Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERIKANAN BUDIDAYA MENUJU


PERIKANAN EMAS 2045
Sorbakti Sinaga
226080101111003

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
Outline :
• Pendahuluan
• Perluasan wilayah konservasi perairan 30% dari luas perairan tahun 2045.
• Penerapan kebijakan penangkapan terukur berbasis kouta di setiap Wilayah Pengelolaan
Perikanan untuk keberlanjutan ekologi, peningkatan PNBP dan kesejahteraan nelayan
• Pengembangan perikanan budidaya laut, pesisir, dan tawar dengan komoditas unggulan
berorientasi ekspor (udang, lobster, kepiting, dan rumput laut) dan komoditas sesuai
kearifan lokal untuk pengentasan kemiskinan).
• Pengelolaan Berkelanjutan Pesisir dan Pulau Kecil sebagai landasan pemanfaatan dan
pengusahaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.
• Pengelolaan sampah laut untuk pencapaian sasaran pengurangan sampah laut 70% tahun
2030.
• Kesimpulan.
Pendahuluan
• Jumlah Pulau: 17.504 pulau (16.056 telah memiliki nama dan
dikukuhkan di PBB, Agustus 2017)
• Pada tahun 2020, Indonesia adalah negara produsen perikanan
budidaya terbesar kedua di dunia, dengan volume 14,8 juta ton
(rumput laut 9,6 juta ton dan ikan 5,2 juta ton).
• Laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
menunjukkan, angka konsumsi ikan nasional tahun 2020
sebesar 56,39 kg/kapita. Angka ini naik 3,47% dibanding tahun
sebelumnya yang sebesar 54,5 kg/kapita.
• Konsumsi ikan Indonesia telah melampaui ketentuan Pola
Pangan Harapan (PPH) untuk konsumsi ikan yaitu minimal 31,40
kg/kapita/tahun oleh sebab itu sangat diperlukan managemen
budidaya yang berkelanjutan sehingga pemenuhan akan
kebutuhan perikanan dapat tercukupi.
• Efektivitas Pengelolaan” (management effectiveness) menjadi
kata kunci bagi upaya pengembangan dan pengelolaan
perikanan berkelanjutan menuju perikanan emas
Potensi Lahan Budidaya Indonesia Tahun
2019
Lahan Budidaya : Luas (m2)
Tambak intensif : 167.581.904
Tambak semi intensif : 983.518.378
Keramba jarring apung laut : 23.805.417
Keramba jarring apung air tawar : 66.366.604
Kolam air deras : 4.380.469
Kolam air tenang : 2.218.257.726
Kolam air tenang : 8.524.894.033

Sumber : KKP. 2019


Arah Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2021-2024

1. Perluasan wilayah konservasi perairan 30% dari luas perairan tahun 2045
Ekonomi biru merupakan model pembangunan ekonomi
yang mengintegrasikan pembangunan darat dan laut dengan
memperhitungkan daya dukung sumber daya dan
lingkungan. Pada prinsipnya potensi darat, laut, dan udara
harus disinergikan sehingga menjadi kekuatan
Indonesia (Ervianto 2018).
• Sampai saat ini belum adanya kawasan konservasi yang
telah dikelola secara optimum (atau berada di peringkat
4, masuk katagori “biru”
• Pedoman Teknis E-KKP3K menyarankan perlunya
mencari jalan untuk meningkatkan peringkat
efektivitas pengelolaan semua kawasan konservasi laut
ke tingkat lebih tinggi.
• Mendorong semua kawasan konservasi laut untuk
memiliki rencana pengelolaan (RP) berorientasi
efektivitas pengelolaan, seperti yang disarankan oleh
para pakar (Day et al., 2015; Kelleher, 1999; Salm et
al., 2000; Thomas & Middleton, 2003)
POTRET KEMISKINAN DI WILAYAH
PESISIR

Studi kasus : Aksi bersih dan pengobatan


gratis Kampung Bajo Kab. Wakatobi
2. Penerapan kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota di
setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan untuk keberlanjutan
ekologi, peningkatan PNBP dan kesejahteraan nelayan
• Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai
melakukan uji coba penerapan kebijakan penangkapan
ikan terukur berbasis kuota di tiga pelabuhan, yakni
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tual di Maluku,
PPN Ternate di Maluku Utara dan PPN Kejawanan di
Jawa Barat pada Rabu 14 September 2022.
• Dalam menjalankan kebijakan perikanan tangkap, KKP
menjalankan fungsi pengawasan dan monitoring secara
reguler terhadap jumlah pemanfaatan ikan dan
keuntungan melalui sebaran perizinan penangkapan
ikan dan kondisi sumber daya perikanan agar
pemanfaatan ikan dapat terkendali baik secara biologi
dan ekonomi.
Sistem iplementasi penangkapan terukur di Indonesia
Zona Fishing Industry
Zona Nelayan Lokal

Zona Spawning & Nursery Ground


Garis Pantai
12 mil
Total jumlah tangkapan yang diperbolehkan (jtb):
9.452.072 ton/tahun nilai produksi total se-
indonesia: Rp 229,3 Trilyun (KKP. 2021)

• Kebijakan penangkapan ikan terukur akan semakin menyingkirkan nelayan tradisional dan
kebijakan ini hanya menjadi karpet merah untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan
bagi para pemilik modal besar ataupun perusahaan atau korporasi perikanan. Hal ini tentu
saja tidak sejalan dengan asas Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, terutama
asas pemerataan, asas peran serta masyarakat dan asas keadilan.

• Barrier to entry tinggi, jumlah penangkap disesuaikan dengan stok ikan


yang diijinkan untuk ditangkap
• Ada insentif pembuangan ikan di laut
4. Pengembangan perikanan budidaya laut, pesisir, dan tawar dengan
komoditas unggulan berorientasi ekspor (udang, lobster, kepiting, dan
rumput laut) dan komoditas sesuai kearifan lokal untuk pengentasan
kemiskinan)
Kekurangan dari program pengembangan budidaya yang
dilakukan KKP sampai saat ini adalah :

• Tahun 2022, ada dua program KKP di awal 1. Minimnya fasilitas pelabuhan dan pelelangan perikanan.
tahun untuk meningkatkan produktivitas 2. Pembangunan pembudidaya ikan tidak selaras karena
sektor perikanan budi daya di Indonesia. kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
• Program tersebut adalah pengembangan
perikanan budi daya berbasis pada ekspor 3. Minimnya luas lahan membuat hasil perikanan mereka
dengan komoditas unggulan di pasar global. juga tidak maksimal untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan mereka.
• Serta pembangunan kampung perikanan budi 4. Kurangnya pemahaman Nelayan tradisional dan Nelayan
daya berbasis kearifan lokal kecil bahwa wilayah tangkap mereka tidak dibatasi oleh
wilayah administratif.
5. Minimnya jaminan santunan yang dapat menanggung
risiko kecelakaan bagi nelayan yang mengalami musibah.
6. Kesulitan untuk mengakses masalah permodalan pada
lembaga keuangan yang ada
4. Pengelolaan Berkelanjutan Pesisir dan Pulau Kecil sebagai
landasan pemanfaatan dan pengusahaan sumberdaya kelautan
dan perikanan yang berkelanjutan
• Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 km² (dua ribu kilometer
persegi) beserta ekosistemnya (UU No.27/2007)

• Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) adalah Pulau-Pulau


Kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis
yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai
dengan hukum internasional dan nasional (Perpres
No.78/2005).
• Wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil memiliki arti strategis dalam
membangun bangsa dan mensejahterakan masyarakatnya.
• kekayaan sumberdaya alam tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal, salah satunya disebabkan oleh ego sektoral antar lembaga
pemerintah.
• Ego sektoral yang berujung pada konflik kewenangan antar lembaga
ini telah mengakibatkan kerusakan lingkungan pesisir laut dan pulau-
pulau kecil, karena masing-masing lembaga merasa berwenang untuk
memanfaatkan, namun saling menyalahkan ketika terjadi kerusakan.
• Munculnya konflik antar lembaga yang terkait dengan pengelolaan
wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil disebabkan oleh tumpang
tindihnya peraturan perundang-undangan.
• Persoalan pengelolaan di wilayah pesisir laut dan pulaupulau kecil
semakin krusial seiring dengan disahkannya Undang-undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian digantikan
oleh Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dan sekarang digantikan lagi oleh UU No. 23 tahun 2014.
5. Pengelolaan sampah laut untuk pencapaian
sasaran pengurangan sampah laut 70%
tahun 2030
• Saat ini laut sudah semakin jenuh dengan sampah yang terus masuk,
menyebabkan terjeratnya makro-fauna, peningkatan kerentanan
penyakit pada terumbu karang, dan meningatkan toksik dalam rantai
makanan ekosistem laut.
• Sampah laut secara langsung juga berdampak terhadap aspek ekonomi
nasional dan kesehatan manusia karena mengonsumsi SDA dari laut. 
• Sampah plastik menjadi mayoritas setelah mereka menjadi dominan
diperairan laut global, yakni sebanyak 60-80% dari total sampah yang
ada dilaut.
• Diperkirakan pula sebanyak 150 juta ton plastik ada didalam laut oleh
World Economic Forum tahun 2016.
• Tahun 2010, Indonesia menjadi kontributor sampah plastik ke laut
global sebanyak 10%. Setiap tahun mengalir sekitar 8 juta ton plastik
ke laut dimana Indonesia sebagai salah satu kontributor menyumbang
80% sampah ke laut dan 30%-nya adalah plastik.
• Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai
menerapkan skema penanganan sampah laut melalui
Tindakan Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Gernas BCL). Dalam
skema tersebut, 1.721 nelayan di 14 lokasi akan terlibat
KKP terhadap dalam gerakan membersihkan laut dan mendapatkan
kompensasi dari sampah plastik yang dikumpulkan
penanganan sepanjang bulan oktober ini.
• KKP melalui Ditjen Pengelolaan Ruang Laut juga memiliki
sampah di program yang bersinergi dengan kegiatan ekonomi sirkular
pesisir yaitu Program Desa Pesisir Bersih.. Program ini diarahkan
untuk mengoptimalkan kelompok penggiat sampah pesisir
dengan prinsip pemanfaatan kembali nilai ekonomi dari
barang-barang sisa konsumsi, utamanya plastik
• Berdasarkan aksi yang dilakukan KKP terhadap
pengelolaan sampah laut masih pelu perhatian khusus.
• Menurut peneliti Sustainable Waste Indonesia (SWI),
Dini Trisyanti, sekitar 90% masyarakat Indonesia sadar
bahwa ada persoalan terkait sampah di Indonesia.
• Masih nihilnya aksi nyata dalam menyikapi kesadaran
mengelola dan kepedulian terhadap sampah masih
sangat rendah.
• Pemerintah Indonesia juga tidak membuat sebuah
peraturan ataupun menegakkan hukum terkait audit
sampah plastik yang ada di Indonesia sangat beragam
akan tetapi pemerintah indonesia tidak membuat
kebijakan untuk membatasi beragam macam jenis
sampah plastik tersebut.
Kesimpulan
• Setiap peraturan pada umumnya dilakukan untuk tujuan baik tinggal
bagimana kita menyikapinya dan melaksanakan yang sesui dengan
kondisi dilapangan.
• Sebagai pembudidaya kita tidak harus menunggu kebijakan untuk
melakukan perubahan yang baik tapi lakukanlah yang baik dan
bermanfaat sehingga bumi tetap terjaga demi anak cucu kita.
• Sungai, danau, laut tidak menjaga kita namun kita yang menjaga bumi
kita.
TERIMAKASIH…..

Anda mungkin juga menyukai