Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM A2 DAN A3

I. MAKSUD DAN TUJUAN A2 : Agar praktikan mengetahui dan memahami cara membuat larutan baku asam oksalat (H2C2O4 . H2O ). A3 : Agar praktikan dapat memahami dan mengetahui cara menetapkan titar NaOH dengan larutan baku asam oksalat 0,1000 N ( basa kuat x asam lemah ) dan agar dapat menghitung kadar titrasi tersebut.

II. TEORI DASAR A. Larutan Baku ( Standar Solution ) Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk membuat larutan baku primer dan untuk menetapkan kenormalan larutan baku sekunder. 1. Syarat syarat bahan baku a. Harus murni atau mudah dimurnikan b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis c. Harus mantap dalam keadaan murni ataupun larutan d. Mudah larut dan dapat bereaksi e. Mempunyai bobot setara yang besar 2. Macam macam bahan baku a. Bahan baku asam H2C2O4 . H2O C6H8COOH NH2SO3H = asam oksalat = asam benzoate = asam sulfanat

b. Bahan baku basa Na2CO3 . 10H2O = boraks

c. Bahan baku pengoksidasi

K2Cr2O7

= kalium dikhromat

d. Bahan baku pereduksi Na2C2O4 Fe = natrium okasalat = besi elektronik

e. Bahan baku lainnya CaCO3 NaCl = kalsium karbonat = natrium khlorida

B. Titrimetri dan Titrasi Asam Basa 1. Konsep Dasar Titrimetri Titrimetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran titrimetri ini disebut titrasi / penitaran. Titrasi dapat juga diartikan sebagai proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan cara menetesi larutan yang akan dicari konsentrasinya dengan larutan lain yang telah diketahui sampai titik akhir titrasi. Cara titrasi ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : a. Pelaksanaannya lebih sederhana, cepat dan kemungkinan kesalahan kecil. b. Penggunaan pereaksi atau zat-zat kimia lebih hemat. 2. Metoda Titrasi a. Titrasi asam basa ( Asidimetri dan Alkalimetri ) Reaksi dasar dalam titrasi asam dan basa adalah penetralan. Sebagai contoh : H+ + OHH2O

Dalam titrasi asam basa digunakan rumus : Grek Asam = Grek basa V1 N1 Keterangan : V = volume larutan N = kenormalan larutan b. Titrasi oksidimetri. Penitaran dengan oksidimetri adalah oksidator. Misalnya : KMNO4 . K2Cr2O7 = V2N2

c. Titrasi reduktometri, Yang dimaksud dengan metoda ini adalah penitaran dengan yod atau penitaran dengan Tiosulfat. d. Titrasi / penitaran pengendapan ( presipitasi ) Dasar penitaran pengandapan adalah reaksi reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut. Termasuk dalam golongan ini antara lain Argentometri yaitu penitaran dengan AgNO3. e. Titrasi / penitaran kompleksometri Dasar penitaran kompleksometri disebut pula khelatometri yaitu terbentuknya senyawa rangkaian ( kompleks ) yang mantap dan larut dalam air. Komplekson yang banyak dilakukan adalah EDTA ( Na Etilen Diamina Tetra Asetat ). 3. Alat-alat analisis titrimetri a. Buret Alat ini terbuat dari pipa kaca yang berpenampang lintang serba sama, berskala 1/10 ml dan ujung bawahnya bertutupkan kran kaca atau pipet karet. Biasanya ukuran buret 20-25 ml b. Pipet Alat ini dibuat dari kaca, bagian tengahnya membesar, ujung bawahnya menyempit dan digunakan untuk memindahkan cairan tertentu. Dikenal dua macam pipet : 1. Pipet isi (Volume pipet) 2. Pipet ukur (Graduate pipet) c. Labu ukur Labu ukur adalah ebuah labu yang mempunyai daar rata, berleher sempit tetapi panjang dan bertanda garis sebagai tanda batas isi labu.

d. Erlenmeyer Labu Erlenmeyer dipergunakan sebagai tempat contoh yang akan dititar. Bagian bawah Erlenmeyer lebar sedangkan bagian leher menyempit. Ada dua macam Erlenmeyer :

1. Erlenmeyer biasa, untuk penitaran biasa 2. Erlenmeyer bertutup asah (labu yod), untuk penitaran yodometri yang menghasilkan yod.

4. Menghitung hasil analisis titrimetri 1. Bobot setara atau Bst/Gram Equivalen (BE) Gram atau bobot setara ialah jumlah gram zat tersebut secara kimia setara atau equivalent dengan 1 gram atom/ion hydrogen. 2. Kepekaan larutan A. Molar (M) Larutan molar suatu zat dapat disingkat M, mengandung tepat 1 gram molekul zat itu dalam satu liter larutan. B. Formal (P) Larutan formal suatu zat dapat disingkat P, mengandung tepat 1 gram formula zat itu dalam satu liter larutan. C. Molal (m) Larutan molal suatu zat dapat disingkat m, mengandung tepat 1 gram molekul zat itu dalam 1000 gram pelarut.. D. Normal (N) Larutan normal suatu zat dapat disingkat N, mengandung tepat 1 gram molekul zat itu dalam satu liter larutan. E. Persen bobot Larutan 1% bobot suatu zat, mengandung tepat 1 gram zat itu dalam 100 ml pelarut. 3. Cara menghitung hail titrai 1 Kenormalan ( Normality = N) N1 x V1 = N2 x V2 Dimana : N1 = Normalitas yang dititar V1 = Volume yang dititar N2 = Normalitas penitar V2 = Volume penitar

2.

Pengenceran bila suatu larutan diencerkan volumenya akan berubah sedangkan kepekatannya akan berkurang, tetapi jumlah bobot pengenceran yang dilarutkan tetap . Fp = factor

3. Kadar dalam persen III. ALAT DAN PEREAKSI A. 1 Alat yang dipergunakan praktikum A2 1. Neraca analitik 2. Corong gelas 3. Labu ukur 100 ml 2 Alat yang dipergunakan praktikum A3 1. Erlenmeyer 250 ml 2. Pipet volume 10 ml + 25 ml 3. Buret 50 ml ml x N x BE x 100% ml x N x BE x 100% mg x N x BE x 100%

B. 1 Pereaksi yang dipergunakan A2 : H2C2O4 . H2O = asam oksalat

2 Pereaksi yang digunakan A3 : 1. NaOH dengan N dicari 2. Asam oksalat 0,1000 N 3. Indikator PP

VI. CARA KERJA A. Cara kerja A2 1. Timbang tepat bahan baku atau bobot contoh dengan kertas timbang. 2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas. 3. Larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling. 4. Larutan dikocok 12x sampai isinya serba sama ( homogen ). 5. Maka sekarang larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer. B. Cara kerja A3 1. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling. 2. Bilasi buret dengan larutan NaOH 0.1 N, Isi buret dengan larutan yang telah disediakan hingga penuh dan dihimpitkan digaris ( skala ) nol. 3. Pipet 10 ml larutan baku ( COOH ) 2 0.1000 N kedalam Erlenmeyer. 4. Bubuhi 2 tetes indikator PP. 5. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dan buret hingga titik akhir berwarna merah muda. 6. Hitunglah titar NaOH dan hitung pula kadarnya dalam g/L.

V. DATA PENGAMATAN 1. Data Perhitungan A2 : Larutan asam oksalat 0.1000 N didapat dengan cara mempipet larutan asam oksalat 10 ml diencerkan ke dalam 100 ml labu ukur.

2. Data percobaan A3 menggunakan pipet 10 ml : No. 1. 2. V0 ( awal ) 0,00 0,00 V1 ( akhir ) 10,60 11,00 V ( hasil ) 10,60 ml 11,40 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 10 ,60 11,40 = = 4,4 ml 2 2

Mencari N NaOH : V1 x N1 = V2 x N2
( Asam oksalat ) ( NaOH )

10 x 0,1000 = 11,00 x N2 N2 =
1 11,00

N2 = 0,0901 N Titar NaOH 0,0901 N

VII.

KESIMPULAN

Kadar NaOH yang ditetapkan : g/l = N x Be = 0,0901 x = 3,604 g/l


40 1

Ket : Bm NaOH = 40 Be =
40 1

MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT / CUKA ( CH3 COOH ) DENGAN NaOH 0.1 N BE = BM = 60

I.

MAKSUD DAN TUJUAN Agar praktikan dapat memahami dan mengetahui cara menetapkan dan menghitung kadar asam asetat / cuka ( CH3COOH ) dengan NaOH 0,1 N.

II.

ALAT DAN PEREAKSI A. Alat yang dipergunakan praktikum A4 1. Erlenmeyer 250 ml 2. Pipet volume 10 ml + 25 ml 3. Buret 50 ml 4. Piala gelas 100 ml 5. Corong gelas B. Pereaksi yang digunakan A4 : 1. NaOH 0,1 N 2. Asam asetat ( cuka ) 3. Indikator PP

III.

CARA KERJA 1. Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling. 2. Bilas buret dengan NaOH 0,1 N.Isi buret dengan larutan yang telah disediakan hingga penuh dan dihimpitkan digaris ( skala ) nol. 3. Pipet 10 ml Asam asetat ke dalam labu ukur 100 ml encerkan sampai tanda garis. 4. Larutan dikocok 12 x. 5. Pipet 10 ml larutan encer ke dalam Erlenmeyer 6. Bubuhi 2 tetes indicator PP 7. Kemudian titar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir berwarna merah muda. 8. Hitunglah kadar asam asetat tersebut dalam g/l.

IV.

Data Pengamatan A4 : menggunakan pipet 25 ml

No 1. 2.

V0(awal) 0,00 ml 0,00 ml

V1(akhir) 39,00 ml 39,00 ml

V(hasil) 39,00 ml 39,00 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 39 ,00 39 ,00 = = 39,00 ml 2 2

Titrasi NaOH 0,0901 N ( dari hasil A3 )

fp =

1000 100 x = 400 x 10 25

V.

Kesimpulan

Kadar CH3COOH = ml titrasi x N NaOH x P ( isi ) x Be = 39,00 ml x 0,0901 N x 400 x = 84333,6 g/l
60 1

3.

Data Pengamatan A5 Diketahui : Larutan boraks 0,1 N BE = 190,6 gr , X = 100 ml larutan Ditanyakan : Berapa gram bobot contoh dan berapa gram seluruhnya ? Jawab : Berat bobot contoh : g = N x Be x = 0,1 x 190,6 x = 1,906 gram Berat seluruhnya : Berat kertas timbang : 0, 7744 gr Bobot contoh : 1, 906 gr + 2, 6804 gr
X 1000

100 1000

4. Data Pengamatan A6 :

No 1. 2.

V0(awal) 15,50ml 0,0ml

V1(akhir) 30,50ml 15,00ml

V(hasil) 15,00ml 15,00ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 15,00 15,00 = 2 2

= 15,00 ml

Mencari N HCl : V1 x N1 = V2 x N2
( Boraks ) ( HCl )

10 x 0,1 = 15 x N2 N2 =
1 15

= 0,0666 N

Kadar NaOH yang ditetapkan : Ket : Bm HCl = 36,5


36,5 1

g/l = N x Be = 0,0666 x = 2,4309 g/l

Be =

36,5 1

5. Data Pengamatan A7 : Titrasi 1. 2. V0(awal) 0,00 ml 11,70 ml V1(akhir) 3,90 ml 15,60 ml V(hasil) 3,90 ml 3,90 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 3,90 3,90 = = 3,90 ml 2 2

* N HCl 0,0666 N P=
100 1000 x = 1000 x 10 10

Kadar NaHCO3 = ml titrasi x N HCl x Be NaHCO3 x P = (3,9x 0,0666 N) x 84 x 1000 = 21818,16 mg/l = 21,1818 g/l

6. Data Pengamatan A8 : ( Na2CO3 : NaHCO3 ( B ) ) Data A ( indikator PP ) : sampai tak berwarna Titrasi 1. 2. V0(awal) 0,00 ml 11,00ml V1(akhir) 1,50 ml 12,60 ml V(hasil) 1,50 ml 1,60 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 1,50 1,60 = = 1,55 ml 2 2

Data B ( indikator MO ) Titrasi 1. 2. V0(awal) 1,50 ml 12,60 ml V1(akhir) 3,60 ml 14,70 ml V(hasil) 2,10 ml 2,10 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 2,10 2,10 = = 2,10 ml 2 2

* N HCl 0,0666 N P=
100 1000 x = 1000 x 10 10

Kadar Na2CO3 = ( 2 x pp ) ml x N HCl x Be NaCO3 x P = ( 2 x 1,55) ml x 0,0666 x 53 x 1000 = 10942,38 mg/l = 10,9423 g/l Kadar NaHCO3 = ( mo pp ) ml x N HCl x Be NaHCO3 x P = ( 2,10 1,55 ) x 0,0666 x 84 x 1000 = 3076,9200 mg/l = 3,0769 g/l

Kadar Na2CO3 + NaHCO3 = A + B = C g/l = 10,9423 + 3,0769 = 14,0192 g/l % Na2CO3 =

10,9423 x 100 % = 78,05 % = 78 % 14,0192 3,0769 x 1000 % = 21,9477 % = 22 % 14,0192

% NaHCO3 =

Jadi, perbandingan Na2CO3 : NaHCO3 78 % : 22 %

H. Data Pengamatan A9 : Data A ( indikator PP )

: sampai berwarna merah Titrasi 1. 2. V0 (awal) 0,00 ml 9,10 ml V1 (akhir) 4,40 ml 13,60 ml V (hasil) 4,40 ml 4,50 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 4,40 4,45 = = 4,45 ml 2 2

Data B ( indikator MO ) Titrasi 1. 2. V0(awal) 4,40ml 13,60ml V1(akhir) 6,20 ml 15,30 ml V(hasil) 1,80 ml 1,70 ml

Rata rata titrasi : V =


V1 V 2 1,80 1,70 = = 1,75 ml 2 2

* N HCl 0,0666 P=
100 1000 x = 400 x 25 10

Kadar NaOH

= ( pp mo ) ml x N HCl x Be NaOH x P = (4,45 ml 1,75)x 0,0666 x 40 x 400 = 2877,12 mg/l = 2,8771 g/l

Kadar Na2CO3 = ( 2 x mo ) ml x N HCl x Be Na2CO3 x P = (2 x 1,75) ml x 0,0666 x 53 x 400 = 4941,72 mg/l = 4,9417 g/l

Kadar NaOH + Na2CO3 = A + B = C g/l = 2,8771 + 4,9417 = 7,8188 g/l % NaOH =

2,8771 x 100 % = 36,7972 % = 37 % 7,8188 4,9417 x 100 % = 63,2027 % = 63 % 7,8188

% Na2CO3 =

Jadi, perbandingan NaOH : Na2CO3 37 % : 63 %

Anda mungkin juga menyukai