Anda di halaman 1dari 19

Perbandingan kadar kolesterol pada individu penderita hipertensi dengan individu yang

tidak menderita hipertensi di wilayah kampung darussalam kab.bogor

Disusun oleh :

Rida Agni Almi

(061711096)

Fakultas Sains dan Teknologi

Ahli Teknologi Laboratorium Medis

Universitas Binawan

2021
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. diperkirakan pada
tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 1,56 milyar orang atau 60% dari jumlah
penduduk dewasa dunia (Ridwan, 2002). DiIndonesia, banyaknya penderita hipertensi
diperkirakan 15 juta orang,tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Hipertensi
dijuluki “Silent Killer”atau si pembunuh diam-diam karena merupakan penyakit tanpa tanda dan
gejala yang khas. Masyarakat menganggap hipertensi hal yang biasa sehingga hanya nampak jika
sudah parah dan menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya seperti stroke (Tarsia et al.,
2013; Tolstopiatov, 2006).
Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke
delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi (Tian et al., 2011). Selain
itu hipertensi juga menyebabkan payah jantung, gangguan pada ginjal dan retinopati. Hal ini
akan membahayakan jika tidak dikontrol dengan baik (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2006).
Penyebab kenaikan tekanan darah sulit dipastikan secara pasti karena faktor yang memicu
kenaikan tekanan darah sangat banyak dan bersifat spesifik untuk setiap individu. Kurangnya
aktivitas fisik dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh yang menjadi faktor risiko
penyakit jantung dan pembuluh darah (Ruslianti, 2014). Kolesterol merupakan factor resiko yang
dapat dirubah dari hipertensi, jadi semakin tinggi kadar kolesterol total maka akan semakin
tinggi kemungkinan terjadinya hipertensi (Fujikawa, Iguchi, Noguchi, & Sasaki, 2015).
Peningkatan kadar kolesterol darah banyak dialami oleh penderita hipertensi, pernyataan ini
diperkuat dengan berbagai penelitian yang mendukung. Di Amerika, penelitian jantung
Framingham menyatakan hubungan antara kadar kolesterol dengan tekanan darah. Pada tahun
2006 para dokter di Amerika meneliti data dari ribuan wanita dan menemukan bahwa semakin
tinggi kadar kolesterol pada wanita paro baya, semakin rentan dirinya mengalami hipertensi.
Sebaliknya, pada wanita dengan jumlah HDL tinggi, resiko hipertensi sedikit lebih rendah
(Nikolov et al., 2015). Pada beberapa penelitian di norwegia, belanda, selandia baru dan inggris,
pada kurang lebih 5000 pasien hipertensi di dapatkan sekitar 91% diantaranya mengalami
hiperkolesterolemia. Pada Tahun 2006, Physicians’ health study membandingkan kadar
kolesterol pada pria hipertensi dengan kadar kolesterol pada pria bertekanan darah normal.
Resiko perkembangan hipertensi pada pria dengan kadar kolesterol tinggi lebih besar (23%)
daripada pria dengan kadar kolesterol yang normal (Harefa, 2009).

Pemeriksaan kolesterol total dapat digunakan plasma atau serum pasien. Plasma adalah
cairan kekuningan yang masih mengandung fibrinogen, faktor pembekuan dan protrombin
karena adanya penambahan antikoagulan sedangkan serum adalah bagian darah yang tersisa
setelah darah membeku. Pembekuan mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin dengan
menghabiskan faktor VIII, V dan protrombin. Faktor pembekuan lain dan protein yang tidak ada
hubungannya dengan hemostasis tetap ada dalam serum dengan kadar sama seperti dalam
plasma. Bila proses pembekuan tidak normal serum mungkin masih mengandung sisa fibrinogen,
produk perombakan fibrinogen atau protrombin yang tidak diubah.
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak atau zat lipid seperti yang kita ketahui,
lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita selain zat gizi
lainnya, seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber
energy yang memberikan kalori paling tinggi. Selain sebagai salah satu sumber energi,
sebenarnya lemak atau khususnya kolesterol memang merupakan zat yang paling dibutuhkan
oleh tubuh kita dan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Kolesterol secara terus-
menerusdibentuk atau disintesis di dalam hati (liver). Bahkan sekitar 70% kolesterol dalam darah
merupakan hasil sintesis di dalam hati, sedangkan sisanya berasal dari asupan makanan.
Kolesterol juga merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormonsteroid (Anies, 2015: 18)
Makin tinggi kadar kolesterol maka akan semakin tinggi pula proses aterosklerosis berlangsung.
Berbagai penelitian epidemiologi, biokimia maupun eksperimental menyatakan bahwa yang
memegang peranan penting terhadap terbentuknya aterosklerosis adalah kolesterol. Telah
dibuktikan bahwa konsentrasi LDL kolesterol yang tinggi dalam darah akan menyebabkan
terbentuknya aterosklerosis. Apabila sel-sel otot arteri tertimbun lemak maka elastisitasnya akan
menghilang dan berkurang dalam mengatur tekanan darah. Akibatnya akan terjadi berbagai
penyakit seperti hipertensi,aritmia,serangan jantung dan stroke, dan lain-lain (Wigati, 2007).
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian perbandingan kadar kolesterol pada
individu penderita hipertensi dan yang tidak hipertensi.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah untuk penelitian ini adalah :

1.3 Rumusan masalah


Dari uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Analisis
perbandingan kadar kolesterol pada individu penderita hipertensi dan kadar kolesterol
pada individu yang tidak hipertensi.

1.4 Tujuan penelitian


1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui kadar kolesterol pada individu penderita hipertensi dan juga kadar
kolesterol pada individu yang tidak hipertensi
1.4.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui kadar kolesterol pada individu penderita hipertensi
2. Mengetahui kadar kolesterol pada individu yang tidak hipertensi
3. Mengetahui perbandingan kadar kolesterol pada individu penderita hipertensi
dengan individu yang tidak hipertensi
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Manfaat penelitian bagi akademisi
Menambah pengetahuan serta wawasan penulis tentang pemeriksaan kolesterol dan juga
mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian tersebut.
1.5.2 Manfaat penelitian bagi praktisi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
pengembangan ilmu ATLM di bidang laboratorium tentang perbandingan kadar
kolesterol pada individu penderita hipertensi dengan individu yang tidak
hipertensi
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait dengan pemeriksaan
kolesterol pada individu penderita hipertensi
1.5.3 Manfaat penelitian bagi masyarakat
Pada penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
kepada masyarakat tentang bahaya dari hipertensi dan juga bahayanya dari
peningkatan kadar kolesterol dalam darah individu penderita hipertensi.
1.5.4 Manfaat penelitian bagi profesi ATLM
Sebagai acuan untuk tindak lanjut pada pasien hipertensi yang kadar kolesterolnya
meningkat
BAB II
Landasan Teori

2.1 Tekanan Darah


2.1.1 Pengertian tekanan darah
Tekanan darah merupakan tekanan yang berasal dari jantung yang berfungsi
untuk menggerakkan darah keseluruh tubuh sehingga sangat penting pada sistem
sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah tinggi atau yang disebut dengan hipertensi
merupakan penyakit yang berbahaya di dalam dunia medis karena penyakit tersebut
dapat menyebabkan kematian pada setiap orang. Hipertensi tersebut merupakan suatu
kondisi dimana seseorang yang mempunyai tekanan darah di dalam tubuh berada di
atas batas normal sesuai dengan aturan medis yaitu sistolik 140 mmHg dan diastolik
90 mmHg (Purnomo, 2009).
2.1.2 Pengertian hipertensi
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan, WHO menyatakan hipertensi
merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII) berpendapat
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan
menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik yang
persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik
meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik
meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun. Penurunan elastisitas pembuluh darah
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer sebagai hasil temuan akhir
tekanan darah meningkat karena merupakan hasil temuan kali curah Jantung (HR x
Volume sekuncup) x Tahanan perifer. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan berbagai komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi
infark miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai otak terjadi
stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi gagal ginjal kronis,
sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati hipertensif. Dari berbagai
komplikasi yang mungkin timbul merupakan penyakit yang sangat serius dan
berdampak terhadap psikologis penderita karena kualitas hidupnya rendah terutama
pada kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung.
2.1.3 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik dan Tekanan Darah Diastolik
· Normal Dibawah : 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
· Normal tinggi : 130-139 mmHg 85-89 mmHg (Stadium 1)
· Hipertensi ringan : 140-159 mmHg 90-99 mmHg (Stadium 2)
· Hipertensi sedang : 160-179 mmHg 100-109 mmHg (Stadium 3)
· Hipertensi berat : 180-209 mmHg 110-119 mmHg (Stadium 4)
· Hipertensi maligna : 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
1. Genetik : adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga.
2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health
USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,
dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang
memiliki IMT < 25 (status gizi normal menurut standard internasional) Menurut Hall
(1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat
badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal.
3. Jenis kelamin: prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah
satunya adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan
kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai
dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-
55 tahun.11
4. Stres: stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa darah
lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat. 12
5. Kurang olahraga: olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena
adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah
tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak
aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.10
6. Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi. 13
7. Kebiasaan Merokok: merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.14 Dalam penelitian
kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,
51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok
1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance.
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi
maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh
gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka
panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai
dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri
pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui
perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh
hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan
berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan
jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.16
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.17
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 17
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.18
Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Elizabeth J.
Corwin ialah bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga
yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah
intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam
hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai
paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.
2.1.6 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. 20 Mortalitas pada pasien
hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan
komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah
penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.21
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi stroke
dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang
dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada
proses akut seperti pada hipertensi maligna.22
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet
tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya
kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya
ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).23
 Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi
otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami
arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau
hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke
dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan
neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian.19
 Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya
iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.24
 Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang.
Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.25
 Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya
dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.26
Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi maligna, di
mana tekanan darah meningkat secara tiba-tiba. Manifestasi klinis akibat hipertensi
maligna juga terjadi secara mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim
vision, dan sudden vision loss.
2.1.7 Pencegahan
Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika tanpa dilakukan
tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler akibat
hipertensi. Menurut Bustan MN (1995) dan Budistio (2001), upaya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi didasarkan pada perubahan pola makan dan gaya hidup.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
 Perubahan pola makan
 Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6 gr per hari, makanan yang
mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan.
 Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur,
cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin).
 Menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol
 Olah raga teratur
 Hindari stres
2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada penderita penting untuk mengetahui apakah ada
faktor risiko yang turut memperberat hipertensi tersebut, memantau apakah sudah ada
komplikasi pada organ tubuh lain seperti ginjal dan jantung. Kolesterol atau gula
darah tinggi sering menyulitkan turunnya hipertensi. Kenaikkan kadar ureum,
kreatinin dalam darah, adanya protein dalam urine merupakan tanda adanya
komplikasi pada ginjal.
Pada pemeriksaan rekam jantung (EKG) dapat dijumpai adanya kelainan
pembuluh darah koroner seperti infark, ischemik, yang sering ditemukan pada pasien
hipertensi. Pada EKG juga dapat diketahui adanya pembesaran jantung kiri (Left
Ventricle Hypertension) yang sering disebabkan oleh hipertensi yang sudah lama
tidak terkontrol. Sedangkan pada rontgen thorax dapat dijumpai adanya pembesaran
jantung akibat komplikasi hipertensi.
Pemeriksaan Laboratorium pada Hipertensi :
·         Kolesterol total , trigliserida, HDL. LDL
·         Gula darah puasadan 2 jam setelalh makan
·         Test fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat, urine lengkap)
·         EKG(Rekam Jantung)
·         Rontgen Thorax
2.2 Kolesterol
2.2.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk
seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan
makanan yang mengandung kolesterol berasal dari organ binatang, terutama pada
bagian otak,kuning telur dan jeroan, tetapi bahan makanan yang bersumber dari
tumbuh-tumbuhan tidak mengandung kolesterol (Nilawati, 2008). Kolesterol juga
merupakan bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid.Kolesterol yang
kita butuhkan tersebut, secara normal diproduksi sendiri olehtubuh dalam jumlah
yang tepat. Tetapi bisa meningkat jumlahnya karena asupan makanan yang
berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai junkfood (UPT-Balai
Informasi Teknologi LIPI, 2009). Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks,
yang 80% dihasilkan dari dalam tubuh (hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat
makanan) untuk bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk
dinding sel. Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Mamat, 2010). Kadar kolesterol di
dalam darah tidak normal, hal tersebut akan mempengaruhi kinerja jantung dan
juga sistem sirkulasi (peredaran darah). Oleh karena itu, sangat penting untuk
peduli dengan kadar kolesterol di dalam tubuh kita dan melakukan upaya untuk
mengontrolnya (Bull, 2007).
2.2.2 Sumber Kolesterol
Diperkirakan dua pertiga dari seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh
diproduksi oleh hati.Jadi, sepertiga dari seluruh kolesterol dalam tubuh diserap
oleh sistem pencernaan dari makanan yang dikonsumsi (Nilawati, 2008). Sekitar
separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis (sekitar 700 mg/hari) dan
sianya diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing-masing menghasilkan
sekitar 10% dari sintesis total pada manusia. Hampir semua jaringan yang
mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol, yang berlangsung di
reticulum endoplasma dan sitosol (Murray, 2009). Kolesterol dapat dibentuk oleh
sebagian sel di dalam tubuh dan diperoleh dari makanan hewani.Sumber utama
kolesterol dalam makanan adalah kuning telur dan daging, terutama daging merah
dan hati, namun kolesterol tidak disintesis oleh tumbuhan (Marks, 2000).
Walaupun sebagian besar jaringan hewan dapat mensintesis kolesterol yang
diperlukan lebih besar dari kolesterol yang diperoleh dari makanan, tempat utama
pembentukan kolesterol adalah hati dan usus.Kolesterol dalam darah yang
langsung berasal dari makanan hanya seperempatnya diserap di usus, sedangkan
sisanya merupakan hasil produksi sel-sel hati (Wijayakususma, 2008).
2.. Sintesa Kolesterol
Pembentukan kolesterol berlangsung dalam tiga fase, yaitu:
a. Fase pertama yaitu dua molekul asetil KoA sitosol berkondensasi membentuk
asetoasetil KoA. Molekul asetil KoA lainnya berikatan dengan asetoasetil KoA
membentuk HMG-KoA. Reaksi pada biosintesis kolesterol berikutnya dikatalisis
oleh HMG-KoA reduktase yang mengubah HMGKoA menjadi mevalonat
(Marks, 2000).
b. Fase kedua, mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP kemudian mengalami
dekarboksilasi untuk membentuk isopentenil pirofosfat. Unit-unit isoprene ini
bias berkondensasi membentuk kolesterol dan juga membentuk dolikol (senyawa
yang digunakan untuk memindahkan oligosakarida yang bercabang selama
pembentukan glikoprotein) atau ubikuinon (komponen rantai transport elektron).
Setelah itu 2 unit isoprene berkondensasi membentuk geranil pirofosfat dan
terjadi penambahan satu unit isoprene lagi untuk menghasilkan farnesil pirofosfat
yang kemudian mengalami kondensasi menghasilkan skualen yaitu senyawa yang
mengandung 30 atom karbon (Marks, 2000).
c. Fase ketiga, setelah oksidasi pada 3 karbon, skualen mengalami siklisasi dan
membentuk lanosterol yang memiliki empat cincin yang membentuk inti steroid
pada kolesterol. Melalui serangkaian reaksi, terjadi pembesaran 3 karbon dari
lanosterol sewaktu zat ini diubah menjadi kolesterol (Marks, 2000).
2.2.3. Fungsi Kolesterol
Kolesterol mempunyai peranan utama yang sangat penting untuk
mempertahankan kesehatan. Adapun fungsinya dalam tubuh yaitu (Astuti, 2015):
1. Membuat asam empedu yang berfungsi membantu mengurangi makanan di
usus dan untuk mencerna lemak.
2. Bahan dasar pembentukan hormone-hormon steroid, seperti estrogen pada
wanita dan testosterone pada laki-laki.
3. Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak.
4. Penyumbang energi yang lebih tinggi daripada protein.
5. Pembungkus jaringan saraf.
6. Membantu tubuh membuat vitamin D.
7. Sebagai pelarut vitamin A,D,E, dan K.
8. Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.
2.2.4 Macam-Macam Kolesterol
Kolesterol berdasarkan kepadatan atau ultrasentrifugasi terdiri dari:
a. Kilomikron Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar
dan mengandung Apo-B48.Kandungannya sebagian besar trigliserida 80-95%
untuk dibawa ke jaringan lemak dan jaringan otot rangka.Kilomikron juga
mengandung kolesterol 2-7% untuk dibawa ke hati.Kemudian setelah 8-10 jam
sejak makan terakhir, kilomikron tidak ditemukan lagi di dalam plasma (Astuti,
2015).
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) VLDL merupakan lipoprotein yang
terbentuk dari asam lemak bebas di hati dengan kandungan Apo-B100.VLDL
memiliki kandungan trigliserida sebesar 50-80% dan kolesterol sebesar 5-15%
(Astuti, 2015).
c. LDL (Low Density Lipoprotein) LDL merupakan lipoprotein pengangkut
kolesterol terbanyak 40-50% untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer
dan pembuluh nadi.LDL juga merupakan metabolit VLDL yang disebut kolesterol
jahat karena efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah dan dapat dapat menyebabkan penumpukan lemak yang
dapat menyempitkan pembuluh darah. Proses tersebut dinamakan aterosklerosis
(Astuti, 2015).
d. HDL (High Density Lipoprotein) HDL merupakan lipoprotein yang
mengandung Apo-Al dan Apo-All, dengan kandungan trigliserida sebesar 5-10%
dan kolesterol sebesar 15- 25%. HDL ini mempunyai efek antiaterogenik kuat
sehingga disebut juga dengan kolesterol baik.Fungsi utama HDL adalah
mengangkut kolesterol bebas yeng terdapat dalam endotel jaringan perifer,
termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan
dikeluarkan ke usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa
tinja.Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang
(Astuti, 2015).
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol
Kadar kolesterol merupakan salah satu indikasi bagi kesehatan
tubuh.Kelebihan kolesterol dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah
dan meningkatkan resiko serangan jantung. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kadar kolesterol, yaitu :
 Usia dan Jenis Kelamin Kolesterol darah cenderung meningkat saat usia
bertambah dan biasanya lebih tinggi pada kaum pria ketimbang wanita hingga
masa menopause. Kolesterol pada wanita kadarnya bisa menyamai pria
dengan usia setara begitu masa menopause berakhir (Kingham, 2009).
 Faktor Genetik Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar
kolesterol dalam darah dimana tubuh memproduksi 80% kolesterol.
Kolesterol darah tinggi dapat diturunkan dari keluarga. Gen dapat menambah
risikonya (Kingham, 2009).
 Pola Makan Mengkonsumsi makanan berlemak jenuh tinggi adalah salah satu
penyebab utama tingginya kadar kolesterol LDL. Sumber utama lemak jenuh
dalam makanan kita antara lain mentega, krim, keju, produk susu kaya lemak
lainnya, daging olahan lain. Sumber utama lemak jenuh juga ditemukan pada
masakan yang dipanggang, makanan cepat saji yang digoreng dan camilan
(Kingham, 2009).
 Berat Badan Populasi penduduk dunia telah semakin berat 20 tahun terakhir
ini.Tingkat kelebihan berat badan dan obesitas di negara-negara maju
melonjak ke angka 60 persen. Semakin berat tubuh kita, kecenderungannya
adalah kolesterol LDL lebih tinggi dan HDL lebih rendah dari seharusnya
(Kingham, 2009).
 Seberapa Sering Beraktivitas Aktivitas fisik tidak hanya menurunkan
kolesterol LDL, tapi juga menghambat faktor risiko terkena CVD dengan
menurunkan tekanan darah, mengurangi resistensi insulin, menjaga berat
badan dan memperbaiki kesehatan mental.Aktivitas fisik juga mengurangi
risiko terkena diabetes tipe 2, osteoporosis, kanker payudara dan usus besar,
serta depresi. Namun kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan dampak
serius yaitu meningkatnya LDL dan menurunkan kadar HDL (Kingham,
2009).
2.4.6 Manfaat Kolesterol
a. Pembentuk dinding sel tubuh Kolesterol dibutuhkan salah satu komponen
pembentuk dinding-dinding sel tubuh.Dinding-dinding sel itu lah yang
membentuk tubuh dengan baik.
b. Pembentukan hormon Kolesterol merupakan bahan penting yang
dibutuhkan oleh tubuh sebagai bahan dasar pembentukan hormon testosteron,
estrogen dan progesteron.
c. Pembentukan vitamin D Kolesterol ini dibutuhkan untuk membuat vitamin
D yang penting bagi kesehatan tulang dan kulit.
d. Membantu proses kerja tubuh di empedu Sebagai bahan pembentukan
asam dan garam empedu yang berfungsi mengemulsi lemak didalam tubuh.
e. Sumber energi Salah satu senyawa lemak, maka kolesterol itu merupakan
salah satu sumber energi yang memberikan kalori yang sangat tinggi bagi
tubuh (Graha, 2010).

Anda mungkin juga menyukai