Anda di halaman 1dari 17

Bagian Ilmu Saraf

Referat

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS CERVICAL

oleh:
AULIYAA RAHMAH
1310019007

Pembimbing:
dr. Yetty Hutahaean, Sp. S

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Saraf
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2013
1

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................2
1.1.

Latar Belakang................................................................................2

1.2

Tujuan Penulisan..............................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................6
2.1

Definisi.........................................................................................6

2.2

Epidemiologi..................................................................................6

2.3

Anatomi Vertebra Servikalis...............................................................6

2.4

Etiologi dan Faktor Predisposisi...........................................................8

1.1.1

2.4.1 Etiologi............................................................................8

2.5

Patogenesis.....................................................................................8

2.6

Derajat dan Tipe..............................................................................9

2.7

Manifestasi Klinik..........................................................................11

2.8

Diagnosis.....................................................................................11

2.9

Pemeriksaan Penunjang...................................................................14

2.10 Diagnosis Banding.........................................................................14


2.11

Penatalaksanaan.............................................................................15

2.12

Komplikasi...................................................................................16

2.13

Prognosis.....................................................................................16

2.14

Pencegahan..................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Banyak orang pernah menderita akibat mengalami nyeri pada leher, bahu, dan
lengan. Nyeri tumpul maupun tajam yang bersifat menjalar dari leher hingga ke lengan
dan jari, dan kadang juga disertai dengan rasa tebal dan kesemutan. Bahkan pada
beberapa kasus dapat terjadi gangguan motorik ekstremitas bawah. Gejala-gejala
tersebut sering disebut dengan nyeri radiks servikal (Radicular Cervical Pain) yang
paling sering disebabkan oleh herniasi diskus intervertebralis servikalis sehingga
menekan radix (akar saraf) pada servikal dan menyebabkan nyeri pada daerah yang
dipersarafi radix tersebut. Keadaan ini disebut sebagai HNP Servikalis (Hernia Nukleus
Pulposus Servikalis) (Back Pain & Spine Physicians, 2012)
HNP servikalis dapat terjadi akibat proses degeneratif maupun trauma yang
mencederai vertebra servikalis. Proses degeneratif dan trauma ini menyebabkan
perubahan pada struktur diskus intervertebralis yang terletak diantara masing-masing
badan (corpus) vertebra servikalis, sehingga fungsinya sebagai penahan tekanan (shock
absorbers) terganggu dan menyebabkan substansi diskus keluar (herniasi) hingga
menekan radix saraf bahkan medula spinalis dan menyebabkan gejala-gejala tersebut
(Nav, 2008).
HNP secara umum dapat terjadi pada semua columna vertebralis, dari servikal
hingga lumbal. HNP servikalis merupakan HNP tersering kedua setelah kasus HNP
lumbalis. Sekitar 51% dari orang dewasa pernah mengalami periode nyeri pada leher
dan lengan sepanjang hidupnya. 25% diantaranya terdapat gambaran herniasi diskus
pada hasil MRI ( Magnetic Resonance Imaging) yang terjadi pada kelompok usia
kurang dari 40 tahun, dan 60% diantaranya terjadi pada kelompok usia lebih dari 60%.
Di Indonesia angka kejadian HNP servikalis sekitar 5-10% dari seluruh populasi
penderita HNP. Sekitar 60% diantaranya terjadi pada kelompok usia lebih dari 30-40
tahun

1.2 Tujuan Penulisan


Mengetahui tentang anatomi vertebra servikalis, definisi, epidemiologi, etiologi,
faktor predisposisi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis, penatalaksanaan,
prognosis, komplikasi, diagnosis banding, dan pencegahan dari HNP servikalis

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hernia Nucleus Pulposus Cervicalis (HNP Cervicalis) atau Cervical Disc
Herniation adalah rupturnya atau penonjolan (bulge) annulus fibrosus pada diskus
intervertebralis servikalis sehingga isi diskus atau nukleus pulposus keluar (herniasi) dan
menekan radix saraf pada foramina intervertebralis atau medula spinalis pada kanalis
vertebralis sehingga menyebabkan nyeri radikuler sepanjang daerah yang dipersarafi
oleh saraf yang terjepit tersebut (Jacob & Hoh, 2012).
2.2 Epidemiologi
Kejadian HNP servikalis merupakan kejadian HNP terbanyak kedua setelah HNP
lumbalis, yaitu sekitar 5-10% dari populasi penderita HNP di Indonesia. Secara umum
kejadian HNP bertambah seiring dengan pertambahan usia, namun pada HNP servikalis
sekitar 60% penderita berada pada kelompok usia 30-40 tahun. Lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan yaitu sekitar 2:1.
2.3 Anatomi Vertebra Servikalis
Tulang belakang manusia (vertebra) merupakan salah satu struktur penopang
tubuh yang tersusun dari 33 ruas vertebra, yaitu: 7 ruas vertebra servikalis, 12 ruas
vertebra thorakalis, 5 ruas vertebra lumbalis, 5 ruas vertebra sakralis, dan 4 ruas
coccigeus yang saling menyatu

Gambar 2.1 Vertebra

Vertebra servikalis merupakan penyusun vertebra yang berada tepat di bawah


tulang tengkorak (Skull), yang terdiri dari 7 ruas, yaitu servikalis-1 (C1) hingga
servikalis-7 (C7), yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.

Gambar 2.2 Letak dan Posisi Vertebra Servikalis


Secara umum seperti struktur vertebra yang lain, vertebra servikalis juga
tersusun dari struktur yang berupa tulang (bone) dan jaringan lunak (soft tissues).
Struktur yang berupa tulang termasuk diantaranya adalah bagian corpus dan processusprocessus. Sedangkan jaringan lunak berupa diskus intervertebralis, ligamen-ligamen,
dan persendian

Gambar 2.3 Vertebra Cervicalis

Tulang vertebra ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan tulang
rawan.

Bagian

anterior

columna

vertebralis

terdiri

dari

corpus

vertebra yang

dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut diskus invertebralis dan
diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan
columna vertebralis, dan berfungsi sebagai bantalan sendi dan shock absorber agar columna
vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebra dapat mengjungkit ke depan dan ke
belakang di atas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis. Diskus
intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan yang
tidak peka nyeri. Stabilitas vertebra tergantung pada integritas korpus vertebra dan
diskus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan
otot (aktif).

Gambar 2.4 Diskus Intervertebralis (terdiri dari Anulus Fibrosus dan Nucleus
Pulposus
2.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi
1.1.1

2.4.1 Etiologi
a. Trauma
Biasanya terjadi pada kelompok usia yang lebih muda. Trauma pada vertebra
servikal dapat terjadi akibat adanya gerakan tiba-tiba pada daerah leher,
misalnya whiplash injury .(Nav, 2008).
b. Proses Degeneratif
Terjadi pada kelompok usia yang lebih tua. Proses degeneratif menyebabkan

perubahan komponen penyusun diskus intervertebralis menjadi lebih tidak elastis atau
kaku sehingga apabila mendapatkan beban yang berlebihan atau tiba-tiba
menyebabkan isi diskus keluar atau secara langsung menyebabkan trauma pada
vertebra servikalis ( Nav, 2008).
2.4.2 Faktor Resiko (Jacob & Hoh, 2012)
Faktor risiko yang dapat menyebabkan HNP servikalis diantaranya adalah
1) Genetik, individu dengan riwayat genetik kelainan vertebra (skoliosis,
spondilolistesis, dan ankylosing spondilitis) lebih mudah terjadi HNP.
2) Kebiasaan beraktivitas dengan posisi tubuh yang tidak tepat, misalnya
mengangkat beban berat dengan menopangkan pada kepala, dan lain-lain.
3) Pola hidup tidak sehat, misalnya merokok, alkohol, kurang gizi, kurang
olahraga, yang akan berakibat penurunan kualitas tubuh sehingga lebih
mudah terjadi kerusakan pada vertebra.
4) Vibrational Stress
5) Aging, kejadian HNP servikalis meningkat seiring dengan peningkatan usia.

2.5 Patogenesis
HNP servikalis terjadi akibat keluarnya komponen nukleus pulposus dari diskus
intervertebralis servikalis yang menekan radix saraf atau medula spinalis sehingga
menimbulkan iritasi pada saraf yang tertekan tersebut.(Dennis, 2012).
Herniasi dari nukleus pulposus dapat terjadi akibat perubahan penyusun komponenkomponen diskus intervertebralis, atau trauma. Diskus intervertebralis terdiri dari nukleus
pulposus yang tersusun dari komonel gel dan anulus fibrosus dengan kolagen sebagai
penyusunnya. Pada proses degeneratif komponen gel nukleus pulposus dan kolagen dari
anulus fibrosus lambat laun akan berkurang sehingga diskus intervertebralis yang
seharusnya elastis dan befungsi sebagai bantalan atau shock absorber menjadi kaku (Dennis,
2012).
Pada keadaan normal, apabila tubuh menerima beban, oleh gel nukleus pulposus
diskus intervertebralis beban tersebut akan disebarkan ke segala arah sehingga vertebra dan
tubuh tetap pada posisi seimbang dan tidak terjadi prolaps atau keluarnya nukleus pulposus
dari diskus. Namun pada keadaan degeneratif, kondisi nukleus pulposus yang tidak lagi
berupa gel tidak dapat menyebarkan beban ke segala arah, namun hanya arah tertentu saja,
sehingga nukleus pulposus akan menonjol ke arah tertentu saja, dan pada kondisi yang berat
dapat sampai menembus anulus fibrosus dan menimbulkan penekanan pada radix maupun
medula spinalis (Jacob & Hoh, 2012).
Pada kasus trauma, beban atau gerakan yang tiba-tiba akan menimbulkan efek kejut

bagi diskus intervertebralis, sehingga beban tidak dapat diterima secara imbang dan tidak
dapat disebarkan ke segala arah, atau trauma tersebut secara langsung merusak anulus
fibrosus sehingga dapat menyebabkan keluarnya nukleus pulposus (Jacob & Hoh, 2012).

Gambar 2.11 Mekanisme Terjadinya HNP


2.6 Derajat dan Tipe
Sesuai dengan anatominya, radix saraf servikalis akan keluar melalui foramina
intervertebralis yang terletak lateral dari kolumna vertebra, dan medula spinalis terletak
pada kanalis vertebralis yang terletak di sebelah posterior dari kolumna vertebralis. Karena
pada sebelah posterior terdapat ligamen longitudinal posterior yang tebal, herniasi dari
diskus intervertebralis paling sering terjadi ke arah postero-lateral dan menekan radix saraf,
sehingga gejala yang ditimbulkan bersifat radikuler unilateral (Dennis, 2012).

Gambar 2.13 HNP menekan Radiks Saraf

Gambar 2.14 HNP Servikalis Menekan Medula Spinalis


Derajat HNP: (Rubinstein, et al., 2007)
a) Disc Degeneration, terjadi perubahan komposisi anulus pulposus sehingga
apabila ada beban nukleus pulposus menonjol ke salah satu sisi dengan anulus
fibrosus masih intak, dan belum terjadi herniasi.
b) Prolapse atau Bulging Disc atau Protrution Disc, terjadi penonjolan nukleus
pulposus dan anulus fibrosus, anulus fibrosus dan ligamen longitudinal
posterior masih utuh, sudah terjadi herniasi dan mulai terjadi penekanan pada
radix atau medula spinalis.
c) Extrusion, terjadi ruptur anulus fibrosus, sehingga gel nukleus pulposus
keluar dari diskus intervertebralis, tetapi ligamen longitudinal posterior masih
intak.
d) Sequestration

atau

Sequestered

Disc,

telah

terjadi

ruptur

ligamen

longitudinal posterior, sehingga gel nukleus pulposus keluar melewati celah


ligamen menuju ke kanalis spinalis

2.7 Manifestasi
HNP servikalis
terjadi pada segmen

Klinik
paling
vertebra

sering
C5-

C6, C6-C7, dan C4-C5. Hal ini terjadi karena pada vertebra tersebut (C5-C6 dan C6C7) merupakan daerah yang paling banyak menerima beban diantara vertebra servikal yang
lain dan yang paling banyak mengalami pergerakan. Apabila terjadi herniasi pada C5-C6
maka radix yang tertekan adalah radix C6, sedangkan apabila terjadi herniasi pada C6-C7,

10

efek yang terjadi adalah gangguan pada radix C7, dan seterusnya (Rubinstein, et al.,
2007)
Pada umumnya herniasi terjadi pada salah satu sisi (unilateral). Gejala-gejala yang
dapat timbul pada HNP servikalis diantaranya adalah nyeri yang dapat bersifat tajam
maupun tumpul pada leher atau daerah bahu, yang dapat memberat dengan suatu gerakan
atau

perpindahan

posisi

leher.

Terjadi

cervical radiculopathy, yaitu nyeri yang

menjalar dari lengan hingga jari-jari tangan. Jika penekanan sudah menimbulkan
pembengkakan radiks posterior bahkan kerusakan structural yang lebih hebat, maka gejala
yang timbul adalah hipestesia atau anesthesia radikular. Nyeri radikular yang bangkit akibat
dari lesi iritatif di radiks posterior tingkat cervical dinamakan brakhialgia karena nyeri
dirasakan sepanjang tangan (Rubinstein, et al., 2007).
Rasa tebal, kesemutan, hingga kelemahan dari bahu hingga jari-jari tangan.
Namun dapat juga herniasi terjadi dan menekan medula spinalis sehingga terjadi
gangguan bilateral, gangguan dapat berupa nyeri dan kelemahan pada kedua tangan dan kaki
(tetraplegi) (Rich & Vincent, 2012).
Beberapa gejala yang dapat muncul pada HNP servikalis adalah sesuai dengan
radix yang terkena, yaitu: (Rubinstein, et al., 2007)
a) C4-C5

(gangguan

pada

radix

C5),

terjadi

kelemahan

pada

muskulus

deltoideus dan nyeri pada bahu


b) C5-C6 (gangguan pada radix C6), terjadi kelemahan pada muskulus biseps dan
wrist ekstensor, nyeri yang disertai rasa tebal dan kesemutan pada ibu jari tangan
c) C6-C7 (gangguan pada radix C7), terjadi kelemahan pada muskulus triceps dan
ekstensor jari-jari tangan, nyeri menjalar yang disertai rasa tebal dan kesemutan
dari muskulus triseps hingga jari tengah
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Menanyakan kepada pasien tentang gejala yang muncul dan mencari faktor
risiko maupun penyebab yang mungkin. Seperti bagaimana sifat gejala yang muncul,
hal-hal yang memperberat dan memperingan gejala, hingga pengobatan yang telah
dilakukan. Ditanyakan juga tentang riwayat penyakit atau trauma sebelumnya dan
riwayat penyakit keluarga serta riwayat sosial dan kebiasaan- kebiasaan penderita
( Rrich & Vicent, 2012).
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan neurologis

11

secara

obyektif

dan

untuk

menentukan

letak

herniasi

yang

terjadi.

Pemeriksaannya seperti memeriksa sistem motorik, sensorik, dan refleks-refleks yang


ada pada regio yang dipersarafi oleh radix servikalis maupun medula spinalis
segmen vertebra servikalis, sehingga dapat diketahui gejala tersebut kemungkinan
merupakan akibat dari adanya herniasi atau kelainan yang lain (Rich & Vincent,
2012).
a. Inspeksi
Yang perlu diperhatikan pada penderita yakni keterbatasan gerak pada salah satu
sisi arah. Normalnya, posisi kepala adalah terangkat dan tegak lurus. Jika posisi kepala
kaku ke sala satu sisi, mungkin terdapat kondisi patologis yang menyebabkan posisi
tersebut. Inspeksi juga dilakukan untuk mencari abnormalitas, seperti scar, diskolorasi,
ataupun surgical scar di aspek anterior leher, biasanya menunjukkan operasi vertebra
atau thyroid. Jika dasar dari tulang tengkorak menonjol ke depan dapat menunjukkan
kifosis servikal atau servikothorakal (Rubinstein, et al., 2007).
b. Palpasi (Rubinstein, et al., 2007).
Palpasi tulang : os. Hyoid, kartilago tiroid, prosesus spinosus, facet joint.
Palpasi soft tissue : otot sternocleidomastoid, kelenjar getah bening, kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, fossa supraclavicular.
c. Pemeriksaan Sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita, dan penting dalam membantu menemukan lesi HNP sesuai dermatom yang
terkena. Gangguan sensorik lebihbermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi
dibanding motorik (Nav, 2008).

12

d. Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan seksama dan membandingkan kedua sisi
untuk

menemukan

abnormalitas

motoris

yang

seringan

mungkin

dengan

memperhatikan miotom yang mempersarafinya (Rich & Vincent, 2012).


e. Tes Provokatif (Rich & Vincent, 2012)
Tes ini dilakukan dengan mengubah-ubah posisi leher dan lengan untuk
memperburuk atau mengurangi gejala, yang umumnya dilakukan pada pasien suspek
radikulopati servikal untuk membantu menegakkan diagnosis
a. Neck Distraction
Tes ini juga dikenal dengan nama Axial Manual Traction Test. Pemeriksa
menempatkan tangan di bawah dagu dan tangan lainnya di occipital di kepala
pasien, kemudian kepala

pasien diberikan gaya traksi aksial sekitar 30

pound.sebagai gaya traksi aksial. Tes ini positif jika saat kepala diangkat atau di
distraksikan, nyeri berkurang, dan hal ini menandakan tekanan pada radiks saraf
telah berkurang.
b. Manuver Valsava
Tes valsava umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya hernia diskus
intervertebralis. Tes valsava akan meningkatkan tekanan intrathecal. Untuk
melakukan

tes

ini,

pasien

diminta

untuk

menahan

napasnya,

dan

mnegeluarkannya dengan mengejan seperti saat buang air. Jika terdapat spaceoccupying lesion (SOL) pada kanalis servikalis, seperti herniasi diskus
intervertebralis atau tumor, pasien akan merasakan nyeri yang menjalar sesuai
dermatomnya.
c. Upper Limb Tension Test (ULTT)
Pasien berbaring, dan pemeriksa menggerakan ekstremitas atas: 1) Scapular
Depression; 2) Abduksi bahu; 3) supinasi lengan bawah; 4) Rotasi eksternal bahu;
5) Ekstensi sendi siku; 6) Fleksi lateral servikal kontralateral; dan 7) Ekstensi
lateral servikal ipsilateral.
d. Sperlings Manuver
Tes tekanan foramina spurling bisa mendiagnosa adanya radikulopati
servikal. Te ini dilakukan dengan melenturkan kepala ke depan dan pada satu
sisi, sedangkan tekanan diarahkan ke bawah dri arah puncak kepala. Jika
ditemukankeadaan mati rasa atau nyeri yang meningkat, maka ada
kemungkinan mengalami radikulopati servikal.

13

2.9

Pemeriksaan Penunjang (Rubinstein, et al., 2007)


1. X-Ray,

posisi

AP (anteroposterior),

Lateral,

dan

Obliq.

Pemeriksaan

penunjang awal yang dapat dilakukan untuk melihat adanya penyempitan diskus
intervertebralis dan foramina intervertebralis pada HNP.
2. Computed Tomography Scan (CT Scan), dapat menunjukkan struktur tulang
dan soft tissue vertebra, namun masih belum dapat menunjukkan dengan jelas
proses herniasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI), merupakan gold standart pemeriksaan
untuk HNP. Karena dapat menunjukkan lebih jelas keadaan soft tissue
daripada CT Scan, sehingga gambaran herniasi diskus dapat terlihat jelas.
4. Myelography, merupakan suatu pemeriksaan X-ray dengan kontras yang
dapat menunjukkan adanya stuktur yang menekan radix dan medula spinalis
seperti HNP, tumor, ataupun spur.
5. Electromyografi dan tes konduksi saraf, dapat digunakan untuk mendeteksi radiks
saraf yang terlibat dengan lebih jelas.
2.10 Diagnosis Banding
Diagnosis banding HNP servikalis diantaranya adalah: (Back Pain & Spine Physician,
2012)
a)

Spondilosis Servikalis, yaitu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia
lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran

b)

(degenerasi)
Spondilolistesis, merupakan salah satu bentuk kelainan tulang belakang
(vertebra) dimana salah satu atau beberapa segmen vertebra berada lebig

c)

anterior daripada segmen vertebra di bawahnya.


Canal Stenosis, merupakan penyempitan kanalis spinalis (vertebra) yang

d)

biasanya terjadi akibat proses degeneratif.


Abses atau Tumor, adanya massa yang berupa abses atau tumor pada daerah sekitar
vertebra servikalis yang menekan saraf servikal sehingga menimbulkan gejala

e)

mirip HNP servikalis


Discitis, adalah keradangan yang terjadi pada diskus intervertebralis yang

f)

disebabkan oleh inokulasi hematogen atau post operasi spinal.


Osteomyelitis, adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan
struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik.

2.11

Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada kasus HNP adalah meredakan nyeri, mengembalikan fungsi

sarafnya, dan mencegah kekambuhan. Terapi berupa konservatif dan pembedahan

14

atau kombinasi keduanya. Pemilihan terapi dilakukan berdasarkan gejala dan stadium
HNP yang terjadi (Rich & Vincent, 2012).
1. Non-Surgical Treatment (Konservatif)
Tatalaksana non bedah terbagi menjadi 2, yakni:
a. Non-Farmakologis, antara lain:
- Cervical collar/bracing
- Rehabilitasi fisik (traksi dan exercise)
- Bed Rest
- Ice and Heat Therapy
b. Farmakologis, antara lain:
- Antiinflamasi (NSID, steroid injeksi)
- Analgesik
- Muscle Relaxan
2. Surgical Treatment (Dennis, 2012)
a. Discectomy (Anterior Cervical Discectomy and Fusion)/ACDF
Yaitu membuka dan membuang diskus intervertebralis yang terjadi herniasi
dari arah anterior servikal, kemudian tempat yang kosong tersebut dapat
dilakukan

bone

grafting

dan

selanjutnya

dilakukan

platting

untuk

menyatukan kedua segmen vertebra.

Gambar 2.19 Anterior Cervical Discectomy and Fusion (ACDF)


b. Posterior Cervical Laminoforaminotomy
Yaitu dengan cara melakukan insisi pada bagian posterior servikalis
(laminotomy) yang kemudian menuju ke foramina intervertebralis untuk
mengevkuasi diskus intervertebralis yang terjadi herniasi.

15

Gambar 2.20 Posterior Cervical Laminoforaminotomy


2.12

Komplikasi
Komplikasi pada kasus HNP servikalis dapat terjadi apabila tidak diterapi dengan

baik dan tuntas. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah gangguang saraf
permanen, nyeri kronik, paralisis, dan gangguan postur tubuh yang permanen (Rich &
Vincent, 2012).
2.13

Prognosis
Prognosis dari HNP servikalis bergantung pada keadaan masing-masing penderita,

stadium yang terjadi, terapi yang dilakukan, serta faktor penyebab. Semakin ringan stadium,
dan dini serta tepat terapinya, prognosis semakin bagus dan angka kekambuhan menurun.
Begitu juga sebaliknya (Rubisnstein, et al. 2007)
2.14

Pencegahan
Terjadinya HNP servikalis dapat dicegah dengan cara merubah faktor risiko yang

dapat dirubah, seperti pola hidup yang sehat, kebiasaan yang baik untuk kesehatan tulang
belakang, seperti tidak membebani kepala dengan beban berat, dan menghindari trauma
leher (Rubisnstein, et al. 2007).

16

DAFTAR PUSTAKA
Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical Disc
Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado. www.spineinstitute.com
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from Cervical
Radiculopathy. www.neckpainsupport.com
Jacob, patrick & Hoh, Daniel. 2012. Cervical Herniated Disc. Departemen of neurosugery
university

of

florida.

http://neurosurgery.ufl.edu/patient-care/diseases-

conditions/cervical-herniated-disc/
Ogiela Dennis. 2012. A service of the US National Library of Medicine From the national
Institutes of Health. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm
Rubisnstein, et al. 2007. a systematic review of the diagnostic accuracy of proocative tests of
the neck for diagnosing cervical radiculopathy. European Spine Journal.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2200707/
Sasso Rich C, MD; Traynelis Vincent, MD. 2012. Cervical Herniated Disc or Rupture
Disc: From Diagnosis to Treatments. www.spine-universe.com

17

Anda mungkin juga menyukai