Anda di halaman 1dari 121

Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk

Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Sektor Perikanan merupakan salah satu sektor andalan dalam
rangka meningkatkan perekonomian masyarakat maupun pembangunan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Perikanan tangkap
merupakan salah satu sektor utama mendukung perekonomian
masyarakat pesisir Langkat karena
kontribusinya dalam penyediaan pangan
yang berasal dari laut seperti berbagai jenis
ikan, udang dan kerang-kerangan. Kegiatan
perikanan tangkap ini melibatkan 22.489
jiwa penduduk dengan 10.570 KK atau
Gambar 1. Kapal Tangkap
sekitar 33,4% dari jumlah penduduk
usia kerja. Pemerintah Indonesia bertanggungjawab menetapkan
pengelolaan sumberdaya alam Indonesia bagi kepentingan seluruh
masyarakat, dengan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan
sumberdaya tersebut. Hal ini juga berlaku bagi sumberdaya perikanan,
seperti ikan, lobster dan udang, teripang, dan kerang-kerangan seperti
kima, dan kerang mutiara. Sumberdaya ini secara umum disebut atau
termasuk dalam kategori dapat pulih. Namun, kemampuan alam untuk
memperbaharui ini bersifat terbatas. Jika manusia mengeksploitasi
sumberdaya melelebihi batas kemampuannya untuk melakukan
pemulihan, sumberdaya akan

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
mengalami penurunan, terkuras dan bahkan menyebabkan kepunahan.
Penangkapan berlebih atau ‘over-fishing’ sudah menjadi kenyataan pada
berbagai perikanan tangkap di dunia – Organisasi Pangan dan Pertanian
Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah
tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih atau stok yang tersisa
bahkan sudah terkuras – hanya 25% dari sumberdaya masih berada pada
kondisi tangkap kurang (FAO, 2002). Total produksi perikanan tangkap
dunia pada tahun 2000 ternyata 5% lebih rendah dibanding puncak
produksi pada tahun 1995 (tidak termasuk Cina, karena unsur ketidak-
pastian dalam statistik perikanan mereka). Sekali terjadi sumberdaya
sudah menipis, maka stok ikan membutuhkan waktu yang cukup lama
untuk pulih kembali, walaupun telah dilakukan penghentian penangkapan.
Masalah ini bahkan sudah menjadi pesan SEKJEN – PBB pada Hari
Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni 2004.

Departemen Kelautan dan Perikanan, DKP, sangat memahami


permasalahan penangkapan berlebih di perairan laut Indonesia Bagian
Barat, khususnya perairan pantai utara Jawa. Didorong oleh harapan
publik dimana sektor perikanan harus memberikan kontribusi terhadap
peningkatan GNP Indonesia melalui peningkatan produksi hasil tangkap,
DKP sekarang sedang mencari ‘sumberdaya yang tidak pernah habis’
tersebut di Indonesia Bagian Timur (Widodo, 2003). Pertanyaannya
adalah sampai sejauh mana perairan laut Indonesia. Bagian Timur bisa
dikembangkan untuk perikanan tangkap dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan sumberdaya. Apakah perairan Indonesia Bagian Timur
termasuk bagian dari 25% perikanan tangkap dunia, yang menurut FAO
bisa dikembangkan lebih lanjut?. Indonesia cenderung melakukan
intensifikasi perikanan tangkap. Artikel yang diterbitkan Jakarta Post (14
Januari 2004) melaporkan investasi yang dilakukan oleh salah satu
perusahaan perikanan tangkap Indonesia senilai Rp. 2 triliun (setara US$

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
235 juta), untuk memperluas armada perikanan di perairan Papua –
dengan menyerahkan 5% saham dari projek tersebut kepada Pemerintah
Papua. Artikel lain yang dimuat dalam Kompas 21 Januari 2004 (Hakim,
2004) menggambarkan beberapa wilayah perairan laut yang sudah
mengalami tangkap lebih, sementara beberapa wilayah lainnya masih
berada dalam kondisi tangkap kurang. DKP mencoba mengangkat
masalah ini dan menyelesaikannya dengan cara memfasilitasi transmigrasi
nelayan (pernyataan pers DKP, tertanggal 29 Agustus 2003, 20 Januari
2004 dan 9 Desember 2004; diakses melalui http://www.dkp.go.id). Lebih
lanjut, Pemerintah Indonesia sangat gencar mengundang investor asing
untuk mengeksploitasi sumberdaya yang dianggap tidak akan pernah
habis: situs Kedutaan Inggris di Indonesia mengundang industri perikanan
tangkap di Inggris dalam memanfaatkan peluang ini (British Embassy,
2004), melalui suplai armada perikanan yang digunakan, kemungkinan
bersama ABK, alat tangkap gill net, pukat harimau, pancing pole & line,
pukat cincin, beserta pelayanan konsultasi dan transfer teknologi.

Stok perikanan Indonesia bisa terus dipertahankan meningkat


dengan meningkatnya laju eksploitasi dan pengembangan alternatif
kebijakan perikanan tangkap berbasis ekosistem dengan penekanan pada
peranan Kawasan Perlindungan Laut, KPL, sebagai alat pengelolaan
perikanan tangkap di Indonesia, yang secara tradisional dipikirkan sebagai
instrumen dari usaha konservasi keanekaragaman sumberdaya hayati.

Tetapi Paradigma Pembangunan selama ini terlalu berorientasi


pada daratan dimana daerah pesisir dan laut kerap kali mengalami
ketertinggalan dan keterbelakangan, terjadi degradasi ekosistem
lingkungan pesisir dan laut (mangrove, terumbu karang, estuaria, padang
lamun) dan masyarakat pesisir khususnya nelayan kini merupakan

3
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
kelompok masyarakat termiskin. Sekarang saatnya pembangunan
berorientasi mulai dari wilayah Pantai/Laut.

Pengembangan perikanan tangkap Kabupaten Langkat memerlukan


pedoman arah pembangunan berupa roadmap pengembangan perikanan
tangkap untuk mendukung program agromarine di Kabupaten Langkat,
yang dijabarkan secara secara terpadu. Rodmap ini ditujukan untuk sistem
manajemen penangkapan ikan. Roadmap ini mampu menjangkau peta
persaingan tangkapan ikan internasional, nasional dan daerah di masa
depan, supaya keberlanjutan penangkapan ikan dapat berjalan lebih
efektif, efisien, berbiaya murah, serta membutuhkan waktu singkat dan
menawarkan berbagai pilihan alternatif. mensinergikan kegiatan
pembangunan secara berkesinambungan yang dilaksanakan secara
bersama-sama oleh para pemangku kepentingan (stakeholders).

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta


kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di
kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan
kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini
telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan
kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan
kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya
yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber
daya manusia, alam, bahkan modal.

Di samping itu paradigma pembangunan selama ini masih terlalu


berorientasi terhadap daratan sehingga perkembangan berbagai sektor di
wilayah pesisir dan pulau–pulau kecil mengalami ketertinggalan. Untuk
mengatasi atau meminimumkan kecenderungan yang demikian,
diperlukan upaya percepatan pembangunan kawasan pesisir, pulau-pulau

4
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
kecil dan pulau terluar ke depan. Percepatan pembangunan tersebut
haruslah mampu menciptakan kesempatan kerja, investasi yang ekonomis
dan menarik, sehingga dapat menahan capital-drain dan brain-drain
bahkan dapat membalik arus urbanisasi.

Selain itu, pembangunan kawasan pesisir, pulau-pulau kecil dan


pulau terluar diharapkan juga dapat mendayagunakan keunggulan
komparatif (comparative advantage) yang dimiliki menjadi keunggulan
bersaing (competitive advantage) secara berkelanjutan.

Pada tanggal 13 April 2006 telah ditandatangani nota kesepahaman


dengan 16 (enam belas) kabupaten/kota tentang Program
Agromarinepolitan di Provinsi Sumatera Utara, yang terdiri dari 9
Bupati/Walikota di Pantai Timur (Kabupaten Langkat, Deli Serdang,
Asahan, Serdang Bedagai, Labuhan Batu, Kota Binjai, Kota Medan dan
Kota Tebing Tinggi) serta 7 kabupaten/kota di Pantai Barat Sumatera
Utara (Kota Sibolga, Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Tengah,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Nias serta Nias Selatan) bertempat di
Medan oleh Gubernur Sumatera Utara dihadapan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Kemudian pada tanggal 17 Juli
2006 Presiden Republik Indonesia mencanangkan secara resmi program
ini di Kantor Gubernur Sumatera Utara.

Kabupaten Langkat adalah salah satu dari Kabupaten/ Kota yang


sepakat dan turut dalam mendukung Program Agromarinepolitan di
Sumatera Utara. Program Agromarinepolitan adalah pendekatan
pembangunan wilayah berbasis pada sumberdaya alam (pertanian,
kelautan dan perikanan) yang dilaksanakan secara terpadu, efisien,
berdaya saing, berkeadilan dan ramah lingkungan untuk menciptakan
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Adapun Visi dari Program

5
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Agromarinpolitan ini adalah Terwujudnya Pembangunan Kawasan
Agromarinepolitan sebagai Kawasan Industri Agromarine ( Agro,
Perikanan, Pariwisata Bahari) secara terpadu lintas sektor dan wilayah
yang berbasis sumberdaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
yang berkelanjutan. Dengan Misi :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir sekali gus mengurangi
kesenjangan antar kelompok masyarakat;
2. Memelihara daya dukung dan kualitas ekosistem pesisir guna
menjamin keberlanjutan pemanfaatan
3. Mengembangkan usaha lintas sektor dan wilayah yang berbasis pada
sumber daya agromarine,
4. Meningkatkan segenap lembaga / pelaku agromarine secara optimal
dan berkelanjutan.
5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi partisipasi seluruh stakeholder.

Kabupaten Langkat yang terdiri


dari 23 Kecamatan, 9 diantaranya
merupakan kecamatan pesisir dengan
panjang garis pantai 110,393 km
memiliki 57 kelurahan/desa dengan
jumlah masyarakat 17.647 Jiwa yang
mayoritas nelayan, merupakan daerah
yang sudah mengadopsi Program
Agromarinepolitan dalam pelaksanaan
Gambar 2. Peta Administrasi
kegiatan-kegiatan di daerah.
Kab.Langkat
Peran serta satuan kerja perangkat
daerah yang lain juga sudah terlihat dengan adanya SK Bupati Langkat
tentang Tim Koordinasi Program Agromarinepolitan di Kabupaten.Langkat

6
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Sejalan dengan visi yang hendak diwujudkan oleh Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Langkat sebagai institusi atau pelaksana teknis
dalam pembangunan Sektor Perikanan dan Kelautan di Kabupaten
Langkat adalah “ terwujudnya pengelolaan usaha perikanan dan
kelautan yang maju, berkelanjutan untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat”. Sedangkan Misi yang diemban oleh Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat adalah :

1. Mewujudkan peningkatan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan dan


masyarakat pesisir lainnya.
2. Mewujudkan pembinaan yang professional melalui peningkatan
kualitas SDM Perikanan
3. Mewujudkan peningkatan pengendalian, pengawasan dan pelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan.

Berdasarkan Visi dan Misi di atas, maka salah satu tujuan


pembangunan sektor perikanan dan kelautan yang hendak dicapai adalah
Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Nelayan dengan sasaran
meningkatnya pendapatan nelayan

Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Langkat merupakan salah satu


kawasan yang sangat strategis ditinjau dari segi ekonomi, sosial budaya
dan keamanan. Terkait dengan pengembangan perikanan tangkap untuk
mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat maka perlu
adanya penyusunan roadmap pengembangan perikanan tangkap untuk
mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat guna
mendukung sektor perikanan tangkap di Kab.Langkat ke depan.

7
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
1.2. Permasalahan
Adapun Permasalahan perikanan tangkap di Kabupaten Langkat,
antara lain :
a. Terjadinya overfishing penangkapan ikan di laut Kab.Langkat
b. Adanya konflik pemanfaatan kawasan penangkapan dengan nelayan
dari daerah lain (nelayan dari medan, deliserdang)
c. Sarana dan prasarana penangkapan ikan nelayan masi relatif
sederhana sehingga kalah bersaing dengan nelayan dari medan
d. Kurang terkelolanya sarana prasarana perikanan tangkap yang sudah
e. Belum terkelolanya dengan baik potensi perikanan tangkap di
Kab.Langkat untuk mendukung Program Agromarinepolitan
f. Sulitnya akses permodalan bagi nelayan penangkap ikan
g. Manajemen keuangan nelayan yang masi buruk
h. Belum baiknya pengelolaan tata ruang pesisir dan laut Kab.Langkat
i. Rendahnya produksi perikanan tangkap
j. Kurangnya penguasaan teknologi perikanan tangkap

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan roadmap pengembangan perikanan
tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten
Langkat ini adalah untuk menggambarkan pengembangan perikanan
tangkap di Kabupaten Langkat dalam rangka mendukung Program
Agromarinepolitan.

Tujuan dari penyusunan roadmap pengembangan perikanan


tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten
Langkat ini adalah :

8
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
a. Memberikan acuan bagi pemerintah setempat dalam pengembangan
perikanan tangkap untuk mendukung program agromarinepolitan di
Kabupaten Langkat
b. Menyediakan referensi bagi investor yang ingin berinvestasi.
c. Meningkatkan produksi perikanan tangkap di kawasan laut
Kab.Langkat
d. Mendukung komoditi perikanan tangkap Kab.Langkat (seperti ikan
kerapu) sebagai wujud nyata pelestarian sumber daya perikanan
tangkap berwawasan lingkungan.
e. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan
f. Menunjang visi Kab.Langkat sebagai Kabupaten berwawasan bahari
g. Mencegah konflik antar masyarakat dan stake holder dalam
pemanfaatan sumber daya dan ruang pesisir dan laut

1.4. Lokasi Kegiatan


Lokasi kegiatan penyusunan roadmap pengembangan perikanan
tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten
Langkat ini adalah seluruh wilayah kecamatan (laut dan darat) yang
memiliki potensi pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Langkat.

1.5. Hasil yang diharapkan


Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini
1. Tersusunnya roadmap pengembangan perikanan tangkap untuk
mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat
sehingga dapat memfokuskan kegiatan pengembangan potensi
perikanan tangkap yanga ada

9
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
2. Memberikan solusi terhadap permasalah yang dihadapi dalam
pengembangan perikanan tangkap untuk mendukung program
Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat
3. Perbaikan sarana prasarana perikanan tangkap yang ada guna
mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat
4. Meminimalisasi laju degradasi sumber daya alam pesisir dan laut
(ecosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuari,pulau-
pulau kecil)
5. Diperolehnya masukan pengelolaan tata ruang pesisir dan laut
Kab.Langkat mendatang
6. Perbaikan kondisi infrastruktur
7. Peningkatan pendapatan nelayan dan masyarakat pesisir.

1.6. Sasaran dan Keluaran


Sasaran kegiatan adalah :
1. Perairan laut Kab.Langkat
2. Kapal-kapal dan alat tangkap ikan
3. Sarana dan prasarana perikanan tangkap dan pendukungnya
4. Sentra pemasaran hasil tangkapan ikan
Keluaran kegiatan adalah :
1. Final Report roadmap rencana pengembangan perikanan tangkap di
Kabupaten Langkat
2. Data jumlah dan jenis alat tangkap perkecamatan di Kab.Langkat
3. Gambar (map) daerah-daerah penangkapan ikan dan zona
penangkapan ikan di perairan laut Kab.Langkat
4. Data sarana dan prasarana perikanan tangkap di Kab.Langkat
5. Data dan photo-photo hasil tangkapan ikan perairan laut Kab.Langkat
6. Titik-titik koordinat daerah zonasi alat tangkap ikan

10
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
7. Memperhitungkan daya dukung perairan laut Kab.Langkat terhadap
penambahan jumlah alat tangkap
8. Data-data sentra pemasaran hasil tangkap ikan nelayan

11
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pendekatan dan Metode

2.1. Pendekatan Umum


Paradigma pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi pada
daratan, mengakibatkan daerah pesisir dan laut mengalami ketertinggalan
dan terjadinya degradasi ekosistem lingkungan pesisir dan laut
(mangrove, terumbu karang, estuaria, padang lamun). Keadaan ini
berakibat kepada masyarakat pesisir khususnya nelayan kini merupakan
kelompok masyarakat termiskin.

Pemerataan pembangunan pada semua wilayah merupakan hal


yang sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat. Harapan dan
cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan tersebut dapat diimplementasikan
melalui pembangunan kewilayahan secara terpadu untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, yang
merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945.

Pesisir merupakan wilayah dinamis dan rawan. Kedinamisan


wilayah pesisir disebabkan oleh karena wilayah tersebut merupakan
pertemuan kedua ekosistem, yaitu ekosistem daratan dan ekosistem
lautan. Wilayah pesisir mengandung potensi sumberdaya yang besar, baik
hayati maupun non hayati termasuk jasa-jasa lingkungan.

12
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Konsekuensi dari dinamika wilayah pesisir yang berpotensi
menyebabkan manusia untuk datang dan berinteraksi dengan ekosistem
lainnya. Interaksi manusia dengan lingkungan pesisir menyebabkan
terjadinya kerawanan-kerawanan karena aktivitas manusia di daerah hulu
dan kegiatan perairan lepas maupun lautan lepas, serta pengaruh alam
yang memberi andil tidak sedikit terhadap degradasi lingkungan pesisir.

Realitas wilayah pesisir yang dinamis memerlukan suatu


pengolahan wilayah yang spesifik untuk dapat mengakomodasikan semua
kepentingan manusia dan kestabilan lingkungan. Pengelolaan wilayah
pesisir ekosistem yang harus berkelanjutan tanpa mengurangi hak
manusia dan komunitas lainnya untuk hidup di dalamnya.

Pesisir merupakan wilayah interaksi antara darat dan laut yang


memiliki potensi sumber daya alam dan lingkungan yang cukup besar.
Kawasan pesisir tersebut pada dasarnya telah dikembangkan melalui
berbagai program pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
tetapi hasilnya dirasakan belum signifikan.

Provinsi Sumatera Utara memiliki pantai yang terbentang di


wilayah timur dan wilayah barat. Potensi yang terdapat di wilayah tersebut
perlu di kelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sebagaimana amanat Undang-undang nomor 27 Tahun 2007
tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Hasil seminar di Medan pada bulan Juni 2006 yang didasarkan dari
pembahasan dan masukan berbagai narasumber, pakar pembangunan
serta stakeholders, disepakati bahwa nama program pembangunan
wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil diubah menjadi “Program

13
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Pembangunan Agromarinepolitan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Dan
Pulau-Pulau Terluar Provinsi Sumatera Utara”.

Wilayah sasaran program dimaksud adalah Kabupaten/Kota:


Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi,
Tanjung Balai, Asahan, Labuhan Batu berada dalam wilayah Pantai Timur,
sedang Sibolga, Tapanuli Tengah, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan,
Mandailing Natal, Nias dan Nias Selatan berada di Pantai Barat (Kabupaten
Batubara, Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Padang Lawas;
saat penandatanganan masing-masing masih berada di Kabupaten Induk).

Salah satu kegiatan pembangunan perikanan yang dapat


mendukung program agromarinepolitan di Kabupaten Langkat adalah
perikanan tankap.

Penyusunan roadmap pengembangan perikanan tangkap untuk


mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten Langkat didasarkan
pada data hasil evaluasi perikanan tangkap Kab. Langkat, sarana
prasarana dan tata ruang pengembangan perikanan tangkap yang ada.
Sedangkan evaluasi perikanan tangkap didasarkan pada hasil observasi
lapangan yang terdiri dari data jumlah rumah tangga nelayan, jumlah alat
tangkap, jenis alat tangkap, jenis hasil tangkapan, sarana dan prasarana
penangkapan ikan yang ada serta sarana pendukung lainny seperti sarana
jalan, pemasaran hasil tangkapan dll diselaraskan dengan rencana tata
ruang dan pengembangan program Agromarinepolitan

Penyajian hasil evaluasi perikanan tangkap yang ada di Kabupaten


Langkat dalam wujud spasial atau peta dilakukan dengan cara mengimpor
data tabulasi hasil analisis yang sudah di matching dengan syarat lokasi
pengembangan perikanan tangkap untuk mendukung program

14
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
agromarinepolitan kedalam format GIS. Penyajian peta kesesuaian
pengambangan perikanan tangkap untuk mendukung program
agromarinepolitan di Kabupaten Langkat tersebut dengan menggunakan
program ArcView.

Selanjutnya peta kesesuaian pengambangan perikanan tangkap


tersebut dioverlaykan dengan peta administratif kecamatan sehingga
diketahui peta pengembangan potensial perikanan di masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Langkat.

Penajaman arahan dilakukan secara redaksional dan didasarkan


kepada hasil validasi di lapangan. Sejalan dengan pelaksanaan validasi
juga dilakukan konsultasi hasil analisis dengan penentu kebijakan
sehingga keluaran kegiatan dapat dipakai sebagai acuan perencanaan
pengembangan perikanan tangkap untuk mendukung program
agromarinepolitan bagi Pemerintah Daerah setempat.

2.2. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan penyusunan roadmap pengembangan
perikanan tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di
Kabupaten Langkat mencakup berbagai potensi fisik dan ekonomi
perikanan tangkap sehingga dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk
prospek pengembangan perikanan tangkap yang mencakup ketersediaan
dan kesesuaian potensi, teknologi penangkapan dan pemasaran.

Adapun lingkup kegiatan tersebut yang harus dipenuhi oleh


penyedia jasa konsultansi antara lain adalah:
1) Penyajian kondisi dan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Langkat
secara umum.

15
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
2) Penyajian peta potensi pengembangan perikanan tangkap dan
informasi pendukung lain yang dapat menarik investor.
3) Arahan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Langkat.
dengan mempertimbangkan :
 Analisis tata ruang pesisir laut Kab.Langkat
 Penegakan hukum, peraturan dan pengawasan terhadap sumberdaya
perikanan
 Klaster yang harusnya dikembangkan
 Alat tangkap ikan dan teknologi yang cocok di kembangkan
 Sentra-sentra tempat pemasaran hasil-hasil tangkap nelayan

2.3. Metodologi

Tahapan Persiapan
Persiapan dasar berupa pengkajian data dan kepustakaan
(literature) best practice, peraturan dan kebijakan Nasional, Provinsi,
Kabupaten yang berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan serta
mempersiapkan dokumen – dokumen administrasi yang mendukung
pelaksanaan kegiatan penyusunan roadmap pengembangan perikanan
tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten
Langkat ini.

Tahapan Survey/ Pengumpulan Data


Tahapan kegiatan selanjutnya yang wajib dilaksanakan oleh calon
penyedia jasa konsultansi adalah melakukan pengumpulan data sekunder
dari Instansi terkait, study – study yang berkaitan dengan kegiatan ini
dilengkapi dengan data primer yang dilakukan dengan pengamatan/
obeservasi, wawancara langsung dengan masyarakat secara acak (random
sampling) diwilayah kawasan pesisir laut Kabupaten Langkat.

16
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Tahapan Tabulasi, Kompilasi/ Analisis Data
Seluruh data yang telah siap dikumpulkan, diseleksi, ditabulasi
dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan, rencana dan hasil studi
lingkup masing – masing bidang bahasan.

Selanjutnya berdasarkan kompilasi data dan peninjauan lapangan


yang dilakukan kemudian dilaksanakan pekerjaan kajian/ analisis secara
deskriptif dalam bentuk laporan roadmap pengembangan perikanan
tangkap untuk mendukung program Agromarinepolitan di Kabupaten
Langkat.

2.4. Konsep Agromarinepolitan


Sesuai dengan namanya Agromarinpolitan bermakna “Kota
Pertanian/Perikanan di kawasan marin/pantai”. Dalam konteks
pembangunan, agromarinpolitan merupakan paradigma pembangunan
daerah dimana pembangunan kota-kota dimaksudkan untuk mendukung
pembangunan pertanian (dalam arti luas)-pedesaan. Sedangkan Program
Agromarinepolitan, pesisir, pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar
Sumut yaitu : pendekatan pembangunan wilayah berbasis pada
sumberdaya alam (pertanian, kelautan dan perikanan) yang dilaksanakan
secara terpadu, efisien, berdaya saing, berkeadilan dan ramah lingkungan
untuk menciptakan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Adapun maksud dari Program Agromarinepolitan ini adalah :

 mengintegrasikan secara sinergi ke 9 kabupaten/kota di pantai


timur dan 7 kab/kota di pantai barat tentang master plan
pembangunan agromarinepolitan pesisir, pulau-pulau kecil dan
pulau terluar di sumatera utara;

17
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk

 memberikan arah masa depan yang defenitif bagi pembangunan


Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan pulau terluar di sumatera


utara;

 menjadi landasan bagi pemerintah, dunia usaha dan stakeholders


lainnya bagi pembangunan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan
pulau terluar di sumatera utara.

Dengan tujuan
 meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pada umumnya
khususnya komunitas nelayan yang merupakan kelompok terbesar
dikategorikan miskin;

 mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir,


pulau-pulau kecil dan pulau terluar secara terpadu;

 mengembalikan kondisi sumberdaya alam yang mengalami


kerusakan serta mencegah terhadap sumberdaya alam yang masih
dalam kondisi baik;

 mengurangi kesenjangan pendapatan antara kelompok masyarakat


yang berada di wilayah pesisir.

18
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 3. Nelayan sebagai komoditas terbesar kategoti miskin

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pembentukan Klaster yaitu kelompok-kelompok usaha yang saling terkait


dalam suatu kawasan, yakni seperti :

 klaster teri, antara pt. agromarine selaras dengan kelompok nelayan


pagurawan madang deras dan sekitarnya;

 klaster kerapu, antara cv. sundoro dan 2 kelompok nelayan di belawan

Perkembangan dan pengembangan kota-kota ditentukan oleh


perkembangan atau pengembangan pertanian-pedesaan. Karena itu,
aktivitas-aktivitas yang terjadi atau yang berkembang di perkotaan adalah
akitivitas atau fungsi yang mendukung pertanian-pedesaan. Sehingga
tidak ada lagi ketimpangan antara kota dengan desa (gambar)
Pengembangan sektor industri dan jasa di perkotaan dimaksudkan untuk
memfasilitasi atau mendukung pembangunan pertanian-pedesaan.
Dengan kata lain yang dikembangkan di perkotaan adalah fungsi-fungsi
dari sistem agribisnis mulai dari hulu sampai ke hilir.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 4. Konsep Pembangunan Sistem Terpadu Program Agromarinepolitan

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 5. Distribusi Nilai Tambah

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Karena itu pembangunan dengan pendekatan agromarinpolitan


sering disebut pembangunan pertanian-pedesaan yang didukung
pembangunan industri dan jasa. Dan kota-kota yang berkembang adalah
kota rural-urban (rurban) dimana karakteristik rural (pedesaan) dan
karakteristik (perkotaan) terintegrasi secara harmonis.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah, pengembangan


kawasan agromarinpolitan ini akan mengintegrasikan program/proyek-
proyek multisektor yang telah berjalan selama ini sehingga efek
sinergisnya makin kuat dan manfaat yang dihasilkannya makin besar dan
beragam. Karena itu, pengembangan agropolitan pada dasarnya bukanlah
program/proyek yang benar-benar baru, melainkan lebih menekankan
pada upaya-upaya mensinergikan dan mengintegrasikan program/proyek
yang telah ada selama ini. Kalaupun ada program/proyek baru, hanyalah
untuk memperkuat atau memfasilitasi efek sinergis dalam ruang dan
fungsi.

Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan


yang terjadi, pengembangan kawasan agromarinpolitan merupakan
alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan). Kawasan
agromarinpolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang
ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya
pusat agromarinpolitan dan kawasan di sekitarnya membentuk kawasan
agromarinpolitan.

Disamping itu, Kawasan agromarinpolitan ini juga dicirikan dengan


kawasan pertanian/perikanan yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agromarinpolitan yang

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan


pembangunan pertanian/perikanan (agribisnis) di wilayah sekitarnya.

Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas


dari pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan
sistem pusat kegiatan pada tingkat propinsi (RTRW Propinsi) dan
Kabupaten (RTRW Kabupaten).

Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan


kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan
Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan
agromarinpolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan.
Dengan demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan.

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 6. Konsep Kawasan Pesisir Terpadu

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 7. Bagan Hubungan Undang-Undang dengan Program Agromarinepolitan

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Disamping itu, pentingnya pengembangan kawasan agromarinpolitan


diindikasikan oleh ketersediaan lahan pertanian/perikanan dan tenaga
kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skills) dan
pengetahuan (knowledge) di sebagian besar petani, jaringan (network)
terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata
(institusi).

Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetitif (competitive


advantage) Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena kondisi ini
sangat sulit untuk ditiru (coping) (Porter, 1998). Lebih jauh lagi,
mengingat pengembangan kawasan agromarinpolitan ini menggunakan
potensi lokal, maka konsep ini sangat mendukung perlindungan dan
pengembangan budaya sosial lokal (local social culture).

Keterangan:
Penghasil Bahan Baku

Pengumpul Bahan Baku

Sentra Produksi

Kota Kecil/Pusat Regional


Gambar 8.
Konsep Pengembangan Kawasan Kota Sedang/Besar (outlet)
Agromarinpolitan
Jalan & Dukungan Sapras

Batas Kws Lindung, budidaya, dll

Batas Kws Agromarinpolitan


1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Secara lebih luas, pengembangan kawasan agropolitan


diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang
terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam
bentuk pergerakan barang, modal, dan manusia. Melalui dukungan sistem
infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan
agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian,
perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat
terwujud (Gambar 9).

Jalan Jalan
Nasional Nasional

Jalan Jalan Jalan


Propinsi Propinsi Propinsi

Jalan Jalan Jalan


Kabupaten Kabupaten Kabupaten

Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal

Gambar 9. Keterangan :
Konsep Pengembangan
: Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kawasan Agromarinpolitan
Dalam Konteks Rencana
: Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)
: Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

: Desa Sentra Produksi Pertanian


: Kawasan Agromarinpolitan

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Profil Umum dan


Cakupan Geografis

3.1. Keadaan Geografis


Kabupaten Langkat merupakan kabupaten yang terletak di bagian
Timur Propinsi Sumatera Utara berbatasan langsung dengan Provinsi
Nanggro Aceh Darusalam (NAD) Ibukota Kabupaten adalah Stabat (38 Km
sebelah utara Ibukota Propinsi / Kota Medan). Sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Sumatera, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kabupaten Langkat berada pada 3°14’– 4° 13’ Lintang Utara dan 97°52’ –
98° 45’ Bujur Timur, dengan luas daerah ± 6.263,29 Km² (626.329 Ha),
yang terdiri dari 23 kecamatan. Secara Topografi Kab. Langkat berada
pada : 0 – 105 m dari permukaan laut, terbagi atas :
– Daerah Pesisir Pantai : ketinggian 0 – 4 m dari permukaan laut
– Daerah Dataran Rendah : ketinggian 4 – 30 m dari permukaan laut
– Daerah Dataran Tinggi : ketinggian 30 – 150 m dari permukaan laut
Dengan kondisi geologi :
Dataran sepanjang pantai : jenis tanah Alluvial
Dataran rendah : jenis tanah Gleihumus rendah, Hidrimofil
kelabu dan plarosal
Dataran tinggi/perbukitan : jenis tanah podzolik merah kuning

3
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

3.2. Iklim
Seperti umumnya daerah-daerah
lainnya yang berada di kawasan Sumatera
Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah
yang beriklim tropis, sehingga daerah ini
memiliki 2 (dua) musim yaitu hujan dan
kemarau. Musim kemarau dan musim hujan
biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya
hari hujan dan volume curah hujan pada bulan
terjadinya musim. Rata-rata curah hujan
Gambar 10. Grafik rata-rata
tahunan bisa dilihat pada gafik (gambar 8) curah hujan
Wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim
sebagai berikut :
Musim kemarau : Februari s/d Agustus
Musim hujan : September s/d Januari
Curah hujan rata-rata 3.268 mm/tahun
Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius

3.3. Luas dan Administrasi Kecamatan


Wilayah administratif Kabupaten Langkat terdiri dari 23
kecamatan dengan 231 desa dan 36 kelurahan. Menurut kecamatan
terdapat sebanyak 626.329 ha dan untuk luas wilayah yang paling besar
yaitu Kecamatan Bahorok sebanyak 95.510 ha. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat rincian pada Tabel 1. berikut ini.

4
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 11. Peta administrasi Kab.Langkat

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tabel 1. Luas Wilayah dan Ratio Terhadap Luas


Kabupaten Langkat Menurut Kecamatan
Luas Ratio Terhadap
No Kecamatan
(Km2) Luas Total
1 Bahorok 884,79 14,13
2 Serapit 96,27 1,54
3 Salapian 208,78 4,48
4 Kutambaru 182,02 2,91
5 Sei. Bingei 331,75 5,30
6 Kuala 188,23 3,10
7 Selesai 148,60 2,37
8 Binjai 48,60 0,78
9 Stabat 85,25 1,36
10 Wampu 203,21 3,24
11 Batang Serangan 993,04 15,85
12 Sawit Seberang 264,06 4,22
13 Padang Tualang 281,38 4,49
14 Hinai 112,98 1,80
15 Secanggang* 243,78 3,89
16 Tanjung Pura* 165,78 2,65
17 Gebang* 186,74 2,98
18 Babalan * 110,99 1,77
19 Sei Lepan* 440,54 7,03
20 Brandan Barat* 71,53 1,14
21 Besitang* 557,67 8,90
22 Pangkalan Susu* 188,16 3,00
23 Pematang Jaya* 197,15 3,15
Jumlah 626.329 100

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2009


Keterangan: * Wilayah Studi

Untuk Kecamatan Secanggang luas wilayah 24.378 ha, Kecamatan


Tanjung Pura 16.578 ha, Kecamatan Gebang 18.674 ha, Kecamatan
Babalan 11.099 ha, Kecamatan Sei Lepan 44.054 ha, Kecamatan Brandan

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Barat 7.153 ha, Kecamatan Besitang 55.767 ha, Kecamatan Pangkalan


Susu 18.816 ha dan Pematang Jaya 19.715 ha.

Kabupaten Langkat beribukota Stabat dimana Kecamatannya terdiri


dari 226 desa dan 34 kelurahan yang masing-masing memiliki jarak dan
ibukota yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat pada rincian Tabel 2.
berikut ini.

Tabel 2. Jumlah Desa, Kelurahan Tiap Kecamatan dan Nama Ibukota


Kecamatan dan Jarak Ibukota Kecamatan ke Stabat

Jumlah Desa
Jarak Ibukota
No Kecamatan Ibukota Defenitif
Kec. Ke Stabat
Desa Kel.
1 Bahorok Pekan Bahorok 18 1 73
2 Serapit Sirapit 10 0 60
3 Salapian Minta Kasih 16 1 55
4 Kutambaru Kutambaru 8 0 65
5 Sei. Bingei Namu Ukur Sltn 15 1 45
6 Kuala Pekan Kuala 14 2 40
7 Selesai Pekan Selesai 13 1 30
8 Binjai Kwala Begumit 6 1 23
9 Stabat Stabat Baru 6 6 0
10 Wampu Bingai 13 1 5
11 Batang Serangan Batang Serangan 7 1 31
12 Sawit Seberang Sawit Seberang 6 1 28
13 Padang Tualang Tanjung Selamat 11 1 36
14 Hinai Tanjung Beringin 12 1 14
15 Secanggang* Hinai Kiri 16 1 23
16 Tanjung Pura* Pekan Tjg Pura 18 1 18
17 Gebang* Gebang 10 1 32
18 Babalan * Pelawi Utara 4 4 40
19 Sei Lepan* Alur Dua 9 5 40
20 Brandan Barat* Tangkahan Durian 5 2 45
21 Besitang* Pekan Besitang 6 3 61
22 Pangkalan Susu* Pangkalan Susu 9 2 63
23 Pematang Jaya* Pematang Jaya 8 0 75
Jumlah 240 37 277

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2009

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 12. peta administrasi 9 kecamatan pesisir.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Kecamatan Secanggang ibukotanya Hinai Kiri dan jarak ibukota


kecamatan ke Stabat 23 Km yang memiliki 16 desa dan 1 kelurahan,
Kecamatan Tanjung Pura ibukotanya Pekan Tanjung Pura dan jarak
ibukota kecamatan ke Stabat 18 Km yang memiliki 18 desa dan 1
kelurahan, Kecamatan Gebang ibukotanya Gebang dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 32 Km yang memiliki 10 desa dan 1 kelurahan.

Sementara di Kecamatan Babalan ibukotanya Pelawi Utara dan


jarak ibukota kecamatan ke Stabat 40 Km yang memiliki 4 desa dan 4
kelurahan, Kecamatan Sei Lepan ibukotanya Alur Dua dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 40 Km yang memiliki 9 desa dan 5 kelurahan.
Kecamatan Brandan Barat ibukotanya Tangkahan Durian dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 45 Km yang memiliki 5 desa dan 2 kelurahan,
Kecamatan Besitang ibukotanya Pekan Besitang dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 61 Km yang memiliki 6 desa dan 3 kelurahan,
Kecamatan Pangkalan Susu ibukotanya Pangkalan Susu dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 63 Km yang memiliki 9 desa dan 2 kelurahan serta
Kecamatan Pematang Jaya ibukotanya Pematang Jaya dan jarak ibukota
kecamatan ke Stabat 75 Km yang memiliki 8 desa dan 0 kelurahan

3.4. Morfologi dan Topografi


Wilayah pesisir Kabupaten Langkat dengan luas 125.684,9 Ha
merupakan daerah dengan topografi datar hingga bergelombang berada
pada ketinggian 0 – 300 m dpl.

Dataran rendah, ketinggian 0 – 50 m dpl dengan kemiringan 0 – 150


terdapat di sepanjang pantai.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Bukit-bukit landai dan tonjolan-tonjolan batu gamping terumbu


dengan ketinggian 0 – 200 m dpl terdapat pada Kecamatan Gebang,
Brandan Barat dan sebagian kecil Pangkalan Susu.
Perbukitan bergelombang dengan ketinggian 0 – 300 m dpl dan
kemiringan lereng 15 – 400 terdapat pada Kecamatan Pangkalan
Susu, Besitang, Sei Lepan, Babalan dan Gebang.

3.5. Batimetri
Pantai timur Langkat memanjang di sepanjang Timur Laut
membentuk garis pantai yang relatif lurus. Sebagaimana halnya dengan
pantai-pantai yang berhadapan dengan perairan Malaka, kondisi Pantai
Timur Langkat adalah landai. Garis isobath 5 m ditemui pada jarak rata-
rata 3,5 km, garis isobath 10 m berada pada jarak 7,1 km sedangkan garis
isobath 20 m berada pada jarak 9 km dari garis pantai.

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Peta Topologi
Kabupaten Langkat

Gambar 13. Topologi darat Kabupaten Langkat

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

3.6. Hidro - Oseanografi


Pasang Surut
Pasang surut perairan Langkat dihitung berdasarkan hari bulan,
antara lain :
15 hari bulan : pasang besar
30 hari bulan : pasang besar
8 hari bulan : pasang mati
22 hari bulan : pasang mati

Gelombang
Kondisi gelombang di perairan Langkat yang diperoleh dari data
sekunder adalah bahwa gelombang laut yang besar terjadi pada
bulan agustus sampai desember.

Abrasi dan Sedimentasi


Di Pantai Timur Langkat proses abrasi terdapat di hampir
sepanjang pantai dan proses sedimentasi terjadi di daerah-
daerah muara sungai seperti di Kwala Langkat.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

9 8 °3 ' 98°1 0' 98°1 7' 9 8 °2 4 ' 98°3 1' 98°3 8' P E T A K E D A L A M A N P E R A IR A N
98 P E N Y U S U N AN R O AD M A P
P E N G E M B A G A N P E R IK AN A N T AN G K A P
4°17 ' P R O VIN S I N A N G G R O E 4 °1 7 '
U N TUK M END U K UN G P RO G R AM
ACEH DARUSSALAM A R O M A R I N E P O L IT A N
K e te r a n g a n : D I K ABU PATEN LAN G K AT
Y
# N

SELAT MALAKA Ke
d a la
S k a la 1 : 2 8 0 . 0 0 0
ma 5 0 5 10 Km
Ke n le
Ke d a la b ih 2
4°10 ' ma 0 4 °1 0 '
d a la n 1 m
ma 0
n 5 - 20
- 10 m K e te r a n g a n :
P
u u
a
l S m ib n
e a
l

m
Ke Su n gai K e d a la m a n 0 -5 m
da
la m J a la n K e d a la m a n 5 -1 0 m
an
0 -
5 m J a la n n e g a ra K e d a la m a n 1 0 -2 0 m
Y
# Ib u K o ta K e c a m a t a n K e d a la m a n > 2 0 m

4°3' 4 °3 '
9 K e c a m a ta n P e s is ir K a b .L a n g k a t :
K e c . B a b a la n
K e c . B e s it a n g
4 4 K e c . B ra n d a n B a r a t
K e c. G e ba n g
K e c . P a n g k a la n S u s u
K e c. S ec an g g a n g
K e c. S ei L ep an
3°56 ' 3 °5 6 ' K e c . T a n ju n g P u ra
K e c . P e m a ta n g J a y a

IN D E K S L O K A S I

K a b u p a te n L a n g k a t
Y
#

S a w it S e b e r a n g Y
# H in a i
Y
#
3°49 ' 3 °4 9 '
KABUPATEN
Y
#
D E LI S E R D A N G
P a d a n g T u a la n g S ta b a t
Y
#
Y
#
B a ta n g S e r a n g a n D a e ra h y a n g d ip e ta k a n

Su m b e r :
Y
# 1 . P e ta R u p a B u m i s k a l a 1 :5 0 .0 0 0
2 . P e ta A d m in is tr a s i K a b . L a n g k a t T a h u n 2 0 0 3
98
9 8 °3 ' 98°1 0' 98°1 7' 9 8 °2 4 ' 98°3 1' 98°3 8'

Gambar 14. Peta kedalaman perairan Kab.Langkat

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

3.7. Kependudukan dan Tenaga Kerja


Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Langkat terutama di
kawasan pesisir yang tinggi terjadi karena banyak hal. Namun demikian
besarnya potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di kawasan pesisir
menjadi faktor penarik yang mengundang orang untuk datang. Kecamatan
yang terletak di pesisir amat layak dikembangkan sebagai sentra
perekonomian berbasis hasil tangkapan laut dan budidaya perikanan.

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk terakhir, penduduk


Kabupaten Langkat berjumlah 1.013.849 jiwa dengan kepadatan
penduduk sebesar 161,87 jiwa per Km². Sedangkan laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Langkat adalah sebesar 1,07 persen. Untuk tahun
2009 berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat 1.013.849
jiwa Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu
sebanyak 80.926 jiwa dengan kepadatan penduduk 892,8 jiwa per Km²,
sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Brandan barat
sebesar 23.208 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan Kecamatan yang
paling padat penduduknya dengan kepadatan 892.8 jiwa per Km² dan
Kecamatan Batang Serangan merupakan Kecamatan dengan kepadatan
penduduk terkecil yaitu sebesar 40,41 jiwa per Km².

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 15. Penduduk dan Tenaga Kerja Perikanan

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih


banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2009
jumlah penduduk laki-laki sebesar 513.461 jiwa, sedangkan penduduk
perempuan sebanyak 500.388 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar
102,61 persen. Penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa
Jawa (56,87persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo
(10,22 persen), Tapanuli /Toba (4,50 persen), Madina ( 2,54 persen) dan
lainnya (10,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk
Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,01 persen), Kristen
Protestan (7,56 persen), Kristen Katholik (1,06 persen), Budha (0,95
persen), dan Hindu (0,09 persen) dan lainnya (0,34 persen).

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di


Kabupaten Langkat pada tahun 2006 sebanyak
4113 orang, yang terdiri dari 1952 tenaga
kerja laki-laki dan 2161 perempuan. Pencari
kerja yang terdaftar tersebut paling banyak
mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA
umum/kejuruan/lainnya yaitu 2682 orang atau
65,21 persen, sedangkan Sarjana lengkap 419
orang atau 10,19 persen, Gambar 16. Jlh penduduk menurut
SLTP umum/sederajat 438 orang jenis kelamin
atau 10,65 persen dan sisanya tamat DII/DIII 531 orang atau 12,91
persen, dan tamat SD 43 orang atau 1,04 persen. Sedangkan pekerja-
pekerja yang ada di Kabupaten Langkat selain putra daerah langkat,
sebahagian juga berasal dari luar daerah seperti binjai, medan dan luar
kota lainnya.Pekerja asing yang tercatat ada sebanyak 28 orang.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan

Luas Kepadatan
No Kecamatan Wilayah Desa Pddk Penduduk
(Km2) (Jiwa/Km2)
1 Bahorok 884,79 18 40.343 45,60
2 Serapit 96,27 10 17.836 185,27
3 Salapian 208,78 16 30.770 109,59
4 Kutambaru 182,02 8 15.432 84,78
5 Sei. Bingei 331,75 15 47.822 144,15
6 Kuala 188,23 14 38.429 204,16
7 Selesai 148,60 13 68.215 459,06
8 Binjai 48,60 6 41.024 844,15
6
9 Stabat 85,25 83.223 976,25
13
10 Wampu 203,21 41.256 203,02
7
11 Batang Serangan 993,04 38.842 39,11
6
12 Sawit Seberang 264,06 28.813 109,11
11
13 Padang Tualang 281,38 52.930 188,11
12
14 Hinai 112,98 47.077 416,69
16
15 Secanggang* 243,78 68.565 281,26
18
16 Tanjung Pura* 165,78 71.020 428,40
10
17 Gebang* 186,74 47.991 257,00
4
18 Babalan * 110,99 63.830 575,10
9
19 Sei Lepan* 440,54 53.785 122,09
5
20 Brandan Barat* 71,53 23.861 333,58
6
21 Besitang* 557,67 58.951 105,71
9
22 Pangkalan Susu* 188,16 47.729 253,66
8
23 Pematang Jaya* 197,15 14.779 74,96

Jumlah 6.263,29 240 1.042.523 166,45

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2009

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tabel 4. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Pesisir di Kabupaten


Langkat Tahun 2009

Luas Wilayah Penduduk Kepadatan


No Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Secanggang 243,78 68.565 281,26
2 Tanjung Pura 165,78 71.020 428,40
3 Gebang 186,74 47.991 257,00
4 Babalan 110,99 63.830 575,10
5 Sei Lepan 440,54 53.785 122,09
6 Brandan Barat 71,53 23.861 333,58
7 Besitang 557,67 58.951 105,71
8 Pangkalan Susu 188,16 47.729 253,66
9 Pematang Jaya 197,15 14.779 74,96

Sumber: Kabupaten Langkat dalam Angka 2009


Keterangan: * Kecamatan baru hasil pemekaran
### Belum tersedia data

Jumlah Penduduk Kecamatan Pesisir di Kabupaten


Langkat

63505, 14% 66675, 15% Secanggang


Tanjung Pura
Gebang
54626, 12%
69071, 17% Babalan
Sei Lepan
23208, 5%
Brandan Barat
46678, 11% Pangkalan Susu
52308, 12%
Besitang
62071, 14%

Gambar 17. Persentase Jumlah Penduduk Kecamatan Pesisir di Kabupaten


Langkat

Jumlah rumah tangga Kabupaten Langkat sampai keadaan akhir


tahun 2007 sebesar 235.780 RT yang terdiri dari 513.461 jiwa penduduk
laki-laki dan 500.388 jiwa penduduk perempuan, lebih jelasnya dapat
dilihat pada rincian Tabel 5. berikut ini.

3
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Jenis Kelamin
No Kecamatan Jumlah RT
Lelaki Perempuan
1 Bahorok 9.996 19.994 20.349
2 Serapit 4.559 8.840 8.996
3 Salapian 6.833 15.250 15.520
4 Kutambaru 3.849 7.648 7.784
5 Sei. Bingei 12.974 23.590 24.232
6 Kuala 9.562 19.045 19.384
7 Selesai 15.086 33.984 34.231
8 Binjai 10.131 20.527 20.497
9 Stabat 17.507 41.238 41.985
10 Wampu 10.020 20.785 20.471
11 Batang Serangan 9.430 19.529 19.313
12 Sawit Seberang 7.233 14.486 14.327
13 Padang Tualang 11.388 26.671 26.259
14 Hinai 12.297 23.549 23.528
15 Secanggang* 16.090 34.141 34.424
16 Tanjung Pura* 17.363 35.746 35.274
17 Gebang* 10.075 24.345 23.646
18 Babalan * 14.112 31.820 32.010
19 Sei Lepan* 12.457 26.992 26.793
20 Brandan Barat* 5.472 12.067 11.794
21 Besitang* 11.976 29.722 29.229
22 Pangkalan Susu* 10.972 24.064 23.665
23 Pematang Jaya* 4.080 7.451 7.328

Jumlah 243.472 521.484 521.039


Sumber: Kabupaten Langkat dalam Angka 2009

Jumlah rumah tangga Kecamatan Secanggang sebesar 16.090 RT


yang terdiri dari 34.141 jiwa penduduk laki-laki dan 34.424 jiwa penduduk
perempuan, jumlah rumah tangga Kecamatan Tanjung Pura sebesar
17.363 RT yang terdiri dari 35.746 jiwa penduduk laki-laki dan 35.274 jiwa

4
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

penduduk perempuan, jumlah rumah tangga Kecamatan Gebang sebesar


9.757 RT yang terdiri dari 23.965 jiwa penduduk laki-laki dan 22.714 jiwa
penduduk perempuan.

Sementara jumlah rumah tangga Kecamatan Babalan sebesar


14.112 RT yang terdiri dari 31.820 jiwa penduduk laki-laki dan 32.010 jiwa
penduduk perempuan, jumlah rumah tangga Kecamatan Sei Lepan
sebesar 12.457 RT yang terdiri dari 26.992 jiwa penduduk laki-laki dan
26.793 jiwa penduduk perempuan, jumlah rumah tangga Kecamatan
Brandan Barat sebesar 5.472 RT yang terdiri dari 12.067 jiwa penduduk
laki-laki dan 11.794 jiwa penduduk perempuan.

Sedangkan jumlah rumah tangga Kecamatan Besitang sebesar


11.976 RT yang terdiri dari 29.722 jiwa penduduk laki-laki dan 29.229 jiwa
penduduk perempuan, jumlah rumah tangga Kecamatan Pangkalan Susu
sebesar 10.972 RT yang terdiri dari 24.064 jiwa penduduk laki-laki dan
23.665 jiwa penduduk perempuan serta , jumlah rumah tangga
Kecamatan Pematang Jaya sebesar 4.080 RT yang terdiri dari 7.451 jiwa
penduduk laki-laki dan 7.328 jiwa

Bila dilihat dari golongan umur, maka sebanyak 55,05% dari


penduduk Kabupaten Langkat berada pada usia 0 – 24 tahun dan
sebanyak 23,03% berada pada usia 25 – 39 tahun sisanya sebanyak
21,92% berada pada usia 40 tahun ke atas. Komposisi penyebaran umur
dari penduduk Kabupaten Langkat ini sudah cukup baik, karena terjadi
keseimbangan antara usia produktif (25 – 39 tahun) dengan usia
dibawahnya. Hal ini merupakan hal yang paling penting dalam
pembangunan karena penduduk merupakan sumberdaya manusia yang
partisipasinya sangat besar sebagai penggerak dalam pelaksanaan
pembangunan, disamping itu sebagai subjek dalam proses pembangunan,

5
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

penduduk dapat juga berperan sebagai objek dimana ia menjadi target


dalam proses pembangunan tersebut. Untuk lebih jelasnya, penyebaran usia
dari penduduk Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 7. dibawah ini.

Tabel 6. Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di


Kabupaten Langkat
Jenis Kelamin Ratio
Golongan
No Lelaki Perempuan Jumlah Golongan
Umur
Umur
1 0–4 55335 52972 108307 10,68
2 5–9 56406 53758 110164 10,86
3 10 – 14 58588 56522 115110 11,35
4 15 – 19 59138 56797 115935 11,43
5 20 – 24 55312 53544 108856 10,73
6 25 – 29 42556 43508 86064 8,48
7 30 – 34 39692 39718 79410 7,83
8 35 – 39 33596 34581 68177 6,72
9 40 – 44 31906 31253 63159 6,22
10 45 – 49 24070 22284 46354 4,57
11 50 – 54 18429 16116 34545 3,40
12 55 – 59 11095 11152 22247 2,19
13 60 – 64 9718 10135 19853 1,96
14 65 – 69 6644 7141 13785 1,35
15 70 – 74 5577 5578 11155 1,10
16 75 ke atas 5399 5329 10728 1,05

Jumlah 513.461 500.388 1013849 100

Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka 2009 (Hasil Analisa)

Kabupaten Langkat didominasi oleh penduduk yang beragama


Islam, hal ini terlihat pada Tabel 8 bahwa sebanyak 90,00% penduduknya
beragama Islam, diikuti oleh agama Protestan, Katolik, Budha dan Hindu,
masing – masing sebanyak 7,56%; 1,06%; 0,95% dan 0,09%. Sedangkan

6
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

sisanya 0,34% menganut aliran kepercayaan yang lain. Lebih jelasnya


terlihat pada Tabel 8. dibawah ini.

Tabel 7. Persentase Penduduk Menurut Agama yang Dianut per


Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2009
Agama
Kecamatan
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Lainnya
Bahorok 87,69 0,47 11,07 0,02 0,18 0,57
Salapian 81,41 1,58 13,70 0,02 0,23 3,06
Sei Bingei 58,12 5,11 35,55 0,10 0,14 0,98
Kuala 80,23 2,16 14,82 0,10 1,28 1,40
Selesai 92,64 0,45 5,93 0,17 0,63 0,18
Binjai 97,91 0,06 0,71 0,17 1,15 0
Stabat 93,85 0,46 2,62 0,14 2,93 0
Wampu 97,60 0,15 1,67 0,40 0,14 0,05
Batang Serangan 86,92 1,99 10,65 0 0,14 0,29
Sawit Seberang 89,17 0,93 9,74 0 0,16 0
Padang Tualang 94,64 0,54 4,68 0,02 0,11 0
Hinai 98,63 0,21 0,81 0,10 0,26 0
Secanggang 99,68 0,06 0,18 0,01 0,07 0
Tanjung Pura 95,11 0,25 0,79 0,17 3,68 0
Gebang 86,20 1,46 11,79 0,06 0,44 0,04
Babalan 85,17 1,12 11,16 0,02 2,52 0
Sei Lepan 92,80 1,68 4,47 0,02 0,87 0,15
Brandan Barat 97,92 0,22 1,72 0,03 0,10 0
Besitang 85,85 2,37 11,47 0,05 0,21 0,06
Pangkalan Susu 95,58 0,43 3,00 0,09 0,90 0
Sirapit* ### ### ### ### ### ###
Pematang Jaya* ### ### ### ### ### ###
Kutambaru** ### ### ### ### ### ###
JUMLAH 90,00 1,06 7,56 0,09 0,95 0,34

Sumber: Kabupaten Langkat dalam Angka 2007


Keterangan: * Kecamatan baru hasil pemekaran
### Belum tersedia data

7
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat 9 diantaranya


ada di kawasan pesisir laut dan 7 kecamatan tergolong miskin yakni
kecamatan pematang jaya, besitang, brandan barat, sei lepan, sei bilah,
gebang dan secanggang sedangkan yang tergolong tidak miskin hanya
kecamatan pangkalan susu dan tajung pura. (data bappeda Kab.Langkat)

Jumlah nelayan di Kabupaten Langkat dari tahun-ketahun terus


meningkat.sampai saat ini jumlah nelayan Kab.Langkat yang tersebar di 9
kecamatan pesisir adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Jumlah nelayan di 9 kecamatan pesisir Kab.Langkat


No Kecamatan Jumlah Nelayan

1 Secanggang 2.630 Jiwa


2 Tanjung Pura 4.125 Jiwa
3 Gebang 1.470 Jiwa
4 Babalan 453 Jiwa
5 Sei Lepan 1.542 Jiwa
6 Brandan Barat 1.752 Jiwa
7 Pangkalan Susu 3.500 Jiwa
8 Besitang 900 Jiwa
9 Pematang Jaya 1.275 Jiwa

Jumlah 17.647 Jiwa


Rumah Tangga Perikanan
(RTP) 5.000 RTP

8
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Jumlah Nelayan di 9 kecamatan pesisir Kab.Langkat


4.125
3.500
2.630

1.542 1.752
1.470 1.275
900
453

Gambar 18. grafik jumlah nelayan di 9 kecamatan pesisir Kab.Lankgat

Jumlah nelayan terbanyak terdapat di Kecamatan Tanjung Pura dan


Pangkalan Susu yakni 4.125 jiwa dan 3.500 jiwa, yang terdiri dari nelayan
tetap, sambilan utama dan sambilan.

Perkembangan suatu wilayah akan diwarnai dengan proses

perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya, terutama jika

perkembangan wilayahnya diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk

yang juga diakibatkan adanya imigrasi penduduk. Fenomena ini akan

berpengaruh terhadap proses akulturasi budaya antara masyarakat

setempat dan masyarakat pendatang. Proses perubahan ini mempunyai

dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi dan

budaya masyarakat. Bilamana proses tersebut terjadi secara alami dengan

daya adaptasi yang baik, maka proses transfer dan akulturasi akan

berjalan damai. Namun bilamana proses tersebut tidak berjalan secara

alami dan mempunyai daya tolak negatif, maka proses transfer dan

9
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

akulturasi akan diwarnai dengan meningkatnya suhu kecemburuan taraf

hidup, yang akan menimbulkan gejolak sosial. Namun demikian, corak

budaya dan nilai - nilainya yang menjadi keberagaman struktur

masyarakat, tidak menjadi halangan untuk secara bersama

mengembangkan pembangunan wilayah di kabupaten ini. Bahkan proses

akulturasi dan transfer sosial ekonomi masing - masing komponen suku

bangsa dapat terjadi secara alami untuk saling melengkapi dan

memenuhi.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat biasanya digambarkan oleh

keadaan sarana dan prasarana pendidikan serta gambaran tingkat

pendidikan masing - masing. Kondisi sosial – ekonomi masyarakat nelayan

juga dapat dilihat dari tipologi rumah tangga nelayan. Hasil survey

lapangan tipologi rumah tangga nelayan di Kabupaten Langkat disajikan

pada Tabel.

Tabel 9. Tipologi Rumah Tangga Nelayan di Pesisir Kabupaten Langkat

Karakteristik Rumah Tangga Nelayan

Lokasi Kecamatan Pangkalan Susu dan Pangkalan


Brandan termasuk desa pesisir
Tempat Berusaha Laut lepas, kawasan pesisir
Faktor Produksi Luas perairan, lahan pertambakan, tenaga
kerja, perahu, nelayan, mesin, alat tangkap,
dayung dan pancing
Musim 23 hari dalam satu bulan tidak menentu
Waktu Kegiatan Dominan malam (bulan gelap), kadang siang

10
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pekerjaan Sampingan Membetulkan jaring, home industry


Tenaga Kerja Dominan laki – laki
Jenis Pekerjaan Pemilik kapal, ABK, buruh nelayan, petambak
udang
Bentuk Kegiatan Dilakukan bersama – sama pada umumnya

Adanya tipologi rumah tangga nelayan berguna untuk

pengembangan sistem informasi tentang rumah tangga nelayan yang

selama ini, namun belum merupakan prioritas dari badan penyedia data

untuk disediakan. Dengan mengetahui tipologi rumah tangga nelayan ini,

maka diharapkan mampu memberikan jawaban terhadap berbagai

masalah yang muncul yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan

nelayan di pesisir Kabupaten Langkat. Selanjutnya akan bermanfaat untuk

penyusunan bahan perencanaan dan program - program yang berkaitan

dengan perbaikan kehidupan nelayan di wilayah pesisir Kabupaten

Langkat.

3.8. Perhubungan dan Telekomunikasi


Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan
mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu tempat
ke tempat lain. Keadaan prasarana jalan yang menghubungkan antara
kecamatan, kelurahan dan desa di pesisir Kabupaten Langkat sudah
sangat mendukung dan dalam kondisi yang baik. Jalan penghubung antar

11
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

kecamatan, kelurahan dan desa terbagi atas jalan hotmik, aspal, jalan
berbatu, jalan tanah dan jalan dari papan kayu.

Panjang jalan di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 sepanjang


1.504,10 Km, yang terdiri dari 511,50 km jalan beraspal, 399,10 km jalan
kerikil, 229,70 Km jalan batu dan 363,80 Km jalan tanah. Kondisi jalan di
Kabupaten Langkat masih perlu mendapat perhatian yang serius, karena
56,58 persen jalan Kabupaten yang ada dalam keadaan rusak dan rusak
berat (851,1 Km). Sedangkan jalan dalam kondisi baik hanya 4,23 persen
(63,55 Km) dan sisanya 39,20 persen lagi dalam keadaan sedang (589,45
Km). Sarana transportasi yang umum digunakan adalah angkutan darat
(umum) dan angkutan laut (sampan/boat), sedangkan perahu motor
umumnya digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan di laut.

Dewasa ini, komunikasi dan informasi dari berbagai daerah


semakin lancar saja. Hal ini dimungkinkan karena sarana dan prasarana
komunikasi dan informasi yang semakin baik. Surat yang masuk melalui
PT. Pos Indonesia cabang Binjai Tahun 2009 ada sebanyak 249.931 buah
terdiri dari 197.310 surat pos biasa + kilat, 38.308 surat pos kilat khusus
dan sisanya 14.313 buah adalah surat tercatat, wesel pos. Sedangakan
surat yang keluar ada sebanyak 79.289 buah yang terdiri dari 51.630
surat pos biasa + kilat, 22.084 surat pos kilat khusus dan lainnya ada
sebanyak 9.577 buah surat, dengan kata lain sarana komunikasi dan
informasi di Kabupaten Langkat sudah cukup memmadai.

3.9. Perdagangan dan Jasa Laut


Keadaan fasilitas perdagangan dan jasa laut yang tersedia di
daerah pesisir laut Kab.Langkat relatif masih minim sekali. Untuk

12
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

memenuhi kebutuhan sehari-hari sebahagian masyarakat lebih sering


berbelanja ke kedai sedangkan untuk belanja barang dalam partai besar
masyarakat berbelanja ke luar kota seperti ke kota binjai atau medan.
Jasa angkutan yang untuk darat biasanya menggunakan kendaraan
umum, sedangkan untuk transportasi laut biasanya menggunakan jasa
penyeberangan laut atau dengan boat/sampan.

Sedangkan untuk menjual hasil tangkapan ikan atau usaha lain


masyarakat umumnya menjualnya langsung di tangkapan-tangkahan yang
ada atau kepada toke,tatapi sebahagian masyarakat juga langsung
menjual ke kota binjai atau medan.

3.10. Listrik dan Air Bersih


Kebutuhan listrik di Kabupaten Langkat sebahagian besar dipenuhi
oleh perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang Binjai. Pada tahun anggaran
2006 PT. PLN (Persero) Cabang Binjai ada sebanyak 166.050 pelanggan,
120.065.603 KVA daya tersambung, 178.630.484 KWH yang terjual dan
menghasilkan 98.501.766.026 rupiah dari jumlah KWH yang terjual.
Jumlah pelanggan terbanyak adalah rumah tangga sebesar 158.194
rumah tangga, 91.148.050 KVA daya tersambung dan 120.473.807 KWH
terjual dengan nilai 58.185.023.085 rupiah. Produksi air minum atau air
bersih yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Wampu
Langkat pada tahun 2009 sebanyak 3.079.677 M³ dengan jumlah
pelanggan 14.712 unit dan nilai penerimaan 354.361.020 rupiah.
Perbandingan Tenaga Kerja di Perusahaan Air Minum Menurut Tingkat
Pendidikan

13
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 19. Grafik tenaga kerja menurut tingkat pendidikan

Sedangkan di kawasan pesisir Kabupaten Langkat pada umumnya


masyarakat memanfaatkan air sungai, sumur dan sebahagian
menggunakan sumur bor.

3.11. Potensi Fisik Lainnya


Sarana fisik lain yang ada di Kabupaten Langkat antara lain,
bangunan tempat ibadah, sekolah dan sarana kesehatan.
Kabupaten Langkat adalah kabupaten mayoritas masyarakatnya
beragama islam. Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Langkat antara
lain seperti yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 10. Sarana Ibadah di Kab.Langkat
No Keterangan Jumlah
1. Mesjid 872
2. Langgar 390
3. Musholla 528
4. Gereja Protestan 231
5. Gereja Katolik 69
6. Tepekong 0
7. Kuil 4
8. Viara 15

14
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Dalam rangka ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa


maka Kab.Langkat terus meningkatkan sarana pendidikan sebagai sarana
warga masyarakat meningkatkan ilmu pengetahuannya. Prasarana
pendidikan yang ada di Kab.Langkat :

Tabel 11. Sarana Pendidikan di Kab.Langkat


No Keterangan Jumlah
1. SD 610
2. SMP 137
3. SMA 60
4. SMK 38
5. Perguruan Tinggi 0

Tabel 12. Sarana Kesehatan di Kab.Langkat


No Keterangan Jumlah
1. RSU Pemerintah 2
2. Puskesmas 31

15
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Sumberdaya Alam
Persisir Kab.Langkat

4.1. Nelayan
Nelayan adalah seseorang yang melakukan penangkapan ikan
baik sebagai pekerjaan pokok, maupun sebagai pekerjaan sambilan,
ataupun sebgai buruh nelayan di kapal perikanan. Dari hasil survey yang
dilakukan dilapangan maka nelayan yang ada di Kabupaten Langkat di
bagi menjadi tiga bagian yakni: 1) Nelayan tetap yaitu nelayan yang
menggantungkan hidupnya dari hasil penangkapan ikan di laut, 2)
nelayan samabilan yaitu nelayan yang melakukan penangkapan jika
kondisi usaha di darat tidak bagus atau sumberdaya perikanan
banyak/bagus. Nelayan ini umumnya adalah orang-orang yang usaha
pokoknya menangkap ikan bertani atau berkebun. Usaha menagkap ikan
dilakukannya haya pada waktu-waktu tertentu. 3) Buruh nelayan adalah
orang-orang yang bekerja pada kapal perikanan. Kebijakan menangkap
ikan sangat di tentukan oleh pemilik kapal atau tekong.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan kepada rumah tangga


nelayan di daerah studi, maka nelayan tetap jauh lebih banyak jika
dibandingkan dengan nelayan sambilan ataupun buruh nelayan. Banyak
sedikitnya jumlah nelayan di suatu daerah sangat ditentukan oleh luas
daerah kawasan pesisir. Semakin luas dan banyak penduduk yang
bermukim di kawasan pesisir maka semakin banyak pula jumlah nelayan.

16
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Dari hasil survey telihat bahwa nelayan tetap lebih banyak


jika dibandingkan dengan nelayan sambilan dan buruh nelayan. Dari
hasil pengamatan di ketahui bahwa nelayan tetap kebanyakan orang-
orang asli daerah yang tinggal di kawasan pesisir, sedangkan nelayan
sambilan adalah orang asli daerah yang memilki beberapa bidang sawah
maupun kebun yang di kelolanya sendiri atau orang-orang yang bekerja di
perkebunan besar atau perusahaan, orang ini memanfaatkan waktu tidak
bekerja untuk menangkap ikan. Pekerjaan melaut ini dilakukannya pada
sore sampai malam hari. Sedangkan buruh nelayan adalah orang bekerja
pada kapal perikanan, umumnya mereka menangkap ikan berhari-hari di
laut. Alasan mereka bekerja sebagai buruh nelayan adalah tidak
dimilikinya alat penangkapan, serta bekerja sebagai buruh nelayan tidak
memerlukan modal besar.

Umur nelayan yang didapatkan di lokasi survey bervariasi mulai


dari umur 18 tahun sampai 65 tahun. Biasanya umur nelayan tetap
banyak yang lebih tua jika dibandingkan dengan nelayan sambilan, dan
buruh nelayan kebanyakan masih berusia produktif.

Jika dilihat dari tanggungan keluarga setiap nelayan tidak sama,


nelayan tetap dan buruh nelayan tanggungannya lebih kecil jika
dibandingkan dengan nelayan sambilan. Hal ini disebabkan antara lain,
anak nelayan tetap biasanya lebih cepat menikah sehingga lepas dari
tanggungan keluarga, sedangkan buruh nelayan masih muda dan
kebanyakan belum menikah.

Tingkat pendidikan nelayan yang ada di Kabupaten langkat


bervariasi mulai dari tidak tamat sekolah dasar sampai ke tamatan SLTA.

17
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Walau nelayan tidak tamat Sekolah Dasar tetapi mereka bisa menulis dan
membaca. Begitujuga dengan tingkat pendidilkan nelayan sambilan dan
buruh nelayan, tingkat pendidiknnyahampir sama dengan tingkat
pendidikan nelayan tetap. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan nelayan yang ada di Kabupaten langkat masih rendah, ini
berarti tingkat pendidikan yang mesih rendah mempengaruhi tingkat
produktifitas dari hasil tangkap.

4.2. Alat Tangkap


Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten
Langkat berjumlah 40 jenis alat tangkap yakni ambai, bubu ikan, bubu
kepiting, jala ikan, jaring ikan, jaring lengket, pukat udang, pukat jang,
pukat tepi, pukat cerbung, pukat langgai, trawl, pukat teri, pancing, rawai,
pukat ikan, pukat apolo, dan lain-lain . Umumnya semua jenis alat ini di
dapatkan di setiap kecamatan. Alat yang digunakan nelayan di
Kabupaten langkat masih sangat sederhana, terutama nelayan yang
menggunakan sampan. Alasan mereka menggunakan alat tangkap
sederhana di karenakan alat tersebut dapat dioperasikan setiap saat dan
tidak mengenal musim.

Berdasarkan pengamatan dilapangan diketahui bahwa alat yang


digunakan nelayan sangat sederhana, dan kebanyakan di buat dsn
dimodifikasi sendiri. Alat yang dibuat dan dimodifikasi umumya bersifat
pasif. Alat yang di buat nelayan adalah alat tangkap seperti jaring,
ambai, jala dan lain-lain, alat ini di buat mereka pada saat tidak turun
melaut. Kebiasaan nelayan di Kebuapten Langkat adalah memperbaiki
alat pada saat tidak melaut, umumnya dilakukan pada siang hari. Alat
biasanya di buat sendiri akan tetapi bahan di beli pada kedai di daerah

18
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

mereka masing-masing. Harga jual yang di berikan ke nelayan di suatu


daerah cukup tinggi jika dibandingkan dengan mereka membli langsung
ke Medan.

Jenis armada penangkapan ikan yang digunakan masyarakat di


Kabupaten Langkat digolongkan pada armada pakai motor dan tampa
motor. Ukuran tonnage kapal motor yang ada di Kabupaten Langkat
digolongkan antara lain :
1. Sampan tampa motor
2. Kapal motor berukuran < 5 GT
3. Kapal motor berukuran 5 – 10 GT
4. Kapal motor berukuran 10 – 20 GT
5. Kapal motor berukuran 20 – 30 GT
6. Kapal motor berukuran > 30 GT

Armada yang di gunakan nelayan di daerah kabupaten langkat


adalah armada yang di buat di daerah masing-masing. Cara pengadaan
armada biasanya di pesan dulu kepada pengrajin/tukang. Lama untuk
membuat satu unit armada sangat ditentukan oleh ukuran armada
tersebut serta kesediaan bahan seperti papan.

Berbeda dengan mesin nelayan membeli mesin ukuran kecil pada


pedagang di daerah mereka, tetapi ukuran besar ,mereka langsung
membeli ke Medan. Pembelian mesin ukuran kecil umumnya dilakukan
oleh nelayan yang modalnya pas-pasan sehingga pembeliannya dapat di
lakukan cera kredit, dengan pembayaran hasil ptangkap. Berbeda dengan
mesin yang dibeli langsung ke Medan, mesin di bayar secara cash tidak
dapat dilakukian sistim kredit.

19
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Sampan adalah sejenis armada yang digunakan nelayan tradisional


untuk mencapai tempat fishing ground dengan cara mendayung.
Kapasitas muatan untuk satu sampan berkisar antara 1 – 3 orang nelayan.
Sampan yang banyak digunakan nelayan tradisional adalah sampan
berukuran 3 – 5 m. Informasi yang didapat dari nelayan tradisional
adalah jarak tempuh dari pantai ketempat lokasi penangkapan lebih
kurang satu jam. Sampan ini banyak digunakan nelayan di pinggir
pantai dan muara, kalaupun ke tengah laut jaraknya tempuh berkisar
antara 0,5 - 1 mil laut, itupun pada saat cuaca baik.

Berbeda dengan nelayan yang mengunakan kapal bermotor


daerah jajahan dan lama operasi penangkapannya sangat ditentukan oleh
ukuran tonnage. Semakin besar tonnge semakin jauh jarak operasi
penagkapannya serta semakin lama nelayan melaut. Tatapi kebanyakan
nelayan di Kabupaten Langkat mengoperasikan alat pulang hari atau
berangkat malam pulang siang. Ukuran armada yang digunakan nelayan
untuk menangkap ikan tidak sama, hal ini sangat di tentukan oleh jarak
dan jenis alat yang di gunakan, jika jarak pengoparasian jauh maka
armada yang digunakan berukuran besar, begitu juga dengan jenis alat
semakin besar dan berat alat tangkap semakin besar armada
penangkapan. Untuk mengetahui ukuran armada yang digunakan oleh
nelayan per jenis alat tangkap. Ukuran armada yang digunakan nelayan
umumnya berukuran kecil, kebanyakan tidak dapat menjangkau daerah
penangkapan jauh ke tengah. Melihat ukuran armada yang digunakan
maka wajar produksi nelayan di daerah ini kecil. Kecilnya ukuran armada
di derah ini disebabkan tidak mampunya nelayan memesan armada ber
ukuran besar karena sangat berhubungan dengan harga beli. Tetapi perlu
di sadari bahwa masyarakat Pengrajin/Tukang pembuatan kapal di

20
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Kabupaten Langkat mampu membuat kapal ukuran besar dan dapat


mengarungi samudera.
Menetapkan peta perikanan tangkap di Kabuapten Langkat
menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Alat ini berfungsi
untuk menentukan posisi di bumi dengan menggunakan satelit.
Pengukuran dengan menggunakan GPS di anggap pengukuran yang
akurat untuk menentukan posisi di bumi.

Cara kerja yang dilakukan oleh tim adalah dengan mengarungi laut
bersama nelayan mencari nelayan yang sedang menangkap ikan, lokasi
penangkapan ikan yang dilakukan nelayan di tentukan koordinatnya
dengan menggunakan GPS. Hasil data dari GPS di masukan ke computer
lalu di plotkan dengan peta rupa bumi yang sudah di persiapkan
sebelumnya.

Dari hasil survey yang dilakukan didapatkan lokasi penangkapan


ikan per jenis alat tangkap dapat dilihat pada peta.

21
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

9 8 °3 ' 9 8 °1 0 ' 98°1 7' 98°2 4' 9 8 °3 1 ' 9 8 °3 8 ' P E T A S E B AR A N A L AT T AN G K AP


98 P E N Y U S U N AN R O AD M A P
P E N G E M B A G A N P E R IK AN A N T AN G K A P
4 °1 7 ' P R O V IN S I N A N G G R O E '
]
[
%
4 °1 7 '
UNTUK M ENDUKUNG PRO GRAM
ACE H DA RU S SALAM '
] Z
$ A R O M A R I N E P O L IT A N
[
% [
% K e te r a n g a n : D I K AB UPATEN LAN G K AT
[
%
'
]
Z
$
'
] '
]']
Y
# N

Z
$

T
$
SELAT MALAKA S k a l a 1 :2 8 0 .0 0 0
Z
$
$
Z 5 0 5 10 Km
4 °1 0 ' V
& T
$ 4 °1 0 '
[ %
% [
T
$
K e te r a n g a n :
T
$
&
V
P
u u
a
l S m ib n
e a
l

T
$ Su n gai
V
& T $
$ Z Z
$
B u b u B e la t
V
& T
$
[
%
[
%
J a la n [
% J a rin g Ik a n
J a la n n e g a ra Z
$ J a rin g S e l a p is
V
& ]
'
T
$ Y
# Ib u K o ta K e c a m a t a n J a rin g U d a n g
V
&
$
T
T
$
T
$ Am b a i

4 °3 ' 4 °3 '
Z
$
[
% 9 K e c a m a ta n P e s is ir K a b .L a n g k a t :
'
] Z
$
[
%
K e c . B a b a la n
&T
V$
K e c . B e s it a n g
T
$
4 4 K e c . B ra n d a n B a r a t
'
]
$
Z
[
% K e c. G e ba n g
'
] '
]
Z
$['
% ]$
]'Z
['
% ]'
]
'
]' K e c . P a n g k a la n S u s u
]
'
]
'
]'
]
$
T K e c. S ec an g g a n g
T
$
$
T K e c. S ei L ep an
Z
$
[
% K e c . T a n ju n g P u ra
3 °5 6 ' 3 °5 6 '
Z
$
[
% K e c . P e m a ta n g J a y a

IN D E K S L O K A S I

K a b u p a te n L a n g k a t
Y
#

S a w it S e b e r a n g Y
# H in a i
Y
#
3 °4 9 ' 3 °4 9 '
KABUPATEN
Y
#
DELI SER DAN G
P a d a n g T u a la n g S ta b a t
Y
#
Y
#
B a ta n g S e r a n g a n D a e ra h y a n g d ip e ta k a n

Sum be r :
Y
# 1 . P e t a R u p a B u m i s k a l a 1 :5 0 .0 0 0
2 . P e t a A d m in is t r a s i K a b . L a n g k a t T a h u n 2 0 0 3
98
9 8 °3 ' 9 8 °1 0 ' 98°1 7' 98°2 4' 9 8 °3 1 ' 9 8 °3 8 '

Gambar 20. Sebaran alat tangkap ikan di perairan Kab.Langkat

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

4.3. Produktivitas Alat Tangkap


Waktu yang banyak digunakan nelayan untuk menangkap ikan
adalah pada waktu malam, biasanya nelayan pergi melaut sekitar pukul
16.00 WIB dan pulang pukul 05.00 WIB. Usaha penangkapan ikan yang
dilakukan pada malam hari umumnya nelayan yang mempunyai motor
tempel. Sedangkan nelayan yang menggunakan sampan mereka lebih
banyak melakukan penangkapan pada siang hari yaitu berangkat pada
setelah sholat subuh sekitar jam 06.00 WIB dan pulang pada jam 14.00
WIB atau berangkat jam 10.00 pulang jam 17.00 WIB. Selain itu waktu
operasi juga dipengaruhi oleh alat tangkap yang digunakan. Waktu
operasi alat yang dilakukan nelayan kebanyakan pada malam hari,
tingginya waktu operasian alat pada malam hari di pengaruhi oleh
beberapa factor diantaranya pada malam hari karena cuaca pada malam
lebih bagus sehingga produksi tinggi. Waktu yang digunakan untuk sekali
operasi alat tidak sama, hal ini sangat ditentukan oleh jenis alat dan cara
pengoperasiannya. Alat yang bersifat passive waktu operasinya lama
kerena bersifat menunggu ikan sedangkan alat aktif waktu operasinya
lebih pendek dan sering dilakukan, demikian juga waktu tempuh yang
digunakan nelayan untuk sampai ke lokasi operasi/fishing ground tidak
sama, hal ini sangat ditentukan oleh jarak dan lokasi pengoperasian alat.
Pada umumnya waktu operasional alat yang terlama adalah trowl dan
pukat teri. Sedangkan yang lebih sedikit adalah pancing dan jala ikan.
Lama tidaknya waktu operasi alat sangat ditentukan oleh jenis alat dan
alat Bantu yang digunakan. Pendeknya waktu pengoperasian jala kerena
memang pemakaiannya di lempar kemudian diangkat, sedangkan untuk
pancing jika lama di biarkan di dalam air diperkirakan umpannya akan
habis. Sedangkan pengoperasian alat pukat teri dan trwal semakin lama
operasinya semakin tinggi produksinya.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Bardasarkan hari operasi alat tangkap yang di operasikan di


kabupaten Langkat tidak sama, hari operasinya sangat ditentukan oleh
alat tangkap. Alat tangkap passive biasanya dioperasikan setiap saat,
namun alat aktif sangat dipengaruhi oleh musim.

Walau jam operasi alat kurang dari 10 jam per hari namun alat ini
tidak dapat dioperasikan setiap hari, hal ini dipengaruhi oleh musim dan
waktu penagkapan, selain itu waktu yang dimiliki nelayan untuk melaut.
Dimana hasil penangkapan yang diperoleh nelayan di setiap kecamatan
sangat ditentukan oleh beberapa factor seperti jenis alat yang digunakan,
jumlah alat dan frekwensi pengoperasian alat tersebut. Semakin banyak
alat dan frekwensi operasi semakin tinggi produksi. Oleh karena itu
apabila terdapat perbedaan jenis dan jumlah alat penangkapan serta
factor lain, di suatu areal maka akan mempengaruhi produksi ikan di suatu
daerah tersebut

4.4. Sosial Ekonomi Perikanan


Modal usaha adalah biaya yang digunakan nelayan untuk
melakukan usaha baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Dari hasil
pengamatan dan dari pengisian kuesioner maka data primer yang
dijadikan modal usaha adalah rata-rata dari tiap biaya. Biaya yang
dikeluarkan oleh nelayan antara lain ;

Modal Armada
Besar modal yang di keluarkan oleh nelayan untuk armada
penangkapan sangat ditentukan oleh ukuran kapal dan kapasitas mesin
yang di gunakan, semakin besar ukuran kapal dan mesin yang digunakan

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

semakin besar biaya pengadaan armada dimaksudArmada yang digunakan


oleh nelayan di buat di daerahnya sendiri, harga armada yang ada di
Kabuapten Langkat tidak sama kerena sangat ditentukan oleh beberapa
factor diantaranya; kesediaan bahan, harga bahan, hubungan
kekeluargaan, waktu pengerjaan.
Bentuk armada yang di buat di setiap tukang hampir sama,
namun waktu dan harga tidak sama. Harga sangat ditentukan oleh
ukuran, dari armada, semakin besar ukuran armada semakin tinggi harga
armada tersebut, atau waktu yang digunakan semakin pendek yang
diminta nelayan untuk mengerjakan armada semakin tinggi harga dari
armada.

Modal Alat Tangkap


Modal yang digunakan untuk membeli satu unit alat penangkapan
sangat ditentukan oleh jenis dan ukuran alat penangkapan. Alat tangkap
yang digunakan di Kabupaten Langkat umumnya sangat sederhana dan
bersifat tradisional dan umumnya sudah di modifikasi.
Modal untuk membeli alat sangat ditentukan oleh jenis alat, alat
yang di beli siap biasanya harganya lebih tinggi jika di buat sendiri. Alat
yang digunakan neleyan tradisional biasanya di buat sendiri oleh nelayan
pada saat tidak melaut. Harga alat yang dibuat nelayan biasanya lebih
rendah jika di beli siap.

Modal Operasi
Ada kebiasaan nelayan Kebupaten Langkat yang kurang
menguntungkan pada mereka, terutama pada buruh nelayan atau nelayan
yang mengoperasikan alat lebih dari satu hari, kebiasan tersebut adalah

3
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

mengambil barang-barang keperluan selama beroperasi kepada pemilik


modal, kemudian barang tersebut di bayar dengan hasil tangkapan.
Barang yang diambil tersebut harganya sudah tinggi, ditambah lagi
dengan sifat nelayan yang mengambil barang melebihi dari kebiasaan
sehari-harinya. Kebiasan ini sangat menguntungkan bagi pemilik modal,
terutama dari keuntungan barang yang dambil nelayan kemudian harga
jual ikan sangat ditetntukannya, serta system keterikatan penjualan
kepada mereka. Modal yang dibutuhkan nelayan untuk sekali operasi .

Pendapatan
Pendapatan nelayan tidak sama setiap alat maupun setiap operasi,
akan tetapi untuk mengetahui pendapatan nelayan ditetapkan
berdasarkan hasil rata-rata isian kuesioner yang di isi nelayan per jenis
alat. Untuk mengetahui pendapatan nelayan.

Produksi setiap alat tidak sama, hal ini sangat ditentukan oleh
keadaan musim, daerah penangkapan dan lain sebagainya. Dari hasil
analisis di ketahui bahwa hasil jual ikan perjenis alat yang tertinggi adalah
Trowl bisa mencapai Rp. 4.000.000 / hari penangkapan, kemudian di
ikuti oleh alat tangkap, pukat langgai, pukat teri dan yang terendah
adalah bubu ikan. Tinggi rendahnya pendapatan nelayan sangat
ditentukan oleh produksi dan personil penagkapan. Semakin tinggi
produksi semakin tinggi hasil yang didapatkannya, namun jika produksi
tinggi sedangkan personil yang berkerja dalam satu tim penangkapan
banyak maka penhasilannya juga rendah. Jumlah personil yang
digunakan untuk menagkap ikan sangat ditentukan oleh jenis alat
penangkapan, ukuran armadan dan jarak tempuh untuk mengoperasikan

4
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

alat. Jika lokasi penangkapan jauh maka personilnya pun lebih banyak
jika dibandingkan dengan di lokasi pantai.

Harga Ikan
Harga ikan di tingkat nelayan tidak sama, perbedaan yang terjadi
adalah antara nelayan pemilik alat yang langsung menangkap ikan dengan
nelayan pemilik yang pengoperasiaan alatnya di serahkan pada orang lain.
Harga jual ikan di daerah Kabupaten Langkat sangat ditentukan jenis,
system pemasaran dan bentuk marfologi dari ikan tersebut. Harga ikan
yang ada di Kabupaten Langkat selain dipengaruhi oleh factor tersebut
diatas juga dipengaruhi oleh hasil tangkap dan musim, jika produksi tinggi
harga ikan turun, umumnya pada musim-musim tertentu produksi tinggi
tetapi harga turun, selain itu harga juga dipengaruhi oleh keterikatan
antara nelayan dengan nelayan pemilik. Harga komoditas ikan yang dijual
nelayan penangkap langsung kepada konsumen atau pengumpul di lokal

4.5. Pemasaran Hasil Tangkapan


Sistem pemasaran ikan di kawasan pesisir Kabupaten Langkat
hampir sama dengan daerah lain semua ikan mempunyai harga, ikan-ikan
hasil tangkapan nelayan tradisional ada yang di jual di pinggir jalan oleh
nelayan atau keluarganya, dan ada yan di jual ke pedagang keliling
namun jika ingin cepat terjual maka ikan di jual pada penampung di desa
tersebut, dari penampung ini ikan di jual kepada konsumen di pasar atau
pekan. Sedangkan system pemasaran yang dilakukan oleh nelayan yang
memiliki modal / tangkahan system pemasarannya berbeda dengan
nelayan teradisional, sistemnya adalah semua produksi nelayan di
tampung pada tangkahan, seluruh ikan di timbang, kemudian disesuaikan

5
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

dengan harga yang ditetapkan oleh pemilik. Uang yang diterima nelayan
adalah hasil jual produksi Ikan yang yang ditetapkan pemilik di kurangi
dengan biaya yang di gunakan waktu melaut. System pemasarannya
adalah ikan yang ada di tangkahan di jual ke pedagang besar di tempat.
Kemudian pedagang menjual ke pedagang di kota medan atau langsung
ke industri.

Sistem pemasaran ikan oleh nelayan tradisional di Kabupaten Langkat.

Pengumpul
Desa
Konsumen
Produsen Rumah Tangga Pengumpul Pengumpul
/ Nelayan Restoran Menegah Besar

Dijual Langsung
Oleh Nelayan

Gambar 21. Sistem pemasaran ikan nelayan tradisional di kabupaten


Langkat

Sistem pemasaran ikan oleh pemilik Tangkahan di Kabupaten Langkat.

Pengumpul
Besar
Produsen Pemilik Industri/Eksport
/ Nelayan Tangkahan

Dijual Langsung
Ke Kota

Gambar 22. Sistem pemasaran ikan di Tangkahan di kabupaten Langkat

6
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

4.6. Sumberdaya Pesisir dan Laut


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber
daya pesisir dan laut serta keanekaragaman hayati laut tropis yang
terkaya di dunia. Akan tetapi pemanfaatan kekayaan sumber daya
kelautan itu untuk pertumbuhan ekonomi tidak lestari, over eksploitasi dan
mengalami tekanan yang semakin berat. Sehingga laju degradasi sumber
daya kelautan telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan yang
menimbulkan kerusakan mangrove dan terumbu karang, kekurangan stok
ikan dan kepunahan berbagai keanekaragaman hayati laut.

Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi


sebagai akibat dari perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan.
Pemanfaatan cenderung bersifat destruktif dan merusak, serta tidak
mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutan sumberdaya.
Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan
berbasis pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang
mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan
sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera
Utara.

Panjang pantai provinsi sumatera utara = 1300 km terdiri dari :

Pantai timur = 545 km.

Pantai barat = 375 km.

Nias, nias selatan dan pulau-pulau batu = 380 km.

Pulau-pulau kecil = 419 buah

7
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Kabupaten Langkat memiliki garis pantai 110,393 km dengan


Otonomi Wilayah Laut sejauh 4 mil ( 81.532 Ha) memiliki 5 pulau-pulau
kecil terluar dengan 9 kecamatan pesisir dan 57 lurahan/desa memiliki
sumberdaya alam yang cukup besar.
Potensi SumberDaya Ikan Laut Selat Malaka : 303.500 Ton
Ikan Palagis Besar : 34.000 Ton
Ikan Palagis Kecil : 149.500 Ton
Ikan Demersal : 103.000 Ton
Ikan Karang : 300 Ton
Udang : 14.300 Ton
Cumi – cumi, dll : 2.400 Ton

Dengan potensi perikanan budidaya :

Tabel 13. Potensi perikanan budidaya Kab.Langkat

NO URAIAN POTENSI % PEMAN FAATAN

1. Budidaya Tambak 10.000 Ha 19,2 %

2. Budidaya Laut 40.000 KJA/KJT 12,5 %

8
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 23. Potensi budidaya ikan di Kab.Langkat

Gambar 24. Potensi budidaya udang Kab.Langkat

9
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Selain itu juga terdapat bermacam vegatasi. Vegetasi yang mendominan


adalah vegetasi mangrove. Hutan mangrove merupakan ekosistem
penunjang yang sangat penting perannya di kawasan pesisir laut.
Kabupaten Langkat memiliki sekitar 35.000 Ha luasan hutan mangrove,
tetapi kurang lebih 25.300 Ha sudah rusak dan sebahagian telah beralih
fungsi menjadi tambak dan perkebunan sawit. Sehingga luasan hutan
mangrove yang masih baik tercatat hanya sekitar 10.000 Ha. Penanman
mangrove/ rehabilitasi terus dilakukan oleh pemerintah setempat guna
meningkatkan kualitas lingkukangan pesisir laut, terutama memulihkan
kembali sumberdaya alam dan ikan yang ada di kawasan pesisir laut.

10
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 25. Kawasan Mangrove daerah penangkapan ikan

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Kawasan pantai timur Sumatera Utara merupakan wilayah pesisir


yang mempunyai hamparan mangrove yang membujur dari daerah pantai
utara Kabupaten Langkat ke daerah pantai selatan Kabupaten Labuhan
Batu dengan ketebalan yang bervariasi antara 50 – 150 meter. Mangrove
yang ada di kawasan ini selain jenis mangrove sejati, juga ditumbuhi oleh
jenis dari kelompok mangrove semu.

Di Kabupaten Langkat hutan mangrove berperan sebagai :


Pelindung kerusakan pantai yang panjangnya lebih 110 km;
Pelindung dari intrusi air laut;
Penahan angin serta;
Mencegah abrasi pantai.

Kawasan hutan bakau yang terletak di sepanjang pantai Langkat


dan di daerah aliran sungai (DAS) di daerah tersebut mencapai 35.000
hektar dan 25.300 hektar (72,29%) telah mengalami kerusakan. (PKSPL
IPB, 2000).

Akibat kerusakan ini menyebabkan antara lain :


Debit air tawar yang mencapai kawasan pesisir menurun drastis;
Penurunan debit air yang mempengaruhi saluran irigasi pertanian,
kebutuhan air minum, industri dan jasa serta kebutuhan sosial lainnya;
Fluktuasi air di lahan mangrove menjadi ekstrim dimana pada musim
kering terlalu kering, sedangkan pada musim hujan menimbulkan
banjir;
Punahnya vegetasi dan habitat laut sebagai sumber nafkah para
nelayan serta terkikisnya pantai yang mengancam hidup dan
kehidupan penduduk desa pantai.

1
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Total kerusakan mangrove di Kabupaten Langkat pada 8


(delapan) kecamatan hampir merata dan mencapai kondisi yang
membahayakan ekosistem. Tingkat kerusakan mangrove di Kabupaten
Langkat disajikan pada tabel di bawah ini.

Gambar 26. Kerusakan Hutan Mangrove di Kab.Langkat

Tabel 14. Lokasi dan Kondisi Hutan Mangrove di Kabupaten


Langkat

%
Luas Luas yang Kerusakan
No Kecamatan
(Ha) rusak (Ha) per
Kecamatan
1. Secanggang 9.000 7.300 81,11
2 Tanjung Pura 6.300 4.000 63,49
3 Gebang 5.200 4.700 90,38
4 Babalan 1.700 900 52,94
5 Sei Lepan 800 100 12,50

2
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

6 Brandan Barat 3.600 2.800 77,77


7 Besitang 700 300 42,86
8 Pangkalan Susu 8.000 5.200 65,00
Jumlah 35.000 25.300 72,29
Sumber: PKSPL IPB (2000)

Kerusakan mangrove seluas 25.300 ha di Kabupaten langkat terus


bertambah menjadi 28.300 hektar. Pertambahan kerusakan ini disebabkan
oleh pembukaan lahan-lahan tambak yang dilakukan oleh pengusaha-
pengusaha yang tidak berdomisili di daerah ini dan tidak memiliki surat
izin usaha. Akibatnya kegiatan tersebut tidak memberikan kontribusi
terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Langkat.

Gambar 27. Peta kawasan mangrove Kabupaten Langkat

3
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Sawah
Luas sawah yang diidentifikasi di wilayah pesisir Kabupaten
Langkat adalah 17.811,12 ha atau 14,17 % yang tersebar di wilayah
pesisir kecuali Kabupaten Besitang.

Tambak
Selain itu, potensi pesisir dan laut Kab. Langkat yang lain adalah
Potensi Perikanan Budidaya Laut dimana Potensi lahan ada 1.100 Ha
dengan produksi 507,1 ton dan p jumlah pembudidaya ikan 1.215 orang
( 400 RTP). Tambak adalah penggunaan lahan di daerah pesisir pantai
yang digenangi air dan dipengaruhi oleh pasang surut untuk tujuan
budidaya seperti ikan dan udang. Penggunaan lahan untuk tambak
tersebar di desa-desa pesisir dengan luas yang diidentifikasi adalah
7.239,21 ha (5,76%).

Peta Kawasan Tambak


Peta kawasan tambak di pesisir Kab.Langkat Di Pesisir Kab.Langkat

Potensi Perikanan Budidaya Air Payau (Tambak) 10.000 Ha


dimana tambak yang operasional seluas 1.974,6 Ha, terdiri dari :
– Tambak intensif seluas : 394,9 Ha (20% dari tambak yang aktif)
– Tambak semi intensif : 592,4 Ha (30% dari tambak yang aktif)
– Tambak tradisional : 987,3 Ha (50% dari tambak yang aktif)
Dengan produksi
– Tambak intensif sebesar : 1.151,79 ton
– Semi intensif : 1.110,66 ton
– Tradisional : 1.234,06 ton
Jumlah pembudidaya udang 5.100 orang dan pembudidaya kepiting 90

Gambar 28. Peta kawasan tambak Kab.Langkat

4
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Budidaya Laut
Sarana budidaya laut/KJA/KJT 1.260 unit dengan komoditas
utama ikan kerapu, jenahar.

Gambar 29. Keramba Jaring Tancap di Kab.Langkat

Gambar 30. Ikan Kerapau sebagai komoditi budidaya di Kab.Langkat

5
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Rawa
Rawa merupakan genangan air di darat yang cukup luas dengan
vegetasi air di dalamnya. Rawa yang diidentifikasi dari hasil citra dan
survey lapangan yang dilakukan oleh LSKG (2002) terdapat di Kecamatan
Brandan Barat dengan luas 79,2 ha atau hanya 0,06 % dari luas wilayah
pesisir Kabupaten Langkat.

Gambar 31. Peta Citra Landsat Kabupaten Langkat

6
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 32. Peta Citra Landsat Morfologi Pesisir Kabupaten Langkat

Tabel 15. Klasifikasi Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir


Kabupaten Langkat
Luas Persentase
No. Penggunaan Lahan
(Ha) (%)
1. Hutan 1.387,86 1,10
2. Hutan Bakau 21.269,12 16,94
3. Kebun 63.965,78 50,89
4. Kebun Campuran 13.026,09 10,36
5. Sawah 17.811,12 14,17
6 Tambak 7.239,21 5,76
7 Lahan Terbuka 879,51 0,70
8. Rawa 79,21 0,06

Jumlah 125.684,9 100,00


Sumber: LSKG (2002)

7
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tipe dan Karakteristik Pantai

4.2.1. Tipe Pantai


Di Kabupaten Langkat terdapat tiga jenis bentuk pantai yaitu :
bentuk pantai landai dengan ketinggian 0 – 50 m dpl dengan kemiringan
0 – 15o tersebar di sepanjang pesisir pantai; bukit-bukit landai dan
tonjolan-tonjolan batu gamping terumbu, goa-goa dengan ketinggian 0 –
200 m dpl terdapat pada Kecamatan Gebang, Brandan Barat dan sebagian
kecil Pangkalan Susu; Perbukitan bergelombang dengan ketinggian 0 –
300 m dpl dan kemiringan lereng 15 – 40o terdapat pada Kecamatan
Pangkalan Susu, Besitang, Sei Lepan, Babalan, Brandan Barat dan
Gebang.

Gambar 33. Pantai di Kab.Langkat

8
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

4.2.2. Jenis Tanah/Batuan


Tanah lapisan atas (top soil) yang menyusun lahan wilayah pesisir
Kabupaten Langkat umumnya terdiri dari alluvial, regosol, organosol,
hidromorfik kelabu dan podsolik kuning. Jenis tanah alluvial, regosol dan
organosol berada pada daerah dengan topografi datar yaitu Kecamatan
Pangkalan Susu, Tanjung Pura dan Secanggang. Jenis tanah hidromorfik
kelabu juga terdapat pada daerah dengan topografi datar yaitu
Kecamatan Besitang, Brandan Barat, dan Gebang, sedangkan jenis tanah
podsolik kuning dengan topografi bergelombang terdapat pada Kecamatan
Besitang, Sei Lepan dan Babalan.

Litologi wilayah pesisir Kabupaten Langkat terdiri dari endapan


aluvium, endapan sungai rawa dan pantai, bongkahan batu gamping,
pasir, lumpur dan lempung yang terdapat di sepanjang Pantai Timur Laut
Langkat. Sedangkan litologi batu gamping Gunung Sitoli (Qtg), batu
gamping lanauan, batu pasir gampingan, kuarsa halus gampingan, batu
pasir, napal dan lempung pasiran terdapat di Kecamatan Gebang, Brandan
Barat dan sebagian kecil Pangkalan Susu.

9
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pengembangan
Perikanan Tangkap

Sumberdaya pesisir laut Kabupaten Langkat memiliki


keanekaragaman sumberdaya alam hayati dan non hayati, serta jasa
lingkungan yang berpotensi ekonomi, yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama pesisir.
Wilayah Pesisir laut Kabupaten Langkat, sebagai daerah pertemuan antara
pengaruh daratan dan lautan, merupakan ekosisitem yang sangat rentan
terhadap berbagai perubahan dan gangguan, baik yang berasal dari
kegiatan di daratan maupun di lautan. Ekosistem ini diketahui sangat
produktif menghasilkan beranakaragam sumberdaya yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Wilayah pesisir seringkali termarginalkan dalam
pembangunan bahkan tidak jarang pula menjadi korban dari
pembangunan itu sendiri, terutama dengan hadirnya berbagai jenis bahan
pencemar, sehingga seolah-olah daerah ini telah menjadi tempat
pembuangan sampah. Oleh karena itu wilayah pesisir sudah saatnya
untuk, ditata batas-batas pengelolaannya serta dipulihkan berbagai fungsi
ekologisnya agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, terutama
untuk memenuhi hajat hidup penduduknya.

Walaupun ekosistem pesisir tidak mengenal batas-batas


administratif, namun penetapan batas-batas pengelolaannya berkaitan
sangat erat dengan kebijakan dan rencana pemanfaatannya karena harus
diintegrasikan dengan kebijakan kabupaten-kabupaten lain yang

10
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

berbatasan. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang sekarang


dihadapi pada dasarnya merupakan dampak negatif dari berbagai
kegiatan yang berada di luar wilayah Kabupaten Langkat, terutama
daerah-daerah di atasnya (upland areas). Oleh karena itu rencana
pengelolaannya harus diintegrasikan dengan rencana pengelolaan
kawasan-kawasan di sekitarnya. Penetapan batas wilayah pengelolaan
merupakan hasil konsensus antar sektor yang memuat komitmen bahwa
setiap kegiatan pembangunan di dalam wilayah pengelolaan harus
dikoordinasikan terlebih dahulu secara lintas sektor. Dengan demikian
maka penetapan batas wilayah pengelolaan merupakan suatu batas
kewenangan pengelola sebagai pemegang mandat atas nama Pemerintah
Kabupaten Langkat untuk melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan
pembangunan. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan dimaksudkan
untuk memberikan jaminan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai
pengelolaan wilayah pesisir dapat diterapkan sebagai acuan bersama.
Dengan kata lain wewenang-wewenang sektoral tidak perlu dan tidak
akan berkurang atau dikurangi melainkan diupayakan semaksimal
mungkin untuk diintegrasikan dengan kegiatan sektor-sektor terkait
lainnya.

Produksi laut yang berasal dari sumberdaya perairan laut sebagian


besar masih berasal dari hasil pengambilan di alam. Keadaan ini dapat
memperbesar tekanan terhadap sumberdaya perairan laut, dan dapat
mempengaruhi kesinambungan produksi. Usaha budidaya laut merupakan
suatu alternatif usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada usaha
pengambilan dari alam (anonim, 2000)

11
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 34. Hasil tangkapan ikan di TPI

Kegiatan perikanan tangkap menurut UU No.27 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut adalah kegiatan untuk memperoleh
ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apapun termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah
dan/atau mengawetkannya. Dalam hal ini perlu diketahui Mengenai
Dampak Lingkungan. Dalam pemanfaatan sumberdaya hayati berupa
kegiatan penangkapan ikan harus memperhatikan jalur-jalur penangkapan
yang telah ditetapkan. Penangkapan ikan pada jalur IA dilakukan melalui
jalur penangkapan sampai dengan 3 (tiga) mil dari garis pantai
diperuntukkan bagi penangkapan ikan dengan menggunakan perahu
tanpa motor dan atau perahu motor tempel bermesin kurang dari 16 PK
dan kapal motor di bawah 3 GT.

12
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Jalur penangkapan IB adalah antara 3 mil sampai dengan 4 mil


dari garis pantai diperuntukkan bagi kegiatan penangkapan ikan dengan
menggunakan perahu bermotor tempel 16 PK sampai dengan 25 PK dan
kapal motor di bawah 5 GT dengan mesin berkekuatan sebesar-besarnya
10 PK dengan menggunakan alat tangkap jenis pancing ulur, pancing
rawai dengan jumlah mata pancing kurang dari 100 unit, trammel net
(jaring apollo) dan geruk kerang tradisional, sedangkan jalur II
diperuntukkan untuk kapal-kalal yang besarnya >10 PK.

Pendaratan ikan hasil


tangkapan hanya dapat dilakukan
di tempat-tempat pendaratan ikan
atau di tangkahan. Pendaratan
ikan wajib melakukan pencatatan
hasil tangkapan dan membayar
retribusi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku.
Gambar 35.Pendaratan Ikan di TPI

Permintaan dan kebutuhan ikan dunia terus meningkat dari tahun


ke tahun, sebagai akibat pertambahan penduduk dan perubahan konsumi
masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat. Sementara itu
pasokan ikan dari hasil penangkapan cenderung semakin berkurang,
dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya gejala kelebihan
tangkap dan menurunnya kualitas lingkungan, terutama wilayah perairan
tempat ikan memijah, mengasuh dan membesarkan anak. Di Indonesia
gejala overfishing terjadi pada hampir seluruh perairan Barat Indonesia,
kecuali bagian barat Sumatera dan selatan Jawa. Guna mengatasi

13
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

keadaan ini, maka pengembangan perikanan tangkap yang efisien dan


ramah lingkungan sangat diperlukan sehingga sektor ini dapat
menyumbang produksi ikan secara berkelanjutan.

Sumberdaya Pesisir adalah sumberdaya alam hayati seperti ikan


dan biota laut lainnya dan sumberdaya non-hayati seperti pasir dan
sumberdaya buatan serta jasa-jasa lingkungan yang berupa keindahan
panorama alam wilayah pesisir. Sedangkan Ekosistem adalah kesatuan
komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan dan organisme lainnya serta proses
yang menghubungkan satu sama lain dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas dan produktivitas. Penetapan batas wilayah pesisir diperlukan
demi kepastian dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah
ini. Penetapan batas wilayah pengelolaan ke arah darat didasarkan pada
pendekatan administrasi pemerintah, sedangkan penetapan batas wilayah
pengelolaan kearah laut didasarkan pada ketentuan Pasal 18 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu bertujuan untuk menetapkan
kebijakan pengaturan pemanfaatan, perlindungan serta pelestarian
sumber daya pesisir dengan memperhatikan kepentingan ekonomi dan
pelestarian fungsi-fungsi lingkungan hidup dimana perencanaan masing-
masing sektor senantiasa melibatkan semua pemangku kepentingan.
Dasar hukum bagi penanaman modal merupakan aspek yang sangat
penting karena pemanfaatan potensi ekonomi dan jasa-jasa lingkungan
wilayah pesisir secara optimal memerlukan pembiayaan melalui investasi
dalam jumlah besar, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
Kabupaten Langkat. Dalam hal ini pelaksanaan kebijakan pengaturan
secara konsisten dapat menjamin kepastian antara lain karena dapat
diprediksikan bahwa modal yang ditanamkan akan membawa keuntungan.

14
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Perlindungan terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat


diharapkan dapat menumbuhkan umpan balik berupa dukungan dalam
bentuk peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan
yang dapat disepakati. Perlindungan terhadap situs-situs budaya
dimaksudkan untuk memelihara dan melestarikan ciri-ciri khas Kabupaten
Langkat yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata dan
pemberdayaan masyarakat dalam dorongan meningkatkan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut secara lestari

Gambar 36. Konsep Kawasan Pesisir Terpadu

Penataan struktur ruang (zonasi) kawasan merupakan tindak lanjut


dari penetapan batas pengelolaan wilayah pesisir yang selanjutnya
menajdi roadmap pengembangan perikanan tangkap untuk mendukung
program agromarinepolitan di Kabupaten Langkat. Dengan struktur ruang
diartikan sebagai kombinasi secara serasi dan seimbang antar berbagai

15
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

kawasan di dalam wilayah pengelolaan. Penataan struktur ruang


diarahkan untuk mengatur pemanfaatan ruang ruang berdasarkan potensi
sumber alam, jenis kegiatan, besaran kegiatan, fungsi setiap zona,
kualitas ruang, dan estetika lingkungan. Dengan demikian maka faktor
keserasian dan keseimbangan merupakan visualisasi dari daya dukung
dan daya tampung wilayah pengelolaan dilihat dari potensi ekologi dan
potensi ekonominya. Oleh karena itu perkembangan setiap kawasan perlu
dikendalikan sedemikian rupa guna mencegah benturan kepentingan antar
kegiatan yang dapat merugikan kepentingan bersama. Pembatasan-
pembatasan yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan kriteria-
kriteria tertentu untuk setiap kawasan, terutama berkaitan dengan volume
kegiatan, besaran modal, maupun jenis teknologi yang diperkenankan
untuk diintroduksikan ke dalam setiap zona. Kemudian dari itu,
berdasarkan pertimbangan potensi sumber-sumber kekayaan alam yang
dikandungnya, zona-zona tertentu dari wilayah pengelolaan pesisir
Kabupaten Langkat dapat diprioritaskan pembangunannya sehingga dapat
dijadikan sebagai andalan bagi pembangunan Kabupaten Langkat pada
skala yang lebih luas. Pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur untuk
mendukung kegiatan perikanan, seperti gudang berpendingin (cold
storage), bengkel, Solar Pocked Dealer untuk Nelayan (SPDN), Tempat
Pendaratan Ikan, Pangkalan Pendaratan Ikan dan Dermaga

16
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 37. Penataan Zonasi di Kaw.Pesisir

Daerah pesisir dan laut sekarang telah mengalami ketertinggalan dan


keterbelakangan dimana terjadi degradasi ekosistem lingkungan pesisir
dan laut (mangrove, terumbu karang, estuaria, padang lamun).
Masyarakat pesisir khususnya nelayan kini merupakan kelompok
masyarakat termiskin oleh karena itu saatnya pembangunan di mulai dari
wilayah pesisir dan laut. Gerakan Masyarakat untuk membangun ekonomi
berbasis pesisir laut di kawasan terpilih yang dirancang dan dilaksanakan
dengan pendekatan sistem.

Program Agromarinepolitan adalah pendekatan pembangunan


wilayah berbasis pada sumberdaya alam (pertanian, kelautan dan
perikanan) yang dilaksanakan secara terpadu, efisien, berdaya saing,
berkeadilan dan ramah lingkungan untuk menciptakan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat Adapun dampak umum program
agromarinepolitan

17
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

 Adanya peningkatan aksesibilitas pasar yg dapat menurunkan biaya


transportasi, sehingga meningkatkan pendapatan petani
 Adanya peningkatan kelembagaan mampu mendorong terbukanya
akses keuangan dan investasi
 Tumbuhnya partisipasi dan peranan stakeholder
 Adanya berbagai pertemuan yg melibatkan pemerintah dan
masyarakat, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat
 Adanya peningkatan sarana & prasarana kawasan yg berdampak pada
peningkatan mutu dan hasil pengolahan produk di kawasan (Sub
Terminal Agribisnis, Packing House, jalan antar desa, air baku, dll)
 Tercegahnya arus urbanisasi serta termanfaatkannya kearifan lokal
(indigenous technology) untuk kesejahteraan masyarakat

Gambar 38 . Pola Pemanfaatan Ruang di wilayah pesisir dalam


penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap

18
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Pendanaan program agromariepolitan bersumber dari pemerintah


kabupaten/kota menyiapkan anggaran (APBD) untuk melaksanakan
kegiatan program sedangkan fasilitasi dari pusat dan provinsi (sesuai
dengan tugas masing-masing) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
tahunan dari master plan.
Unsur-unsur dari Pusat lokalitas agromarinpolitan adalah sebagai berikut :
• Suatu hamparan lahan/ kawasan dengan luasan 1000 – 1500 ha, yang
memiliki kesamaan agroekosistem dengan komoditas unggulan yang
berkembang/dikembangkan.
• Luasan tertentu antara 20 – 40 ha (khusus perikanan)
• Memiliki sejumlah usahatani individu yang terorganisir dalam kelompok-
kelompok tani.
• Memiliki usaha kelompok/koperasi atau usaha individu yang bergerak
dalam perdagangan bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian
(unit penyedia jasa alat dan mesin pertanian) seperti : traktor mini
multifungsi, hand tractor, angkutan pedesaan, dryer, pergudangan, cold
storage, dan lain-lain, usaha grading dan standarisasi, serta usaha
packaging dan sortasi.
• Memiliki kelembagaan dan sistem penyuluhan agribisnis.
• Memiliki lembaga keuangan mikro dan atau jaringan ke perbankan.
• Memiliki jaringan ke sumber teknologi dan jaringan informasi pasar.
• Memiliki jalan antar usahatani (farm road) dan jalan penghubung
lokalitas ke daerah lain
• Memiliki infrastruktur (jalan, listrik dan telekomunikasi)
• Terdapat sarana produksi perikanan tangkap setingkat TPI, sarana
penangkapan, SPDN, pabrik es dan bengkel.

19
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 39. Rancang bangun lokalitas pada Program Agromarinepolitan

Gambar 40. Rancang bangun lokalitas

20
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

5.1. Kondisi Perikanan Tangkap Saat ini


Potensi dan produksi perikanan di daerah selat malaka pada
umumnya dan perairan Kabupaten Langkat pada khusunya terus
menurun, hal ini mendorong semua stake holder untuk berpikir dan
mencoba merencanakan pengelolaan perikanan tangkap selat malaka
supaya tetap berkelanjutan (sustainable).

5.1.1. Potensi Perikanan Tangkap


Kabupaten Langkat mempunyai garis pantai sepanjang 110,393 km
dengan Otonomi Wilayah Laut sejauh 4 mil ( 81.532 Ha). Mempunyai 26
buah sungai besar dan kecil, dengan total luas area sungai (perairan
umum) 7.965 km2 dengan panjang sungai secara keseluruhan 903 km.
Luas Perairan Umum 7.865 Ha dan memiliki pulau-pulau kecil
sebanyak 5 buah yakni pulau kampai, pulau Sembilan, panjang, rawa dan
selingkar, dimana 3 diantaranya tidak berpenghuni.

Potensi Sumber Daya Ikan Laut Selat Malaka sebesar 303.500 Ton
yang terdiri dari :

Ikan Palagis Besar : 34.000 Ton


Ikan Palagis Kecil : 149.500 Ton
Ikan Demersal : 103.000 Ton
Ikan Karang : 300 Ton
Udang : 14.300 Ton
Cumi – cumi, dll : 2.400 Ton

21
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Ton
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
- Ton

Gambar 41. Grafik potensi sumberdaya ikan laut Kab.Langkat

Tabel. 16. Potensi Perikanan Tangkap Kabupaten Langkat


di 9 kecamatan pesisir
Jenis Ikan (ton)
No Kecamatan Pelagis Pelagis Cumi-
Karang Demersal
Besar Kecil cumi
1. Secanggang 862,7 3.667,2 7,07 2.503,5 1,3

2. Tanjung Pura 808,7 3.553,4 60,3 2.475,0 0,8

3. Gebang 800,8 3.495,7 7,24 2.437,0 -

4. Babalan 33,7 155,0 0,82 84,3 -

5. Sei Lepan 27,2 152,0 0,34 83,8 -

6. Brandan Barat 24,2 205,0 0,41 85,7 -

7. Pangkalan Susu 818,7 3.510,5 7,37 2.497,5 9,3

22
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

8. Besitang 24,0 161,0 0,72 132,2 -

9. Pematang Jaya #### #### #### #### ####


3.400 14.900 30 10.300 2,4
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Langkat (2007)

Gambar 42. Ikan hasil tangkapan nelayan

Jumlah sarana penangkapan ikan (kapal nelayan) 5 tahun terakhir


mengalami peningkatan yakni :
- Tahun 2005 : 2.834 unit
- Tahun 2006 : 3.156 unit
- Tahun 2007 : 5.593 unit
- Tahun 2008 : 5.593 unit, dan
- Tahun 2009 : 6.048 unit

23
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 43. Sarana Penangkapan Ikan

Dengan klasifikasi sebagai berikut :


Tabel 17. Tabel jumlah kepal penangkapan ikan berdasarkan ukuran

Jumlah Kapal Penangkap Ikan


No Kecamatan PTM Ukuran Gross Ton (GT) Jumlah
Kecil <5 5-10 10-20 20-30 (Unit)
1 Secanggang 46 790 22 - - 858
2 Tanjung Pura 37 541 6 - - 584
3 Gebang 26 507 35 5 2 575
4 Babalan 19 333 7 - - 359
5 Sei Lepan 43 728 12 2 2 787
6 Brandan Barat 45 836 36 12 1 930
7 Pangkalan Susu 33 502 51 20 2 608
8 Besitang 76 467 42 17 2 604
9 Pematang Jaya 32 250 6 - - 288
Jumlah 357 4954 217 56 9 5593

24
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Keterangan :
- PTM = Perahu Tanpa Motor
Sumber : Survey Pendataan Thn 2008

Kapal yang digunakan oleh oleh nelayan pesisir Langkat dalam


usaha perikanan tangkapnya adalah kapal tanpa motor, kapal motor
dengan ukuran < 5 GT dan kapal motor dengan ukuran >5 GT sampai 10
GT, 10-20 GT dan 20-30 GT. Kapal tanpa motor digunakan untuk
menangkap ikan di sekitar pantai sampai jarak 3 mil dari garis pantai.
Sedangkan kapal motor kurang dari 5 GT digunakan untuk penangkapan
ikan sampai batas 6 mil laut, kapal motor ini biasanya digunakan untuk
menangkap ikan pelagis besar seperti tongkol dan tenggiri. Kapal motor
dengan ukuran lebih dari 5 GT dipakai oleh para nelayan di Desa Kwala
Besar, Pematang Cengal dan Sangga Lima yang digunakan untuk
menangkap ikan-ikan yang berlokasi jauh dari pantai seperti ikan pelagis
besar.

Perahu yang digunakan untuk menangkap ikan ada 357 unit


perahu tanpa motor dan 5.236 perahu dengan motor (kapal motor).
Perahu tanpa motor umumnya digunakan oleh nelayan tradisional.
Kemudian perahu motor dibagi lagi menurut kekuatan mesin yaitu
dibawah 5 GT sebanyak 4.954 unit, 5 –9 GT sebanyak 217 unit, 10 – 19
GT sebanyak 56 unit, 20 – 30 GT sebanyak 9 perahu, Sedangkan alat
penangkap ikan yang digunakan adalah payang, pukat rantai, pukat
cincin, dogol, dan lain-lain.

Berbagai jenis peralatan tangkap digunakan oleh nelayan di


laut, baik alat yang ditempatkan menetap maupun tidak menetap. Jenis
alat tangkap menetap yang digunakan antara lain ambai dan jaring planet.
Sedangkan alat tangkap yang tidak menetap adalah jaring gembung,

25
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

tangkul ketam dan jala udang. Secara umum terdapat empat alat tangkap
yang dominan digunakan yaitu jaring planet (3.567 unit), jaring tiga lapis
(2.245 unit) ambai (1.442 unit) dan jala udang (1.357 unit).

Alat tangkap jenis jaring planet banyak digunakan oleh nelayan di


Desa Kwala Besar dan Desa Sangga Lima umumnya digunakan untuk
menangkap udang dan ikan. Untuk menangkap ikan pelagis kecil seperti
ikan gembung, nelayan menggunakan alat tangkap jaring gembung.
Jaring tiga lapis digunakan sebagian besar nelayan Kwala Besar,
Pematang Cengal dan Kwala Langkat, sedangkan alat tangkap ambai
banyak dipakai para nelayan di Kecamatan Pangkalan Susu untuk
menangkap udang dan ikan-ikan kecil.

Tabel. 18. Jenis Alat Tangkap Ikan yang Digunakan di Perairan Kab.
Langkat
Jumlah Hasil Tangkapan
No. Alat Tangkap Ciri-ciri
(Unit)
1. Ambai 1.442 Menetap Udang,ikan

2. Jaring 3 Lapis 2.245 Ikut arus Udang,ikan

3. Jaring Planet 3.567 Ikut arus Udang,ikan

4. Jaring Gembung 655 Melingkar Ikan kembung

5. Pukat 29 Menetap/ikut arus Ikan, udang

6. Bubu 542 Menetap Ikan kerapu

7. Jaring Ketam 51 Menetap Rajungan

8. Tangkul Ketam 66 Menetap Kepiting bakau

9. Jala 1.357 Tidak menetap Udang

10. Jaring Selapis 230 Ikut arus Udang

26
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Gambar 44. Jenis-jenis alat tangkap

98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°3 1' 98°3 8' PETA SEBARAN ALAT TANGKAP
98 PENYUSUNAN ROAD MAP
PENGEMBAGAN PERIKANAN TANGKAP
4°17 ' PROVINSI NANGGROE '
]
[
%
4°17'
UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
ACEH DARUSSALAM ' $
] Z AROMARINEPOLITAN
[
% [
% Keterangan : DI KABUPATEN LANGKAT
[
%
'
]
Z
$
'
]
'
]']
Y
# N

Z
$

T
$
SELAT MALAKA Skala 1:280.000
Z
$
$
Z 5 0 5 10 Km
4°10 ' V
& T
$ 4°10'
[ %
% [
T
$
Keterangan :
T
$
&
V
u
P la
u Se
m b
i la
n

T
$ Sungai
V
& T Z
$ $ Z
$
Bubu Belat
V
&
T
$
[
%
[
%
Jalan [
% Jaring Ikan
Jalan negara Z
$ Jaring Selapis
V
&
T
$ #
Y Ibu Kota Kecamatan ]
' Jaring Udang
V
&
$
T
T
$
T
$ Ambai

4°3' 4°3'
Z
$
[
% 9 Kecamatan Pesisir Kab.Langkat :
'
] Z
$
[
%
Kec. Babalan
T
$
V
& Kec. Besitang
T
$
4 4 Kec. Brandan Barat
'
]
$
Z
[
% Kec. Gebang
'
] '
]
Z
$
['
% ]$
]'Z
['
%]'
]
'
]' Kec. Pangkalan Susu
]
'
]
'
]
'
T
$ ]
Kec. Secanggang
$
T
T
$ Kec. Sei Lepan
$
Z
[
% Kec. Tanjung Pura
3°56 ' 3°56'
Z
$
[
% Kec. Pematang Jaya

INDEKS LOKASI

Kabupaten Langkat
Y
#

Sawit Seberang Y
# Hinai
Y
#
3°49 ' 3°49'
KABUPATEN
Y
#
DELI SERDANG
Padang Tualang Stabat
Y
#
Y
#
Batang Serangan Daerah yang dipetakan

Sumber :
Y
# 1. Peta Rupa Bumi skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Kab. Langkat Tahun 2003
98
98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°3 1' 98°3 8'

Gambar 45. Peta Fishing ground (daerah operasi penangkapan ikan)


menurut jenis alat tangkap

27
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Demikian juga dengan jumlah nelayan dan pengolah ikan hasil


tangkapan, terus mengalami peningkatan yakni :
Tabel 19. Jumlah nelayan dan pengolah ikan
No Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Nelayan 14.179 14.828 14.910 17.647 17.947 18.123
2. Pengolah 220 210 197 215 233
Ikan

Jenis pengolahan ikan yang ada pesisir Kab.Langkat adalah ikan asin,
cincang rebung, terasi dan kerupuk udang.

Nelayan adalah seseorang yang melakukan penangkapan ikan baik


sebagai pekerjaan pokok, maupun sebagai pekerjaan sambilan, ataupun
sebgai buruh nelayan di kapal perikanan.
Dari hasil survey yang dilakukan maka diperoleh sebaran nelayan
di 9 kecamatan pesisir langkat adalah sebagai berikut :
Tabel 20. Jumlah nelayan di 9 kecamatan pesisir Kab.Langkat
No Kecamatan Jumlah Nelayan
1 Secanggang 2.630 Jiwa
2 Tanjung Pura 4.125 Jiwa
3 Gebang 1.470 Jiwa
4 Babalan 453 Jiwa
5 Sei Lepan 1.542 Jiwa
6 Brandan Barat 1.752 Jiwa
7 Pangkalan Susu 3.500 Jiwa
8 Besitang 900 Jiwa
9 Pematang Jaya 1.275 Jiwa
Jumlah 17.647 Jiwa
Rumah Tangga Perikanan 5.000 RTP

28
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Sumber : Survey pendataan tahun 2007

Penangkapan ikan di Kabupaten Langkat umumnya adalah


pengolahan ikan tradisional. Jenis pengolahan ikan hasil penangkapan
ikan di Kabupaten Langkat adalah ikan asin, cincang rebung, terasi,
kerupuk udang/ ikan dan nuget ikan.
Tabel 21. Produksi penangkapan ikan dan pengolahan ikan
NO URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Penangkapan 19.235,9 20.300 20.763,9 21.231,6 21.668,7 22.102
Ikan
2 Pengolahan 1.112,3 1.345,4 2.253,2 1.876,1 1.913,6
Ikan

P2 2 .5 0 0 ,0 0
R2 2 .0 0 0 ,0 0
O2 1 .5 0 0 ,0 0
D2 1 .0 0 0 ,0 0
U2 0 .5 0 0 ,0 0 P e
K2 0 .0 0 0 ,0 0

S1 9 .5 0 0 ,0 0
1 9 .0 0 0 ,0 0
S 20 0 2 2 0 04 2 0 06 2 00 8 2 0 1 0
I

TAHUN
Gambar 46. Grafik produksi tangkapan ikan 6 tahun terakhir

29
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°31' 98°38' PETA ZONA PENANGKAPAN IKAN
98
PENYUSUNAN ROAD MAP
PENGEMBAGAN PERIKANAN TANGKAP
4°17' PROVINSI NANGGROE 4°17'
UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
ACEH DARUSSALAM AROMARINEPOLITAN
Keterangan : DI KABUPATEN LANGKAT

S
Y
# N

E
L
A Skala 1:280.000
T 5 0 5 10 Km

4°10' M 4°10'
A Zon
aP Keterangan :
L ena
u
P la
u Se
m b
i la
n

A ngk
apa
Sungai
K n1 Jalan
A B
Zon Jalan negara
aP
ena
ngk
apa Y
# Ibu Kota Kecamatan
n1 Zona Penangkapan IA
A
Zona Penangkapan IB
4°3' 4°3'
9 Kecamatan Pesisir Kab.Langkat :
Kec. Babalan
Kec. Besitang
4 4 Kec. Brandan Barat
Kec. Gebang
Kec. Pangkalan Susu
Kec. Secanggang
Kec. Sei Lepan
3°56' 3°56' Kec. Tanjung Pura
Kec. Pematang Jaya

INDEKS LOKASI

Kabupaten Langkat
Y
#

Sawit Seberang Y
# Hinai
Y
#
3°49' 3°49'
KABUPATEN
Y
#
DELI SERDANG
Padang Tualang Stabat
Y
#
Y
#
Batang Serangan Daerah yang dipetakan

Sumber :
Y
# 1. Peta Rupa Bumi skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Kab. Langkat Tahun 2003
98
98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°31' 98°38'

Gambar 47. Peta Zona Penangkapan Ikan di Kanb.Langkat

Sentra
Pengplahan

Gambar 48. Peta sentra pengolahan ikan di persisir Kab.Langkat

30
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Produksi perikanan di Kabupaten Langkat pada tahun 2009


tercatat 30.079,4 ton yang berasal dari 22.102 ton perikanan tangkap,
1.347,1 ton perikanan budi daya laut, 1.913,6 pengolahan ikan dan
4.716,7 ton budidaya tambak.

Di pesisir Kabupaten Langkat juga terdapat 247 tangkahan dan 3


unit TPI yang digunakan oleh nelayan untuk menjual hasil tangkapannya.
Tempat Pelelangan Ikan terdapat di Pangkalan Susu yang daerahnya
meliputi Kecamatan Brandan Barat, Besitang, Sei Lepan dan Babalan, TPI
Tanjung Pura yang daerahnya meliputi juga Kecamatan Gebang, serta TPI
Kecamatan Secanggang (Gambar 26).

Sarana pendukung lainnya adalah peti pendingin di Desa Pulau


Banyak Kecamatan Tanjung Pura

98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°31' 98°38' PETA KEBERADAAN TPI


98 PENYUSUNAN ROAD MAP
PENGEMBAGAN PERIKANAN TANGKAP
4°17' PROVINSI NANGGROE 4°17'
UNTUK MENDUKUNG PROGRAM
ACEH DARUSSALAM AROMARINEPOLITAN
Keterangan : DI KABUPATEN LANGKAT
Y
# N

S
E Skala 1:280.000
L 5 0 5 10 Km
A
4°10' T 4°10'

M Keterangan :
A
u
P la
u Se
m b
i la
n

Sungai
#
þ L
#
þ þ# A Jalan
K Jalan negara
A Y
# Ibu Kota Kecamatan
#
þ TPI

4°3' 4°3'
9 Kecamatan Pesisir Kab.Langkat :
#
þ Kec. Babalan
Kec. Besitang
#
þ
4 4 Kec. Brandan Barat
Kec. Gebang
#
þ Kec. Pangkalan Susu
Kec. Secanggang
Kec. Sei Lepan
3°56' 3°56' Kec. Tanjung Pura
Kec. Pematang Jaya

#
þ
INDEKS LOKASI

Y
# #
þ Kabupaten Langkat

Sawit Seberang Y
# Hinai
Y
#
3°49' 3°49'
KABUPATEN
Y
#
DELI SERDANG
Padang Tualang Stabat
Y
#
Y
#
Batang Serangan Daerah yang dipetakan

Sumber :
Y
# 1. Peta Rupa Bumi skala 1:50.000
2. Peta Administrasi Kab. Langkat Tahun 2003
98
98°3' 98°10' 98°17' 98°24' 98°31' 98°38'

Gambar 49. Peta keberadaan TPI di pesisir Kab.Langkat

31
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Disamping itu di pesisir Kabupaten Langkat juga terdapat kelompok


perikanan yang masih aktif, yakni :
Tabel 22. Kelompok perikanan
NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pembudidaya Tambak 24 28 30 36 176
2. Pembudidaya Laut 7 8 10 11 111
3. Nelayan 18 20 24 27 42
4. Pokwasmas - 10 10 20 26
5. Penngolahan Ikan 12 15 46 77 85

5.2. Pengembangan Penangkapan Ikan

5.2.1. Faktor Penunjang


Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
kawasan pesisir yang terluas di Sumatera Utara, mempunyai potensi
penangkapan yang memungkinkan untuk dikembangkan terutama nelayan
tradisional. Hal ini didasarkan atas pertimbangan :
1. Terdapat garis pantai sepanjang 110,393 km dengan luas wilayah
pesisir 125.684,9 Ha. Di daerah ini terdapat beraneka macam jenis
ikan ekonomis penting, kualitas perairannya masih bagus dan
belum adanya kematian masal ikan yang ada di daerah akibat
pencemaran, serta banyaknya nelayan daerah lain yang datang
menangkap di pesisir menandakan jumlah ikan masih banyak.
2. Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir usaha penangkapan ikan,
pengolahan hasil perikanan ataupun usaha budidaya perikanan
tidaklah begitu asing bagi mereka. Sehingga teknologi perikanan
mudah untuk diserapnya.

32
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

3. Dikawasan pesisir banyak terdapat sumberdaya manusia sebagai


tenaga kerja potensial. Sebahagian diantara mereka ada yang
berpendidikan tinggi, masyarakat yang berpendidikan tinggi ini
biasanya mudah mengadopsi pembaharuan terhadap teknologi
penangkapan
4. Di daerah kabupaten Langkat terdapat berbagai lembaga/institusi
yang mempunyai kepentingan terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat
5. Berbagai fasilitas yang dibutukan untuk pengembangan usaha
penangkapan cukup tersedia seperti alat tangkap, mesin perikanan,
serta sarana prasarana lainnya yang dapat mempermudah usaha
seperti transportasi, fasilitas pemasaran , jarak yang dekat dengan
Medan sebagai tempat pengolahan.
6. Selain itu juga mempunyai peluang untuk mengekspor keluar
negeri karena adanya fasilitas pelabuhan laut eks PERTAMINA yang
bisa berhubungan langsung ke Malaysia.

5.2.2. Faktor Penghambat


Faktor penghambat dalam pengembangan usaha penangkapan ikan di
Kabupaten Langkat antara lain :
1. Belum adanya data yang akurat tentang usaha perikanan.
2. Belum adanya rencana tata ruang yang jelas terhadap kawasan
penangkapan perikanan, sehingga belum ada kesepakatan daerah
konservasi sumberdaya laut.
3. Sebahagian besar nelayalan, masih bersifat tradisional dan belum
menerapkan prinsip dasar penangkapan modren. Seperti alat yang
digunakan nelayan masih sederhana, sedangkan potensi perikanan

33
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

tangkap semakin terbatas dengan adanya penangkapan dari luar


daerah Langkat.
4. Sistem pemasaran belum terkontrol, hal ini terlihat dari banyaknya
nelayan yang menggantungkan pemasarannya pada pemilik modal
yang merugikan nelayan, serta harga akan turun jika produksi
tinggi. Hal ini di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya ;
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan serta kemauan
dari nelayan itu sendiri.
b. Terbatasnya fasilitas penunjang usaha seperti lembaga
perbankan yang dapat memberikan modal usaha dengan
bunga rendah.
5. Belum terpadunya usaha pembinaan oleh intansi-intansi terkait,
sehingga banyak pihak terkait yang belum terlibat dan merasa
berkepentingan untuk membina nelayan supaya meningkat
kesejahteraanya.

5.2.3. Strategi Pengembangan


Berdasarkan kepada kenyataan di atas dengan mempertimbangkan factor
pendukung dan penghambat, maka dapat disusun beberapa langkah
strategi pengembangan usaha penangkapan di Kabupaten Langkat.
Adapun langkah strategi yang dapat diambil antara lain ;
1. Pembinaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Upaya
pembinaan sumberdaya manusia yang berkualitas nampaknya
perlu mendapat perioritas. Metode pembinaan nampaknya tidak
bisa lagi dilakukan hanya dengan system penyuluhan atau
demonstrasi belaka, melainkan harus di ikuti dengan
pembimbingan dan sekaligus pembinaan serta pembuatan pilot
proyek. Usaha pembinaan dapat dimulai dari dari penyusunan

34
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

rencana, pengelolaan/manajemen, sampai kepada evaluasi hasil


usaha. Pembinaan ini dimungkinkan apabila dilakukan secara
individu atau kelompok, dengan harapan individu atau kelompok
lain yang tidak/belum dibina dapat mencontoh mereka yang
telah dibina.
2. Untuk menaikan taraf hidup para nelayan. Ada dua cara untuk
menaikan taraf hidup nelayan yaitu : pertama, melalui
peningkatan produksi perumah tangga nelayan dan kedua,
melalui peningkatan harga jual ikan dengan menerapkan pola
aquabisnis. Untuk meningkatkan produksi per rumah tangga
nelayan dapat ditempuh dengan dua cara yaitu, melalui
peningkatan usaha penangkapan ikan dan melalui peningkatan
usaha budidaya. Peningkatan hasil tangkap perikanan sangat
ditentukan oleh keadaan sumberdaya perairan serta daya
tangkap alat yang digunakan. Agak sulit meningkatkan hasil
tangkap ikan di perairan yang telah mengalami over fishing.
Oleh karena itu kalau ingin meningkatkan hasil tangkapan
nelayan di perairan yang telah mendekati over fihing, maka
perlu mengurangi jumlah alat penangkapan yang beroperasi di
perairan tersebut, serta memperluas daerah jangkauan alat
penangkapan yang ada. Dengan kata lain jumlah nelayan yang
berusaha di perairan tersebut dikurangi atau dialihkan ke mata
pencaharian yang lain.
3. Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Langkat daerah
pesisirnya cocok dikembangkan usaha budidaya ikan pada jaring
apung, budidaya udang dan kepiting di tambak. Karena itu,
memberi peluang kepada nelayan untuk melakukan diversifikasi
usaha.

35
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

5.2.4. Keterpaduan Usaha Pembinaan


Sesuai dengan prinsip ekonomi, setiap usaha membutuhkan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, modal dan teknologi. Karena
itu kalau usaha penangkapan hendak dikembangkan di daerah pesisir
Kabupaten Langkat, perlu keterpaduan usaha pembinaan secara
berkesinambungan. Kepada nelayan tradisional perlu dilakukan usaha
pembinaan secara terencana dan berkelanjutan, serta secara bertahap
dipersiapkan berbagai fasilitas, seperti system pemasaran, pengadaan
sarana produksi

Mengenai tenaga pembina dan paket teknologi, agaknya dapat


diharapkan dari beberapa perguruan tinggi, sedangkan modal di harapkan
dari pihak perbankan dan pemerintah daerah menyiapkan
sarana/prasarana yang memungkinkan usaha penangkapan tersebut bisa
berkembang secara baik, misalnya perbaikan jalan sebagai sarana
pengangkutan hasil perikanan, dan lain sebagainya.
Untuk itu perlu adanya kerjasama antara instansi terkait seperti
BAPPEDA, DISKANLA, Koperasi, Perbankan dan perguruan tinggi. Selain
itu peran wiraswastawan serta pemilik modal sangat penting pula dan
diharapkan dapat menanamkan modalnya di bidang perikanan tangkap.

5.3. Permasalahan Pengembangan Perikanan Tangkap

Permsalahan pengembangan perikanan tangka Kabupaten adalah :

a. Kerusakan Mangrove di Kawasan Pesisir

Hutan mangrove di Kabupaten Langkat telah mengalami kerusakan,


dari potensi semula yang dimiliki seluas 35.000 hektar dan 25.300 hektar

36
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

(72,29%) telah mengalami kerusakan yang juga tersebar sampai pada


kawasan hutan Karang Gading, Belawan dan Percut PSKPL-IPB (2002).

Penyebab utama:

 Penebangan mangrove untuk kebutuhan pembuatan arang.


 Konversi lahan mangrove untuk pertambakan dan perkebunan
kelapa sawit.

Akibat yang ditimbulkan:

 Penurunan luasan hutan mangrove.


 Penurunan kualitas air di perairan.
 Penurunan hasil tangkapan nelayan.
 Terjadinya erosi pantai.

b. Penurunan Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya

Di Kabupaten Langkat terdapat 18.123 orang nelayan dengan alat


tangkap pukat pantai, pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring
klitik,serok, pancing, jermal dan alat pengumpul kerang, baik dengan
kapal motor ataupun tidak menggunakan kapal motor sama sekali.
Armada kapal penangkapan ikan yang digunakan lebih banyak perahu
tanpa motor sedangkan kapal dengan motor sebagian besar berukuran
kurang dari 5 GT dengan hasil tangkapan yang cenderung menurun
dalam 3 (tiga) tahun terakhir ini yaitu sekitar 5,17 kg/trip/hari.

37
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Penyebab utama:

 Tidak terkontrolnya peningkatan dan jumlah jenis alat tangkap.


 Tidak dipatuhinya jalur-jalur penangkapan ikan yang telah
ditetapkan.
 Kurangnya pengawasan instansi terkait terhadap pengelolaan
usaha budidaya perikanan.

Akibat yang ditimbulkan:

 Aktivitas penangkapan illegal, seperti penggunaan trawl, bahan


peledak dan bahan berbahaya.
 Konflik antara nelayan dengan nelayan daerah lain serta nelayan
asing yang melanggar jalur penangkapan.
 Produktivitas lahan budidaya perikanan mengalami penurunan.

c. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia

Kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang rendah di kawasan


pesisir erat hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat baik formal maupun non-formal, yang juga dipengaruhi oleh
rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan kualitas SDM
masyarakat pesisir. Rendahnya tingkat pendidikan juga akan
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Pengembangan kedua hal
tersebut tersendat-sendat karena sangat minimnya sarana dan prasarana
yang tersedia di wilayah pesisir.

Penyebab utama:

 Rendahnya taraf pendidikan masyarakat pesisir akibat kurangnya


sarana dan prasarana pendidik, termasuk kurangnya tenaga guru.

38
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

 Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman akibat


minimnya sarana dan prasana kesehatan, termasuk kurangnya
tenaga medis.

Akibat yang ditimbulkan:

 SDA wilayah pesisir belum dimanfaatkan secara optimal serta


kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.
 Sanitasi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir masih buruk.
 Partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
masih rendah.

d. Kurangnya Fungsi Kelembagaan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir

Kurangnya fungsi kelembagaan dalam pengelolaan wilayah pesisir


tidak terlepas dari rendahnya kualitas sumberdaya manusia baik
dikalangan masyarakat maupun aparat lembaga yang terkait. Hal ini
tercermin dari sikap dan pengetahuan masyarakat, misalnya yang
berhubungan dengan peraturan perundangan tentang konservasi
sumberdaya hayati dan ekosistemnya dan tentang pengelolaan lingkungan
hidup. Sehingga sering menimbulkan masalah, misalnya pemanfaatan
sumberdaya pesisir dengan cara merusak (penggunaan bom dan racun),
pelanggaran jalur-jalur penangkapan dan penebangan mangrove secara
liar.

Penyebab utama:

 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia pelaksananya.


 Terlalu diutamakannya kepentingan sektoral.
 Tidak transparannya proses pembuatan produk hukum.

39
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Akibat yang ditimbulkan:

 Meningkatnya penggunaan cara-cara yang tidak berwawasan


lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir.
 Terjadinya konflik kepentingan antara pengguna SDA wilayah
pesisir.
 Terjadinya konflik kewenangan antar instansi.

Disampinng itu permasalahan pengembangan perikanan tangkap


di Kabupaten Langkat untuk mendukung program agromarinepolitan
adalah :

a. Lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kabupaten


Langkat, yang sebagian besar adalah nelayan tradisional sehingga
mereka tidak berdaya untuk mengembangkan usahanya
b. Padatnya penangkapan ikan yang beroperasi diperairan pantai dan
rendahnya tingkat kemampuan kompetitif nelayan setempat tak
jarang menimbulkan konflik sosial diantara nelayan.
c. Adanya pelanggaran terhadap jalur-jalur penangkapan ikan serta
kurangnya sarana operasional dan aparatur yang bertugas dalam hal
pengawasan dan penertiban kegiatan penangkapan ikan dilaut.
d. Adanya penggunaan alat tangkap yang dilarang seperti trawl (pukat
harimau) dan pemakaian alat tangkap modifikasi yang teknisnya
masih sama dengan alat tangkap trawl. Ini berpotensi menimbulkan
konflik antara nelayan skala kecil dengan nelaya yang memakai alat
tangkap tersebut dan juga alat tangkap dapat menyebabkan
rusaknya habitat hidup dan habisnya populasi ikan.
e. Semakin berkurangnya hasil tangkapan diakibatkan semakin
berkurangnya populasi ikan dan pemanfaatan sumberdaya yang tidak
menjaga kelestarian/secara berkelanjutan.

40
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

f. Tingginya harga bahan bakar minyak mengakibatkan nelayan


membutuhkan biaya yang tinggi pada saat operasional kelaut

5.4. Pemecahan Masalah


Upaya-upaya yang dilakukan dalam pemecahan masalah Program
Pengembangan Perikanan Tangkap untuk mendukung Program
Agromarinepolitan Kabupaten Langkat antara lain :
a. Mengarahkan pembangunan perikanan pada pengembangan
usaha penangkapan ikan skala kecil melaui pemberian bantuan
paket sarana usaha dan pembinaan teknis penangkapan ikan
kepada masyarakat/kelompok nelayan seperti :
 Pengembangan alat bantu sarana penangkapan ikan berupa
rumpon buatan bagi kelompok masyarakat pesiair di 9
Kecamatan Pesisir.
 Disampinng itu permasalahan pengembangan perikanan
tangkap
b. Meningkatkan kemampuan kompetitif nelayan setempat melalui
pemberdayaan dan pengembangan usaha penangkapan ikan
khususnya pada kelompok nelayan skala kecil/tradisional.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang berorietasi
pada pembangunan ekonomi kerakyatan, antara lain pemberian
bantuan sarana usaha penangkapan ikan yang dapat menjangkau
daerah penangkapan yang lebih jauh dengan metode bantuan
paket bergulir ( refoling fund ).
d. Melakukan pengaturan dan pengendalian kegiatan operasi
penangkapan ikan dilaut sesuai dengn ketentuan dan jalur-jalur
penangkapan ikan melalui pengaturan perizinan danperluas
daerah operasi penangkapan ke perairan lepas pantai.

41
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

e. Menyediakan sarana penunjang usaha penangkapan seperti


pembangunan tempat pendaratan ikan/pelabuhan pendaratan
ikan (TPI/PPI).
f. Melkukan koordinasi dengan instansi dan pihak-pihak terkait
dalam bidang keamanan laut (kamla) untuk melakukan operasi
penertiban dan menindak setiap pelanggaran yang ada.
g. Mengimplementasikan PERDA Nomor.31 tahun 2007 tentang
pengelolaan wilayah pesisir.
h. Melkukan reservart/restocking diperairan umum untk memulihkan
kembali populasi sumberdaya ikan.

Gamabar 50. Sitem Produksi Lokal dalam Pengembangan Perikanan


Tangkap

42
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat
Tabel 23. Logical Frame Work (Matrik Kerangka Kerja Logis Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Item/
2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Target Pemahaman Program Pengembangan Berkembangnya Kondusifnya penangkapan Keluarga nelayan
Capaian penangkapan ikan skala produksi perikanan ikan daerah sejahtera

 Meningkatnya
kecil tangkap secara terpadu
Dampak Penangkapan Ikan berkembang Penangkapan ikan Hasil tangkapan ikan Meningkatnya pendapatan
berkembang skala maksimal lestari nelayan (80-100%) pendapatan
rumah tangga masyarakat
Manfaat Kualitas SDM meningkat Semua ikan hasil Sistem kelompok Meningkatnya pendapatan pesisir
tangkapan laku di berjalan kondusif kelompok nelayan (50- khususnya

 Terciptanya
pasaran 60%) nelayan 100%
Hasil Kelembagaan aktif dan kondusif Kelembagaan nelayan Meningkatnyya produksi Sistem manajemen
aktif dan kondusif tangkapan ikan nelayan penangkan ikan berjalan rumah tangga
baik nelayan yang
Keluaran Tersosialisasinya program Berkembangnya kusaha Penangkapan ikan Perluasan pasar dan sejahtera
agromarinepolitan di Kab.Langkat agromarinepolitan skala berjalan lancar terpadu jaringan kerjasama

 Rekayasa dan pembinaan  Pembinaan teknis  Pembenahan  Peningkatan harga jual


keluarga pemasaran
Program

 Rehabilitasi hutan
kelembagaan pengembangan penangkapan ikan infrastruktur / hasil tangkap dengan

 Rehabilitasi lingkungan pesisir


perikanan tangkap fasilitas pendukung meningkatkan mutu

 Peningkatan kualitas SDM nelayan  Pengadaan alat  Penerapan teknologi


mangrove di perikanan tangkap hasil tangkap

 Pembinaan penerapan teknologi  Pemberdayaan dan


kaw.pesisir

 Rekrutmen SDM  Perluasan pasar


tangkap yg efisien tepat guna

 Pembinaan penerapan teknologi  Promosi


penangkapan pengembangan

 Sinergisitas antar
usaha penangkapan perikanan

 Perbaikan sarana prasaran  Pengadaan alat


pengolahan ikan ikan skala kecil

 Monitoring evalusi
sektor terkait

 Penguatan modal kelompok


penunjang bantu penangkapan

 Penegakan dan penegasan hukum


ikan spt ; GPS, penegakan hukum
ekosounder dll perikanan

75
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk

 Mengoptimalkan
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

 Perekrutan dan pembinaan SDM


perikanan

 Pengadaan penyuluh
fungsi TPI/PPI
pendamping

  Pembentukan pola  Pengembangan  Pengembangan


perikanan daerah


Strategi Sosialisasi

  Pendirian koperasi
Rehabilitasi kawasan pesisir pikir manajemen usaha bergulir perikanan tangkap dan

  Pengembangan
Pengembangan kelembagaan usaha jaringan kerjasama

 Pengadaan sarana &


Sarana & prasaran penangkapan yg nelayan pemasaran sehingga

 Permodalan pengembangan usaha


efektif dan efiesien kelembagaan komoditi hasil

 Pengembangan
kelompok nelayan prasarana tangkapan ikan

 Membina kerja sama


penangkapan ikan nelayan daerah dikenal
infrastruktur

 Pengembangan
penunjang dengan bank

gender

76
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Tabel 24. Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk Mendukung


Program Agromarinepolitan Kabupaten Langkat

Tujuan Pendapat masyarakat pesisir meningkat, sumberdaya ikan sustainable, lingkungan lestari
Kondusifnya usaha
penangkapan dan
pemasarannya
Meingkatnya produksi
hasil tangkapan lestari
Berkembangnya
penangkapan ikan
daerah
Pengembangan perikanan
tangkap
Tersosialisasinya pengembangan
perikanan tankap utk mendukung
program agromarinepolitan
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Pendapatan 100% 120% 150% 200% 200%
Nelayan
Indikator Kondisi awal dan Peningkatan Pengembangan Luasnya jaringan Peningkatan
rekayasa aktivitas,produktivitas perikanan pendapatan
dan mutu tangkap

 Sosialisasi  Pembentukan pola  Pengemban  Perluasan  Pengembanga


Pembinaan Pembinaan kelompok nelayan dan wanita nelayan, pemberdayaan masyarakat dan kelembagaan
Kegiatan
pengembangan pikir manajemen gan usaha pasar dan n perikanan

 Rehabilitasi  Pengembangan  Pendirian


penangkapan ikan usaha bergulir jaringan tangkap
kerjasama dengan

 Rekayasa
kawasan pesisir kelembagaan koperasi pemasaran perluasn

 Pengadaan sarana  Pengemban


kelompok nelayan nelayan sehingga pemasaran
kelembagaan komoditi ikan hasil

 Rekayasa dan  Evaluasi


nelayan & prasarana gan hasil tangkapan
penangkapan ikan infrastruktu tangkapan

 Pengadaan fasilitas  Membina


penguatan modal efektif dan efiesien r penunjang ikan program
kelembagaan nelayan
keuangan mikro pemasaran kerja sama daerah
- Pembinaan dengan dikenal
toke,cukong,tang bank
kahan
- Penguatan modal
kelompok nelayan
- Peningkatan
kerjasama
kelompok nelayan

 Pelatihan nelayan
dgn pengusaha

ttg penangkapan
ikan yg baik &

 Magang dan studi


benar

 Pengadaan fasilitas
banding nelayan

pendukung
perikanan tangkap
- Pembangunan
jalan ke TPI/PPI
dan tempat
pendaratan ikan
lainnya (sentra
produksi utama)
- Pembangunan
jalan produksi
- Pembangunan

77
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

fasilitas
pendukung

 Pengadaan sarana
lainnya

& prasarana
penangkapan ikan
skala kecil
- Pengadaan alat
tangkap ikan
sesuai kebutuhan
daerah
- Pengadaan pabrik
es mini di sentra

 Pengadaan sarana
pendaratan ikan

teknologi
penangkapan spt

 Penegakan hukum
GPS

perikanan
- Pengaturan jalur-
jalur
penangkapan
ikan

78
Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk
Mendukung Program Agromarinepolitan Kab.Langkat

Penutup

Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap untuk


Mendukung Program Agromarinepolitan Kabupaten Langkat sangat
penting, disamping sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dalam
mengimplementasikan program kegiatan pengembangan perikanan
tangkap di Kabupaten Langkat, juga kiranya dapat meningkatkan produksi
hasil tangkapan ikan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
tinggal di sekitar pesisir (nelayan).

Dalam rangka pengembangan kawasan agromarinepolitan di


Kabupaten Langkat maka Roadmap Pengembangan Perikanan Tangkap
dapat mendukung terwujudnya pengembangan kota-kota sentra produksi
yang berbasis kepada komoditas perikanan laut.

Demikian Penyusunan Roadmap Pengembangan Perikanan


Tangkap untuk Mendukung Program Agromarinepolitan Kabupaten
Langkat ini dibuat. Semoga bisa terealisi dengan baik dan bermafaat bagi
pengembangan perikanan tangkap untuk mendukung program
agromarinepolitan Kabupaten Langkat.

79

Anda mungkin juga menyukai