Anda di halaman 1dari 30

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT

COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

PEMERINTAH KABUPATEN SELAYAR


DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROJECT MANAGEMENT UNIT


CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM
(COREMAP) TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

LAPORAN AKHIR

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


BENTENG, 29 31 AGUSTUS 2006

YAYASAN MATTIROTASI
Jl. AP.Pettarani VIII No. 37 Makassar, Tlp. 0411446526
Sulawesi Selatan 90231

2006

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja
dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis
penting

dengan

memanipulasi

laju

pertumbuhan,

mortalitas

dan

reproduksi. Kegiatan budidaya telah dilakukan oleh manusia sejak dulu


yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk
organisme air yang dipelihara.
Kekayaan potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Selayar
dengan 123 pulau merupakan potensi untuk pengembangan budidaya
laut.

Budidaya laut dapat dikembangkan dan menjadi alternatif bagi

pekerjaan masyarakat. Salah satu jenis organisme laut yang mempunyai


potensi besar adalah rumput laut dan teripang. Komoditas ini tersebar
hampir di seluruh daerah tropis dan subtropis dan dapat dijumpai dalam
berbagai macam spesies.

Meskipun budidaya laut di Indonesia telah

berkembang, namun perkembangannya belum optimal. Hal ini disebabkan


belum menyebarnya pengetahuan mengenai komoditas organisme laut
serta teknologi budidaya laut tersebut dikalangan masyarakat luas.
Produksi rumput laut dan teripang dari pemanfaatan sumberdaya
perairan laut sebagian besar masih berasal dari hasil pengambilan di
alam. Keadaan ini dapat memperbesar tekanan terhadap sumberdaya
perairan laut, dan dapat mempengaruhi kesinambungan produksi. Usaha
budidaya laut merupakan suatu alternatif usaha untuk mengurangi
ketergantungan kepada usaha pengambilan dari alam.
Budidaya laut diusahakan untuk mencegah ketidakseimbangan
ekosistem dengan mempelajari cara-cara dan sifat hidup pada habitat asli
masing-masing

organisme

laut

agar

teknik

pemeliharaan

atau

pembesaran organisme yang dipelihara, dapat dimanipulasi pada


lingkungan budidayanya, yaitu menyesuaikan sifat dan cara hidupnya.
Usaha peningkatan produk laut melalui budidaya perlu mendapat
perhatian karena budidaya merupakan kegiatan yang mempunyai sifat

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

pengelolaan yang berbeda dengan pola menangkap atau mengambil dari


alam yang dibatasi oleh produk lestari.

Peningkatan produksi melalui

budidaya merupakan salah satu upaya peningkatan produksi yang


memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.

Kegiatan

budidaya laut merupakan kegiatan yang sifatnya dapat memilih tempat


yang sesuai serta memilih metode yang tepat dan komoditas

yang

diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini, pendistribusian


produk

dapat

disesuaikan

dengan

permintaan

yang

ada

atau

pemanfaatannya
Budidaya laut dengan segala aspek-aspeknya merupakan salah satu
fokus kegiatan COREMAP II di Kabupaten Selayar.

Hal ini untuk

mendukung tujuan COREMAP yaitu untuk menjamin ketersediaan ikan


karang dan kelestarian ekosistem terumbu karang melalui peningkatan
kapasitas masyarakat, penguatan kelembagaan dan penyediaan sarana
dan prasarana sosial ekonomi sesuai kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan

latar

belakang

ini,

Yayasan

Mattirotasi

akan

melaksanakan salah satu kegiatan COREMAP II Kab. Selayar untuk


membantu pencapaian tujuan COREMAP yaitu Pelatihan Budidaya Laut
dengan

materi

pelatihan

yang

menekankan

pada

peningkatan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta memberikan solusi bagi


permasalahan yang dihadapi pembudidaya laut di Kab. Selayar,
khususnya rumput laut dan teripang.

I.2. Tujuan Kegiatan


1. Memberikan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peserta dalam teknik budidaya rumput laut dan teripang.
2. Memberikan

solusi

kepada

masyarakat

yang

menghadapi

permasalahan dalam budidaya rumput laut dan teripang.


3. Menyebarluaskan berbagai informasi tentang berbagai teknik
budidaya laut yang ramah lingkungan namun tetap dapat
memberikan nilai tambah pada masyarakat.

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

I.3. Keluaran (Output)

Peserta memiliki keterampilan dalam membudidayakan rumput


laut dan teripang, serta memiliki pengetahuan secara umum
mengenai cara budidaya laut.

Masyarakat dapat menangani permasalahan budidaya laut yang


dihadapi, khususnya rumput laut dan teripang.

Informasi mengenai budidaya laut yang baik dapat diketahui oleh


masyarakat yang lain.

I.4. Dampak (Outcome)


o Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui usaha budidaya
rumput laut dan teripang.
o Budidaya rumput laut dan teripang akan menjadi salah satu mata
pencaharian alternatif masyarakat, sehingga dapat mengurangi
tekanan sumbedaya dari aktivitas penangkapan.

I.5. Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan meliputi :

Persiapan.

Penyusunan Schedule dan rencana kegiatan.

Penyusunan materi, bahan dan alat serta silabus pelatihan.

Penentuan syarat-syarat peserta pelatihan dan narasumber/


instruktur.

Koordinasi dengan pihak yang terkait dengan pelatihan (peserta,


penyelenggara dan tempat pelatihan).

Pelaksanaan pelatihan budidaya laut.

Melaksanakan kunjungan lapangan ke lokasi budidaya laut.

Penyusunan laporan.

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Budidaya Laut


Pada perairan wilayah pesisir yang terlindung merupakan potensi
bagi kegiatan budidaya laut. Potensi ini sangat luas mencapai ratusan
ribu hektar dan tersebar hampir di beberapa pulau besar maupun pulaupulau kecil. Jenis komoditas yang dapat dikembangkan antara lain
beberapa jenis ikan konsumsi (kakap, kerapu dan sebagainya), ikan hias,
ikan karang, crustaceae, rumput laut maupun beberapa jenis mollusca.
Potensi sumberdaya hayati lainnya yang potensial untuk dikembangkan
adalah usaha marikultur (mariculture), yang dikelompokkan menjadi dua
jenis kegiatan yakni budidaya berbasis laut (marine-based aquaculture)
dan budidaya tambak (land-based aquaculture). Potensi perikanan
budidaya tambak mencapai luas 830.200 hektar (dahuri, dkk 1994).
Produksi laut yang berasal dari sumberdaya perairan laut sebagian
besar masih berasal dari hasil pengambilan di alam. Keadaan ini dapat
memperbesar tekanan terhadap sumberdaya perairan laut, dan dapat
mempengaruhi

kesinambungan

produksi.

Usaha

budidaya

laut

merupakan suatu alternatif usaha untuk mengurangi ketergantungan


kepada usaha pengambilan dari alam (anonim, 2000).
Perairan sekitar kepulauan di Indonesia sangat potensial untuk
digunakan sebagai lokasi budidaya laut. Dengan pemilihan lokasi yang
cermat memperhitungkan berbagai aspek teknis, sosial, ekonomi, maka
sea farming di sepanjang kepualauan Indonesia dapat menjadi penggerak
ekonomi pesisir yang berdampingan serasi dengan sektor pemanfaatan
pesisir lainnya. Adanya kegiatan marikultur yang berhasil akan secara
tidak langsung mengalihkan tekanan dari penangkapan di laut sehingga
kelestrairan dapat terjaga (Nurdjana, M.L, 2001).
Kegiatan budidaya laut semakin mendapatkan perhatian karena dari
kegiatan penangkapan tidak lagi dapat diandalkan untuk memenuhi
permintaan pasar yang membutuhkan pasokan semakin besar dan
menginginkan standar kualitas lebih pasti.

Meningkatnya kemakmuran

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

dunia juga menuntut adanya variasi baru dari makanan laut, sehingga
budaya untuk membeli hasil laut yang segar, bahkan dalam keadaan
hidup, semakin besar (Cholik, Dr.F. 1995).
Usaha peningkatan produk laut melalui budidaya perlu mendapat
perhatian karena budidaya merupakan kegiatan yang mempunyai sifat
pengelolaan yang berbeda dengan pola menangkap atau mengambil dari
alam yang dibatasi oleh produk lestari.

Peningkatan produksi melalui

budidaya merupakan salah satu upaya peningkatan produksi yang


memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan.

Kegiatan

budidaya laut merupakan kegiatan yang sifatnya dapat memilih tempat


yang sesuai serta memilih metode yang tepat dan komoditas

yang

diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini, pendistribusian


produk

dapat

disesuaikan

dengan

permintaan

yang

ada

atau

pemanfaatannya (Sulistijo dan Nontji, A, 1995).


Beberapa solusi dan pendekatan terhadap kekhawatiran yang
mendalam akan hancurnya lingkungan perairan budidaya yang secara
langsung mengakibatkan menurunnya produksi perikanan dunia maka
sudah sepatutnya para ahli dan pemegang kebijakan perikanan untuk
berusaha semaksimal mungkin mencari solusi pemecahannya.Beberapa
pendekatan yang bisa dilakukan untuk menuju usaha budidaya yang
berkelanjutan. 1) memperluas usaha budidaya ikan non karnivora; 2)
mengurangi penggunaan tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan
dengan mencari sumber-sumber protein dan minyak selain ikan; 3) Usaha
Mengurangi buangan limbah ke perairan melalui pengadaan pakan dan
ikan ramah lingkungan (Kurnia, 2006)
Pengembangan budidaya laut hingga saat ini belum menunjukkan
kemajuan yang berarti oleh karena dihadapkan pada berbagai masalah
seperti penurunan mutu lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan dan
sumberdaya manusia. Diantara berbagai jenis kultivan telah diteliti dan
dibudidayakan dalam skala percobaan atau uji coba sejak tahun 70-an,
hanya beberapa jenis saja yang berhasil dikembangkan secara komersial
seperti rumput laut, udang windu, kekerangan, bandeng, kakap putih,

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

kerapu lumpur dan beronang.

Beberapa jenis kultivan lainnya

diantaranya : berbagai jenis kerapu, kakap merah, napoleon, kepiting,


ikan hias, teripang dan lobster, masih dalam taraf penelitian dan
pengembangan.

Budidaya laut dan pantai dapat diklasifikasi menjadi

tiga bagian, yaitu : budidaya di tambak atau bak beton, budidaya dalam
karamba jaring apung dan budidaya di dalam teluk atau perairan semi
tertutup. Budidaya ikan dalam karamba dibagi lagi atas budidaya ikan
dengan pemberian pakan dan tanpa pemberian pakan. Diantara ketiga
jenis budidaya laut dan pantai tersebut, budidaya yang telah berkembang
dengan baik adalah budidaya ikan di tambak dan jaring. Budidaya ikan
yang dilakukan di teluk atau perairan semi tertutup belum dapat
dilakukan, dan masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, antara
lain karena terhambat oleh konflik kepemilikan lahan dan penguasaan
teknologinya, disamping terkait dengan kebutuhan investasi yang sangat
besar (Dianthani, dkk. 2003)
Kabupaten Selayar yang memiliki garis pantai yang mengelilingi
wilayah administratif Kabupaten ini sangat potensial untuk pengembangan
budidaya perikanan, baik budidaya perikanan darat maupun budidaya
perikanan laut.
Kegiatan Budidaya di di daerah ini terdiri dari Kegiatan Budidaya
Laut dan Kegiatan Budidaya Air Payau (Tambak). Kegiatan Budidaya
Laut umumnya belum dikembangkan secara maksimal, ini tergambar dari
produksi yang masih sangat jauh dibandingkan dengan luas areal yang
tersedia, Sehingga produksi hasil laut sangat didominasi oleh hasil
tangkapan.
Tabel 1.

No

Data Potensi Perikanan Budidaya Kabupaten Selayar


Tahun 2006.
Komoditas
Tambak
Rumput Laut
1.067
471

Data Dasar

Jumlah Pembudidaya (jiwa)

Luas Usaha (ha)

857,8

379,5

Jumlah Produksi (ton)

640,4

500,05

Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Selayar, 2006.

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

Berdasarkan data tersebut diatas, potensi perikanan budidaya masih


tergolong besar dan belum di optimalkan sehingga proses pemberdayaan
masyarakat masih perlu ditingkatkan. Dengan besarnya lahan dan
ketersediaan sumberdaya manusia pembudidaya diharapkan tahun
mendatang produksi di bidang budidaya perikanan makin meningkat
(Anonim, 2006)

II.2. Rumput Laut


Rumput laut memiliki prospek yang sangat bagus sebagai suatu
komoditas perdagangan, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. Pangsa pasar rumput laut di luar negeri adalah Hongkong,
Perancis, Inggeris, Canada, Amerika Serikat, Jepang, serta negaranegara industri maju lainnya.

Terciptanya pasar eksor ini belum

sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani maupun para pengusaha rumput


laut di negara kita, baik berkaitan dengan kualitas, kuantitas, serta harga
jual yang dapat bersaing di pasar internasional (Aslan 1998)
Seiring dengan kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus
memperbesar devisa negara dari sektor nonmigas, maka cara terbaik
untuk tidak selalu menggantungkan persediaan dari alam adalah dengan
budidaya rumput laut. Secara umum, budidaya rumput laut di perairan
pantai (laut) amat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki lahan
tanah sempit serta berpenduduk padat, sehingga diharapkan menjadi
salah satu alternatif terbaik untuk membantu mengatasi kurangnya
lapangan kerja (Aslan 1998)
Istilah rumput laut yang dikenal masyarakat umum pada hakekatnya
adalah makro algae yang tubuhnya berupa thallus, sehingga digolongkan
ke dalam Thallophyta. Dalam bahasa Inggeris dikenal se weeds (gulma
laut).

Berbeda dengan sea grass, yang lebih dikenal dengan lamun.

Sejak zaman dahulu, organisme ini telah banyak dimanfaatkan untuk


bahan kue agar-agar. Di masa sekarang banyak ditemukan bahan kimia
yang berguna untuk industri, obat-obatan dan kosmetika dari jenis-jenis

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

rumput laut tersebut. Sehingga kebutuhan akan komoditas ini semakin


meningkat seiring dengan peningkatan industri. Ciri lokasi yang cocok
untuk budidaya rumput laut antara alin substrat berpasir atau karang, jauh
dari muara sungai, ada gerakan air yang tidak terlalu kuat. Kawasan ini
adalah daerah intertidal dan subtidal.

Dengan teknik sederhana yang

menyediakan patok kayu dan tali, produksi dapat mencapai 2,5 ton kering
per Ha dalam waktu 45 hari (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001).
Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial
adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut,
seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang
sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah
perairan pantai.

Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan

rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula


kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain
untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting
karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh
kekurangan bahan baku.
Salah satu daerah Kabupaten yang memiliki potensi untuk
budidaya rumput laut adalah Kabupaten Selayar. Rumput laut Euchema
Spinosum dan Euchema cottonii telah dibudidayakan oleh masyarakat
nelayan di Kabupaten Selayar. Metode yang digunakan adalah mertode
tebar dasar dengan jalan menanam bibit rumput laut pada dasar perairan
berbatu, dan metode rakit apung yaitu dengan cara mengikatkan bibit
rumput laut pada tali yang dibentangkan pada rakit.
Lokasi pengembangan budidaya rumput laut di perairan Kabupaten
Selayar dapat dilhat pada tabel berikut:
Tabel 2. Lokasi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kabupaten
Selayar
No
1
2
3
4

NAMA PULAU
Selayar
Polassi
Tambolongan
Kayuadi

LOKASI
Perairan pantai Appatana
Perairan sebelah utara dan selatan
Perairan sebelah timur dan barat
Perairan sebelah utara dan selatan

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jampea
Kalao
Bonerate
Kalaotoa
Madu
Karompoang
Rajuni Kecil
Tarupa Kecil
Jinato
Latondu Besar
Pasitallu Timur
Pasitallu Barat

Yayasan Mattirotasi

Perairan sebelah utara dan selatan


Perairan sebelah utara dan abarat
Perairan sebelah uara, timur dan selatan
Perairan sebelah timur dan selata
Perairan sebelah selatan dan barat
Perairan sebelah utara dan barat
Perairan sebelah timur, barat dan barat laut
Perairan bagian timur, barat dan barat laut
Perairan sebelah barat
Perairan sebelah utara dan selatan
Perairan bagian selatan
Perairan bagian timur

Sumber: Yayasan Mattirotasi, 2001

Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan


oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung
(floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method),
metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan
subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih
terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif
dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya
rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan
pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering.
Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan
perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan
walaupun

sebenarnya

mempunyai

potensi

lebih

besar

dimanfaatkan secara optimal (Sujatmiko dan Angkasa, 2003)

10

apabila

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

II.3. Teripang
Ekspor dan pasar dalam negeri komoditas teripang semakin
meningkat.

Jika hanya mengandalkan stok alami yang terbatas,

kontinuitas produksi tidak dapat dijamin.

Untuk mengatasi kendala

tersebut, maka budidaya teripang cukup prospektif untuk dilakukan.


Sampai saat ini, hasil budidaya teripang belum banyak memberikan
kontribusi bagi devisa negara. Salah satu faktor yang dapat menjamin
keberlangsungan budidaya teripang adalah tersedianya benih. Teknologi
budidaya teripang relatif tidak memerlukan biaya tinggi sehingga
masyarakat dapat melakukan (Martoyo, dkk, 1994).
Teripang telah lama menjadi komoditas yang diperdagangkan.
Nelayan tradisional banyak menangkap teripang ini di berbagai perairan,
bahkan sampai ke Australia. Karena penangkapannya cukup intensif, dan
tingkat pertumbuhan yang lambat, populasi teripang di beberapa daerah di
Indonesia mulai menurun.
untuk

dibudidayakan

Organisme ini memiliki prospek yang baik

karena

nilai

ekonomi

maupun

metode

pemeliharaannya. Teripang tergolong binatang tingkat rendah dari sub


filum Echinodermata. Makanannya di laut berupa serasah dan lumpur
yang mengandung sisa tumbuhan atau binatang.

Sehingga dalam

pemeliharaannya dapat diberi pupuk kandang seperti kotoran ayam.


Binatang ini kurang bergerak sehingga sebagian besar energinya
tersimpan untuk pertumbuhan (Cholik, 2001)
Pemilihan lokasi budidaya teripang yaitu lokasi terlindung dari arus,
gelombang dan angin besar, kedalaman air 0,5 1 meter, dasar perairan
landai dan berpasir, ditumbuhi tanaman laut, perairan jernih, kualitas air
suhu 24 30 C, 28 32 ppt, pH 6,5 8,5, serta adanya ketersediaan
benih. Teripang dipelihara dalam kurungan pagar dengan konstruksi yang
terdiri dari patok kayu, jaring dan papan, luasnya sekitar 20x20 40x20
meter persegi. Benih dapat diperoleh secara alami. Makanannya berupa
hancuran tanaman laut dan dipelihara sekitar 5 6 bulan. Ukuran panen
adalah 500 700 gram basah (Martoyo, dkk, 1994)

11

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN

III.1. Waktu dan Tempat Kegiatan


Rangkaian kegiatan dilakukan sekitar 3 bulan, mulai bulan Juli
sampai Agustus.

Sedangkan pelatihan dilaksanakan selama tiga hari,

yaitu pada tanggal 29 31 Agustus 2006. Tempat pelatihan dilakukan di


tempat yang representatif untuk suasana pelatihan serta dapat dijangkau
oleh peserta dari pulau-pulau lokasi COREMAP II, dengan mengambil
lokasi di Hotel Selayar Beach, Kota Benteng Kab. Selayar.

III.2. Pelaksana Kegiatan dan Kepanitiaan


Pelatihan ini dilaksanakan oleh Yayasan Mattirotasi Makassar
dengan memandatir panitia pelaksana. Panitia terdiri dari panitia pusat,
yaitu tim Yayasan Mattirotasi dan panitia lokal dari PMU COREMAP II
Kabupaten Selayar. Panitia pusat terdiri dari 5 orang dan panitia lokal
sebanyak 2 orang (nama-nama panitia terlampir).

Konsep dan

metodologi pelatihan serta persiapan kegiatan dan perumusan laporan


dibantu oleh tenaga ahli dari staf pengajar Perikanan UNHAS.
Pembagian kerja tim adalah panitia pusat mengurus administrasi
kegiatan, mempersiapkan materi dan pemateri, bahan-bahan pembuatan
budidaya laut, seminar kit dan moderator, serta perumusan dan
pembuatan laporan. Sedangkan panitia lokal mempersiapkan akomodasi,
tempat pelatihan, kepesertaan dan lokasi field trip.

Persiapan pelatihan

oleh panitia pusat dan panitia lokal senantiasa saling berkoordinasi.

III.3. Metode Pelatihan


1. Kegiatan In-door
Kegiatan in-door merupakan pemberian materi dalam kelas yang
dilakukan selama dua hari di dalam kelas. Kegiatan ini diawali dengan
orientasi pelatihan oleh panitia/fasilitator pelatihan untuk memberikan
pemahaman awal kepada peserta mengenai alur pelatihan yang akan

12

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

dijalankan.

Yayasan Mattirotasi

Adapun materi-materi yang diberikan dalam pelatihan ini

adalah komoditas laut yang memiliki nilai ekonomis penting dan mudah
pembudidayaannya. Materi pelatihan terdiri dari:
1. Teknik budidaya Rumput Laut.
2. Teknik Budidaya teripang
3. Pengolahan Hasil Rumput Laut dan Teripang.
4. Pemasaran Rumput Laut dan Teripang.
Penyampaian materi dilakukan dengan cara ceramah, diskusi dan
demontrasi contoh alat dan bahan untuk budidaya rumput laut dan
teripang. Dalam kegiatan ini, pendekatannya lebih banyak menggunakan
metode diskusi dengan atau antar peserta karena dianggap peserta telah
memiliki pengetahuan mengenai rumput laut dan teripang. Istilah-istilah
yang digunakan akan disesuaikan dengan pemahaman peserta. Dalam
penyampaian materi juga ditekankan pada pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya pelestarian laut dan terumbu karang. Peserta yang
mengikuti pelatihan ini diberikan buku panduan materi pelatihan serta
dijelaskan dengan slide yang menggunakan fasilitas komputer (laptop)
dan LCD, serta gambar-gambar yang lebih memudahkan pemahaman
peserta.
2. Kegiatan Out-door
Praktek lapang (field trip) adalah pemberian materi out-door yang
merupakan rangkaian kegiatan melihat langsung lokasi yang cocok untuk
budidaya rumput laut dan teripang serta cara budidaya laut oleh
masyarakat.

Dalam field trip ini, peserta melihat langsung aktivitas

budidaya laut yang dilakukan oleh masyarakat. Lokasi yang dikunjungi


dalam field trip ini adalah tempat yang dapat dijangkau dengan mudah
serta representatif untuk budidaya rumput laut dan teripang.
Tenaga ahli sebagai pemateri yang memiliki kepakaran di bidang
budidaya rumput laut dan teripang memberikan pertunjuk-petunjuk praktis
untuk meningkatkan hasil budidaya serta pengembangan pengelolaan
budidaya yang dilakukan.

13

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

Masyarakat yang memiliki kesulitan dalam budidaya rumput laut dan


teripang dapat berdiskusi langsung dengan pemateri sehingga dapat
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Dalam field trip ini
dapat dilihat langsung lokasi yang cocok untuk budidaya laut, pengadaan
bibit, pemeliharaan dan pembesaran, panen serta penanganan pascapanen.
III.4. Tahapan Kegiatan
Kegiatan

ini

menerapkan

konsep

pelatihan

yang

dapat

memaksimalkan potensi peserta dalam melihat sumberdaya di sekitar


lingkungannya.

Potensi peserta dan sumberdaya diformulasi dalam

pelatihan ini sehingga materi kelas dan field trip menghasilkan


keterampilan

yang

langsung

dapat

diterapkan

oleh

peserta

dan

masyarakat. Pelatihan ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang


terstruktur dan disusun untuk mencapai tujuan dan output pelatihan
secara optimal.
1. Persiapan
Persiapan Panitia.
Tahapan pertama setelah konsep pelatihan selesai dirumuskan
adalah persiapan panitia.

Panitia dalam pelatihan ini bertugas secara

teknis untuk melancarkan jalannya pelatihan. Tugas-tugas teknis panitia


ini meliputi persiapan bahan simulasi budidaya laut, materi dan pemateri,
tempat pelatihan, field trip, kebutuhan peserta (seminar kit), akomodasi
seluruh komponen pelatihan, serta koordinasi dengan semua pihak yang
terkait dalam kegiatan ini.
Kepanitiaan dibagi dalam dua tim yaitu panitia pusat dari Yayasan
Mattirotasi dan panitia lokal dari pihak pengelola PMU COREMAP II
Kabupaten Selayar. Pada tahapan persiapan ini, semua aktivitas teknis
yang mendukung kelancaran pelatihan sudah dapat ditangani oleh panitia
pusat dan lokal.

14

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

Persiapan Materi dan Pemateri.


Materi

yang

dipilih

dalam

pelatihan

budidaya

laut

adalah

pertimbangan dari pihak-pihak terkait di Kabupaten Selayar dan sesuai


dengan kebutuhan lokal. Materi pelatihan yang dipilih adalah budidaya
rumput laut dan teripang, serta ditambah materi-materi pendukung seperti
materi pengolahan hasil dan pemasaran hasil laut.
Pemateri dalam pelatihan ini adalah para praktisi dan pakar dalam
bidang budidaya laut.

Pemateri berasal dari staff pengajar Jurusan

Perikanan Universitas Hasanuddin serta praktisi dalam usaha dan bisnis


perikanan.

Diharapkan dalam pelatihan budidaya laut, pengalaman

praktis di lapangan dalam budidaya rumput laut dan teripang, digabung


dengan teori kelilmuan sehingga keterampilan dan pengetahuan yang
diperoleh peserta dapat diterapkan secara efektif di lapangan.
2. Survei
Survei yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan pelatihan ini adalah
survei tempat pelatihan dan survei lokasi Field Trip. Tempat pelatihan
dilakukan di tempat yang representatif untuk suasana pelatihan serta
dapat dijangkau oleh peserta dari pulau-pulau lokasi COREMAP II,
dengan mengambil lokasi di Kota Benteng Kab. Selayar.
Sedangkan survei field trip memilih lokasi yang dapat mewakili lokasi
budidaya rumput laut dan teripang.

Survei untuk pemilihan lokasi ini

mempertimbangan pendapat dari pihak terkait dalam kegiatan ini. Lokasi


yang dipilih diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas kepada
peserta mengenai budidaya laut, serta dapat secara langsung membantu
dan menemukan solusi dari permasalahan masyarakat pembudidaya laut
(khususnya rumput laut dan teripang)
3. Kepesertaan
Peserta dalam pelatihan ini adalah komponen paling penting karena
merupakan subjek sekaligus objek pelatihan. Peserta adalah subjek yaitu
sebagai komponen utama pelatihan, artinya bahwa hasil pelatihan

15

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

tergantung pada masukan yang diberikan oleh peserta atau masyarakat.


Peserta adalah objek artinya bahwa peserta dilatih untuk mendapatkan
pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya rumput laut dan
teripang.
Peserta adalah masyarakat Kabupaten Selayar yang berasal dari
pulau-pulau atau daratan Selayar yang masuk dalam lokasi COREMAP
fase II. Peserta ditentukan oleh pihak Dinas Kelautan Perikanan (PMU
COREMAP) Selayar. Peserta yang ikut dalam pelatihan ini akan diberikan
fasilitas berupa akomodasi selama pelatihan, kompensasi uang pelatihan
dan seminar kit.
III.5. Fasilitas Pelatihan
Fasilitas pelatihan merupakan komponen lain yang berfungsi untuk
melancarkan jalannya pelatihan serta lebih mengefektifkan tujuan yang
dicapai. Fasilitas pelatihan diperuntukkan bagi peserta yang terdiri dari
penginapan selama 3 hari di hotel, konsumsi berupa makan dan snack,
seminar kit (tas ransel, block note, id-card, materi pelatihan, ballpoint),
sertifikat dan uang saku.

Fasilitas pelatihan yang lain adalah alat

dokumentasi kegiatan berupa kamera foto dan kamera video.

Semua

tahapan kegiatan didokumentasikan dalam bentuk foto dan video


kegiatan.

16

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Kegiatan In-Door


1. Pembukaan
Kegiatan dalam kelas diawali dengan acara pembukaan. Kegiatan
ini dibuka oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar, yang
diwakili oleh Koordinator MCA (Marine Conservation Area), Drs. Patta
Tonra. Dalam acara pembukaan ini, pihak panitia memberikan laporan
pelaksanaan kegiatan pelatihan serta perkenalan tim panitia.

Panitia

menyampaikan bahwa Pelatihan Budidaya Laut dilaksanakan oleh


Yayasan Mattirotasi, yang merupakan lembaga non-pemerintah atau LSM
lokal dari Makassar. Concern Yayasan Mattirotasi adalah pengembangan
pembangunan perikanan dan pesisir, dengan sumberdaya manusia
adalah sarjana perikanan UNHAS.
Kemudian dalam sambutan Dinas Perikanan Kelautan, dijelaskan
bahwa COREMAP terdiri dari 4 fase yaitu fase I untuk inisiasi program,
fase II untuk implementasi program, fase III untuk akselerasi program dan
fase IV untuk pelembagaan.

COREMAP adalah program untuk

memperbaiki terumbu karang yang rusak dan pengelolaan yang sudah


baik. Komponen COREMAP dilaksanakan melalui beberapa komponen
yaitu CBM (Community based management), yaitu pengelolaan terumbu
karang yang berbasis masyarakat, public awareness untuk penyadaran
masyarakat, membuat MPA atau mata pencaharian alternatif, misalnya
budidaya laut dan pengolahan hasil perikanan, serta kontrol dan
pengembangan

pelaksanaan

controlling dan surveilance).

program

melalui

MCS

(monitoring,

Kemudian pelaksanaan program dalam

COREMAP harus disertai dengan penegakan hukum (law enforcement).


2. Orientasi Pelatihan
Orientasi pelatihan adalah proses pengenalan dan pengantar
mengenai kegiatan pelatihan yang akan dilakukan. Orientasi pelatihan ini
dibawakan oleh Muhammad Yusuf, S.Pi. Pada sesi orientasi ini diberikan

17

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

gambaran proses pelatihan yang dilakukan dengan metode andragogi,


atau metode pelatihan orang dewasa.
partisipasi

peserta

untuk

Metode ini menekankan pada

memberikan

tanggapan

berdasarkan

pengalaman masing-masing dan didiskusikan dengan pemateri. Pemateri


lebih banyak menggali informasi dari peserta, serta berdiskusi dan
berusaha memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi peserta
mengenai materi yang dibahas.
Dalam orientasi ini, dilakukan pula perkenalan antar peserta dan
panitia.

Hal ini bertujuan untuk mencairkan suasana (ice break) antar

semua komponen pelatihan.

Peserta diharapkan merasa rileks dalam

mengikuti pelatihan, dan tidak menganggap pemateri atau panitia lebih


baik dari pada peserta.

Tetapi semua komponen pelatihan memiliki

tingkat kepentingan yang sama dan berinterkasi secara bebas sesuai


dengan aturan yang disepakati. Aturan yang dibuat dalam pelatihan ini
adalah tidak boleh ada aktivitas yang mengganggu jalannya pelatihan,
atau mengganggu salah satu komponen dalam pelatihan.
3. Materi Kelas
Adapun materi dan pemateri dalam pelatihan budidaya ini adalah :
a. Teknik Budidaya Rumput Laut : Ir. Irfan Ambas, M.Sc.
Materi budiaya rumput laut meliputi syarat lokasi dan persiapan lokasi
untuk budidaya rumput laut. Lokasi budidaya memerlukan lokasi yang
sesuai dengan habitat alami rumput laut. Hal ini bertujuan agar tidak
diperlukan lagi rekayasa dan biaya yang terlalu besar untuk melakukan
budidaya rumput laut ini. Yang perlu diperhatikan untuk lokasi adalah
keterlindungan, lokasi, dasar perairan, kedalaman, salinitas, suhu,
kecerahan, pH, keadaan angin dan arus.
Setelah persiapan lokasi, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan
budidaya rumput laut adalah benih. Benih dapat diperoleh dari alam
atau pembibitan.

Jenis rumput laut yang dapat dibudidayakan dan

memiliki nilai ekonomis tinggi adalah Euchema cottoni.

18

Setelah

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

pengadaan benih sudah siap, selanjutnya dipilih metode budidaya


yang sesuai. Metode yang dapat dipilih adalah metode apung, metode
melayang dan metode dasar. Semua metode harus dikontrol secara
rutin untuk membersihkan dan menghindarkan rumput laut dari
predator.

Rumput laut dipelihara sekitar 45 hari.

Panen dapat

dilakukan secara keseluruhan atau secara bertahap berdasarkan


ukuran dan umur rumput laut.

Sebagian rumput laut yang sudah

dipanen dapat diambil sebagai bibit.


Hasil Diskusi
Pertanyaan peserta setelah menerima materi budidaya rumput laut
adalah cara mengantisipasi penyakit, rumput laut yang kerdil, kematian
rumput laut pada bulan tertentu, dan serangan predator.
Jawaban pemateri adalah penyakit atau masalah pertumbuhan rumput
laut umumnya disebabkan oleh kondisi perairan yang kurang berarus
sehingga suplai nutrisi untuk rumput laut kurang serta pergerakan air
yang tidak dapat membawa sedimen yang menempel pada rumput
laut.

Kondisi perairan harus diperhatikan sebelum memilih lokasi

budidaya.

Kemudian kematian rumput laut pada bulan tertentu

disebabkan oleh musim hujan dan air laut yang tenang. Pada kondisi
ini, waktu penanaman harus diperhatikan oleh petani rumput laut.
Sedangkan serangan predator dapat diantisipasi melalui penanaman
rumput laut dalam jumlah besar atau penggunaan waring untuk
melindungi rumput laut.
b. Teknik Budidaya Teripang : Ir. Rustam, M.Si
Di Indonesia ditemukan tiga genus teripang, yaitu :

Holothuria,

Muelleria, dan Stichopus. Ketiga genus tersebut, jenis yang banyak


dieksploitasi dan bernilai ekonomis adalah : H. scabra, H. edulis, H.
argus, H. marmorata, H. vacabunda, M. lecanora, S. ananas, S.
chloromatus, dan S. variegatus.

Dari semua jenis teripang yang

bernilai ekonomis ini, jenis yang berprospek untuk dibudidayakan


adalah H. scabra atau lebih dikenal dengan nama teripang pasir atau

19

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

teripang putih atau teripang kapur (teripang susu). Teripang putih ini
banyak ditemukan diperairan jernih dengan dasar berpasir, hancuran
batu karang dan disekitar terumbu karang.
Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu syarat yang cukup
menentukan keberhasilan usaha budidaya. Hal ini disebabkan karena
lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah habitat yang secara
langsung mempengaruhi kehidupan (laju pertumbuhan dan sintasan)
dari organisme yang dipelihara.

Kriteria lokasi yang cocok untuk

budidaya teripang adalah Keterlindungan, Kondisi dasar perairan,


Salinitas air laut, Kedalaman air, Ketersediaan benih, Kondisi
lingkungan.
Metode yang digunakan untuk membudidayakan teripang (ketimun
laut) yaitu dengan menggunakan fasilitas penculture atau lebih dikenal
dengan budidaya dengan hampang atau kandang. Penculture atau
hampang adalah suatu usaha memelihara organisme perairan yang
bersifat benthik atau hidup di dasar perairan dengan cara memagari
atau membatasi areal perairan pantai dengan luasan tertentu (seluas
kemampuan atau yang diinginkan) sehingga seolah-olah terisolasi dari
wilayah sekitasnya. Kandang teripang dapat dibagi menjadi 3 bagian
untuk

memisahkan

teripang

mempermudah panen.

berdasarkan

ukuran

serta

untuk

Teripang dapat dipanen setelah dipelihara

sekitar 6 7 bulan.
Hasil Diskusi
Pertanyaan peserta adalah konstruksi wadah budidaya, pengolahan
hasil panen serta jenis teripang yang memiliki harga tinggi. Jawaban
pemateri

adalah

memberikan

penjelasan

mengenai materi yang telah disampaikan.

kembali

secara

rinci

Kendala yang pernah

dihadapi oleh pembudidaya teripang adalah seringnya teripang hilang


keluar dari wadah budidaya.

Hal ini dapat diantisipasi dengan

memperbaiki konstruksi bagian bawah wadah budidaya.


Peserta juga telah mengerti mengenai pengolahan hasil sehingga
teripang dapat dikirim ke pembeli dengan kondisi baik serta harga

20

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

tetap bagus. Sedangkan mengenai jenis teripang yang memiliki nilai


ekonomis penting, umumnya peserta memiliki bahasa yang berbeda,
sehingga pemateri menyampaikan lebih rinci ciri-ciri fisik setiap
teripang dan siklus hidupnya, serta karakternya yang cocok untuk
metode pembudidayaannya.
c. Pengolahan Rumput Laut dan Teripang : Fahrul, S.Pi., M.Si
Pengolahan produk laut seperti rumput laut merupakan salah satu cara
untuk diversifikasi usaha perikanan yang dapat menyerap tenaga kerja
serta dapat meningkatkan nilai jual produk.

Materi ini merupakan

materi tambahan untuk melengkapi referensi peserta mengenai


budidaya laut dan pengolahannya sehingga dapat memberikan nilai
tambah dari hasil budidaya yang dilakukan. Rumput laut dapat diolah
menjadi beberapa produk yang dapat langsung dikonsumsi seperti es
rumput laut, puding, cendol, dan lain-lain.

Pengolahan ini dapat

dilakukan oleh para wanita dan dapat menjadi kelompok usaha.


Hasil Diskusi
Pertanyaan

peserta

adalah

penanganan

pascapanen

untuk

memperbaiki mutu hasil perkanan sehingga harga dapat lebih tinggi


jika dibandingkan dengan harga segar. Jawaban pemateri adalah cara
pengolahan hasil perikanan yang baik dan berdasarkan standar pasar
atau konsumen dapat meningkatkan nilai jual.

Sebagian cara

mengolah hasil perikanan dapat diketahui melalui materi pelatihan ini,


atau mengembangkan cara pengolahan masyarakat yang sudah ada
berdasarkan prinsip-prinsip pengolahan hasil perikanan.
d. Pemasaran Hasil Laut : Dr. Andi Amri, S.Pi,. M.Sc
Nilai produk perikanan dapat dikatakan memiliki nilai ekonomis penting
jika

sudah

memiliki

nilai

pasar.

Pasar

sangat

menentukan

keberhasilan budidaya karena semua hasil budidaya diorientasikan


untuk dijual dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi sendiri.
Rumput laut dan teripang adalah dua produk laut yang memiliki nilai

21

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

jual lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya budidaya. Pasar yang
akan diperkenalkan kepada peserta adalah pasar lokal di Makassar,
pasar nasional serta permintaan ekspor dari luar negeri. Olehnya itu
dalam

pelatihan

ini,

materi

pemasaran

hasil

perikanan

juga

disampaikan kepada peserta untuk menunjang keberhasilan budidaya


dan keberlanjutan usaha yang dilakukan.
Hasil Diskusi
Pertanyaan peserta adalah cara mengatasi keterbatasan akses
informasi pemasaran dan strategi untuk meningkatkan kepercayaan
investor. Jawaban pemateri adalah dengan adanya COREMAP II di
Kabupaten Selayar dapat menjadi salah cara untuk membuka akses
informasi

pemasaran.

Melalui

kegiatan-kegiatan

COREMAP,

kelembagaan dan manajemen usaha dapat diperbaiki sehingga


investor

dapat

menanamkan

modalnya

karena

telah

memiliki

kepercayaan terhadap usaha yang dilakukan oleh masyarakat.

IV.2. Kegiatan Out-Door


1. Gambaran Umum Lokasi Field Trip
Lokasi field trip adalah mengambil salah satu lokasi budidaya rumput
laut dan cocok untuk budidaya teripang, yaitu di desa Parak. Desa Parak
berjarak sekitar 4 Km dari kota benteng ke arah Utara.

Lokasi ini masuk

dalam wilayah Kecamatan Bontomanai dengan ibukota kecamatan adalah


Polebunging. Budidaya rumput laut di desa ini dimulai sekitar tahun 2005
melalui program yang ditawarkan COREMAP II kepada masyarakat.
Secara umum kondisi daerah pantai di lokasi ini relatif landai dengan
substrat berpasir dan memiliki perairan yang tingkat kecerahannya cukup
tinggi. Pada bulan antara Agustus Desember kondisi arus di sekitar
perairan desa parak relatif tenang sehingga kurang baik untuk melakukan
budidaya, khususnya rumput laut. Sebaliknya pada bulan yang

lain

merupakan waktu yang baik untuk kegiatan budidaya karena arusnya

22

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

cukup kencang sehingga suplai makanan untuk organisme budidaya


tersedia dengan baik.
2. Materi Field Trip
Materi field trip di lokasi memberikan gambaran kepada peserta
mengenai teknik budidaya rumput laut dan teripang serta berinteraksi
dengan masyarakat secara langsung.

Konsep field trip ini adalah

mengevaluasi lokasi budidaya dan metode yang digunakan oleh


masyarakat, kemudian memberikan penjelasan mengenai kesulitan
masyarakat yang dihadapi dalam usaha budidaya laut, khususnya rumput
laut dan teripang.
Budidaya rumput laut yang dilakukan masyarakat di Desa Parak
menghadapai kesulitan dalam pertumbuhan rumput lautnya.
rumput

laut

menjelaskan

bahwa

bentangan

sebelah

Petani
barat

pertumbuhannya lambat dan kerdil. Penempatan bentangan tegak lurus


dengan arah arus sehingga bentangan sebelah timur menghalangi arus ke
arah bentangan barat.

Solusi yang diberikan pemateri adalah petani

rumput laut harus mengetahui arah arus dan menempatkan bentangan


searah dengan arus, sehingga arus air yang membawa makanan untuk
rumput laut, dapat melewati bentangan.

Penjalasan dapat diterima

dengan baik oleh petani dan bersedia melaksanakan metode tersebut.


Jumlah peserta yang ikut dalam pelatihan ini sebanyak 20 orang,
yang berasal dari masyarakat pulau (nama-nama terlampir).

Peserta

ditentukan dan diundang oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan


Kabupaten Selayar.

Peserta ditanggung akomodasinya selama 3 hari

oleh Yayasan Mattirotasi. Fasilitas lain yang diberikan kepada peserta


adalah seminar kit yang berisi tas/ransel pelatihan, block note, pulpen dan
id-card peserta.

Pada saat pelatihan berlangsung, peserta akan

mendapatkan materi atau modul pelatihan yang berisi tentang materi


pelatihan.

23

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

3. Penutupan Kegiatan
Penutupan dilaksanakan setelah field trip yang dilaksanakan di Desa
Parak. Semua komponen pelatihan bertukar informasi dan kontak person
untuk memperluas jaringan, utamanya untuk penyebar luasan informasi
budidaya laut dan pemasaran. Dalam penutupan ini, beberapa fasilitator
dan SETO hadir.
Sambutan yang diberikan panitia dalam penutupan ini adalah ucapan
terima kasih atas kerjasama dari semua komponen pelatihan serta
permohonan maaf atas segala kekurangan yang terjadi selama pelatihan.

IV.3. Kendala, Harapan dan Peluang


Setelah pelaksanaan pelatihan, diketahui bahwa semua peserta
tertarik dengan budidaya laut sebagai alternatif pekerjaan, atau dapat
menjadi pekerjaan utama. Kendala yang dihadapi oleh peserta adalah
modal, keterampilan teknis dan pemasaran.
melalui

COREMAP

II

ini

mendapatkan

modal

usaha

meningkatkan

pengetahuan

melakukan budidaya laut.

dapat

memfasilitasi

serta
dan

Peserta mengharapkan
masyarakat

untuk

pelatihan

untuk

masyarakat

untuk

memberikan

keterampilan

Dalam pelatihan ini, pemateri dan fasilitator

juga memberikan gambaran mengenai modal usaha budidaya laut,


sehingga dengan modal yang tidak terlalu banyak, masyarakat dapat
melakukan usaha budidaya laut serta mendapatkan hasil yang baik.
Kondisi

tersebut

dianggap

peluang

oleh

peserta

untuk

mengembangkan usaha budidaya laut. COREMAP dapat memfasilitasi


serta memberikan solusi untuk pengembangan budidaya laut.

Hasil

diskusi lain yang berkembang adalah peluang potensi ikan hias laut.
Peserta sangat tertarik dengan usaha ini, karena dengan modal kecil serta
masyarakat yang sudah memiliki keterampilan menangkap ikan, dapat
menjalankan usaha ini. Yayasan Mattirotasi sebagi pelaksana kegiatan
yang sudah berpengalaman dalam usaha penangkapan ikan hias laut,
dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan usaha ini, mulai dari
pengadaan alat sampai pemasarannya.

24

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan pelatihan budidaya laut ini, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
-

Budidaya laut yang berkembang dengan baik dapat mengurangi


tekanan terhadap sumberdaya laut akibat penangkapan, serta
menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Dalam pelatihan ini, pemateri, peserta dan panitia serta komponen lain
dari pelatihan ini dapat berinteraksi dengan baik dalam kegiatan indoor dan kegiatan out-door.

Pemateri dapat memberikan prinsip-perinsip budidaya laut, khususnya


rumput laut dan teripang, dan berhasil menggali informasi dan
permasalahan dari peserta sehingga dapat memberikan penjelasan
sesuai keinginan peserta.

Peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai


teknik budidaya rumput laut dan teripang, serta pengolahan hasil
perikanan dan pemasaran hasil-hasil laut.

Berdasarkan diskusi dan field trip, peserta memperoleh gambaran


mengenai prospek yang lebih baik dari budidaya rumput laut dan
teripang.

Peserta tertarik untuk menerapkan hasil pelatihan dan meluaskan


jaringan pasar dengan Yayasan Mattirotasi, sehingga diharapkan
dapat menjadi alternatif pekerjaan untuk masyarakat.

25

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

V.2. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk lebih mengefektifkan hasil
pelatihan ini adalah :
-

Pelatihan ini harus dilaksanakan secara rutin atau dibuat per angkatan
sehingga dapat mengcover lebih banyak masyarakat, serta disertai
dengan percontohan dan pendampingan.

Peserta yang ditentukan oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan


harus mewakili semua lokasi atau zona dalam COREMAP dan
senantiasa dikoordinasikan dengan SETO/fasilitator, aparat desa dan
masyarakat secara langsung.

SETO dan Fasilitator diharapkan dapat diikutkan dalam pelatihan


sebagai partisipan untuk memberikan bekal dalam pendampingan di
masyarakat, sehingga tujuan pelatihan dapat dicapai lebih efektif.

26

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

PENUTUP

Wilayah pesisir dan laut memiliki arti strategis memiliki potensi


sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun,
potensi dengan semua karakteristiknya ini belum sepenuhnya dapat
dikelola dan berintegrasi secara terpadu. Kebijakan sektoral dan lebih
mengarah ke daratan, akhirnya hanya menjadikan laut sebagai isu politik,
atau mungkin tidak diperhatikan. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan
kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan
pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok
profesi paling miskin di Indonesia.
Pada sisi lain, kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan
daya tarik bagi beberapa pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan
berbagai

instansi

untuk

meregulasi

pemanfaatannya.

Kekayaan

sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil, yang dikelilingi


ekosistem pesisir tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun, berikut sumberdaya hayati dan non-hayati yang terkandung di
dalamnya.
Akan tetapi, beberapa bagian laut

dan pesisir

dieksploitasi

sedemikian rupa dan mulai mengalami kerusakan. Sejak awal tahun 1990an, fenomena degradasi

biogeofisik

sumberdaya

pesisir

semakin

berkembang dan meluas. Laju kerusakan sumberdaya pesisir telah


mencapai

tingkat

yang

mengkhawatirkan.

Rusaknya

ekosistem

berimplikasi terhadap penurunan kualitas lingkungan untuk sumberdaya


perikanan serta erosi pantai. Sehingga terjadi kerusakan tempat
pemijahan dan daerah asuhan ikan, berkurangnya populasi benur, nener,
dan produktivitas tangkap udang.
Degradasi lingkungan tersebut adalah gejala yang terlihat dengan
jelas. Persoalan yang mendasar adalah mekanisme pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil tidak efektif untuk memberi kesempatan
kepada sumberdaya hayati pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali atau
pemanfaatan sumberdaya non-hayati disubstitusi dengan sumberdaya

27

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

alam

lain

dan

kerusakannya.

Yayasan Mattirotasi

mengeliminir

faktor-faktor

yang

menyebabkan

Kondisi seperti ini dapat dijawab melalui intervensi ke

lingkungan laut melalui program yang memanfaatkan langsung ruang


pesisir dan lautan sebagai media yang digunakan untuk mempertemukan
kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Salah satu intervensi
ke lingkungan perairan laut yang dapat dilakukan adalah budidaya laut
(marikultur).
Budidaya laut memiliki prospek yang masih potensial.

Hal dapat

dilihat adanya kecenderungan permintaan dan kebutuhan ikan dunia terus


meningkat dari tahun ke tahun, akibat pertambahan penduduk dan
perubahan konsumi masyarakat ke arah protein hewani yang lebih sehat.
Sementara itu pasokan ikan dari hasil penangkapan cenderung semakin
berkurang, dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya gejala
kelebihan tangkap dan menurunnya kualitas lingkungan, terutama wilayah
perairan tempat ikan memijah, mengasuh dan membesarkan anak.
Pengembangan budidaya laut merupakan alternatif yang cukup
memberikan harapan serta merupakan solusi untuk mengatasi masalah
ini.

Hal ini juga didukung oleh potensi alam Indonesia yang memiliki

sekitar 81.000 km garis pantai dan penduduk yang telah terbiasa dengan
budaya pantai dengan segala pernik-perniknya. Kegiatan budidaya laut
berpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa
depan, karena peluang produksi perikanan tangkap yang terus menurun.
Di beberapa daerah, kegiatan budidaya laut berkembang dengan berbagai
sistem budidaya.
Yayasan

Mattirotasi

sebagai

mitra

dukungan

berupaya

memposisikan diri sesuai visi dan misi lembaga untuk melakukan


kemitraan terhadap semua pihak dalam rangka percepatan pembangunan
perikanan melalui berbagai program bidang perikanan dan kelautan.
Diharapkan program ini dapat membantu usaha mengakselerasi kapasitas
dan kelembagaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam upaya
pengelolaan

sumberdaya

pesisir

dan

laut

secara

khususnya dalam COREMAP II di Kabupaten Selayar.

28

berkelanjutan,

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Data Awal Studi Pendugaan Potensi Sumberdaya


Perikanan Kabupaten Selayar. Pusat Kajian Sumberdaya dan
Wilayah Pesisir (PK-SWIP). Fakultas ilmu kelautan dan perikanan.
Universitas hasanuddin. Makassar.
Aslan, Ir, L.M. 1998.
Yogyakarta.

Budidaya Rumput Laut, ed Revisi.

Kanisius,

Cholik, Dr. F. 2001. Prospoek Sea Farming di Indonesia Teknologi


Budidaya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia.
Kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency. DKP,
Jakarta.
Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Terpadu Wilayah Pesisir. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor.
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001. Potensi Lingkungan Laut
untuk Kegiatan Budidaya Teknologi Budidaya Laut dan
Pengembangan Sea Farming di Indonesia. Kerjasama dengan
Japan International Cooperation Agency. DKP, Jakarta.
Dianthani, dkk. 2003. Pemberdayaan Industri Perikanan Nasional
Melalui Pengembangan Budidaya Laut dan Pantai.
Makalah
Filsafat Sains, Program S-3 Institut Pertanian Bogor. Diakses
tanggal 4 September 2006.
Kurnia, A. 2006. Artikel Iptek - Bidang Biologi, Pangan, dan Kesehatan,
Saatnya Indonesia Menerapkan Budidaya Ikan Ramah Lingkungan.
Sumber: www.beritaiptek.com, diakses tanggal 4 September 2006
Martoyo, Ir. M., Aji, Ir. N., dan Winanto, T. B.Sc. 1994. Budidaya teripang,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurdjana, M.L, 2001. Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung
bagi Budidaya Laut. No. 38/PHP/KAN/1995. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta
Pusat Penelitian dan pengembangan Perikanan, 1995. Prosiding, Temu
Usaha Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung bagi
Budidaya Laut. No. 38/PHP/KAN/1995. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.
Sujatmiko, W dan Angkasa, W.I. 2003. Teknik Budidaya Rumput Laut
Dengan Metode Tali Panjang. Sumber: : http://www.iptek.net.id/ttg/
artlkp/artikel18.htm. Diakses tanggal 4 September 2006.

29

PELATIHAN BUDIDAYA LAUT


COREMAP TAHAP II KABUPATEN SELAYAR

Yayasan Mattirotasi

Sulistijo dan Nontji, A, 1995. Pemasyarakatan Teknologi Karamba Jaring


Apung bagi Budidaya Laut.
No. 38/PHP/KAN/1995.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Jakarta.
Yayasan Mattirotasi, 2001. Teknologi Budidaya Laut di Taman Nasional
Laut Takabonerate Kabupaten Selayar, Proyek kerjasama dengan
LIPI pada COREMAP Fase I. Makassar.

30

Anda mungkin juga menyukai