Oleh :
Sukoco Adi Negoro (6120018001)
Maya Ayu Elfrida (6120018049)
Laila Al Istighfara (6120018004)
Rizky Amalia (6120018037)
Pembimbing
dr. Reni H. Masduki, Sp. KFR-K
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Penyebab yang mendasari keluhan nyeri punggung bawah bermacam-macam,
salah satu diantaranya adalah hernia nukleus pulposus (HNP). Hernia nukleus
pulposus mempunyai karakteristik berupa protusi dari annulus fibrosus beserta
nukleus pulposus yang ada didalamnya ke dalam kanalis vertebralis. Hernia nukleus
pulposus dapat terjadi di semua diskus intervertebra, namun yang paling
sering terjadi di segmen lombosakral pada diskus intervertebra L4-5 dan L5-Sl sekitar
l0% sisanya terjadi di diskus intervertebra segmen L3-4. Penyebab lain yang
menyebabkan low back pain yaitu oleh mekanik kronik paling sering disebabkan oleh
sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang membungkuk kedepan, kepala
menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian
mendorong titik berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar
keseimbangan tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek,
pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai
sepatu dengan tumit tinggi2,4.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung
bagian bawah dan sekitarnya. Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah
merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik.
Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain
maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan
tulang lumbosakral pada khususnya1.
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh
korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh
diskusintervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal
posterior dan ligament longitudinal anterior. Ligamen longitudinal
posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru
karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup
seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen ini
menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal
separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah,
yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus intervertebra,daerah tak
terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa
tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.
5
Gambar 1. Segmen Anterior Kolumna Vertebrata8
6
Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis9
2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan
low back pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai
penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut.
Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas
dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga
terbentuk rongga antar vertebra. Ronggaini berisi nukleus pulposus suatu
bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang
usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan perubahan, baik menyangkut
nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat
fibroelastik terputus, sebagian rusak, dan sebagian diganti jaringan ikat.
Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam annulus terbentuk
rongga-rongga1.
7
Gambar 3 Diskus Intervertebra9
C. EPIDEMIOLOGI
Low back pain atau nyeri punggung bagian bawah di Indonesia merupakan
masalah kesehatan yang nyata. Kira-kira 80% penduduk seumur hidupnya pernah
sekali merasakan nyeri punggung bagian bawah. Pada setiap saat lebih dari
l0% penduduk menderita nyeri punggung bagian bawah. Insidensi nyeri
punggung bagian bawah di beberapa negara berkembang lebih kurang l5-
20% dari total populasi, yang sebagian besar merupakan nyeri punggung bagian
bawah akut maupun kronik termasuk tipe benigna. Penelitian kelompok studi
nyeri. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) pada
bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah pasien nyeri punggung bagian bawah
sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri. Studi populasi di daerah pantai utara
Jawa Indonesia ditemukan insidensi 8,2% pada pria dan l3,6% pada wanita.
Dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia yang
dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjuk
kan jumlah pasien nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), dimana
1598 orang (35,86%) merupakan pasien nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah pasien nyeri punggung bawah. Keluhan low back pain Ini ternyata
menempati urutan kedua tersering setelah nyeri kepala. Dari data mengenai pasien
yang berobat ke poliklinik neurologi menunjukkan bahwa jumlah pasien diatas
8
usia 40 tahun yang datang dengan keluhan low back pain ternyata jumlahnya
cukup banyak10.
D. ETIOLOGI
9
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam
jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat
memerlukan pertolongan medisagar tidak mengakibatkan gangguan
yang lebih lanjut2.
iii. Keganasan
iv. Kongenital
b. LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra. Bentuk
yang sering dijumpai ialah:
i. Spondilosis
Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebra 1.
Keadaan ini menimbulkan nyeri yang berasal dari duamacam
sumber:
a) Osteoarthritis
b) Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya
melewati foramen intervertebra yang menyempit. Sebenarnya
nyeri tidak bersumber pada tekanan radiks secara langsung,
melainkan dari tekanan sarung duramater yang mengakibatkan
iskemik dan inflamasi.
ii. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Hernia nukleus pulposus (HNP) yaitu keluarnyanukleus
pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan annulus
fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla spinalis
atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga
menimbulkan gangguan2.
Nukleus pulposus adalah gel viskus yang terdiri dari proteoglik
an yang mengandung kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus memi
liki fungsi menahan beban sekaligus sebagai bantalan. Dengan berta
mbahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
10
berkurang sehingga diskus intervertebra mengerut, terjadi
penurunan vaskularisasi sehingga diskusintervertebra menjadi
kurang elastis. Pada diskus intervertebra yang sehat, nukleus
pulposus akan mendistribusikan beban secara merata ke segala
arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan
mendistribusikan beban secara asimetris, akibatnya dapat terjadi
cedera atau robekan pada anulus fibrosus2.
11
kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun
tidur,membaik setelah melakukan pergerakan. Khas ditemukan
gambaran ruas-ruas bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan
radiologik1.
c. LBP neurogenik.
i. Neoplasma
ii. Arakhnoiditis
iii. Stenosis kanal3.
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik
E. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan
yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok,
skoliosismayor, obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama duduk, atau berdiri
berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban
yang berat, menarik beban, membungkuk serta kehamilan11.
F. GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya low back pain terjadi pada pasien berusia dekade kedua.
Keluhan nyeri dapat menjalar dan tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan,
nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak menjalar, bisa juga
dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pada otot pinggang.
Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat menjalar ke arah
leher ataupun ke arah bokong, paha belakang tumit dan telapak kaki. Jika nyeri
menjalar ke arah daerah leher, dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa,
terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan menghilang
saat melakukan pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha
belakang,tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias
yang khas pada penderita hernia nukleus pulposus3,8.
12
G. DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum
dan khusus, serta pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis4:
a. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?
b. Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa
pekerjaansehari-hari? Adakah suatu trauma?
c. Dimana letak nyeri? (sebaiknya pasien sendiri yang disuruh menunjukkan
dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran?
d. Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh
tertentu? Apakah betambah pada kegiatan tertentu?
e. Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
2. Pemeriksaan fisik9 :
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung,
perhatikan lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kiphosis, gibus,defor
mitas, ada tidak jalur spasme otot paravertebral.
b. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan
padasalah satu prosessus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat
teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebral).
c. Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus
nyeri punggung bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau ka
rena sebab yang lain.
3. Pemeriksaan motorik:
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan
segmen mana yang terganggu.
4. Tes-tes Provokasi11
a. Tes Laseque ( straight leg raising)
13
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetaplurus.
Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi
pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf
ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b. Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya samaseperti
tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Bila nyeri punggung
dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
14
Gambar 6. Tes Bragard14
c. Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jarikaki.
Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan
dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki.
d. Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki
diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan
penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa
nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya
coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.
15
Gambar 5. Tes Patrick13
16
Gambar 7. Tes Valsava15
5. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan
penyebab low back pain1:
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang
bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian
diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk
membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
H. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan low back pain terdiri dari:
1. Obat-obatan
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk
menguranginyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar low back pain. Obat
yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari
analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang umum digunakan analgetik
antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous
pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu
dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik
misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai
non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat
17
digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon
terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan
untuk relaksasi otot1.
2. Program Rehabilitasi Medik
a. Low back pain oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah,
kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari1.
b. Low back pain oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena
itu tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan
hiperlordosis tersebut1.
Teknik latihan1:
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar.
Kemudian angkat pinggul keatas sementara posisi pinggang tetap
dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi
otot gluteus maksimus.
18
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaanfleksi.
Dengan kedua belah tangan di dada angkatlah kepala dan bahuhingga
dagu menempel di dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu
seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai
satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari
dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara
pinggang dan dinding.
3. Tindakan operatif 1:
a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif kelemahan otot.
I. DIAGNOSA BANDING
19
Spondylolysis Sakit punggung pada remaja, meskipun belum jelas apakah
hal itu menyebabkan nyeri punggung pada orang dewasa;
nyeri memburuk saat ekstensi tulang belakang dan
beraktivitas
Inflammatory Nyeri intermiten pada malam hari, rasa sakit dan kekakuan
spondyloartropaty pada pagi hari, ketidakmampuan untuk membalikkan
dari lordosis lumbal ke fleksi lumbal
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Low back pain adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah
dan sekitarnya. Low back pain disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai). Gejala
yang dialami biasanya berupa nyeri di punggung ataupun di sekitar ektremitas bawah
yang biasanya bersifat terus-menerus ataupun hanya timbul pada posisi tertentu
serta jugasering diikuti dengan kekakuan dan keterbatasan dalam melakukan gerakan.
A. SARAN
Penting bagi dokter untuk dapat mengenali serta mengetahui penatalaksanaan
nyeri punggung bawah secara komprehensif untuk mengatasi masalah akut maupun
mencegahnya rekurensi dan berkembangnya penyakit menjadi nyeri punggung kronik.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. Diktat ilmu kedokteran fisik
danrehabilitasi. Manado: FK UNSRAT; 2006. h.79-90
2. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C. Rehabilitation of
lumbar spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt; 2010. p.186
3. Giuffre. The prevalence of low back pain in the eldery: a systematic review of
the literature Diakses tanggal 15 April 2019. Diunduh dari
:http://journals.lww.com
4. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajah mada
University Press; 2010.
5. Sjamsuhidrajad G. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2004.h.756-763
6. Cooper PG. Low back pain. Columbia: McKesson Health Solution LLC;2004.
7. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan antara
karakteristik antropometrik kebiasaan, status psikososiati, dan gambaran
radiografis responden dengan kejadian spandilogenie low back pain. Diakses
tanggal 15 April 2019. Diunduh dari: joumal.unair.ac.id
8. Furnama S. Low back pain. Diakses tanggal 15 April 2019. Diunduh dari
http://repository.maranatha.ed/..,/3/l04l-chapter l.pdf
9. Miguel AJ. Dor lombar como previnir Diakses tanggal 15 April 2019.
Diunduh dari: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-laseque
10. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tanggal 15 April
2019. Diunduh dari : http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-
management-of-hip-oa
11. Proper body mechanics. Piedmont. Atlanta. Diakses tanggal 15 April 2019.
www.piedmont.org
12. Low back pain. Physical therapy. Diakses tanggal 15 April 2019.
https://uhs.berkeley.edu/
22
23