Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS KUANTITATIF

INTAN DARA PUSPITA


211335300020

PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021 – 2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan Praktikum
Kimia Analisis Kualitatif
TLM19105

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

INTAN DARA PUSPITA


211335300020

Disetujui Oleh :
Telah diperiksa pada tanggal...........

Kepala Laboratorium Dosen Pengampu Mata Kuliah

Galuh Ratmana Hanum, S.Si., M.Si Jamilatur Rohmah, S.Si.,M.Si

Mengetahui
Kaprodi D-IV Teknologi Laboratorium Medis

Puspitasari, S.ST., MPH


A. Judul Praktikum
Argentometri
B. Hari dan Tanggal Praktikum
Jum’at, 26 November 2021
C. Nama Dosen Pengampu Mata Kuliah
Jamilatur Rohmah, S.Si.,M.Si
D. Nama Instruktur
Novi Dwi Kusama
E. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara pembuatan dan pembakuan larutan standar AgNO3 0,01 N
dengan larutan baku primer NaCI 0,01 N.
F. Prinsip Praktikum
Reaksi pembentukan endapan garam perak
G. Dasar Teori
Titrasi argentometri merupakan titrasi bergolongan pada hasil reaksi titrasinya
yaitu endapan atau garam yang sulit larut. Pada prinsip dasarnya yaitu reaksi
pengendapan yang kesetimbangan pencapaian cepat pada penambahan di setiap titran,
tidak ada gangguan dalam pengotoran dan diperlukan indikator untuk melihat titik
akhir titrasi.

Argentometri adalah titrasi yang melibatkan penggunaan larutan AgNO3.


Argentometri terbentuk pada endapan (ada juga argentometri yang tergolong
pembentukkan kompleks) dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan indikator yang
dipakai untuk penentuan titik akhir titrasi yaitu ;

1. Mohr adalah indikator yang dipergunakan yaitu indikator K2CrO4, titrannya adalah
AgNO3. Sebab untuk penentuan garam klorida dengan titrasi langsung atau
penentuan garam perak dengan titrasi kembali setelah penambahan larutan baku
NaCl berlebih.
2. Volhar adalah penggunaan indikator Fe3+, titrannya KSCN atau NH4SCN untuk
penentuan garam perak dengan titrasi langsung atau garam-garam klorida, bromida,
iodida, tiosianat, juga untuk anion-anion lain yang tidak sulit larut dari AgSCN,
tetapi pada usaha khusus. PH harus cukup rendah sekitar 0,3 MH+, agar Fe3+ tidak
terhidrolisa.
3. Fajans, indikator yang dipergunakan yaitu indikator adsorben. Macam yang
mengendapakan anion oleh Ag+, titran AgNO3, pH tergantung dari macam anion
dan indikator yang dipakai.

Sturdi kuantitatif pada reaksi penetralan asam-basa paling tenang adalah


dilakukan dengan penggunaan prosedur yang yaitu titrasi (titration). Pada percobaan
titrasi suatu larutan yang berkonsentrasi telah diketahui secara pasti disebut sebagai
larutan standar (standard solution) atau larutan baku, yang penambahan secara
bertahap ke larutan lain yang konsentrasi yang tidak diketahui, sampai reaksi kimia
antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Akan tetapi kita mengetahui
volume larutan standar dan larutan tidak diketahui yang dipergunakan pada titrasi,
maka kita dapat memperhitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui itu.

Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl, dapat melakukan dengan


pengambilan beberapa mL larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu (atau N)
penggunaan pipet volume, lalu memasukkan pada dalam erlenmeyer. Tambahkan
larutan K2CrO4, lalu diaduk. Titrasi dengan AgNO3 sehingga terjadi perubahan
warna menjadi merah kecoklatan. Catatan volume AgNO3 yang dipergunakan dan
perhitungan normalitas larutan baku AgNO3 dengan rumus sebagai berikut :

Dimana V NaCl merupakan jumlah volume NaCl yang dipergunakan, N NaCl


yaitu normalitas dari NaCl, dan V AgNO3 adalah volume AgNO3 yang dipergunakan
untuk titrasi. Metode Mohr pada titrasi argentometri (titrasi pengendapan) umumnya
dipergunakan untuk penentuan kadar klorida pada suatu sampel. Metode ini biasanya
di identitaskan dengan adanya menggunakan indikator berupa K2CrO4 (Kalium
Kromat).

Titrasi argentometri digunakan untuk penentuan besarnya kadar garam pada


sampel. Pemakaian argentometri pada penentuan kadar suatu zat dalam larutan dengan
mengacu kepada titrasi berdasarkan pembentukkan endapan dengan ion Ag+. Khusus
dalam penelitian ini, setelah larutan garam penambahan indikator kemudian dititrasi
dengan larutan AgNO3. Indikator yang digunakan yaitu K2CrO4 5 % (3 mL) yang
diperlihatkan dengan adanya perubahan warna dari kuning jernih ke merah keruh pada
akhir titrasi.

Hasil penelitian setelah dititrasi dengan AgNO3, setelah NaCl telah habis,
maka AgNO3 bereaksi pada indikator K2CrO4. Berbentuk endapan yang
menghasilkan pada penelitian ini berwarna merah bata, dengan reaksi 2Ag+(aq) +
CrO42-(aq) Ag2CrO4 (aq) (endapan merah bata).

H. Metode Praktikum :
i. Alat Dan Bahan :

Alat Bahan

1. Buret berwarna 50 mL 1. Larutan standar sekunder


2. Statif dan klem buret AgNO3 0,01 N
3. Pipet volumetrik 10 mL 2. Larutan standar primer NaCI

4. Bulb 0,01 N

5. Corong 3. Indikator K2CrO4

6. Batang pengaduk 4. Aquades

7. Gelas beaker 50 mL
8. Botol semprot
9. Labu Erlenmeyer 250 mL
10. Labu ukur 100 mL
11. Spatula
12. Pipet pasteur

ii. Prosedur Kerja :

a. Pembuatan larutan standar primer NaCI 0,01 N 100 mL


Timbanglah dengan teliti 0,05844 gram larutan NaCI 0,01 N (Ketelitian 5%)
dengan gelas beaker yang telah diketahui beratnya.

Tambahkan 25 mL aquades dan aduk sampai larut.


Pindahkan larutan tersebut secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL melalui
corong kecil

Gelas beaker dibilas dengan aquades beberapa kali hingga semua larutan asam
oksalat secara kuantitatif masuk ke dalam labu ukur

Tambahkan aquades dalam labu ukur sampai garis tanda

Labu ditutup dan larutan dikocok dengan cara membolak-balik labu


tersebut sampai larutan homogen.

b. Standarisasi larutan standar sekunder NaCl dengan larutan perak nitrat


Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

Pasang buret pada statif dan klem pada posisi tegak

Letakkan gelas beaker pada ujung bawah buret dan corong pada pangkal buret

Cuci buret dengan aquades lalu bilas buret dengan larutan standar sekunder
AgNO3 0,01 N

Tuangkan larutan standar sekunder AgNO3 0,01 N pada gelas beaker, lalu
tuangkanlah larutan NaOH sekunder tersebut melebihi tanda garis 0 mL dan
hilangkan gelembung udara pada buret

Isilah lagi buret dengan larutan NaOH melebihi tanda garis 0 mL

Larutan NaOH yang menempel pada dinding buret dibersihkan dengan tissue
yang digulungkan pada batang pengaduk
Minikuskan sampai tanda garis 0 mL

Bilaslah pipet volumetrik 10 mL dengan larutan NaCl sebanyak 3x

Ambillah larutan standar primer NaCl 0,01 N dengan pipet volumetrik 10 mL


sampai melebihi tanda batas

Bersihkan dinding luar pipet volumetrik dengan tissue

Miniskuskan sampai tanda batas

Pindahkan larutan NaCl ke dalam labu erlenmeyer 250 mL

Tambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 2-3 tetes

Tambahkan aquades secukupnya

Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan dalam buret


sampai warnanya berubah dari kuning muda menjadi merah bata

Tentukan volume larutan standar sekunder yang dibutuhkan dalam titrasi,


lakukan titrasi secara triplo

I. Hasil Dan Foto Praktikum :

a. Hasil

Standar Sekunder Titrasi ke Volume

AgNO3 0,1 N 1 20,2

2 20,1

3 20,3
4 20,0

= V1+V2+V3+V4 AgNO3 = NaCl


4 V1. N1 = V2. N2
=20,2+20,1+20,3+20,0 20,15. N1 = 10 ml.0,1N
4 N1 = 10 ml .0,1 N
= 20,15 mL 20,15
= 0,0049 N

b. Foto
c. Turniti

J. Pembahasan

Argentometri atau titrasi pengendapan merupakan penetapan kadar zat yang


berdasarkan atas reaksi membentuk endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat (AgNO3). Pada argentometri, ion perak merupakan hal
penting pada pembentukan endapan. Cara ini digunakan untuk penetapan kadar ion
halida, anion yang dapat pembentukan endapan garam perak, atau untuk pentapan
kadar perak tersebut.

Pada praktikum ini mempunyai tujuan sebagai berikut: pembuatan larutan


AgNO3 0,1 N, standarisasi larutan AgNO3 pada NaCl, dan penetapan kadar NaCl
pada sampai garam dapur. Pada percobaan pertama adalah membuat larutan AgNO3
0,1 N. pada 9,496 gram AgNO3.xH2O dilakukan penimbangan, kemudian panaskan
pada oven selama 2 jam. Proses pemanasan bertujuan untuk memisahkan hidratnya
yang terperangkat pada butiran/Kristal AgNO3.xH2O, pad air (hidratnya) dan
pengotor yang terperangkap pada hidratnya menguap, sehingga mendapatkan AgNO3
yang murni. Tetapi percobaan pertama tidak dilakukan pada praktikum ini.

Pada percobaan kedua adalah, standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl.


Standarisasi larutan AgNO3 pada sasarannya untuk mengetahui konsentrasi larutan
AgNO3 agar dapat menjadikan larutan baku sekunder. Walaupun pada percobaan
pertama telah melakukan pembuatan larutan AgNO3 0,1 N, tetapi supaya konsentrasi
AgNO3 lebih tepat dan akurat sehingga memerlukan standarisasi. Dalam hal ini,
larutan AgNO3 distandarisasi dengan larutan standar primer NaCl 0,1 N.
Setelah itu untuk mengetahui titik akhir titrasi, dipergunakan larutan kalium
kromat (K2CrO4) berupa cairan. Indikator kalium kromat dipergunakan sebab
beberapa hal diantaranya, dapat berlangsung pada suasana netral, nilai Ksp (hasil kali
kelarutan). Jika indikator kalium kromat dipergunakan dalam suasana asam, maka ion
CrO4, sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- menurut reaksi;

2 H+(aq) + 2CrO4 2+(aq) Cr2O72-(aq) + H2O(l)

Dan jika pada suasana basa maka akan membentuk endapan AgOH yang
kemudian teruraikan menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak penggunaan.
Menurut reaksi

2Ag+(aq) + 2OH–(aq) AgOH(s) + Ag2O(s) + H2O(l)

Reaksi itulah yang berkurangnya konsentrasi indikator dan disebabkan tidak


menimbulkan endapan atau sangat terlambat. Tetapi jika suasananya netral antara (6
dan 10) pada saat titrasi akan membentuk endapan putih AgCl dan indikasi titik akhir
mencapai membentuknya endapan berwarna putih yang berasal dari tritrasi. Lalu
diamati dari hasil pada kelarutannya, membandingkan Ksp AgCl lebih rendah dari
pada Ag2CrO4. Pada Ksp yang lebih rendah akan lebih mudah bereaksi dan terbentuk
endapan, saat pada praktikum ini membentuk endapan putih AgCl, dan volume yang
membutuhkan tercapai titik akhir titrasi yaitu 16,7 ml, sehingga mendapatkan
normalitas AgNO3 sebesar 0,1198 N.

Pada percobaan ketiga, prinsipnya memiliki prinsip yang sama pada percobaan
kedua. Tetapi, pada percobaan ini larutan AgNO3 yang telah standarisasi dalam
dipergunakan untuk menentukan kadar NaCl dari sampel garam dapur. Pada hasil
percobaan volume titrasi yang dipergunakan yaitu 19,5 ml, hal yang serupa juga
terjadi antara percobaan kedua dan ketiga. Lalu kadar NaCl pada sampel 0,45 gram
sebanyak 136,66185 mg dan pada persentase sebesar 30,3693 %.

K. Kesimpulan

Pada hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa:

1. Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N dapat melakukan dengan memanaskan


dengan oven AgNO3.xH2O selama 2 jam untuk pemurnian AgNO3 dari
pengotornya lalu melarutkan pada aquades.
2. Pada standarisasi AgNO3 dipergunakan indikator K2CrO4 , sebab lebih dan untuk
memahami titik akhir titrasi yang menandai membentuknya endapan putih yang
berasal dari AgCl dan indikator K2CrO4 juga bereaksi pada suasana netral.
Sehingga mendapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0,1198 N.

3. Penentuan kadar NaCl pada garam dapur melakukan dengan cara titrasi
argentometri pada memperoleh kadarnya 136,66185 mg dan 30,3693 %.

L. Daftar Pustaka

Srihardiknasti. 2018 “TITRASI ARGENTOMETRI | LAPORAN PRAKTIKUM


KIMIA ANALISIS”. https://srihardiknasti.blogspot.com/2018/03/titrasi-argentometri-
laporan-praktikum.html, diakses pada tanggal 2 Desember 2021 pukul 21.00

Rohma, Jamilatur, Hanum, Galuh Rahmana. 2018 “Modul Praktikum Kimia Analitik1
Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai