Anda di halaman 1dari 21

Pembelajaran 1.

Dasar-Dasar Budidaya Perikanan

A. Kompetensi

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan


dapat :

1. Menganalisis potensi dan peran budidaya perikanan budidaya


2. Menganalisis prinsip ekologi perairan dan karakteristik komoditas perikanan
3. Menganalisis morfologi dan anatomi komoditas perikanan untuk
pengembangan budidaya
4. Mengidentifikasi sistem fisiologi biota air

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi dalam pembelajaran ini, Anda dapat :


1. Menganalisis potensi budidaya perikanan
2. Menganalisis peranan budidaya peraikanan
3. Menganalsis peluang usaha budidaya perikanan
4. Menganalisis prinsip ekologi dan karaketeristik perikanan tawar
5. Menganalisis prinsip ekologi dan karaketeristik perikanan payau
6. Menganalisis prinsip ekologi dan karaketeristik perikanan laut
7. Menganalisis morfologi dan anatomi ikan bersirip (finfish) untuk
pengembangan budidaya perikanan
8. Menganalisis morfologi dan anatomi kekerangan (moluska) untuk
pengembangan budidaya perikanan
9. Menganalisis morfologi dan anatomi udang/kepiting/rajungan (krustasea)
untuk pengembangan budidaya perikanan
10. Menganalisis morfologi dan anatomi rumput laut untuk pengembangan
budidaya perikanan
11. Mengkorelasikan sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya
ikan bersirip (finfish)

Agribisnis Perikanan I 9
12. Mengkorelasikan sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya
crustacea
13. Mengkorelasikan sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya
molusca
14. Mengkorelasikan sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya
rumput laut.

C. Uraian Materi

1. Menganalisis potensi budidaya Perikanan

a. Potensi budidaya perikanan

Kegiatan budidaya perairan adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak


(reproduction), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik
sehingga diperoleh keuntungan. Organisme akuatik mencakup kelompok ikan
(finfish) , udang (crustacea), hewan bercangkang (molusca), echinodermata, dan
alga.

Teknologi budidaya yang diaplikasikan mencakup konstruksi wadah produksi,


pemilihan lokasi budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan
padat penebaran yang tepat; pemberian pakan yang sesuai dengan jumlah, mutu,
waktu, dan pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan air, pemantauan serta
pemanenan dan penanganan pasca panen.

Menurut Undang-Undang Perikanan No.45 tahun 2009, yang dimaksud dengan


budidaya ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
mengembangbiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol, termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkan ikan.
Ikan adalah semua jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan yang meliputi binatang dan
tumbuhan yang hidup dalam air tawar, asin ataupun air payau. Penyebutan
budidaya bisa berdasarkan jenis ikan, tempat pemeliharaan, salinitas air dan
tingkat teknologinya.

10 I Agribisnis Perikanan
Teknologi budidaya perairan yang dimaksud yakni konstruksi wadah budidaya,
pemilihan lokasi budidaya, penentuan pola tanam, penggunaan benih unggul dan
padat penebaran (stocking density) yang tepat, pemberian pakan yang sesuai
(jumlah, mutu, waktu dan cara), pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan
kualitas air, pemantauan proses budidaya, pemanenan dan penanganan
pascapanen. Gambar 1. Alur kegiatan Budidaya Ikan.

Pemeliharaan larva
Pemijahan ikan penetasan telur
dan benih

Pengangkutan dan
Pembesaran ikan Pemanenan
pemasaran ikan

Gambar 1 Kegiatan agribisnis perikanan

Organisme akuatik yang dibudidayakan mencakup kelompok ikan (finfish), udang


(crustacea), kekerangan (molusca), echinodermata dan alga. Umumnya
organisme akuatik ini sering disebut menjadi satu komoditas saja yakni ikan.
Secara spasial, kegiatan budidaya perairan bisa berlangsung di darat dan di laut,
mulai dari pegunungan, perbukitan dataran tinggi, dataran rendah, pantai, muara
sungai, teluk, selat, perairan dangkal, terumbu karang, hingga laut lepas / laut
dalam.

b. Peranan budidaya perikanan

Budidaya perairan (Akuakultur) adalah kegiatan untuk memproduksi biota


(organisme) akuatik dilingkungan terkontrol dalam rangka mendapat keuntungan

Agribisnis Perikanan I 11
(profit) sehingga disebut juga akuabisnis. Selain itu tujuan budidaya perairan juga
mencakup :

1) Produksi Makanan Daging Ikan


Daging ikan merupakan sumber protein hewani dan makanan sehat yang sangat
dibutuhkan manusia, selain produk-produk peternakan seperti daging sapi, ayam,
dan telur. Kebutuhan ikan dipenuhi melalui kegiatan penangkapan dan budidaya
perairan. Produk perikanan tangkap umumnya berupa ikan segar, beku dan
olahan (pengeringan, pengasinan, fillet, pengalengan, penepungan dan
sebagainya).
2) Perbaikan Stok Ikan di Alam
Stock ikan di alam baik dilaut maupun perairan umum cenderung semakin
berkurang. Pengurangan stok ikan di alam disebabkan oleh tingginya laju
penangkapan dan kematian dibandingkan dengan rendahnya laju
perkembangbiakan dan pertumbuhan. Laju penangkapan ikan meningkat
disebabkan oleh tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia yang meningkat sejalan
dengan pertambahan populasi penduduk dunia. Laju kematian di alam juga
meningkat sejalan dengan semakin memburuknya kualitas lingkungan. Sudah
saatnya pada perairan laut yang mengalami overfishing dan perairan umum yang
mengalami degradasi sumber daya ikan diberlakukan program restocking.
3) Produksi Ikan Untuk Rekreasi
Dewasa ini, kebutuhan manusia dalam hal rekreasi meningkat, terutama pada
masyarakat perkotaan. Kegiatan rekreasi tersebut diantaranya adalah memancing
(seperti : leisure fishing, sport fishing) dan atraksi ikan dalam akuarium besar
seperti di Taman Akuarium Air Tawar, Taman Mini Indonesia Indah, dan Sea
World.
4) Produksi Ikan Umpan.
Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan contoh akuakultur untuk dijadikan
umpan hidup dalam kegiatan penangkapan tuna. Bandeng dipilih sebagai umpan
hidup karena warna tubuhnya keperak-perakkan sehingga menarik perhatian tuna.
Oleh karena itu, akhir-akhir ini permintaan bandeng hidup sebagai umpan
meningkat tajam sejalan dengan perkembangan usaha penangkapan tuna.
5) Produksi Ikan Hias

12 I Agribisnis Perikanan
Kegiatan budidaya perairan juga ditujukan untuk menghasilkan ikan hias
(ornamental fish). Ikan hias diproduksi karena memiliki warna dan bentuk tubuh
serta tingkah laku yang unik dan menarik sehingga memiliki nilai ekonomis. Nilai
ekonomi ikan hias juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan pengembangbiakan
(breeding) ikan ini.
6) Daur Ulang Bahan Organik
Beberapa ikan budidaya perairan dapat memanfaatkan bahan organik, baik secara
langsung maupun tidak langsung Seperti ikan tilapia digunakan untuk mengurangi
sedimen organik yang terdapat di waduk. Ikan tilapia tersebut mempunyai
kemampuan mengkonsumsi bahan organik dan mengonversinya menjadi protein
daging ikan yang bernilai.
7) Produksi Bahan Industri
Dampak dari industrialisasi dan globalisasi telah menyebabkan meningkatnya
permintaan akan barang/produk kebutuhan hidup seperti pangan, sandang, papan
dan kebutuhan sekunder atau tersier lainnya. Beberapa produk budidaya perairan
kini telah menjadi bahan baku industri penting seperti industri pakan, obat-obatan
atau farmasi, kosmetika, tekstil dan bahan kimia lainnya seperti industri cat,
keramik, pasta gigi dan sebagainya. Rumput laut, patin, nila, dan fitoplankton
chlorella merupakan contoh komoditas budidaya perairan yang telah menjadi
bahan baku suatu industri

c. Peluang usaha budidaya perikanan

Sebagai negara kepulauan maka Indonesia memiliki luas laut ±5,8 juta km 2 Dari
analisa potensi perikanan tangkap di perairan laut Indonesia diperkirakan 6,41 juta
ton/thn yang terdiri dari ikan pelagis besar (1,165 juta ton), ikan pelagis kecil (3,6
juta ton), ikan demersal (1,36 juta ton), ikan karang (145 ribu ton), udang penaeid
(94,80 ribu ton), udang lobster (4,80 ribu ton), cumi-cumi (28,25 ribu ton) dan lain-
lain.

Potensi budidaya laut (mariculture), khususnya ikan dan molluska masih sangat
besar. Luas total perairan laut yang potensial untuk budidaya ikan (kakap, kerapu,
dan beronang) sekitar 1.052.720 ha dan untuk budidaya molluska (kekerangan
dan teripang) sekitar 720.500 ha. Dari luas perairan laut yang ada tersebut potensi

Agribisnis Perikanan I 13
produksi yang dapat dihasilkan diperkirakan sekitar 46.000 ton/tahun. Adapun
potensi lahan budidaya rumput laut (alga) mencapai 22.460 ha yang tersebar di
seluruh di Indonesia.

Potensi budidaya perairan (Akuakultur) terdiri dari potensi perairan laut bagi
pengembangan marikultur yang diperkirakan mencapai 24.528.178 ha (tersebar di
32 Propinsi di Indonesia), potensi akuakultur air payau dengan sistem tambak
mencapai 913.000 ha dan potensi akuakultur air tawar dengan sistem kolam
tanah, karamba dan KJA yang mencapai ± 832.157 ha.

Budidaya ikan hias Budidaya kerang Budidaya rumput laut

Gambar 2. Potensi budidaya perikanan

2. Menganalisis prinsip ekologi perairan dan karekteristik komoditas


perikanan

a. Prinsip ekologi dan karakteristik perikanan tawar

Ekologi air tawar sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Air tawar sendiri
penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah,
komponen air tawar merupakan daur hidrologis, dan ekosistem air tawar
merupakan sistem disporsal / pembuangan yang mudah dan murah. Ekologi air
tawar mempelajari tentang ekosistem air tawar. Ekosistem air tawar digolongkan
menjadi air tenang (lentic water) dan air mengalir (lotic water). Termasuk
ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir
adalah sungai.

Perairan tawar terdapat di daratan mulai dari pegunungan, perbukitan hingga


dataran rendah di dekat pantai. Perairan tawar dipermukaan bumi bisa berupa
waduk, danau, situ, sungai, saluran irigasi, mata air, sumur dan air hujan. Bentuk

14 I Agribisnis Perikanan
perairan tawar tersebut dapat dikelompokkan menjadi 1). aliran yang terdiri dari
sungai dan saluran irigasi, 2). genangan yang terdiri dari danau, waduk dan situ,
3) curahan yang berupa mata air, air sumur (air tanah) dan air hujan.

b. Prinsip ekologi dan karakteristik perikanan payau

Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah


percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air
tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria
merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang
surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. Sebagian besar jenis flora
dan fauna yang hidup didaerah estuarin tersebut adalah organisme yang telah
beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut. Oleh karena itu,
umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin relative hanya dapat dihuni oleh
bebrapa spesies saja

Perairan payau berlokasi di muara sungai dan pantai tempat terjadinya transisi dari
kondisi air tawar ke kondisi air asin. Selain muara sungai dan pantai, air payau
juga bisa ditemukan di rawa dekat pantai dan memiliki salinitas dengan kisaran
yang sangat lebar, yakni salinitas antara 6 – 29 ppt. Sedangkan perairan laut
adalah perairan yang berada di laut dan memiliki kadar garam (salinitas) > 30 ppt.
Perairan laut dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria yakni
berdasarkan kedalaman terdiri dari perairan dangkal (shallow sea) 30 m.
Berdasarkan keterlindungannya, perairan laut dikelompokkan menjadi laut
terbuka/laut lepas (open sea/off shore) dan laut terlindung berupa teluk, selat,
tanjung dan perairan dangkal.

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang
hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal
dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang
mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota
akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan.
Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial
merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan
larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan

Agribisnis Perikanan I 15
c. Prinsip ekologi dan karakteristik perikanan laut

Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah
intensitas faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang banyak
berpengaruh terhadap terhadap kehidupan di laut adalah Gerakan air, suhu dan
densitas air. Salinitas, cahaya air laut selalu dalam keadaan bergerak, yang
disebabkan oleh angin yang berhembus di atas permukaannya, pengadukan yang
terjadi akibat perbedaan suhu air di dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut,
pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagai arus, gelombang,
permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan
sebagainya. Salinitas air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses
outgassing, yaitu rembesan dari kulit bumi dari dasar laut yang berbentuk gas ke
permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang massa.

Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan
dalam istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut
disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii
daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang. Lautan yang
relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik.
Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan.

Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota
laut hanya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton,
dan bentos. Plankton hidup di zona pelagic dan meengapung, menghanyut, atau
berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Nekton
adalah biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan
benthos adalah biota yang hidup di atas atau di dalam dasar laut, baik itu
tumbuhan ataua hewan. Di laut tumbuhan merupakan produsen yang
sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan, hanya ada dua divisi yang dapat
ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas Thallophyta adalah
Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae (alga
coklat), Rhodophyceae (alga merah).

16 I Agribisnis Perikanan
3. Menganalisis morfologi dan anatomi komoditas perikanan untuk
pengembangan budidaya

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar
dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini
adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar.
Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai
dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan
hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi
terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk
tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk
tubuhnya relatif sangat sedikit.

a. Menganalisis morfologi dan anatomi ikan bersirip (finfish) untuk


pengembangan budidaya perikanan

Pada ikan dan pada hewan air lainnya pada umumnya bagian tubuh dibagi
menjadi tiga bagian yakni bagian kepala, badan dan ekor, namun pada setiap jenis
ikan ukuran bagian-bagian tubuh tersebut berbeda-beda tergantung jenis ikannya.
Adapun organ-organ yang terdapat pada setiap bagian tersebut adalah :

1) Bagian kepala yakni bagian dari ujung mulut terdepan hingga hingga ujung
operkulum (tutup insang) paling belakang. Adapun organ yang terdapat pada
bagian kepala ini antara lain adalah mulut, rahang, gigi, sungut, cekung hidung,
mata, insang, operkulum, otak, jantung, dan pada beberapa ikan terdapat alat
pernapasan tambahan, dan sebagainya.
2) Bagian badan yakni dari ujung operkulum (tutup insang) paling belakang
sampai pangkal awal sirip belang atau sering dikenal dengan istilah sirip dubur.
Organ yang terdapat pada bagian ini antara lain adalah sirip punggung, sirip
dada, sirip perut, hati, limpa, empedu, lambung, usus, ginjal, gonad,
gelembung renang, dan sebagainya.
3) Bagian ekor, yakni bagian yang berada diantara pangkal awal sirip
belakang/dubur sampai dengan ujung terbelakang sirip ekor. Adapun 119 yang

Agribisnis Perikanan I 17
ada pada bagian ini antara lain adalah anus, sirip dubur, sirip ekor, dan pada
ikan-ikan tertentu terdapat scute dan finlet, dan sebagainya.

Gambar 3 morfologi ikan (finfish)

Sumber : (http://lalaukan.com)

Anatomi suatu spesies ikan sangat penting untuk diketahui karena merupakan
dasar dalam mempelajari jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika,
dan sebagainya. Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan
dapat saja berbeda dengan spesies ikan lainnya. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan bentuk tubuh, pola adaptasi spesies ikan tersebut terhadap
lingkungan tempat mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut.
Beberapa organ yang dapat diamati secara anatomis pada tubuh ikan antara
lain: otak, rongga mulut, insang, jantung, hati, empedu, alat pencernaan
makanan, limpa, kelenjar kelamin, gelembung renang, dan lain-lain.

18 I Agribisnis Perikanan
Gambar 4 Anatomi ikan (finfish)

(Sumber : https://www.slideshare.net/adamharsono/pisces-and-amphibian)

b. Menganalisis morfologi dan anatomi kekerangan (moluska) untuk


pengembangan budidaya perikanan

Anggota dari filum mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat beraneka
ragam, dari yang berbentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki
maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua
keping cangkang besar. Oleh sebab itu, berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan
jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, filum mollusca dibagi 8 kelas: 1)
Chaetodermomorpha; 2) Neomeniomorpha; 3) Monoplacophora; 4)
polyplacophora; 5) Gastropoda; 6) Pelecypoda/Bivalvia; 7) Scaphoda; 8)
Cephalopoda. Jenis Mollusca yang telah banyak dibudidayakan adalah dari kelas
gastropoda dan Bivalvia.

Struktur tubuh gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut


terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu
larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun adapula gastropoda yang tidak
memiliki cangkang sehingga sering disebut siput telanjang (vaginulla) (Rusyana,
2011). Gastropoda dapat dibedakan berdasarkan bentuk dari alat geraknya.
Adanya alat gerak/lokomosin pada bagian ventral tubuh yang terdiri dari sebagian
besar jaringan otot. Oleh karena bergerak dengan otot di bagian ventral (perut)

Agribisnis Perikanan I 19
sehingga gastropoda dinamakan hewan berkaki perut (Kusnadi, dkk, 2008). Alat
pernapasan bagi gastropoda yang hidup di darat tentunya berbeda dengan
gastropoda yang hidup di air. Gastropoda yang hidup dilaut umumnya mempunyai
insang untuk mengambil oksigen dari air (Nontji, 2008). Gastropoda memiliki
cangkok atau cangkang, cangkang ini digunakan untuk melindungi diri. Ada yang
tanpa penutup ada yang dengan penutup atau operkulum. Operkulum ini terbuat
dari zat kapur atau zat tanduk yang lebih luas. Operkulum menunjukan garis-garis
pertumbuhan dan kadang dapat digunakan untuk menentukan umur. Bentuk
cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu. Bentuk cangkang juga dapat
dikaitkan dengan pola habitatnya. (Romimohtarto dan Juwana, 2007)

Pada waktu aktif tubuh menjulur dari cangkok, terdiri atas bagian : kepala (pada
ujung depan menuju ke ventral terdapat mulut, dua pasang tentakel, pada ujung
tentakel yang lebih panjang terdapat mata), leher (pada sisi sebelah kanan
terdapat lubang genital), kaki terdiri atas otot yang kuat untuk merapat, viscera
yang belum begitu jelas batasnya (terdapat di dalam cangkok, berbentuk spiral,
ditutupi oleh mantel, pada bagian tepi cangkok dekat kaki mantel menjadi lebih
tebal disebut gelangan (kollar), dibawah gelang ini terdapat lubang pernafasan
sehingga rongga mantel berfungsi juga sebagai organ pernafasan (Rusyana,
2011).

Gambar 5 Morfologi dan anatomi gastropoda

(Sumber : Kozloff, 1990)

Bivalvia merupakan hewan yang memiliki dua cangkang berangkap dimana hewan
berada diantara kedua cangkang tersebut. Bivalvia biasa disebut sebagai binatang

20 I Agribisnis Perikanan
berkaki pipih atau pelecypoda karena memiliki kaki dari jaringan otot yang
berbentuk pipih melebar (Kusnadi, dkk, 2008). Bagian dari cangkok yang
membesar atau menggelembung dekat sendi di sebut umbo. Sel epitel bagian luar
dari mantel menghasilkan zat pembuat cangkok Bagian kepala pada bivalvia
tereduksi hingga kadang sama sekali tidak nampak di dalam cangkang, berbeda
dengan kepala gastropoda yang tampak dan mudah dibedakan. Bivalvia tidak
memiliki mata seperti pada kelas cephalopoda, salah satu contoh dari kelas
cepalopoda adalah cumi-cumi. Kelas ini terdiri dari 7.000 spesies yang tersebar
luas di seluruh dunia. Ukuran berkisar mulai 1 mm hingga 1 m (kerang raksasa),
tetapi kebanyakan berukuran antara 1 hingga 2 inch (Rusyana, 2011)

Gambar 6 Morfologi dan anatomi Bivalvia

(Sumber : http://ilmuharapanbangsa.blogspot.com/2014/06/ciri-ciri-pelecypoda-bivalvia.html dan


https://slideplayer.info/slide/13766896)

c. Menganalisis morfologi dan anatomi udang/kepiting/rajungan


(crustacea) untuk pengembangan budidaya perikanan

Krustasea berasal dari kata crusta yang berarti cangkang keras. Dalam hal ini
krustasea mempunyai eksoskeleton (kerangka luar) dari bahan kitin yang keras.
Kelas Krustasea ini merupakan satu-satunya kelas dari Filum Arthropoda yang
anggotanya banyak hidup di lingkungan perairan. Adapun morfologi udang (tubuh
udang) terdiri dari kepala, toraks dan abdomen, namun antaranya kepala dan
toraks bersatu dan gabungan keduanya dinamakan sefalotoraks; sehingga tubuh
udang hanya terdiri dari sefalotoraks dan abdomen. Sefalotoraks diselaputi oleh
karapas yang menyelubungi baik bagian dorsal dan laterial. Pada sefalotoraks
terdapat antena dan antenula yang berfungsi sebagai indera (sensori), mata
majemuk yang bertangkai dan dapat digerakan, mulut, mandibula dan insang.

Agribisnis Perikanan I 21
Selain itu juga terdapat kaki jalan sebanyak lima pasang. Kaki jalan ini juga disebut
pereiopod. Di bagian abdomen udang terdapat kaki renang yang sering disebut
plepoid; plepoid ini berfungsi untuk berenang. Dan di bagian ujung terdapat telson
dan urorod yang berfungsi untuk berenang. Tepat dibawah telson terdapat lubang
anus yang berfungsi untuk melakukan ekskresi.

Gambar 7 Morfologi dan anatomi krustacea

Sumber : Tantu, 2013

d. Menganalisis morfologi dan anatomi rumput laut untuk pengembangan


budidaya perikanan

Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang berklorofil. Dalam taksonomi,
ganggang atau alga termasuk ke dalam filum Thallophyta yang terbagi menjadi
tujuh devisi, yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Phaeophyta,
Rhodophyta, Pyrrophyta, dan Cyanophyta. Ciri dari filum ini adalah tidak
mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Alat reproduksi terdiri dari satu sel. Zigot
hasil pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh setelah keluar dari
alat kelamin betina. Seluruh bagian tanaman yang dapat menyerupai akar, batang,
daun, atau buah, semuanya disebut thallus.

Bentuk thallus sendiri beraneka ragam, ada yang bulat seperti tabung, pipih,
gepeng, bulat seperti kantung, ada pula yang seperti rambut. Susunan talus terdiri
dari satu sel dan banyak sel. Percabangan talus ada yang dichotomous (dua-dua
terus menerus), pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang talus utama), pectinate
(berderet searah pada satu sisi talus utama), ferticillate (berpusat melingkari aksis
atau batang utama), dan yang sederhana tanpa percabangan. Sifat substansi
thallus juga bervariasi. Ada yang gelatinous (lunak sepertigelatin), calcareous
(keras diliputi atau mengandung zat kapur), cartilagenous(seperti tulang rawan),

22 I Agribisnis Perikanan
dan spongious (berserabut). Semua sifat talus itumembantu dalam pengenalan
jenis atau pengklasifikasian spesies.

Gambar 8 Morfologi rumput laut (alga)

Sumber : https://www.dosenpendidikan.co.id/alga-adalah/ dan


https://teachmefoodandfarms.org/dev/wp-content/uploads/Session-3-Kelp-Anatomy-.pdf

4. Mengidentifikasi sistem fisiologi biota air

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung
dalam tubuh mahluk hidup, baik organisme bersel tunggal maupun bersel banyak,
termasuk interaksi antar sel,jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular,
baik energetik maupun metabolik.pada ilmu ini juga dibahas faktor-faktor fisik dan
kimia yang mempengaruhi mahluk hidup, yang terkait dengan awal mula
kehidupan, perkembangan serta kelangsungan hidup.

a. Sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya ikan bersirip


(finfish)

Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan
terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu,
sebagian darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung. Darah memberi
bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler
darah, dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama
dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena (Efendi, 2011)

Agribisnis Perikanan I 23
Sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,
dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis
beserta salurannya. Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis
kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ
penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ
penghasil telur. Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang
secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan
pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan.
Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina (Efendi, 2011)

Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema
uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem
ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau
membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air
dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik
cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses
fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan
Osmoregulasi (Efendi, 2011).

Sistem syaraf dibagi menjadi system syaraf pusat dan system syaraf periferi.
Sistem syaraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem syaraf periferi terdiri
dari syaraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem syaraf otonom
merupakan bagian dari sistem periferi, mempengaruhi otot polos dan kelenjar. Unit
terkecil system syaraf adalah sel syaraf atau neuron. Neuron merupakan sel
fungsional pada sistem syaraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial
aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan
potensial aksi merupakan cara yang dilakukan sel syaraf dalam memindahkan
informasi. Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh
sistem syaraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh (Efendi,
2011)

24 I Agribisnis Perikanan
Sistem pencernaan pada ikan secara umum alat-alat pencernaan ikan meliputi,
rongga mulut, pangkal tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung,
usus, anus. Kebanyakan ikan juga mempunyai kelenjar pencernaan dan organ lain
yang terkait dengan pencernaan dan metabolisme seperti hati dan kantung
empedu. Secara umum, mekanisme pencernaan makanan pada ikan dimulai
ketika makanan pertama kali masuk ke dalam rongga mulut. Gigi ikan dijumpai
pada rahang atas sedangkan pada rahang bawah terdapat lidah. Ikan juga
mempunyai kelenjar ludah. Setelah melewati mulut makanan bergerak melewati
pangkal tenggorokan dan kerongkongan menuju lambung. Lambung ikan
berukuran agak besar untuk menampung makanan. Selanjutnya makanan
bergerak menuju usus dan terjadi proses penyerapan sari-sari makanan. Sisa sari-
sari makanan kemudian dikeluarkan dalam bentuk feses melalui anus.

Gambar 9 Sistem pencernaan ikan

b. Sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya crustacea

Sistem gerak crustacea menggunakan kaki – kakinya untuk bergerak. Terdiri dari
lima pasang kaki yang masing – masing untuk sepasang kaki paling depan dan
paling besar di gunakan untuk mencapit sesuatu, empat kaki sesudahnya di
gunakan untuk berjalan dan juga memiliki lima pasang kaki di bagian belakang
yang fungsinya untuk berenang (kaki renang). Serta ia juga menggunakan ekornya
untuk bergerak.

Agribisnis Perikanan I 25
Sistem respirasi pada umumnya crustacea bernafas dengan insang. Kecuali
crustacea yang bertubuh sangat kecil bernafas dengan seluruh permukaan
tubuhnya. Letak insang pada malacostraca biasanya terbatas pada apendik
thorax. Aliran air kearah insang umumnya dihasilkan dari gerakan teratur sejumlah
apendik.

Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka
(haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui pembuluh darah,
sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan. Sistem peredaran
darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah memenuhi celah
antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga tubuh yang
dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan organ
perkembangbiakan. Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian
dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah
aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah arteri
ventral.

Sistem reproduksi udang bersifat diesius, yang betina memiliki abdomen yang
lebih besar di bandingkan yang jantan. Alat reproduksi udang jantan terdiri atas
sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula seminalis. Alat
reproduksi udang betina terdiri atas sepasang ovari dan sepasang oviduk. Gonad
biasanya panjang dan sepasang terletak dibagian dorsal toraks dan atau
abdomen. Crustacea bereproduksi dengan mengadakan kopulasi (pembuahan).
Telur yang sudah menetas akan menjadi nauplius yang planktonis. Naupilus
tersebut mempunyai tiga pasang apendik yaitu antenna pertama, antenna kedua
dan mandibula; tubuh belum beruas-ruas; dibagian anterior terdapat mata
nauplius.

Sistem pencernaan krustasea sangat beraneka ragam, ada yang filter feeder,
pemakan bangkai, herbivore, karnivora atau parasit. Alat pencernaannya terdiri
dari tiga bagian yaitu tembolok, lambung otot, dan lambung kelenjar. Di dalam
perut krustasea terdapat gigi-gigi kalsium yang teratur berderet secara
longitudinal. Selain gigi kalsium ini terdapat pula batu-batu kalsium gastrolik yang
berfungsi mengeraskan eksoskeleton (rangka luar) setelah terjadi eksdisis
(pengelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya dimulai dari mulut,

26 I Agribisnis Perikanan
kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan anus. Hati (hepar)
terletak di dekat lambung.

Gambar 10. Sistem pencernaan krustasea

Sistem Ekskresi alat ekskresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut
“kelenjar hijau” terletak di bagian bawah kepala, anterior esophagus. Setiap
kelenjar terdiri atas bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria, terbentuk dari
dilatasi dinding yang tipis dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu pori
terletak di bagian ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau adalah
membuang sisa metabolisme tubuh (Kastawi, 2009).

c. Sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya molusca

Sifat fisiologi moluska secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Sistem fisiologi pada molusca


Sistem Fisiologi Kelas Penjelasan
Sistem Reproduksi Gastropoda Bersifat hemafrodit, dibuahi secara
internal, sperma dan ovum dihasilkan
oleh ovotestis, dan saling membuahi
antarindividu.
Bivalvia Bersifat hemafrodit, dibuahi secara
internal, alat reproduksi terletak di
dekat kaki pipih. Setelah mengalami
blastulasi dan gastrulasi, zigot menjadi
larva glosidium.
Sistem Pencernaan Gastropoda Berbentuk huruf U, dimulai dari mulut
(radula) → faring → esofagus →
tembolok → lambung → usus → anus.
Bivalvia mulut → esofagus pendek → lambung
→ usus → anus.

Agribisnis Perikanan I 27
Sistem Syaraf Gastropoda Terdiri dari 3 pasang ganglion, yaitu
ganglion viseral, pedal, dan serebral.
Terdapat statosit dibawah ganglion
pedal dan dua pasang tentakel
sebagai alat pembau (pendek) dan
alat penglihatan (panjang).
Bivalvia Terdiri dari ganglion serebral dan 3 pasang
ganglion saraf. Terdapat statosit di dekat
ganglion pedal.
Sistem Peredaran Gastropoda Sistem peredaran darah terbuka,
Darah memiliki jantung satu aurikel dan satu
ventrikel, dan pembuluh darah. Urutan
gerakan darah: aurikel (O2) →
ventrikel → arteri → seluruh tubuh →
mantel → vena (CO2) → ginjal/paru-
paru/insang (O2) → aurikel
Bivalvia Sistem peredaran darah terbuka,
memiliki jantung dua aurikel dan satu
ventrikel, dan pembuluh darah. Urutan
gerakan darah: aurikel (O2) →
ventrikel → arteri → seluruh tubuh →
mantel → vena (CO2) → ginjal/paru-
paru/insa
Sistem Ekskresi Gastropoda Sistem ekskresi Mollusca berupa
Bivalvia nefridia (ginjal) yang terletak dekat
jantung dan rongga mantel.
Sistem Pernafasan Gastropoda Sistem pernapasan Mollusca berupa
Bivalvia insang/paruparu yang berhubungan
dengan jantung, juga dengan
menggunakan mantel.
Sumber : materi78.co.nr

Mengacu pada system fidiologis molusca maka dapat diketahui untuk kegiatan
budidaya molusca dapat dilakukan dengan kebutuhan dan kebiasaan hidupnya.

d. Sistem fisiologi sebagai daya dukung komoditas budidaya rumput laut

Menurut Trainor (1978), rumput laut merupakan kumpulan tumbuhan yang


mempunyai pigmen klorofil a untuk menjalankan proses fotosintesis dan
mempunyai struktur vegetatif yang berbeda daripada tumbuhan tingkat tinggi,
serta merupakan alga (ganggang) multiseluler fotosintentik yang seluruh anggota
tubuhnya hidup terendam didalam air (Campbellet al., 2000). Struktur vegetatif
rumput laut tidak dapat dibedakan antara daun, batang dan akar, yang disebut
dengan thalus yang multisel dan terdiri dari bentuk serta ukuran yang berbeda
yaitu filamen dan sifon. Kedua bentuk talus menghasilkan bentuk yang bervariasi

28 I Agribisnis Perikanan
dan lebih kompleks. Reproduksi rumput laut berbeda dengan tanaman tingkat
tinggi yang biasanya hidup di pantai (Aslan, 1991). Rumput laut bereproduksi
melalui dua cara yaitu secara generatif (seksual) dengan gamet (thallus dipploid
yang menghasilkan spora), dan secara vegetatif (aseksual) dengan thallus
(Afrianto dan Liviawati, 1993; Anggadiredja, 200

D. Rangkuman

1. Factor fisiologi ikan, factor ekologi, dan factor morfologi dan anatomi ikan
sangat berperan penting bagi biota air untuk hidup, tumbuh dan berkembang
biak.
2. Setiap kondisi lahan budidaya memerlukan teknologi budidaya yang berbeda-
beda sesuai karakteristik lokasi tersebut.
3. Kegiatan budidaya perairan mempunyai tujuan yang bermacam-macam,
seperti : untuk menyediakan kebutuhan pangan, untuk umpan, untuk hiasan,
untuk bahan baku industry, dan untuk stok di perairan yang sudah menipis
jumlah dan jenis ikannya.

Agribisnis Perikanan I 29

Anda mungkin juga menyukai