Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan hassil

Pada praktikum yang dilaksanakan pada hari Rabu, 05 Februari 2020 kami
melakukan praktikum pemeriksaan tentang Giardia Lambia. Pemeriksaan disini
bertujuan untuk memeriksa apakah adanya protozoa Giardia Lambia pada sampel
feses yang diperiksa.

Gardia adalah genus protozoa berflagel yang mampu menginfeksi saluran


pencernaan semua kelas vertebrata dan bersifat non-invasif. Parasit ini memiliki
siklus hidup dan metabolisme yang sederhana sehingga dapat berkembang cepat
dalam tubuh inang dan menginfeksi inang walaupun hanya dengan 10 kista per
oral (Rodriguez-Morales et al, 2017).

G. lamblia mempunyai 2 bentuk, yaitu tropozoit dan kista. Bentuk


tropozoit bilateral simetris seperti buah jambu monyet dengan bagian anterior
membulat dan posterior meruncing parasit ini berukuran 10-20 mikron panjang
dengan diameter 7-10 mikron. Bentuk kista oval dan berukuran 8-12 mikron dan
mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista
yang baru terbentuk mempunyai dua inti, sedangkan kista matang mempunyai
empat inti yang terletak di satu kutub (Gandahusada, 1998).

Diagnosis definitif terhadap G. lamblia ditegakkan melalui pemeriksaan


mikroskopik dengan menemukan bentuk tropozoit dalam tinja encer dan cairan
duodenum atau bentuk kista dalam tinja padat. Bentuk tropozoit hanya dapat
ditemukan dalam tinja segar. Dalam sediaan basah dengan larutan iodin atau
dalam sediaan yang dipulas dengan trikrom morfologi G. lamblia dapat dibedakan
dengan jelas dari protozoa lain (Gandahusada, 1998).

Metode yang digunakan adalah metode Direct Slide Preparat dimana


metode ini adalah metode langsung dimana sampel akan dicampur dengan
pewarnaan eosin dan lugol kemudian diamati secara langsung untuk melihat
hasilnya dibawah mikroskop.

Prinsip pemeriksaan kali ini adalah dengan penambahan warna eosin 2%


dan lugol pada sampel feses yang berfungsi sebagai larutan pengencer dan sebagai
latar belakang pengamatan mikroskop yang memberi latar belakang warna merah
untuk eosi dan latar belakang kekuningan untuk lugol.

Pengamatan dilakukan pada dua preparat yang berbeda, preparat nomor 1


adalah preparat basah atas nama Ngakan Made Sujana, umur 70 tahun, dan jenis
kelamin laki-laki. Dan yang kedua adalah sampel preparat awetan. Pada sampel
preparat basah tidak ditemukan adanya parasit Giardia Lamblia, pada preparat ini
hanya ditemukan pengotor dan sisa sisa makanan. Sedangkan pada preparat
awetan kami menemukan Giardia Lamblia yang masih dalam vase kista. Vase
kista ini merupakan stadium yang infektif dalam rantai penularan giardiasis pada
manusia maupun hewan (Patton, 2016).

G. lamblia hidup di rongga usus halus, yaitu duodenum dan proksimal


yeyunum, dan kadang-kadang saluran dan kandung empedu. Infeksi terjadi
setelah teringesti bentuk kista. Ekskistasi terjadi setelah kista secara terpajan oleh
HCl dan enzim pankreas saat melewati lambung dan usus halus. Ekskitasi
merupakan aktivasi kista berinti empat dorman untuk mengeluarkan parasit
motil yang membelah menjadi dua tropozoit. Tropozoit motil tersebut
menempel di permukaan sel epitel usus dengan menggunakan batil isap. Setelah
melekat pada sel epitel, organisme tersebut akan berkembang biak dengan cara
belah pasang longitudinal (Gandahusada, 1998).

Sebagian tropozoit akan mengalami enkistasi saat menuju kolon.


Kondisi yang dapat menstimulasi proses ini tidak diketahui secara pasti tetapi
secara in vitro, enkistasi dapat diinduksi oleh pajanan terhadap empedu dan
peningkatan pH. Setelah enkistasi, parasit tersebut akan keluar bersama tinja.
Kista resisten terhadap penggunaan kimia ringan seperti air berklorin dan
pendidihan air serta tahan dalam air dingin hingga berbulan-bulan. Kista dapat
dimusnahkan dengan pembekuan atau pengeringan (Bilenko, et all 2004)

Setengah dari orang yang terinfeksi G. lamblia asimtomatik dan


sebagian besar dari mereka menjadi pembawa (carrier). Gejala yang sering
terjadi adalah diare berkepanjangan; dapat ringan dengan produksi tinja
semisolid atau dapat intensif dengan produksi tinja cair. Jika tidak diobati,
diare akan berlangsung hingga berbulan-bulan. Infeksi kronik dicirikan
dengan steatore karena gangguan absorbsi lemak serta terdapat gangguan
absorbsi karoten, folat, dan vitamin B12. Penyerapan bilirubin oleh G.
lamblia menghambat aktivitas lipase pankreatik (Despommier, et al 2005).

DAPUS

Bilenko N, Amalya L, Dagan R, et al. Does co-infection with Giardia lamblia


modulate the clinical characteristics of enteric infections in young
children?. European Journal of Epidemiology 2004; 19: 877–883.

Gandahusada S, Ilahude HHD, Pribadi W [editors]. Parasitologi Kedokteran.


Edisi 3.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1998. hal.129-132; 166- 171

Despommier DD, Gwads RW, Hotez PJ, Knirsch CA. Parasitic Diseases. 4th
ed. New York: Apple Trees Productions; pg.7-12

Rodríguez-Morales AJ, Trujillo AM, Sánchez-Duque JA, Escobedo AA. (2017).


Introductory chapter: Giardiasis - Still a globally relevant protozoan and
zoonotic disease. InTech [Internet]. 2017. Available from:
https://www.intechopen.com/books/howtoreference/current-topics-in-
giardiasis/introductory-chapter-giardiasis-still-a-globally-relevant-
protozoan-and-zoonotic-disease

Patton S. (2016). Overview of giardiasis - Digistive system. Kenilworth (US):


Merck Veterinary Manual.

Anda mungkin juga menyukai