Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

ALKALIMETRI
LAB.KIMIA TERAPAN
TANGGAL, 28 OKTOBER 2022

Disusun oleh:

NATASYA EKA SAPUTRI


221335300024
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

D-4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TAHUN 2022
LAPORAN PRAKTIKUM ASIDIMETRI

A. Judul praktikum :
ALKALIMETRI
B. Hari, Tanggal :
Jumat, 28 Oktober 2022
C. Nama Dosen :
Jamilatur Rohmah S.Si M.Si
D. Nama Laboran :
Novi Dwi Kusuma S.Si
E. Tujuan Praktikum :
Untuk mengetahui cara pembuatan dan pembekuan larutan standar NaOH
0,1 N dengan baku primer asam oksalat.
F. Prinsip Pratikum :
Reaksi netralisasi H2C2O4 dengan basa kuat (NaOH)
G. Dasar Teori :
Titrasi adalah proses menentukan kadar dari suatu larutan. Dalam titrasi,
larutannya terukur dan direaksikan secara berurutan dengan larutan lain yang
telah diketahui kadarnya(larutan standar).
Metode titrasi atau volumetrik adalah metode analisis kuantitatif
berdasarkan pengukuran jumlah reagen yang kosentrasinya diketahui yang
bereaksi sempurna dengan analit. Alkalimetri adalah pengukuran yang
berkaitan dengan reaksi asam-basa, biasanya dilakukan denga titrasi. Oleh
karena itu, biasa disebut titrasi asam atau basa. Titrasi asidimetri adalah
titrasi larutan basa bebas dengan larutan standar asam kuat atau titrasi larutan
garam turunan asam lemah dengan larutan standar asam kuat. Titrasi
alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam bebas dengan larutan standar
basa kuat atau titrasi terhadap larutan garam yang berasal dari basa lemah
dengan larutan standar basa kuat.
Alkalimetri adalah reaksi netralisasi, suatu metode di mana ion hidrogen
dari asam dan ion hidroksida dari basa bereaksi membentuk molekul air.
Oleh karena itu, alkalimetri dapat didefinisikan sebagai metode untuk
menentukan keasaman suatu zat menggunakan larutan basa yang sesuai.
Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air
terurai menjadi ion hidrogen H+ dan anion. Basa adalah senyawa yang bila
dilarutkan dalam air terurai menjadi ion hidroksida OH- dan kation. Teori ini
hanya berlaku untuk senyawa anorganik yang larut dalam air. Titer yang
digunakan untuk pengukuran alkalimetri adalah NaOH atau KOH. NaOH
memiliki keunggulan harga dibandingkan KOH, dan baik NaOH maupun
KOH mudah bereaksi dengan CO2 untuk membentuk karbonat. Natrium
karbonat lebih mudah dipisahkan dari NaOH daripada kalium karbonat, yang
sulit dipisahkan dari KOH, yang mengganggu reaksi yang sedang
berlangsung. Titer harus distandarisasi dengan larutan asam standar primer
sebelum digunakan untuk titrasi sampel. Indikator titrasi asam basa adalah
asam atau basa organik lemah yang memiliki dua warna berbeda.
Reaksi netralisasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa. Untuk melakukan ini, tambahkan larutan basa setetes demi
setetes ke larutan asam. Setiap tetes basa bereaksi dengan asam dan berhenti
ketika jumlah mol H+ sama dengan jumlah mol OH-. Pada titik ini larutan
bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Metode ini, disebut titrasi adalah
analisis yang mengukur jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi
persis seperti larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetrik
karena mengukur jumlah larutan basa yang digunakan dalam volume larutan
asam tertentu.
NaOH sebagai baku sekunder akan direaksikan dengan baku primer asam
oksalat menjadi garam natrium oksalat yang titik akhirnya pH ±8,9 yaitu
dengan menggunakan indikator PP hingga terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda (Ethica, 2017) dengan reaksi :
H2C2O4 2H+ + C2O42-
C2O42 -
2CO2 + 2e
H2C2O4 +2 NaOH Na2C2O4 + 2H2O
H. Metode Praktikum :
i. Alat Dan Bahan
 Alat :
1. Buret
2. Statif
3. Pipet volumetrik 10 mL
4. Bulb
5. Corong
6. Batang pengaduk
7. Gelas beker 250 ml, 100 ml
8. Botol semprot
9. Labu Erlenmeyer 250 ml
10.Labu ukur 100 ml
 Bahan :
1. Larutan NaOH 0,1 N
2. Larutan asam oksalat / H2C2O4.2H2O 0,1 N
3. Indikator Phenolphtalein (PP)
4. Aquades
ii. Prosedur kerja

A. Pembuatan larutan standar primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N 100 mL

1. Timbang asam oksalat dihidrat 0,60 – 0,65 gram.

2. Letakkan asam oksalat ke dalam gelas beaker 250 mL, kemudian


tambahkan aquades untuk melarutkan asam oksalat.

3. Lalu pindahkan larutan asam oksalat kedalam labu ukur 100 mL melalui
corong.

4. Gelas beaker dibilas dengan aquades beberapa kali hingga semua larutan
oksalat masuk kedalam labu ukur.

5. Tambahkan aquades kedalam labu ukur sampai garis batas.

6. Tutup labu ukur dan kocok larutan hingga homogen.

B. Standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan larutan asam oksalat

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Pasang buret pada statif dan klem pada posisi tegak

3. Letakkan gelas beaker pada ujung bawah baret dan corong pada pangkal
buret

4. Cuci buret dengan aquades lalu bilas buret dengan larutan standar
sekunder NaOH 0,1

5. Tuangkan larutan standar sekunder NaOH 0.1 N pada gelas beaker, lalu
tuangkanlah larutan NaOH sekunder tersebut melebihi tanda garis 0 ml dan
hilangkan gelembung udara pada buret

6. Isilah lagi buret dengan larutan NaOH melebihi tanda garis 0 ml.

7. Larutan NaOH yang menempel pada dinding buret dibersihkan dengan


tissue yang digulungkan pada batang pengaduk

8. Minikuskan sampai tanda garis 0 ml.

9. Bilaslah pipet volumetrik 10 mL dengan larutan H2C2H4.2H2O sebanyak 3


kali.

10. Ambillah larutan standar primer H2C2H4.2H2O 0.1 N dengan pipet


volumetrik 10 mL sampai melebihi tanda batas
A. Pembuatan larutan standar primer asam oksalat (H2C2O4.2H2O) 0,1 N 100
mL
1. Timbang asam oksalat dihidrat 0,60 – 0,65 gram.
11. Bersihkan dinding luar pipet volumetrik dengan tissue
2. Letakkan asam oksalat ke dalam gelas beaker 250 mL, kemudian
tambahkan aquades untuk melarutkan asam oksalat.
3. Lalu pindahkan larutan asam oksalat kedalam labu ukur 100 mL melalui
corong.
12. Miniskuskan sampai tanda batas
4. Gelas beaker dibilas dengan aquades beberapa kali hingga semua larutan
oksalat masuk kedalam labu ukur.
5. Tambahkan aquades kedalam labu ukur sampai garis batas.
6. Tutup labu ukur dan kocok larutan hingga homogen.
13. Pindahkan larutan H2C2H4.2H2O ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
B. Standarisasi larutan standar sekunder NaOH dengan larutan asam oksalat
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pasang buret pada statif dan klem pada posisi tegak.
3. Letakkan gelas14. Tambahkan
beaker padaindikator
ujungPPbawah
1% sebanyak
baret dan
2-3 tetes
corong pada pangkal
buret.
4. Cuci buret dengan aquades lalu bilas buret dengan larutan standar
sekunder NaOH 0,1 N.
15. Tambahkan aquades ke dalam campuran tersebut secukupnya
5. Tuangkan larutan standar sekunder NaO11 0.1 N pada gelas beaker, lalu
tuangkanlah larutan NaOH sekunder tersebut melebilu tanda gans 0 ml,
dan hilangkan gelembung udara pada buret.
6. Isilah lagi buret dengan larutan NaOH melebihi tanda garis 0 ml.
16. Titrasi
7. Larutan dengan
NaOH larutan
yang NaOH yang
menempel padatelah disiapkan
dinding dalam
buret buret sampai
dibersihkan dengan
warnanya berubah dari jernih menjadi merah muda
tissue yang digulungkan pada batang pengaduk,
8. Minikuskan sampai tanda garis 0 ml.
9. Bilaslah pipet volumetrik 10 mL dengan larutan H2C2H4.2H2O sebanyak 3
17. Tentukan volume larutan standar sekunder yang dibutuhkan dalam titrasi,
kali.
lakukan titrasi secara triplo
10.Ambillah larutan standar primer H2C2H4.2H2O 0.1 N dengan pipet
volumetrik 10 ml sampai melebihi tanda batas.
11.Bersihkan dinding luar pipet volumetrik dengan tissue.
12.Miniskuskan sampai tanda batas.
13.Pindahkan larutan H2C2H4.2H2O ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.
14.Tambahkan indikator PP 1% sebanyak 2-3 tetes.
15.Tambahkan aquades ke dalam campuran tersebut secukupnya.
I. Data dan hasil praktikum
i. Data
Titrasi Ke Volume
(mL)
1 11,4
2 11,6
3 11,6
4 11,7
Rata-rata 11,5
Tabel 1. Hasil volume titrasi
ii. Perhitungan
1). V = V1 + V2 + V3 + V4
4
= 11,4 + 11,6 + 11,6 + 11,7
4
= 46,3 : 4 = 11,5

2). NaOH = H2C2O4


N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 11,5 = 0,1 X 10
N1 = 1 = 0,0869
11,5
J. Pembahasan
Pada praktikum Alkalimetri ini, sampel yang digunakan konsentrasinya
atau kadarnya adalah senyawa asam oksalat (H2C2O4.2H2O). Pada saat
pengambilan asam oksalat menggunakan pipet 10 mL. Saat memasukan
asam oksalat kedalam labu ukur, gelas beaker dicuci terlebih dahulu
menggunakan aquades supaya kandungan adam oksalat yang tersisa didalam
gelas beaker ikut ke dalam labu ukur. Kemudian bilas dan masukkan dalam
labu ukur.
Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret melualui corong agar
menimialisir pertumpahan. Larutan okasalat yangb dititrasi dimasukkan
kedalam erlemeyer dengan volume yang di pipet 10 mL. Lalu tambahkan
indikator yang warnanya dititik ekivalen.
Pada saat praktikum kali ini menggunakan indikator phenolphtalein (PP)
berubah warna menjadi merah muda saat dititik ekivalen. Sedangkan
perubahan warna yang terjadi selama percobaan adalah merah muda
keunguan di atas titik ekivalen.
Titik ekivalen terjadi ketika Indikator phenolphtalein berubah warna.
Titik titrasi dimana phenolphtalein berubah menjadi merah muda dari adalah
karena indikator ini dapat berubah warna dalam kondisi basa pada kisaran
pH 8-10. Fenomena ini disebut titik akhir titrasi. Jumlah NaOH yang dipakai
dicatat, percobaan dilakukan empat kali lagi, dan data yang terkumpul
digunakan untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan standar.
phenolphtalein termasuk indikator asam-basa golongan phtalein.
phenolphtalein merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga
bersifat sebagai asam lemah (Sukarta, 1999). phenolphtalein dapat dibuat
melalui reaksi kondensasi, menggunakan fenol dan ftalat anhidrida. Reaksi
pembuatan phenolphtalein adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai