Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KOMPREHENSIF 1

PUSKESMAS PATTINGGALLOANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN AKTIVITAS

FUNGSIONAL ET CAUSA LOW BACK PAIN

DISUSUN OLEH :

ANDI ASTUTI

(PO.71.4.241.16.1.006)

PRODI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHA……………………………………………………….……i

DAFTAR ISI………………………………...…………………………………….……ii

BAB I. PENDAHULUAN

LatarBelakang ...................................................................................................................1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi cerebral palsy ....................................................................................................4

B. Anatomi biomekanik cerebral palsy ...............................................................................4

C. Etiologi cerebral palsy ....................................................................................................10

D. Patofisiologi cerebral palsy............................................................................................. 11

E. Gambaran klinis cerebral palsy ......................................................................................12

BAB III. PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien ...................................................................................................24

B. Anamnesis Khusus ..........................................................................................................24

C. Inspeksi/Observasi ..........................................................................................................25

D. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi ......................................................... 26

E.Diagnosa dan problematic Fisioterapi ..............................................................................30

F.Tujuan intervensi .......................................................................................................32

G. program intervensi Fisioterapi ........................................................................................32

H. Evaluasi .......................................................................................................................... 33

BAB IV. PENUTUP

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..34

2
BAB I
PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan sekumpulan gejala
yang menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah. Nyeri punggung bawah adalah
kondisi yang tidak mengenakan disertai adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila
melakukan pergerakan atau mobilisasi. Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan
oleh salah satu dari berbagai masalah musculoskeletal.
Non specific low back pain merupakan nyeri di sekitar punggung bawah yang
disebabkan karena gangguan atau kelainan pada unsur otot dan tendon tanpa disertai
gangguan neurologis. Non specific low back pain dapat mengakibatkan nyeri, spasme
otot dan imbalance muscle, sehingga stabilitas otot perut dan punggung bawah
mengalami penurunan, mobilitas lumbal terbatas, mengakibatkan penurunan aktivitas
fungsional.
Non specific low back pain adalah nyeri yang disebabkan oleh ketegangan otot,
spasme otot, defisiensi otot dan hipersensitif. Non specific low back pain bisa
dicetuskan oleh jaringan yang berbeda pada daerah punggung bawah seperti otot,
jaringan ikat, ligamen, kartilago sendi, dan pembuluh darah. Jaringan ini dapat cidera
akibat adanya tarikan, ketegangan, dan penguluran. Pada non specific low back pain
tidak diketahui secara jelas struktur yang mengalami nyeri, tetapi saat dipalpasi terdapat
spasme otot dan nyeri tekan pada daerah tersebut. Spasme otot yang berkepanjangan
dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia
sehingga penderita akan membatasi adanya gerakan yang dapat menimbulkan nyeri.
Non specific low back pain juga dapat menimbulkan atrofi otot dalam waktu yang lama.
Otot yang mengalami atrofi dalam jangka waktu lama maka akan terjadi penurunan
kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot ini nantinya akan dapat menyebabkan
penurunan stabilitas di daerah lumbal yang selanjutnya menyebabkan perubahan postur
tubuh dan meningkatkan beban kerja otot sehingga menimbulkan nyeri.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Vertebra
Anatomi pada daerah punggung bawah yang terlibat dalam kondisi non
specific low back pain yaitu:

1. Tulang Vertebra, unit fungsi dari tulang punggung adalah tulang vertebra yang
secara anatomis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Anterior, bagian ini terdiri dari korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan
yang lain oleh diskus invertebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen
longitudinal ventral dan dorsal.
b. Posterior, bagian ini terdiri dari pedikel, prossesus spinosus, prossesus
transversus, dan lamina yang diikat satu sama lain oleh berbagai ligamen di
antaranya ligamen interspinal, ligament intertransversa dan ligamen flavum. Pada
prossesus spinosus dan transversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan
melindungi kolumna vertebra. Bagian ini penting sekali untuk menghubungkan
tulang belakang dari ruas ke ruas oleh karena bagian belakang ini dilengkapi juga
oleh 2 pasang facies artikularis superior dan inferior.

Gambar 2.1 Tulang Vertebra


2. Sendi
Sendi facet disebut juga sendi zygapophyseal yaitu merupakan sendi
yang khas. Terbentuk dari prosessus artikular dari vertebra yang berdekatan
untukmemberikan sifat mobilitas dan fleksibilitas. Sendi ini merupakan true
synovial joints dengan cairan sinovial (satu prosessus superior dari bawah
dengan satu prosessus inferior dari atas). Manfaat sendi ini adalah untuk
memberikan stabilisasi pergerakan antara dua vertebra dengan adanya translasi

4
dan torsi saat melakukan fleksi dan ekstensi karena bidang geraknya yang
sagital. Sendi ini membatasi pergerakan fleksi lateral dan rotasi

Gambar 2.2 Sendi Vertebra

3. Ligamen

Struktur berikutnya adalah ligamen longitudinal anterior, merupakan


struktur fibrosa yang bermula dari bagian anterior basal tulang occipital dan
berakhir di bagian anterior atas sacrum. Ligamen ini lebar dan kuat. Serabut
terdalamnya bercampur dengan diskus intervertebralis dan berikatan kuat pada
setiap korpus vertebra.

Sedangkan ligamen longitudinal posterior terletak pada permukaan


posterior korpus vertebra. Ligamen ini membentuk batas anterior kanalis
spinalis. Pada kanalis lumbal, ligament ini mulai menyempit saat melalui
korpus pada vertebra L1 dan menjadi setengah lebar asalnya pada ruang antara
L5 dan S1, meluas ke arah lateral saat melewati diskus.

4. Otot
Adapun otot-otot yang berorigo pada vertebra lumbalis dibagi menjadi
otot posterior dan otot anterior, yaitu :
a. Otot-otot posterior, terdiri dari otot latissimus dorsi dan otot paraspinalis
(terdiri dari otot erector spine (otot iliocostalis, otot longissimus, dan otot
spinalis), berfungsi sebagai ekstensor utama tulang belakang.
b. Otot lapisan dalam, yang terdiri dari otot rotator dan otot multifidi yang
merupakan otot stabilisator segmental kecil yang berfungsi untuk

5
mengontrol fleksi lumbal karena otot ini tidak menghasilkan kekuatan
yang cukup untuk mengekstensikan tulang belakang.
c. Otot-otot anterior, yang terdiri dari otot psoas (karena perlekatan langsung
otot psoas pada vertebra lumbalis, peregangan otot ini akan menonjolkan
lordosis lumbalis normal) dan otot kuadratus lumborum (berperan dalam
sisi fleksibilitas dan membantu melakukan gerakan fleksi lumbal).
B. Patologi Low Back Pain Non Spesific
1. Definisi
Low Back Pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan musculoskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik.
Non Spesific Low Back Pain merupakan nyeri di sekitar punggung
bawah yang disebabkan karena gangguan atau kelainan pada unsur otot dan
tendon tanpa disertai gangguan neuologis. Non Spesific Low Back Pain dapat
mengakibatkan nyeri, spasme otot dan imbalance muscle, sehingga stabilitas
otot perut dan punggung bawah mengalami penurunan, mobilitas lumbal
terbatas mengakibatkan penurunan aktivitas fungsional.
2. Etiologi

Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab non


specific low back pain dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :

a. Faktor statik
Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang
menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen
Vertebra L5 dan Vertebra S1) yang normalnya 300-340, atau peningkatan
lengkung lordotik 12 lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta
menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan (centre of gravity/CoG),
yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen
Vertebra S2.

Kemungkinan faktor penyebab statik pada non specific low back


pain adalah :

6
1) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke depan. Adapun yang
dapat menimbulkan pergeseran antara lain:
a) Kebiasaan tubuh yang tidak benar.
b) Obesitas dan kehamilan.
c) Pemendekan tendo achiles atau terlalu sering memakai sepatu
dengan tumit tinggi
d) Kelemahan otot-otot dinding perut, serta kelainan atau
pemendekan otot-otot punggung.
2) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke samping.
3) Terganggunya ritme lumbal-pelvis.
b. Faktor dinamik
Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau
beban mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di
daerah punggung bawah saat melakukan gerakan. Timbulnya nyeri adalah
akibat kelainan pada ritme lumbal pelvis yaitu karena fungsinya tidak
sempurna. Gerakan yang potensial menimbulkan low back pain
muskuloskeletal adalah gerakan kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan
bersifat repetitif, apalagi disertai dengan beban, misalnya ketika sedang
mengangkat beban yang berat.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Non Specific Low Back Pain adalah ditemukannya
nyeri otot yang dikenal sebagai nyeri miogenik, yaitu nyeri yang tidak wajar
yang tidak sesuai dengan distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang
sering berlebihan. Nyeri tersebut ditandai dengan adanya nyeri tekan pada
daerah yang bersangkutan (trigger point), kehilangan ruang gerak kelompok
otot yang bersangkutan (loss of range motion), spasme otot punggung bawah.
Adanya spasme otot daerah lumbosakral, ketidakseimbangan otot stabilisator
dan fiksator trunk, mobilitas lumbosakral terbatas, sehingga mengalami
penurunan aktivitas fungsional. keluhan akan hilang apabila kelompok otot
lumbosakral diregangkan.
4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi

7
Berbagai struktur yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah.
Struktur tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua struktur tersebut
mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal,
termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan
dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansi
lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun
alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan
perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah
kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi
pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan
munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.

Nyeri terjadi jika saraf sensori perifer, yang disebut nociseptor terpicu
oleh rangsang mekanik, kimiawi maupun thermal maka impuls nyeri akan
dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang spinal. Dari medula spinalis
impuls diteruskan ke otak melalui traktus spinotalamikus kolateral. Selanjutnya
akan memberikan respon terhadap impuls saraf tersebut. Respon tersebut
berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi nyeri dengan pengeluaran
substansi peptida endogen yang mempunyai sifat analgesik yaitu endorphin.
Disamping itu impuls nyeri yang mencapai medulla spinalis, akan memicu
respon reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme otot dan
vasokonstriksi.
Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu mekanisme
proteksi, karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan sehingga dapat
mencegah kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme otot, juga
terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemia dan
sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri.

8
C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi
Intervensi Fisioterapi yang digunakan Infra Red, Massage, terapi latihan
dengan metode William Flexion Exercise.
1. Sinar Infra Merah
Sinar Infra Merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7.700 Ao – 4.000.000 Ao yang digunakan untuk tujuan
pengobatan berkisar antara 7.700 Ao – 120.000 Ao atau 150.000 Ao (Amstrong)
di mana panjang gelombang ini digolongkan menjadi 2 golongan yaitu
Gelombang Panjang (Non Penetrating) dan Gelombang Pendek (Penetrating).
IR menimbulkan efek Fisiologis (peningkatan metabolism, vasodilatasi,
pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh terhadap syaraf sensoris dengan
pemanasan jaringan membentuk efek sedatif, pengaruh terhadap jaringan otot
adalah untuk relaksasi serta mengaktifkan kelenjar keringat) dan efek
Terapeutik (mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meningkatkan suplay
darah, relaksasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolism.
2. Manual therapy
Manual therapy adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba –
tiba dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian rupa
sehingga sangat efektif untuk menangani kekakuan dan keterbatasan gerak atau
nyeri persendian karena gangguan fungsi mekanik sendi. Manual therapy
berfokus pada struktur dan sistem dalam tubuh seperti persendian, jaringan
lunak, peredaran darah, limfe, dan saraf. Efek fisiologis manual therapy antara
lain memperlancaar sirkulasi darah, merilekskan otot sehingga mengurangi
nyeri, dan meningkatkan jangkauan gerak serta keseimbangan dan fungsi otot.
3. Terapi Latihan dengan William Flexion Exercise
Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk
mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan
lumbosacral spine terutama otot abdominal dan otot gluteus maximus dan
meregangkan kelompok otot ekstensor. Latihan Willian Flexion Exercise ini
disamping efektif untuk nyeri punggung bawah, juga memperbaiki fleksibilitas
otot-otot punggung dan sirkulasi darah yang membawah nutrisi ke discus
intervertebrali

9
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Laporan Status Klinik


Tanggal Masuk : 11 November 2019

B. Data – Data Medis


Diagnosa Medis : LBP
Ruang : Fisioterapi puskesmas pattinggalloang

C. Identitas Umum Pasien


Nama : Ny Minasa
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln.pattinggalloang baru

D. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Pasien merasakan nyeri pinggang saat
berjalan,duduk trlalu lama maupun membungkuk
Lokasi nyeri : Pinggang bawah
Jenis nyeri : Terlokasilir
Riwayat perjelanan penyakit : Pada tanggal 11 November 2019 pasien datamg di
puskesmas pattinggalloang dengan keluhan nyeri
di pinggan pada saat pasien telah mengangkat air di
jergen skitar 3 hari yang lalu ,sebelum pasien
berkunjung ke puskesmas pattinggalloang pasien
sempat berobat tradisional.namun tidak ada
perkembangan.

10
E. Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Denyut Nadi : 87x / menit
Pernafasan : 16x / menit
Suhu : 36oC
F. Inspeksi/Observasi
1. Statis :
a. Mimik wajah pasien terlihat kurang semangat dan cemas
b. Pasien dalam posisi tidur miring
c. Adanya spasme pada M. Erector spine
2. Dinamis :
a. Pasien mengalami kesulitan merubah posisi dari tidur miring ke posisi
tidur telentang.
b. Pasien merasakan nyeri perut dan badan terasa lemas ketika digerakkan

G. Pemeriksaan Fungsi Dasar


1. Pemeriksaan Gerak Aktif
Gerak aktif merupakan gerakan yang dilakukan secara mandiri oleh
pasien melalui instruksi dari terapis. Terapis memperhatikan LGS (Luas Gerak
Sendi) dan kesulitan gerakan ketika melakukan gerakan. Adapun gerakan yang
diberikan yaitu :
d. Regio lumbal : Fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi.
e. Regio hip : Fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi.
f. Regio knee : Fleksi, ekstensi, endorotasi, dan eksortasi.
2. Pemeriksaan Gerak Pasif
Gerak pasif merupakan gerak yang dibantu oleh terapis, dimana pasien
dalam keadaan diam lalu terapis yang menggerakkan tubuh pasien sepenuhnya.
Adapun gerakan yang diberikan yaitu :
a. Regio lumbal : Fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi.
b. Regio hip : Fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi.
c. Regio knee : Fleksi, ekstensi, endorotasi, dan eksortasi.

11
3. TIMT
Gerak isometric melawan tahanan merupakan gerak aktif akan tetapi
mendapatkan tahanan dari terapis. Adapun gerakannya yaitu :
a. Regio lumbal : Fleksi, ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi.
b. Regio hip : Fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi.
c. Regio knee : Fleksi, ekstensi, endorotasi, dan eksortasi.

H. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


1. Tes Spesifik
a. Lasegue’s Test
Posisi pasien tidur terlentang dengan posisi kedua hip endorotasi
dan adduksi serta knee fleksi, rileks. Terapis meletakkan satu tangan pada
ankle pasien, kemudian secara pasif memfleksikan hip pasien hingga
pasien merasakan nyeri pada pinggang atau bagian posterior tungkai.
Positif tes jika nyeri terutama dirasakan pada pinggang maka lebih kearah
disc. herniation atau penyebab patologi penekanan pada sisi sentral, jika
nyeri terutama pada tungkai, maka patologi yang menyebabkan penekanan
terhadap jaringan saraf lebih pada sisi lateral.
b. Bragard’s Test
Prosedur tes sama seperti Lasegue’s test dimana bedanya pada
Bragard’s test, terapis menambahkan fleksi cervical secara pasif disertai
dorsofleksi ankle. Positif tes jika peningkatan nyeri dengan fleksi cervical,
dorsofleksi ankle, atau kedunya mengindikasikan penguluran pada dura
mater dari spinal cord atau lesi pada spinar cord (seperti: disc herniation,
tumor, meningitis), tetapi jika nyeri tidak meningkat dengan fleksi cervical
mengindikasikan lesi pada area hamstring atau pada lumbosacral atau area
sacroiliac joint.

12
2. Intensits Nyeri
Pada pemeriksaan nyeri menggunakan skala nyeri Visual Analouge Scale
(VAS). Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya
mencapai 10 cm. Salah satu ujungnya ditandai “tidak ada nyeri”, dan ujung
lainnya ditandai “nyeri hebat”. Skala ini digunakan secara vertikal atau
horizontal, sambil meminta pasien untuk menandai garis dengan titik yang
menggambarkan derajat nyeri yang dirasakan.
Keterangan :

Skala 0-2 : tidak nyeri (tidak ada rasa sakit, merasa normal)
Skala 2-5 : nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktifitas tak terganggu)
Skala 6-8 : nyeri sedang (mengganggu aktifitas fisik)
Skala 9-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)
3. Pemeriksaan LGS
a. Schoober Test
Tes ini dilakukan untuk mengetahui LGS dari tulang belakang
khusunya pada region lumbal, untuk melakukan tes ini posisi awal pasien
berdiri tegak dengan lebar kaki selebar bahu, kemudian diberikan tanda
setinggi spina iliaka posterior superior (SIPS) atau processus spinosus S2
10 cm ke atas, tetapi Macrae and Wright memodifikasi dengan
memberikan 3 tanda yaitu SIPS, 5 cm dibawah SIPS dan 10 cm di atas
SIPS, kemudian pasien diminta untuk membungkuk sampai adanya
keterbatasan dan ukur jarak antara dua tanda atas dan bawah, kemudian
hasil dari pengukuran ini selisih dari hasil pengukuran akhir dan awal.
Hasil dari tes ini pada dewasa muda selisih jarak kurang dari 4 cm
menunjukkan adanya gangguan fleksi pada lumbal. Tes juga dilakukan
pada gerakan lateral fleksi, posisi awal pasien berdiri tegak dan jarak kaki
selebar bahu, pasien diminta untuk menggerakkan ke lateral fleksi sampai
gerakan terbatas. Midline diletakkan di ujung jari tangan ketiga dan lantai
sampai adanya keterbatasan gerak.

13
4. Pemeriksaan Panjang Otot
a. M. Erector Spine Lumbal
Teknik pelaksanaan :
Posisi pasien tidur terlentang dengan fleksi hip dan fleksi knee.
Posisi tangan terapis yang 1 berada pada sacrum dan yang lain berada pada
knee. Terapis memfleksikan badan pasien lalu menekan knee kearah
bawah sampai maksimal terjadi gerakan pada hip dan lumbal. Jika terjadi
kontraktur maka tidak dapat kiposis lumbal.
b. M. Sternocledomastoideus
Teknik pelaksanaan :
Posisi pasien tidur telentang dengan kepala berada di luar bed,
kemudian terapis memegang kedua temporalis pasien untuk mengulur
sternocledomastoideus kiri. Lalu minta pasien untuk melakukan lateral
fleksi kanan, rotasi kiri, disertai sedikit kepala fleksi. Jika terjadi
kontraktur tidak dapat maksimal lateral fleksi dan rotasi.
c. M. Hamstring
Teknik pelaksanaan :
Posisi pasien tidur telentang dengan hi fleksi 90˚ dan knee
ekstensi ( normal ), jika grup hamstring kontraktur ekstremitas knee akan
terbatas.
d. M. Quadriceps Femoris
Teknik pelaksanaan :
Pasien dalam keadaan tidur telentang kemudian terapis meminta
pasien untuk melakukan gerakan fleksi 90˚. Jika ROM lebih rendah atau
tinggi maka terjadi kontrakur pada M. qudriceps femoris.
5. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional
Pemeriksaan kemampuan fungsional dasar dapat menggunakan Oswestry
Diasability Index, adalah skala fungsional yang baik karena berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari yang didasarkan pada respon dan apa yang mempengaruhi
kehidupan sehari-hari. Skala ini umum digunakan untuk menilai fungsional
dari punggung.

14
I. Diagnosa Fisioterapi
“ Gangguan Aktivitas Fungsional et causa LBP (Low back pain )

J. Problematika Fisioterapi dan Bagan ICF


Problematik Fisioterapi

Anatomical Activity Limitation Participation


impairment Restriction

1. Nyeri gerak
2. Spasme pada otot Adanya hambatan
erector spine. Kesulitan bangun, melakukan
3. ROM terbatas duduk, berdiri dan aktivitas sosial,
Gangguan ADL berjalan. masyarakat dan
duduk, berdiri dan lingkungan.
berjalan.

K. Tujuan Intervensi Fisioterapi


1. Jangka Pendek
a. Mengurangi nyeri pada punggang bawah.
b. Mengurangi spasme pada otot erector spine.
c. Meningkatkan ROM dan kekuatan otot erector spine lumbal.
2. Jangka Panjang
Memperbaiki kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari secara maksimal
seperti dari posisi baring ke duduk, membungkuk dan berdiri secara mandiri.
L. Program Intervensi Fisioterapi
1. Infra Red
Infra red adalah alat fisioterapi yang memanfaatkan efek panas dari sinar
merah yang dipancarkan untuk melancarkan peredaran darah dan menurunkan
ketegangan otot.
a. Persiapan Alat

15
Terapis mempersiapkan IR, pengecekan alat. Terapis mengecek
kabel tidak boleh bersilangan juga mengecek apakah alat dapat dipakai
atau tidak dengan menggunakan lampu detector.
b. Persiapan Pasien
Sebelum dilakukan terapi dengan IR pasien diberi penjelasan tujuan
terapi dan kontraindikasinya. Dijelaskan juga bahwa panas yang dirasakan
walaupun hanya sedikit namun tetap menimbulkan reaksi di dalam
jaringan. Lakukan tes panas dingin pada daerah yang akan diterapi untuk
memastikan ada tidaknya gangguan sensibilitas. Pakaian didaerah yang
akan diterapi (punggung) harus dilepaskan. Posisi pasien tengkurap.
c. Pelaksanaan terapi
Setelah persiapan alat dan pasien selesai, daerah yang akan diterapi
bebas dari kain dan lampu IR sejajar pada lumbal, alat di ON kan dengan
waktu 15 menit, jarak lampu dengan daerah yang diterapi 35 cm,
kemudian dicek dengan menanyakan langsung kepada pasien apakah
sudah mulai hangat, kabel tidak boleh bersilangan dan bersentuhan dengan
pasien. Selama terapi harus dikontrol rasa panas dari pasien, apabila terlalu
panas jaraknya bisa ditambah, dan ditanyakan apakah rasa nyeri meningkat
/ bertambah. Setelah selesai terapi matikan alat dan mengontrol keadaan
pasien.
2. Manual Therapy
Manual therapy adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba –
tiba dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian rupa
sehingga sangat efektif untuk menangani kekakuan dan keterbatasan gerak atau
nyeri persendian karena gangguan fungsi mekanik sendi. Teknik Manual
therapy yang digunakan antara lain : friction, efflurage, tapotement, stroking,
dan petrisage.

a. Persiapan Alat
Persiapan alat dalam hal ini adalah tempat tidur (bed), selimut atau
handuk kecil, dan bantal.
b. Persiapan Pasien

16
Pasien diperintahkan untuk tidur posisi tengkurap. Tanyakan kepada
pasien untuk penggunaan media manual therapy tersebut hingga merata
keseluruh permukaan punggung pasien.
c. Penatalaksanaan Manul therapy
Kedua tangan terapis bersentuhan langsung dengan punggung
pasien. Kemudian terapis melakukan teknik manual therapy dengan
metode stroking, friction, effurage pada punggung dilakukan dengan
usapan kedua tangan dengan tekanan yang toleransi dengan pasien.
Gerakan dari arah distal ke proksimal dengan tekanan yang kuat, lalu
kembali lagi kearah distal dengan tekanan yang minimal.
3. Terapi Latihan dengan William Flexion Exercise
Latihan ini terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk
mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan
lumbosacral spine terutama otot abdominal dan otot gluteus maksimus dan
meregangkan kelompok otot ekstensor.
a. Persiapan Alat
Dalam hal ini adalah matras atau alas dengan bahan yang
lunak/sedikit keras namun nyaman untuk pasien.
b. Persiapan Pasien
Pasien diperiksa vital sign, perlu ditanyakan pada pasien apakah ada
keluhan pusing mata berkunang-kunang, mual, dan lain-lain. Sarankan
pada pasien untuk tidak menggunakan pakaian terlalu ketat yang dapat
mengganggu atau membatasi gerakan latihan, sebaiknya gunakan pakaian
yang nyaman dan pas.

c. Pelaksanaan William Flexion Exercise


Sebelum William Flexion Exercise dilakukan, pasien diberi contoh
terlebih dahulu gerakan latihannya. Bentuk-bentuk latihannya sebagai
berikut :
1) William Flexion Exercise nomor 1
a) Tujuan : penguluran otot-otot ekstensor trunk, mobilisasi
sendi pinggul, penguatan otot-otot perut.

17
b) Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua
kaki rata pada permukaan matras.
c) Gerakan : pasien diminta meratakan pinggang dengan
menekan pinggang ke bawah melawan
matras dengan mengkontraksikan otot perut
dan otot pantat. Setiap kontraksi ditahan 5
detik kemudian lemas, ulangi 10 kali.
Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap
rata.

Gambar : William Flexion pertama


2) William Flexion Exercise nomor 2
a) Tujuan :penguluran otot-otot trunk, penguatan otot-
otot perut, dan otot sternocleidomastoideus.
b) Posisi awal : sama dengan nomor 1.
c) Gerakan : pasien diminta mengontraksikan otot perut
dan memfleksikan kepala, sehingga dagu
menyentuh dada dan bahu terangkat dari
matras. Setiap kontraksi ditahan 5 detik,
kemudian lemas, ulangi sebanyak 10 kali.

Gambar : William Flexion kedua


3) William Flexion Exercise nomor 3

18
a) Tujuan :merapatkan lengkungan pada lumbal,
penguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi
panggul, sendi sakroiliaka, otot-otot
hamstring.
b) Posisi awal : sama dengan nomor 1.
c) Gerakan : pasien diminta untuk memfleksikan satu
lutut kearah dada sejauh mungkin,
kemudian kedua tangan mencapai paha
belakang dan menarik lututnya ke dada.
Pada waktu bersamaan angkat kepala
hingga dagu menyentuh dada dan bahu
lepas dari matras, tahan 5 detik. Latihan
diulangi pada tungkai yang lain, ulangi
latihan sebanyak 10 kali. Kedua tungkai
lurus naik harus dihindari, karena akan
memperberat problem pinggangnya.

Gambar : William Flexion ketiga


4) William Flexion Exercise nomor 4
a) Tujuan :merapatkan lengkungan pada lumbal,
penguluran otot-otot ekstrensor trunk,
sendi panggul, sendi sakroiliaka, dan otot-
otot hamstring.
b) Posisi awal : sama dengan nomor 1.
c) Gerakan : pasien diminta untuk melakukan latihan
yang sama dengan nomor 3, tetapi kedua
lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke
atas dan ditarik dengan kedua tangan kerah
dada, naikkan kepala dan bahu dari matras,

19
ulangi 10 kali. Pada waktu menaikkan
kedua tungkai ke atas sejauh mungkin ia
rapat, baru ditarik dengan kedua tangan
mendekati dada.

Gambar : William Flexion keempat


5) William Flexion Exercise nomor 5
a) Tujuan : mengulur / stretching otot-otot fleksor hip dan
facia latae.
b) Posisi awal : exaggregated starter’s position
c) Gerakan : gerakan berupa latihan dimulai dengan posisi
awal seperti seorang pelari cepat pada titik
startnya yaitu satu tungkai dalam fleksi
maksimal pada seni lutut dan paha, sedang
tungkai yang lain dalam keadaan lurus di
belakang. Kemudian pada posisi tersebut tekan
badan ke depan dan ke bawah, tahan 5 hitunga
dari rileks. Frekuensi 10 kali / sesi.

Gambar : William Flexion kelima


6) William Flexion Exercise nomor 6
a) Tujuan : penguatan otot quadriceps, otot perut, ekstensor
trunk.

20
b) Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding
dengan tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal
rata dengan dinding.
c) Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah
posisi lumbal pada dinding, tahan 10 hitungan
dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi. Bila latihan
terlalu berat, lamanya penahanan dapat
dikurangi.

Gambar : William Flexion keenam


N. Evaluasi
Setelah dilakukan beberapa kali terapi latihan hasil yang didapatkan dapat
diukur kembali dengan
a. Skala VAS untuk mengetahui intensitas nyeri.
b. Schoober test untuk mengetahui peningkatan LGS.
c. Oswestry Diasability Index untuk mengetahui peningkatan kemampuan
fungsional.
O.EDUKASI
Pasien harus bisa menyemangati diri sendiri untuk selalu berusaha berfikir
positif, dimana ini dapat berpengaruh penting dalam proses penyembuhan.Hindari
pergerakan yang mendadak atau tekanan berlebih dan pasien hendaknya pasien
mengulang-ulang gerakan –gerakan yang yang di berikan oleh fisioterapis.

21
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Low Back Pain adalah suatu kondisi dimana timbul rasa nyeri pada pinggang
bawah yang sangat kompleks, jika dilihat dari faktor penyebabnya. Kondisi ini
menimbulkan permasalahan kapasitas fisik (nyeri tekan dan nyeri gerak pada pinggang
bawah, adanya spasme pada otot, otot paravertebral, adanya keterbatasan ROM trunk)
dan kemampuan fungsional (gangguan saat membungkuk dan saat jalan).

Non specific low back pain merupakan nyeri di sekitar punggung bawah yang
disebabkan karena gangguan atau kelainan pada unsur otot dan tendon tanpa disertai
gangguan neurologis. Non specific low back pain dapat mengakibatkan nyeri, spasme
otot dan imbalance muscle, sehingga stabilitas otot perut dan punggung bawah
mengalami penurunan, mobilitas lumbal terbatas, mengakibatkan penurunan aktivitas
fungsional.
Untuk mengurangi semua permasalahan-permasalahan tersebut, modalitas
fisioterapi yang diberikan berupa IR, manual therapy, dan terapi latihan berupa William
Exercise untuk melancarkan peredaran darah, menurunkan ketegangan otot, dan
mengurangi nyeri punggung.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku Tes Spesifik Muskulosceletal Disorders Physiocare Publishing

Buku The New Concept Of Phsical Therapist Test and Measurement PhysioCare
Publishing

https://eprintis.ums.ac.id/1777/2/J100050040.pdf

https://www.google.co.id/amp/s/fisiohealth.wordpress.com/2009/10/30/pemeriksaan-
low-back-pain-oleh-yulianto-wahyono-dipl-pt-m-kes-amp/

http://eprints.ums.ac.id/6519010/1/Naskah%20Publikasi.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/f8214859a25495605af221a845b73602.pd
f

23
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 2

A. Anatomi Vertebra ......................................................................................... 2

1.Tulang vertebra .......................................................................................... 2

2.sendi ......................................................................................................... 2

3.ligamen ...................................................................................................... 3

4.otot ............................................................................................................. 3

B. Patologi Low Back Pain Non Spesific ......................................................... 4

1.Definisi ..................................................................................................... 4

2.Etiologi ..................................................................................................... 4

3.Tanda dan gejala ..................................................................................... 5

4.Proses patologi gangguan gerak dan fungsi. ............................................. 6

C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi ................................................................. 9

1.Sinar infra merah ....................................................................................... 7

2.Manual therapy .......................................................................................... 7

3.Terapi latihan dengan William flexion exercise ........................................ 8

BAB III .................................................................................................................... 9

PROSES FISIOTERAPI ....................................................................................... 10

A. Laporan Status Klinik ................................................................................... 9

B. Data – Data Medis ...................................................................................... 10

C. Identitas Umum Pasien ............................................................................... 10

D. Anamnesis Khusus ....................................................................................... 9

E. Pemeriksaan Vital Sign .............................................................................. 11

24
F. Inspeksi/Observasi ...................................................................................... 10

1.Statis ........................................................................................................ 21

2.Dinamis.................................................................................................... 21

G. Pemeriksaan Fungsi Dasar ....................................................................... 110

1.pemeriksaan gerak aktif. .......................................................................... 21

2.pemeriksaan gerak pasif. ......................................................................... 21

3.TIMT. ...................................................................................................... 21

H. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi .................................. 121

1.Tes Spesifik. ............................................................................................ 11

2.Intensitas nyeri. ........................................................................................ 11

3.Pemeriksaan LGS .................................................................................. 121

4.Pemeriksaan panjang otot. ..................................................................... 121

5.Pemeriksaan kemampuan fungsional ...................................................... 13

I. Algorhitma Assesment Fisioterapi ........... Error! Bookmark not defined.4

J. Diagnosa Fisioterapi ................................................................................... 15

K. Problematika Fisioterapi dan Bagan ICF ................................................... 15

L. Tujuan Intervensi Fisioterapi ...................................................................... 15

1.Jangka pendek ......................................................................................... 15

2.Jangka panjang. ....................................................................................... 15

M. Program Intervensi Fisioterapi ................................................................... 15

1.Infra Red .................................................................................................. 15

2.Manual Therapy....................................................................................... 16

3.Terapi latihan dengan william flexion exercise....................................... 17

N. Evaluasi ...................................................................................................... 21

O.Edukasi .......................................................................................................... 21

25
BAB IV .................................................................................................................. 22

PENUTUP ........................................................................................................... 223

KESIMPULAN ................................................................................................ 223

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 234

26
27

Anda mungkin juga menyukai