230110130155
230110130167
230110130175
230110130176
230110130189
230110130192
230110130195
230110130199
230110130205
230110130214
230110130221
230110130222
230110130226
Kelas :
Perikanan C / Kelompok 5
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab
Halaman
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
6
7
7
7
9
9
10
10
10
11
12
13
13
15
15
16
17
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
19
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Biaya Variabel.....................................................................
Profitabilitas......................................................................... 15
14
16
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Kolam Budidaya................................................................. 19
Kolam Pembesaran............................................................. 20
20
21
iii
Halaman
19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perikanan budidaya di Indonesia merupakan salah satu komponen yang
penting di sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang
persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta
mendatangkan penerimaan negara dari ekspor. Perikanan budidaya juga berperan
dalam mengurangi beban sumber daya laut. Di samping itu perikanan budidaya
dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi
pedesaan.
Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam persiapan budidaya yaitu
pengelolaan tanah dan pengelolaan air. Pengelolaan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi optimum tanah agar dapat menyediakan lingkungan yang layak
sebagai tempat hidup ikan. Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah,
pengapuran dan pemupukan. Setelah dilakukan pengolahan tanah, langkah
selanjutnya adalah pengelolaan air. Selanjutnya adalah melakukan penebaran
benih. Benih ikan yang akan dibesarkan harus diseleksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan benih ikan yang berukuran sama, sehat dan pertumbuhannya baik.
Selain itu banyaknya makanan yang diberikan harus diperhitungkan dengan harga
pakan dan nilai produksi ikan yang akan diperoleh. Perhitungan ini penting untuk
menghindari kerugian dan setiap kolam harus dibuatkan tabel pakan sendiri sesuai
dengan kepadatan ikan yang dipelihara dan target produksi.
Selain beberapa kegiatan diatas, pemanenan ikan pun termasuk faktor
penting dalam
produksi
budidaya.
memperhatikan umur ikan, bobot ikan saat tebar, bobot ikan saat panen, dan waktu
pemanenan. Ikanikan yang telah dipanen harus tetap dipetahankan mutunya
sampai di pasaran. Oleh karena itu, penanganan pasca-panen harus dilakukan
dengan baik dan benar. Penanganan pascapanen ikan yaitu pembersihan,
pemberokan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran.
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui bagaimana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Budidaya
Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik
3. Intensif merupakan sistem budidaya modern yang memiliki ciri yaitu kolam
yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari
tembok, Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil, Persiapan
lahan untuk pemeliharaan (pengelolaan tanah dan perbaikan wadah budidaya)
dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan bahan kimia) menjadi
sangat mutlak dibutuhkan, Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan
buatan atau pakan yang diberikan secara teratur, Penggunaan sarana budidaya
untuk mendukung usaha budidaya, seperti pompa dan aerator, Produksi (hasil
panen) sangat tinggi.
2.2
badan ikan Mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compressed)
dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat disembulkan, bagian
mulut dihiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang diantaranya
kurang sempurna dengan warna badan yang sangat beragam (Anonim 2008:1).
Ikan Mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio, L. (Susanto 2007:14)
Di kalangan petani maupun masyarakat, ikan Mas telah lama dikenal dan
disukai (dikonsumsi), sehingga pemasarannya tidaklah sulit. Selain itu sebagai ikan
budidaya, ikan Mas memiliki keunggulan, yaitu dapat dikembangbiakkan hanya
dengan perbaikan lingkungan atau manipulasi lingkungan dan kawin suntik
(hipofisasi). Makanan bagi ikan Mas juga tidak sulit, karena ia mau menyantap
segala jenis makanan alami maupun buatan (pelet), termasuk jagung atau jenis padipadian. Ikan Mas termasuk jenis ikan omnivora. Tubuh ikan Mas dibagi (3) tiga
bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat, seperti
sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga
mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan
yang tampak dari luar. Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari.
Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas (Santoso 1993: 12-13).
Saluran pencernaan ikan Mas berupa segmen-segmen, meliputi mulut,
rongga mulut, faring, esofagus, pilorus, usus, rektum dan anus. Ikan Mas dapat 10
memakan plankton maupun invertebrata kecil. Atas dasar inilah maka dapat
dikatakan bahwa ikan Mas merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora.
Keadaan usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan kompensasi
terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi sehingga
memerlukan pencernaan lebih lama. Hal ini dapat dibuktikan melalui pengamatan
pada organ dalam ikan Mas yang tidak ditemukan adanya lambung tetapi bagian
depan usus halus terlihat membesar yang lebih dikenal dengan istilah lambung
palsu. Ikan Mas memilki panjang usus yang melebihi panjang tubuh ikan. Pada
pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa tubuh ikan Mas memiliki
panjang baku 19 cm sedangkan panjang ususnya mencapai 50 cm atau hampir tiga
kali lipat dari panjang tubuhnya. Usus yang panjang tersebut bertujuan untuk
mendapatkan hasil hidrolisis makromolekul makanan secara maksimal (Santoso
1993:14). Ikan Mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu 200 C-250 C dan
pH air antara 7-8. Di antara jenis ikan Mas itu sendiri, jika diamati lebih lanjut, ada
perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan
adanya perbedaan ras pada jenis ikan air tawar (Suseno 2000:21).
2.3
pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang
8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100
liter/menit/m3 .
6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang baik berkisar antara 200-250 C.
2.3.1
Kolam Pembesaran
Bentuk kolam pembesaran yang baik adalah segi empat. Pemasukan air bisa
dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar
kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat
kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan
kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke
arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air
sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan (Suseno 2003).
2.3.2
Proses Pembesaran
Pembesaran ikan di kolam dilakukan setelah kolam selesai diolah.
Pengolahan kolam terdiri dari pengeringan yang dilakukan selama 4 hari, kemudian
dilanjutkan dengan pengapuran menggunakan kapur pertanian atau tohor dengan
dosis 20 g/m 2 yang dibiarkan selam 3 hari. Selanjutnya, kolam diairi air setinggi
10 cm dan dipupuk menggunakan kotoran ayam dengan dosis 200 g/m 2. Setelah 3
hari, ketinggian air ditambah hingga 120 cm. Pada hari ke-6, ikan mas siap ditebar.
Pakan yang diberikan yaitu pakan buatan berupa pelet berkadar protein 26-28%
sebanyak 5-10% berat biomasa dengan frekuensi pemberian 3-5 kali daam satu hari.
Selama 3-3,5 bulan, hasil panen pada pemeliharaan di kolam seluas 1.000 m 2
sekitar 750 kg- 1 ton.
2.4
A.
Faktor Independen
Faktor independen adalah faktor-faktor yang umunmya tidak dipengaruhi
2. Faktor Manusia
Faktor manusia meliputi sikap, adat istiadat dan gaya hidup dari warga,
stabilitas dan kekuatan ekonomi serta politik dari pemerintah. Faktorfaktor ini
beragam dan kompleks, contohnya:
a. Sikap dan keterampilan produsen relatif terhadap mengadopsi tekno-logi dan
modal untuk ditanamkan dalam produksi;
b. Perminataan pasar, sikap konsu-men, daya beli;
c. Kemauan dan kemampuan pemerintah melengkapi prasarana, kredit dan
sebagainya;
d. Kemampuan lembaga pemerintah melengkapi sistem dukungan pela-yanan bagi
pengembangan budidaya perikanan antara lain pelatihan bagi profesional,
penelitian guna mengembangkan teknologi baru, dan penyuluhan.
B.
Faktor Dependen
Faktor dependen adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya. Faktor-faktor tersebut ialah wadah budidaya ikan, input hara, spesies ikan,
dan teknologi. Wadah budidaya ikan seperti tambak, kolam, keramba dan
sebagainya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik dan manusia misalnya:
a. Kolam lebih cocok di daerah lahan pegunungan.
b. Keramba jaring apung dikembang-kan di perairan waduk dan laut.
Input hara berupa pupuk dan pakan tergantung kualitas dan kuantitasnya
pada faktor lingkungan fisik, misalnya: unsur ramuan pakan tidak dapat diproduksi
dimana lingkungan fisik tidak cocok bagi produksinya. Spesies ikan yang
dibudidayakan sangat tergantung dari faktor-faktor spesifik tiap spesies misalnya:
Tilapia tidak cocok dibudidayakan pada saat suhu rendah di bawah 200C.
Teknologi yang menggunakan karamba jaring apung menuntut pem-berian pakan
yang intensif (Sukadi 2002).
2.5
Analisis Keuntungan
Keuntungan dari suatu usaha tergantung pada hubungan antara biaya
produksi yang dikeluarkan dengan jumlah penerimaan dari hasil penjualan, dengan
pusat perhatian ditujukan bagaimana cara menekan biaya sewajarnya supaya dapat
memperoleh keuntungan sesuai dengan yang diinginkan, adapun biaya yang
dikeluarkan adalah biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan adalah jumlah yang
diperoleh dari penerimaan hasil penjualan hasil produksi setelah dikurangi dengan
total biaya produksi pada periode tertentu. Sehingga untuk menghitung jumlah
keuntungan maka perlu diketahui jumlah penerimaan dan biaya yang dikeluarkan
(Alex 2004). Adapun kajian teori keuntungan yaitu :
2.5.1
Biaya
Analisa biaya dan pendapatan sangatlah penting untuk mengetahui tingkat
10
keperluan menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi. Ada dua
komponen biaya yaitu :
a. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh produksi, seperti
sewa tanah, bunga pinjaman, dan merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh
suatu usaha per satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input
tetap dan besarnya tidak tergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.
b. Biaya variabel adalah kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha pada waktu
tertentu, untuk pembayaran semua input variabel yang digunakan dalam proses
produksi dan sifatnya sesuai besarnya biaya produksi seperti, bibit, pakan.
2.5.2
Penerimaan
Penerimaan dapat diartikan sebagai target penciptaan berdasarkan selera
pasar, dimana penerimaan berasal dari hasil penjualan produk baik berupa barang
dan jasa usaha. Menurut Soekartawi (2003), penerimaan (pendapatan kotor) adalah
jumlah semua produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan
dengan harga yang berlaku di pasaran.
2.5.3
Pendapatan Analisis
Pendapatan adalah suatu bentuk pengamatan terhadap nilai akhir dari
pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang ada dari
pengeluaran lainnya. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua
biaya. Pendapatan maksimum dapat ditingkatkan dengan cara meminimumkan
biaya untuk penerimaan yang tepat atau meningkatkan penerimaan pada biaya yang
tetap. Pendapatan dapat dihitung dengan rumus PD = TR TC , dimana PD adalah
Pendapatan, TR adalah Total Penerimaan , dan TC adalah Total
2.5.4
Efisiensi
Pengertian efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan masukan yang
11
2.5.5
diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan selama pemeliharaan satu periode.
Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio > 0.
/ =
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
yang mempunyai 21 kolam dengan luas kolam seluruhnya sekitar 323,4 m 2 dan
setiap kolam memiliki panjang 2,2 m, lebar 7 m, dan kedalaman 1,5 m. Budidaya
ikan mas yang ada di subang adalah budidaya dalam kolam air mengalir dimana air
yang digunakan berasal dari sungai yang berdekatan langsung dengan tempat usaha
budidaya, air yang berasal dari sungai masuk kedalam sebuah kolam penampung
sebelum di alirkan ke setiap kolam yang berfungsi sebagai filter sehingga sampah
tidak masuk ke setiap kolam budidaya, setelah air masuk kedalam kolam
penampung kemudian air masuk ke setiap kolam budidaya melalui saluran air yang
berupa sungai kecil yang berda dalam kolam kemudian didistribusikan kesetiap
kolam dan dikeluarkan kembali melalui lubang yang berada di bawah kolam
(blower) sehingga air keluar ke sungai, begitu seterusnya sehingga dengan air yang
terus mengalir sehingga dapat meningkatkan kandungan oksigen yang ada didalam
perairan kolam tanpa menggunakan pompa dan aerator. Sistem pengairan yang
dilakukan adalah secara seri yaitu tersusun secara berjejer sehingga dengan
pengairan secara seri maka kolam tidak dapat terjadi kontaminasi penyakit dari satu
kolam yang terkena penyakit ke kolam yang lain. Sistem budidaya yang dilakukan
merupakan sitem budidaya semi intensif karena petak pada kolam pemeliharaan
ikan mas tidak begitu besar sehingga mempermudah pengawasan dengan kolam
sebanyak 21 kolam, padat penebaran ikan mas pada setiap kolam cukup tinggi,
Pengantian air dilakukan setiap hari karena digunakan budidaya kolam air mengalir,
pemberian pakan dilakukan secara teratur setiap tiga kali sehari dengan setiap
pemberian sebesar 5 kg per satu kolam dan kolam yang digunakan merupakan
kolam semen artinya setiap keseluruhan dari komponen kolam terbuat dari semen.
Sistem budidaya tersebut tidak dikatakan intensif dikarenakan tidak menggunakan
sarana produksi (pupuk, kapur, dan bahan kimia), dan ikan yang dihasilkan tidak
12
13
cukup baik karena pemilihan benih yang dihasilkan oleh induk yang kurang baik
sehingga benih yang dihasilkan tidak bagus yang mengakibatkan ikan yang
dipelihara tidak normal.
3.2
Analisi Usaha
3.2.1
subang kami bedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
yang dikeluarkan oleh pengusaha budidaya ikan mas di kolam air deras di subang
dapat dilihat pada tabel 1.
No
1
2
3
Berdasarkan Tabel 1 biaya tetap usaha pembesaran ikan mas di kolam air
deras di subang dalam sekali proses pembesaran ikan mas (3 bulan) dengan Luas
Kolam 323,4 m2 dapat diketahui bahwa biaya tetap yang dikeluarkan pengusah
ikan selama satu kali proses pembesaran ikan adalah sebesar Rp 775.000. Biaya
tetap yang paling banyak dikeluarkan oleh petani ikan adalah biaya listrik yaitu
sebesar Rp 450.000 per 3 bulan atau setiap siklus budidaya ikan dengan setiap bulan
membayar sebesar Rp.150.000 dan biaya tetap yang paling sedikit dikeluarkan
adalah biaya pajak tanah yaitu sebesar Rp. 125.000 per 3 bulan atau setiap siklus
budidaya, hal ini dikarenakan pajak tanah hanya dibayarkan satu tahun sekali oleh
pengusaha ikan dan luas kolam yang dimiliki 323,4 m2, sehingga biaya yang
dikeluarkan sedikit. Di dalam biaya tetap tidak terdapat biaya bunga modal
investasi karena usaha yang dijalankan merupakan usaha sendiri dengan
menggunakan modal pribadi atau tidak terdapat investor dan pengusaha juga
menggunakan lahan milik pribadi bukan lahan sewa.
14
15
yaitu sebesar Rp. 829.350.000. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan
oleh petani ikan adalah sebesar Rp . 775.000 dari biaya total seluruhnya.
3.2.2
mengatakn bahwa keuntungan untuk setiap satu siklus budidaya adalah sebesar Rp.
10.000.000. keuntungan tersebut merupakan keuntungan bersih yang di peroleh
oleh pengusaha budidaya ikan mas setelah dikurangi oleh biaya total pengeluaran
atau modal. Dengan kita mengetahui keuntungan dari pengusah kita dapat mencari
biaya penerimaan yang didapatkan oleh pengusaha secara keseluruhan yaitu dengan
cara menjumlahkan antara biaya total dengan keuntungan bersih :
Biaya Penerimaan = Biaya Total + Keuntungan
Biaya penerimaan = Rp. 830.125.000 + Rp. 10.000.000
Biaya Penerimaan = Rp. 840.125.000
Maka didapatkan biaya penerimaan yang dihasilkan selama satu siklus
budidaya yaitu sebesar Rp. 840.125.000.
3.2.3
Profitabilitas
Berdasarkan
keuntungan
yang
diperoleh,
maka
dapat
diketahui
profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha pembesaran ikan mas di kolam air
deras di daerah subang. Profitabilitas sendiri merupakan hasil bagi antara
keuntungan dengan biaya total dan dinyatakan dalam persen. Besarnya
profitabilitas dari usaha pembesaran ikan mas di kolam air deras di Subang dapat
dilihat pada Tabel 3.
No
1
2
Tabel 3. Profitabilitas
Uraian
Biaya per siklus
(3 bulan)
Keuntungan
Rp. 10.000.000
Biaya Total
Rp. 830.125.000
Profitabilitas (%)
1,2 %
16
Profitabilitas =
Profitabilitas =
Keuntungan
Biaya Total
100 %
Rp.10.000.000
Rp.830.125.000
100 %
Profitabilitas = 1,2 %
Hasil tersebut menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan
dari usaha pembesaran ikan mas adalah sebesar 1,2 %. Hal ini berarti pengusaha
pembesaran ikan mas di kolam air deras di subang menguntungkan dan layak untuk
dijalankan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol. Setiap biaya total
sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 1,2.
3.2.4
yang
Penerimaan
Biaya Total
Rp.840.125.000
R/C = Rp.830.125.000
R/C = 1,012
Hasil dari perhitungan yang telah di lakukan, di ketahui nilai R/C = 1,012.
Berarti hasil tersebut menunjukkan bahwa usah budidaya pembesaran ikan mas
masih layak dan menguntungkan. Karena setiap penanaman modal sebesar Rp. 1,akan di peroleh hasil sebesar Rp. 1,012-
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan data diatas dapat disimpulkan bahwa :
4.2
Saran
Sebaiknya dilakukan pengamaan yang lebih teliti ketika kita megamati
proses pendederan dan pembesaran sehinga kita akan jauh lebih mudah memahami
proses tersebut ketika kita memiliki usaha budidaya sendiri. Dan juga kita harus
belajar menganalisis pengeluaran dan keuntungan dari usaha budidaya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
ix