dll. Salah satu yang cukup sering menyebabkan nyeri pinggang adalah yang
dinamakan Herniated Nucleus Pulposus (HNP).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


a) Anatomi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbal atau tulang pinggang merupakan bagian dari kolumna vertebralis
yang terdiri dari lima ruas tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar dibandingkan
dengan ruas tulang leher maupun tulang punggung. Dibagian atas tulang lumbal terdapat
tulang punggung, yang pesendiannya disebut thoraco lumbal joint atau articulatio thoraco
lumbalis. Dibagian bawah tulang lumbal terdapat tulang sacrum dan persendiannya
disebut lumbo sacral joint atau articulatio lumbo sacralis ( Pearce C. Evelyn, 2000:58).
Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang terletak
pada pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra lumbalis mempunyai
bentuk melengkung ke arah depan atau disebut juga lordosis.
Dilihat dari lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam vertebra sekunder,
karena lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu pada saat seorang
anak belajar berjalan pada usia satu sampai satu setengah tahun (Ballinger W. Philip,
1995).
Vertebra lumbalis terdiri atas lima ruas tulang yang tersusun memanjang ke arah
bawah. Ruas-ruas vertebra lumbalis tersebut lebih besar dari ruas vertebrae torakalis dan
dapat dibedakan oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian dengan iga. Diantara
rua-ruas vertebra lumbalis tersebut terdapat penengah ruas tulang yang terdiri atau
tersusun dari tulang muda yang tebal dan erat, berbentuk seperti cincin yang
memungkinkan terjadinya pergerakan antara ruas-ruas tulang yang letaknya sangat
berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis berbatasan dengan vertebra torakalis 12
dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan vertebra sakralis. Oleh karena tugasnya
menyangga bagian atas tubuh, maka bentuk dari vertebra lumbalis ini besar-besar dan
kuat.
Vertebra lumbalis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Korpusnya besar, tebal dan berbentuk oval
2. Mempunyai pedikel yang pendek dan tebal
3. Foramen Intervertebralisnya kecil dan bentuknya menyerupai segitiga.
4. Processus spinosusnya tebal dan luas serta arahnya agak horizontal.
5. Processus transversusnya panjang dan tipis
Bagian-bagian dari vertebra lumbal :
1. Korpus
Vertebra lumbal mempunyai korpus yang tebal, besar dan berbentuk lonjong
(oval) dengan garis poros yang terletak transversal. Ukurannya lebih besar dari
korpus pada servikal atau daerah torakal dan pada bagian anterior sedikit lebih
tinggi dibanding dengan bagian posterior. Korpus vertebra lumbalis mempunyai
bentuk silinder, sehingga dapat berfungsi sebagai penyangga dan pelindung dari
bagian foramen intervertebralis.
2. Arkus
Arkus terletak pada bagian posterior dan dibentuk oleh dua pedikel dan dua
lamina. Pada bagian ini pedikelnya pendek tetapi lebih tebal dan laminanya lebih
besar yang mengarah ke belakang dan ke tengah. Antara korpus vertebra dengan
arkus vertebra lumbalis berfungsi untuk menyokong prosessus spinosus yang
arahnya ke belakang, prosessus transversus yang arahnya ke samping dan
prosessus artikularis superior dan inferior.
3. Pedikel
Pedikel mempunyai dua buah tulang yang pendek dan kuat. Timbul dari bagian
atas korpus, sehingga cekungan insisura vertebralis inferior yang terletak pada
bagian bawah lebih dalam dari cekungan insisura vertebralis superior yang
letaknya pada bagian atas dan keduanya akan membentuk foramen
intervertebralis yang merupakan bagian dari tempat keluarnya sumsum saraf.
4. Lamina Arkus Vertebra
Lamina arkus vertebra merupakan susunan dari dua buah tulang yang bentuknya
berasal dari ujung pedikel.
5. Prosessus Spinosus
Vertebra lumbalis mempunyai bentuk prosessus spinosus yang lebar dan besar,
tumpul serta mendatar ke arah belakang dan berbentuk persegi atau seperti
kapak kecil dan lebih kecil pada bagian vertebra lumbalis ke lima.
6. Prosessus Transversus
Prosessus transversus tipis dan mengarah ke belakang dan ke samping. Prosessus
transversus lumbal ketiga adalah yang terpanjang, sedangkan prosessus
transversus vertebra kelima lebih pendek dan lebih tipis dari ruas yang lainnya.
Pada bagian belakang dari batas bawah pada setiap prosessus transversus dan
dekat korpusnya terdapat tonjolan tulang yang disebut prosessus asesoris.
7. Prosessus Artikularis
Prosessus artikularis terletak pada bagian sisi dari persambungan antara pedikel
dengan lamina. Permukaan atasnya cekung dan mengarah ke depan dan ke
tengah. Fasies artikularis inferior bentuknya cembung dan mengarah ke depan
serta ke sisi samping. Ketika vertebra saling bersambungan, maka fasies
artikularis inferior berada di atas fasies artikularis superior dari bagian bawah
vertebra. Prosessus artikularis ini berperan dalam pembentukan diskus artikularis
yang membagi prosessus artikularis menjadi prosessus artikularis inferior dan
superior. Pada bagian dari prosessus artikularis superior terdapat tonjolan tulang
pada permukaan belakangnya yang disebut prosessus mammilaris.
b) Fisiologi Vertebra Lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis, sehingga fungsi
dari vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna vertebralis secara keseluruhan.
Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk yang besar dan
kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :
1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang (ekstensi),
miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila sedang
menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
3. Melindungi otak dan sumsun tulang belakang dari goncangan.
4. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya nukleus
pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus fibrosus mengalami
kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan dapat meyebabkan
penekanan pada akar saraf disekitarnya yang menimbulkan rasa sakit dan ada
kalanya kehilangan kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang terkena.
B. Patologi
a) Definisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan
tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada
level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari
pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang
sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi
pada banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).

b) Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya
usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya
nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus
menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau
pecah (Moore dan Agur, 2013).
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh
karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis
sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat
selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi
diskus kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf
spinal saat muncul dari kolumna spinal (Helmi, 2012).
c) Proses Patologi Gerak dan Gangguan Fungsi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena
adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu
dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya
traumatic ketika hendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat
dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang
belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.
Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto
rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial
pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian
disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan
dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus
intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.
d) Gambaran Klinis
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan lateral.
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine.
Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak
kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiller negative. Pada
HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian
lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m.
gastrocnemius (plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi
ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralis dan
bagian lateral pedis.
C. Intervensi Fisioterapi
Adapun modalitas fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan kasus di atas
adalah :
1. Infra Red
Tujuan :
a. Relief of pain (mengurangi rasa sakit)
b. Muscle relaxation (relaksasi otot)
c. Meningkatkan supply darah
2. Interferensi
Tujuan :
a. Memelihara fisiologi otot dan mencegah atrofi otot
b. Re-edukasi fungsi otot
c. Modulasi nyeri tingkat sensorik
d. Menambah ROM
e. Memperlancar peredaran darah
3. Mc. Kenzie Exercise
Teknik :
Latihan 1 : posisi pasien tengkurap. Kepala menghadap salah satu sisi. Pasien diminta
untuk tarik nafas dan rileks selama 4-5 menit
Latihan 2 : posisi pasien tengkurap, lipat siku, badan tertumpu pada siku, pandangan
lurus ke depan lalu pertahankan posisi selama 2-5 menit
Latihan 3 : posisi tengkurap. Posisi tangan seperti push-up. Lalu gerakan tekan
matras, pinggang dan badan terangkat ke atas. Usahakan pelvic dan kedua lutut tetap
menempel pada lantai, pertahankan selama 5 detik dengan 10 kali repitisi
Latihan 4 : posisi tengkurap, lipat kedua siku, badan tertumpu pada kedua siku
tersebut. Pandangan lurus ke depan dengan kedua tungkai lurus, angkat kepala sekitar
45º. Pasien diminta menggerakkan satu tungkai, secara bergantian
Latihan 5 : posisi berdiri tegak, kaki agak terbuka, kedua tangan pada pinggang, jari
terbuka ke belakang, lalu bungkukkan badan ke belakang sesuai kemampuan pasien.
Pertahankan posisi selama 5 detik.
Tujuan :
- Penguatan dan peregangan otot ekstensor dan fleksor sendi lumbosakralis
- Menekankan peran aktif pasien
- Dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh spasme otot
4. Massage Frixion
Adalah gerakan mengerus yang arahnya naik dan turun secara bebas. Frixion
menggunakan ujung jari / ibu jari dengan mengeruskan melingkar seperti spiral pada
bagian otot tertentu. Tujuannya adalah membantu menghancurkan myeloglosis, yaitu
timbunan sisa-sisa pembakaran energy (asam laktat) yang terdapat pada otot yang
menyebabkan pengerasan pada otot yang memicu munculnya trigger point yang
berakibat nyeri.
5. Massage Effleurage
Tujuan : untuk mengurangi spasme otot
Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot yang mengalami
spasme ke arah jantung secara lembut.
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas umum pasien


- Nama : Ny. H
- Umur :
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Agama : Islam
- Alamat : Makassar

B. Anamnesis khusus ( History Taking )


- Keluhan utama : Nyeri pada bagian pinggang bawah dan kedua
tungkai
- Lokasi keluhan : Pinggang dan kedua tungkai
- Sifat keluhan : Nyeri radikular
- Riwayat perjalanan penyakit : Nyeri pinggang di alami sejak 3 tahun lalu,
memberat 4 bulan terakhir. Nyeri di rasakan memberat bila duduk/berdiri lama dan
membaik bila berbaring. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri menjalar ke
kedua tungkai.
- Pemeriksaan vital sign :
Tekanan darah : 138/69 mmHg
Denyut nadi : 74X/ menit
Suhu : 36,2c
Pernafasan : 20X/ menit

C. Inspeksi/observasi
1. Statis : mimic wajah pasien meringis
2. Dinamis :
- Pasien merasakan nyeri menjalar saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- Pasien mampu merubah posisi dari tidur terlentang ke posisi tidur miring
- Pasien datang dengan cara berjalan berlahan

D. Pemeriksaan fungsi dasar lumbal


1. Pemeriksaan gerak aktif
a. Fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
b. Ekstensi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
c. Lateral fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
d. Rotasi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
e. Fleksi hip
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
f. Ekstensi hip
- Nyeri : Tidak ada
- Rom : Normal

2. Pemeriksaan gerak pasif


a. Fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
- Endfeel : Hard endfeel
b. Ekstensi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
- Endfeel : hard endfeel
c. Lateral fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
- Endfeel : soft endfeel
d. Rotasi lumbal
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
- Endfeel : Soft endfeel
e. Fleksi hip
- Nyeri : Positive
- Rom : Terbatas
- Endfeel : Firm endfeel
f. Ekstensi hip
- Nyeri : Tidak ada
- Rom : Normal
- Endfeel : Firm endfeel

3. TIMT
a. Fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
b. Ekstensi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
c. Lateral fleksi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Normal
d. Rotasi lumbal
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Normal
e. Fleksi hip
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah
f. Ekstensi hip
- Nyeri : Positive
- Kekuatan otot : Lemah

E. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


1. Pengukuran Nyeri (VAS). Fisioterapis menanyakan intensitas nyeri yang dirasakan
oleh pasien.

Keterangan :
0-1 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
3-7 : nyeri sedang
7-9 : nyeri berat
9-10 : nyeri sangat berat
Hasil : 2 (nyeri ringan)
2. Tes SLR (Straight Leg Raising) : Fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri pasien 30°-
70°. Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien.
Hasil : nyeri menjalar sampai ke paha
3. Tes Bragard : Prosedur sama dengan tes SLR bedanya pada bragard tes, fisioterapi
menambahkan fleksi cervical pasien secara pasif disertai dorso fleksi ankle pasien.
Hasil : pasien merasakan nyeri
4. Tes Patrick : Tungkai pasien yang dites dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara
tumit diletakkan pada lutut sebelah. Kemudian lutut pada tungkai yang dites ditekan ke
bawah.
Hasil : pasien merasakan nyeri
5. Tes Anti Patrick : Posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul, kemudian
lutut didorong ke arah medial.
Hasil : pasien tidak merasakan nyeri
6. Tes Sensorik
Tes suhu panas / dingin : Fisioterapis menyentuhkan suhu panas dan dingin secara
bergantian di area dermatom pasien.
Hasil : pasien bisa membedakan suhu panas dan dingin
Tes tajam / tumpul : Fisioterapis menyentuhkan benda tajam dan tumpul secara
bergantian di area dermatom pasien.
Hasil : pasien bias membedakan benda tajam dan tumpul
7. MMT
No Nilai Keterangan
1. Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi
visual (tidak ada kontraksi)
2. Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau
palpasi, ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
3. Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya
gravitasi. Posisi ini sering digambarkan sebagai
bidang horizontal gerakan tidak full ROM
4. Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
5. Nilai 4 Resistance Minimal
6. Nilai 5 Resistance Maksimal

Hasil :
Gerakan Kanan Kiri
Fleksi lumbal 5 5
Ekstensi lumbal 5 5
Lateral fleksi lumbal 5 5
Rotasi lumbal 5 5
Fleksi hip 5 5
Ekstensi hip 5 5

8. Tes Palpasi : Fisioterapis meraba dan menekan otot pasien


Hasil :
- spasme otot erector spine
- nyeri tekan m. gluteus
- nyeri tekan m. piriformis
- nyeri tekan otot paravertebral lumbal
9. Tes ADL (Activity of Daily Living)
No. Jenis aktivitas Kriteria Score
1. Makan (feeding) 0 = tidak mampu 2
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
2. Mandi (bathing) 0 = tergantung orang 1
lain
1 = mandiri

3. Perawatan diri (grooming) 0 = butuh bantuan 1


1 = mandiri
4. Berpakaian (dressing) 0 = tergantung orang 2
lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5. Buang air kecil (bowel) 0 = inkontinensia 2
1 = kadang
inkontinensia
2 = kontinensia
6. Buang air besar (bladder) 0 = inkontinensia 2
1 = kadang
inkontinensia
2 = kontinensia
7. Penggunaan toilet 0 = bergantung orang 2
lain
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
8. Transfer 0 = tidak mampu 3
1 = butuh bantuan
2 = bantuan kecil
3 = mandiri
9. Mobilitas 0 = tidak mampu 3
1 = menggunakan
kursi roda
2 = berjalan dengan
bantuan 1 orang
3 = mandiri
10. Naik turun tangga 0 = tidak mampu 1
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Jumlah 19

Parameter index barthel


- 0-4 : ketergantungan total
- 5-8 : ketergantungan berat
- 9-11 : ketergantungan sedang
- 12-19 : ketergantungan ringan
- 20 : mandiri
Hasil : 19 (ketergantungan ringan)
10. Pemeriksaan Penunjang
- MRI (Magnetic Resonance Imaging)
B. Algoritma Assesment Fisioterapi
Algorhitma Assessmen Pada Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain (LBP)
et Causa Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

History Taking
Nyeri pinggang di alami sejak 3 tahun lalu, memberat 4 bulan terakhir.
Nyeri di rasakan memberat bila duduk/berdiri lama dan membaik bila
berbaring. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri menjalar kedua
tungkai.

Inspeksi
Statis : mimic wajah pasien meringis
Dinamis : - pasien merasakan nyeri menjalar saat melakukan gerakan fleksi lumbal
- pasien mampu merubah posisi dari tidur terlentang ke posisi tidur miring
- pasien datang dengan cara berjalan berlahan

Pemeriksaan fisik

Pengukuran Tes SLR Tes Patrick Tes Anti Tes


nyeri (VAS) (Straight Hasil : Patrick Sensorik
Hasil : 2 Leg Raising) pasien Hasil : tidak Hasil :
(nyeri ringan) Hasil : nyeri merasakan
nyeri normal
nyeri

Tes MMT Tes Palpasi Tes ADL


Bragard Hasil : Hasil : spasme otot erector Hasil :
Hasil : normal spine, nyeri tekan piriformis, ketergantun
positif nyeri tekan gluteus, dan gan ringan
ototparavertebral lumbal

Pemeriksaan penunjang:
MRI

Diagnosa ICF :
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat
Low Back Pain (LBP) et Causa Hernia
Nukleus Pulposus (HNP).
C. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain (LBP) et Causa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP).

D. Problematik Fisioterapi

Kondisi/Penyakit :
Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low Back Pain (LBP) et
Causa Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Impairment Acivity Limitation Participation Restriction


(Body structure and  Sulit melakukan  Sedikit terganggu dalam
function) aktivitas yang kegiatan sehari-hari baik di
melibatkan gerakan
 Nyeri pinggang lingkungan keluarga ataupun
membungkuk (fleksi
bawah menjalar ke lumbal) masyarakat.
kedua tungkai  Kesulitan berjalan
 Spasme otot jauh / lama
erector spine
 Keterbatasan
ROM
 Gangguan ADL

E. Tujuan Intervensi Fisioterapi


a. Jangka pendek
- Menghilangkan / meminimalisir rasa nyeri
- Menghilangkan spasme otot erector spine
- Meningkatkan ROM lumbal
b. Jangka panjang
- Meningkatkan aktivitas fungsional dan ADL pasien agar kedepannya bisa hidup
secara mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain.
F. Program Intervensi Fisioterapi

Nama Pasien : Ny. H


Umur :
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Fisioterapi : Algorhitma Assessmen Pada Gangguan Aktivitas Fungsional Akibat Low
Back Pain (LBP) et Causa Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Jenis Intervensi Tujuan Intervensi Alasan Klinis


Infra red Mengurangi nyeri, mengurangi Agar nyeri yang dirasakan
spasme otot dan kekakuan sendi, pasien bisa berkurang serta
meningkatkan aliran darah dan dapat menghilangkan spasme
merileksasikan sistem saraf otot piriformis pada pasien

Interferensi Memelihara fisiologi otot dan Agar tidak terjadi atrofi pada
mencegah atrofi otot, re-edukasi otot
fungsi otot, modulasi nyeri tingkat
sensorik, dan memperlancar
peredaran darah

Mc. Kenzie Exercise Penguatan dan peregangan otot Untuk menguatkan otot
ekstensor dan fleksor sendi fleksor dan ekstensor serta
lumbosakralis, menekankan peran mengurangi nyeri.
aktif pasien, dapat mengurangi nyeri
yang disebabkan oleh spasme otot.

Massage Frixion membantu menghancurkan Untuk mengurangi nyeri pada


myeloglosis, yaitu timbunan sisa- pasien
sisa pembakaran energy (asam
laktat) yang terdapat pada otot yang
menyebabkan pengerasan pada otot
yang memicu munculnya trigger
point yang berakibat nyeri.
Massage Effleurage untuk mengurangi spasme otot Agar spasme pada otot pasien
dapat berkurang

G. Evaluasi Fisioterapi
Setelah melakukan intervensi fisioterapi, nyeri yang dirasakan pasien berkurang, spasme
otot sedikit mulai menurun, serta pasien sudah mampu berjalan tanpa ada gangguan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture annulus fibrosus dengan
tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada
level ini melibatkan root nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat
dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering
dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada
banyak grup otot. Adapun program intervensi yang diberikan yaitu infra red, interferensi,
mc. kenzie serta massage.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.
2. Ballinger P. W. 1999, Merill’sAtlas of Radiographic Position and Radiologic
Procedures, Volume One, The CV. Mosby, Co. London.
3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi
ke−5. Jakarta: Erlangga.
4. Helmi Zairin, N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
5. https://id.scribd.com/doc/79742234/Pemeriksaan diakses pada 19 Maret 2019
6. http://ferryfawziannor.blogspot.com/2011/07/hernia-nukleus-pulposus-hnp.html?m=1
diakses pada 19 Maret 2019
7. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://med.unhas.ac.id/kedo
kteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-Nucleus-
Pulposus.pdf&ved=2ahUKEwjBucX034jhAhUN73MBHV_QBDMQFjAAegQIBhAB&
usg=AOvVaw1r3A5qx5Sf6l3iGiTg0542 diakses pada 19 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai