1. Hak ulayat laut merupakan hak kepemilikan komunal (marga) yang mengatur akses
terhadap sumberdaya baik untuk kepentingan anggota masyarakat itu sendiri maupun anggota masyarakat lain (outsiders). Tipe komunitas nelayan merupakan bentuk kesamaan atas keinginan dan kepentingan bersama dalam satu unsur nelayan yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa atau pesisir. 2. Pengembangan sumber daya perikanan di Indonesia belum mencapai hasil yang maksimal. a. Secara potensi, perikanan Indonesia adalah yang terbesar di dunia, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Berdasarkan modus operandi atau cara produksi, perikanan terbagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap (capture fisheries) dan perikanan budidaya (aquaculture), dengan potensi produksi lestari sekitar 67 juta ton/tahun. Dari angka ini, potensi produksi lestari (Maximum Sustainable Yield = MSY) perikanan tangkap laut sebesar 9,3 juta ton/tahun dan perikanan tangkap di peraian darat (danau, sungai, waduk, dan rawa) sekitar 0,9 juta ton/tahun, atau total perikanan tangkap 10,2 juta ton/tahun. Sisanya, 56,8 juta ton/tahun adalah potensi perikanan budidaya, baik budidaya laut (mariculture), budidaya perairan payau (tambak), maupun budidaya perairan tawar (darat). b. Kendala pengembangan sumber daya perairan di Indonesia : Pengelolaan perikanan Masih lemahnya sistem pengelolaan perikanan merupakanisu strategis dan permasalahan umum yang pokok dalam mewujudkan sektor perikanan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini telah diindikasikan dengan tidak meratanya tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di wilayah Indonesia. Penegakan hukum Kondisi penegakan hukum untuk sektor perikanan di Indonesia juga relatif masih lemah, baik secara kuantitas dan kualitas. Belum kuatnya penegakan hukum di bidang perikanan ini, selain mengakibatkan kerugian negara, baik secara ekonomi dan lingkungan, juga berdampak pada penegakan kedaulatan wilayah negara, sehingga dapat mengakibatkan rakyat Indonesia menjadi tidak berdaulat di negaranya sendiri. Pelaku usaha perikanan pelaku usaha perikanan yang sebagian besar belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang usaha perikanan yang berkelanjutan dan juga belum memiliki skala usaha yang layak (economy of scale). Akibatnya, tidak sedikit pelaku usaha perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, yang melakukan praktik-praktik usaha perikanan yang tidak berkelanjutan, bahkan beberapa masih ada yang menggunakan alat tangkap atau bahan-bahan yang berbahaya bagi sumber daya ikan, lingkungan, dan manusianya. c. Strategi mengembangkan sumber daya perairan indonesia : Meningkatkan daya saing dan memperkuat daya dukung atau enabler dalam ekonomi maritim. Sektor ekonomi maritim harus mampu bersaing dengan sektor serupa di negara lain. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang terlibat dalam ekonomi maritim. Masyarakat seperti nelayan, petani garam dan pengolah ikan harus mendapatkan kesejahteraan dari ekonomi maritim. Penguatan kedaulatan maritim dan pengelolaan sumber daya alam secara mandiri dan berkelanjutan. Sumber daya alam harus dilindungi dari pencurian dan eksploitasi yang dapat merugikan masyarakat dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengembangan infrastruktur secara mandiri dan terpadu dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), iptek dan budaya maritim. Melakukan penindakan terhadap kapal pencuri ikan, seperti dengan meledakkan dan menenggelamkan kapal tersebut. Melarang beroperasinya metode penangkapan yang merusak ikan seperti pukat harimau, bom ikan, dan racun ikan. Memberi bantuan pendanaan kepada nelayan untuk memodernisasi peralatan tangkap mereka. Membangun infrastruktur pengolahan ikan dan memudahkan akses transportasi untuk distribusi hasil perikanan.