Anda di halaman 1dari 29

Budidaya Ikan Lele : Strategi,

Pengolahan dan Pemasaran


Posted by konstruksikolamterpal In Blog

Budidaya Ikan Lele – Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang
berperan besar dalam peningkatan perekonomian suatu daerah. Secara geografis,
Indonesia terdiri dari pulau – pulau yang dikelilingi oleh laut, sehingga sektor
perikanan menjadi suatu potensi besar bagi masyarakat. Selain itu, kondisi lahan
yang tepat untuk lahan pertanian, memungkinkan terbentuknya perikanan
minapadi (kolam) dan tambak.

Sumberdaya perikanan tergolong sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable


resources), artinya jika sumberdaya ini dimanfaatkan sebagian, sisa ikan yang
tertinggal mempunyai kemampuan untuk memperbaharui dirinya dengan
berkembang biak. Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak ini akan
mempengaruhi ketersediaan atau stok sumberdaya ikan.

Hal ini memberikan pedoman bahwa perkembangbiakan ikan dapat dilakukan


sebagai suatu usaha dalam pengembangan sumber daya dan perekonomian
masyarakat dengan memperhatikan kualitas dan perawatan. Secara umum,
pengembangan sektor perikanan dibutuhkan sebagai strategi oleh pemerintah
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya
yang ada.

Perikanan minapadi (kolam) dan tambak merupakan perikanan budidaya yang


mengembangkan bibit dan produksi ikan dengan memanfaatkan suatu lahan atau
tempat untuk menghasilkan produksi lebih besar. Dalam mengembangkan potensi
perikanan suatu wilayah, pemerintah dan masyarakat mengambil tindakan
pengembangan dengan langkah – langkah seperti bagan berikut :
BAGAIMANA MENENTUKAN LAHAN YANG TERBAIK?

Pertama, yang dilakukan adalah mencari permasalahan dan potensi perikanan


menggunakan metode – metode diatas, yaitu analisis kewilayahan untuk
mengetahui kontribusi wilayah dalam memproduksi ikan, neraca sumber daya
untuk mengetahui ketersediaan lahan perikanan yang potensial untuk
perkembangan produksi ikan dan analisis daya dukung lahan untuk mengetahui
wilayah yang memiliki daya dukung lahan yang besar sehingga dapat
dioptimalkan untuk produksi perikanan. Selanjutnya akan dihasilkan ide
pengembangan kawasan minapolitan dan upaya pengoptimalan produksi ikan
pada wilayah yang berpotensi dan memiliki daya dukung yang besar.

Dalam menentukan neraca sumber daya perikanan kolam dan tambak, dilakukan
dengan teknik analisis spasial dan kuantitatif. Analisis spasial meliputi analisis
kesesuaian lahan, sedangkan analisis kuantitatif mengadopsi perhitungan potensi
produksi dan analisis moneter.

Kesesuaian lahan berarti kecocokan lahan dalam mendukung kegiatan manusia


atau ruang yang berada di atasnya. Analisis kesesuaian lahan ini diperlukan
karena lahan merupakan pokok dari berdirinya kegiatan manusia, sehingga
penetapan guna lahan dan kegiatannya harus disesuaikan berdasarkan kesesuaian
lahan agar tidak merugikan.

Menurut Pramudyanti dan Taofiqurahman (2010), kriteria kesesuaian lahan


budidaya perikanan dapat ditinjau dari jenis kelerengan lahan dan guna lahannya
(mencakup jenis tanah dan curah hujan). Secara spesifik, lahan yang cocok untuk
daerah budidaya tambak dan kolam adalah lahan yang memiliki kelerengan landai
atau sekitar 0-8% dan/atau lahan pertanian basah dan kering meliputi lahan
pertanian, perkebunan dan pekarangan, serta dekat dengan mata air dan daerah
dekat pantai.

Sedangkan analisis daya dukung lahan digunakan untuk menentukan wilayah


yang paling cocok dalam pemanfaatannya untuk sektor perikanan dengan
memanfaatkan data tingkat erosi dan genangan air untuk menentukan kerawanan
wilayah dari bencana. Analisis daya dukung lahan dapat dilakukan dengan
perhitungan berikut :
Keterangan:

DDP : Daya Dukung Perikanan

Lpm : Luas lahan layak untuk perikanan

JP : jumlah penduduk

a : Koefisien kebutuhan ruang/kapita (m2/jiwa) = 26 m2/jiwa

Setelah penentuan kecocokan lahan, langkah selanjutnya yaitu kegiatan


pengembangan jumlah produksi ikan dengan melakukan pembudidayaan bibit
unggulan yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Produksi perikanan kolam
dan tambak yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan diantaranya Ikan Lele,
Nila, Mas, Gurame, Bandeng, dan Udang.

Dalam penentuan produksi unggulan agar dapat bersaing di pasar nasional,


diperlukan analisis Location Quotient (LQ) yang berfungsi untuk menentukan
bibit unggulan yang cocok untuk dikembangkan di wilayah tersebut, berkualitas
tinggi, dan berdaya saing dibanding wilayah lain di tingkat nasional atau lingkup
yang lebih luas. Metode Analisis Location Quotient (LQ), sebagai berikut :

Keterangan :

QDaerah : Produksi suatu komoditas perikanan

QKab. : Produksi suatu komoditas perikanan di tingkat Kabupaten

TQDaerah : Total produksi semua komoditas yang diuji

TQKab. : Total produksi semua komoditas yang diuji di tingkat Kabupaten


Nilai-nilai LQ tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut, Jika:

LQ < 1 : Indikasi komoditas perikanan tersebut lebih kecil dari pengusahaan


rata-rata di tingkat Kab. dan bukan merupakan komoditas unggulan.

LQ = 1 : Indikasi komoditas perikanan tersebut sama dengan pengusahaan rata-


rata di tingkat Kab. dan bukan merupakan komoditas unggulan.

LQ > 1 : Indikasi komoditas perikanan tersebut lebih besar dari pengusahaan


rata-rata di tingkat Kab. dan komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan.

ALASAN MENGAPA MEMILIH BUDIDAYA


IKAN LELE?

Produksi Ikan Lele merupakan bibit unggulan yang sering dibudidayakan di


berbagai daerah karena memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Budidaya Lele kini
semakin diminati oleh masyarakat, karena merupakan bisnis menguntungkan.
Budidaya Ikan Lele memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan ikan air
tawar lainnya, diantaranya :

 Lele lebih cepat besar dibandingkan ikan air tawar lainnya. Hanya dalam
waktu 3 bulan, lele sudah dapat dipasarkan.
 Pasarnya tidak pernah sepi dan harganya pun stabil
 Dapat dikembangbiakkan dengan kepadatan tinggi dalam satu wadah,
sehingga dapat menghemat tempat dengan produksi yang tinggi
 Ikan Lele mampu hidup diberbagai kondisi air tawar dengan sumber
makanan apa saja sehingga mudah dibudidayakan
Dengan bentuk pengolahan dan pembudidayaan yang mudah yang menjadi
pertimbangan bahwa Ikan Lele sudah menjadi primadona bagi masyarakat. Di
Jawa Tengah, sedikitnya 3.300 pembudidaya lele yang bergabung dalam wadah
koperasi kini menjadi penopang tumbuhnya perekonomian masyarakat Jawa
Tengah. Dari budidaya kolam, tahun 2013 lalu provinsi Jawa Tengah
menyumbang produksi ikan air tawar sebanyak 112 ribu ton.

Jawa Tengah memang dikenal sebagai penghasil lele terbesar kedua setelah Jawa
Barat. Adapun sentra budidaya ikan lele di provinsi ini tersebar di beberapa
kabupaten. Sentra budidaya Ikan Lele terdapat di kabupaten Demak, Banyumas,
Purbalingga, Sukoharjo dan Karang Anyar serta Boyolali. Budidaya lele di Jawa
Tengah sebagian besar berasal dari budidaya kolam. (Sumber : Kementerian
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya).

Keunggulan lainnya dari pembudidayaan Ikan Lele adalah pengembangannya


yang dapat dilakukan dimana saja tanpa mempengaruhi jenis dan kondisi tanah
misalnya dengan menggunakan kolam terpal.

KEUNGGULAN MEDIA KOLAM TERPAL


Kolam Terpal merupakan metode pembudidayaan Ikan Lele dengan
memanfaatkan terpal sebagai alas / dasar kolam sehingga tidak langsung
menyentuh tanah. Pembudidayaan menggunakan kolam terpal ini bermanfaat:

 Agar Ikan yang diternakkan tidak berbau lumpur. Sebagian besar ikan
budidaya yang diternakkan seperti budidaya tambak dan minapadi
memanfaatkan bidang tanah berlumpur untuk pengembangbiakan ikan
sehingga saat panen, ikan yang banyak mengonsumsi makanan di lumpur
akan berbau lumpur dan lebih amis. Diperlukan tindakan lebih untuk
pengolahannya. Ikan Lele yang dikembangkan di kolam terpal tidak
menyentuh tanah dan menciptakan cita rasa yang lebih enak dan tidak
berbau. Tentu saja hal ini membuat kualitas dan harga jual Ikan Lele
menjadi lebih tinggi di pasaran.
 Terhindar dari kontaminasi hama dan penyakit yang berasal dari air tanah
 Ikan akan lebih mudah dipindahkan dan bersifat fleksibel. Baik dari proses
perawatan dan penangkapan akan lebih mudah.
 Pengontrolan jumlah air dalam kolam lebih mudah, karena air kolam tidak
perlu sering – sering diganti, cukup sekali hingga masa panen datang.
 Pengembangbiakan Ikan Lele menggunakan kolam terpal tidak
memerlukan spesifik luas lahan tertentu, sehingga dapat dilakukan di
tempat yang kecil seperti pekarangan atau halaman belakang rumah.

Baca Artikel Lainnya : Analisis Biaya dan Keuntungan Ternak Lele di Kolam
Terpal

Ikan Lele memiliki sekitar 50 – 60 jenis spesies yang tersebar di berbagai belahan
dunia. Di Indonesia, Lele Dumbo merupakan jenis Lele yang paling diminati
dengan bentuknya yang besar sesuai dengan namanya, dan perawatannya yang
gampang. Bibitnya sendiri mudah diperoleh dan dipasarkan dengan harga
terjangkau.

PEMBERIAN PAKAN YANG BENAR

Dalam upaya
pemberian pakan, peternak dapat menggunakan pakan yang berbahan dasar
daging (protein hewani). Pola pemberian pakan dapat berubah- ubah dari jenis dan
porsinya sesuai dengan umur ikan. Untuk bibit – bibit ikan, diberikan plankton
atau kotoran sapi hingga tumbuh lebih besar. Saat mencapai umur beberapa
minggu, ikan dapat diberi keong mas, bekicot, atau manggot.

Pakan pelet juga dapat diberikan namun secara selang seling karena pelet
memiliki aroma berprotein yang tinggi dan cukup mahal. Keharusan untuk
memberi pakan yang rutin, mengharuskan peternak untuk selalu menyimpan
asupan makanan yang cukup bagi ikan tiap harinya dan tidak menguras biaya.
Peternak biasanya dapat mengambil alternatif dengan memberikan makanan lain
seperti daging / bangkai ayam seperti jeroan atau organ – organ dalam, atau ampas
tahu/tempe yang biayanya cenderung lebih murah.

KAPANKAH WAKTU PANEN?

Waktu yang diperlukan oleh ikan untuk berkembangbiak hingga musim panen
yaitu sekitar 3-4 bulan. Jadi peternak dapat memperoleh hasil panen dari budidaya
ikan lele melimpah sekitar 3 kali dalam setahun. untuk memperoleh hasil panen
yang maksimal dan berkualitas diperlukan langkah – langkah pembudidayaan
yang tepat dimulai dari perkembangan bibit, persiapan peralatan ternak,
pemberian pakan, hingga panen.

IKUTI LANGKAH BERIKUT, JIKA BERNIAT


UNTUK BUDIDAYA IKAN LELE!

Langkah awal yaitu persiapan kolam


terpal yang akan digunakan untuk mengembangbiakan bibit ikan Lele. Siapkan
terpal dengan ukuran yang sesuai beserta peralatan lainnya seperti papan, kayu,
kerangka besi lainnya dan batu bata. Anda bisa mempersiapkan kawat, kayu, dan
tali untuk menunjang pembuatan kerangka.

Kerangka kolam berbentuk persegi dengan ukuran ditentukan dengan jumlah bibit
yang akan di kembangbiakan misalnya 100 bibit untuk budidaya ikan lele di
kolam berukuran 1m x 1 x 1,5m. Pembersihan terpal diperlukan sebelum bibit
dimasukkan. Diamkan selama 1 minggu untuk menunggu lumut dan plankton
tumbuh sehingga kolam menjadi lebih hijau.

Selanjutnya yaitu pemilihan benih ikan untuk dibudidayakan. Bibit ikan tidak
langsung dimasukkan ke dalam kolam, tetapi direndam di wadah lain dengan diisi
dengan plankton selama 3 hari. Barulah bibit ikan dimasukkan ke dalam kolam.
Setelah berumur 20 hari hingga 1 bulan, ikan dapat dipisahkan sesuai dengan
ukurannya. Pemisahan dilakukan untuk menghindari kekalahan dalam persaingan
mendapatkan makanan. Pemberian pakan kemudian dilakukan sesuai dengan
ukuran dan umur ikan yang dilakukan secara rutin dan berkala. Ikan Lele akan
siap dipanen saat sudah berumur sekitar 3 bulan atau saat berukuran 15-20 cm.

Dalam budidaya ikan lele, air kolam perlu dilakukan penambahan dan
penggantian, namun tidak terlalu sering. Air kolam akan semakin berkurang
seiring waktu karena proses penguapan. Kolam dengan air hijau sangat baik bagi
ikan untuk berkembangbiak. Dapat ditambahkan tumbuh – tumbuhan seperti
kangkung, talas, atau eceng gondok. Adapun pakan diberikan 3 hingga 4 kali
sehari, dengan nutrisi yang cukup namun tidak berlebihan. Perawatan yang mudah
dan dilakukan dengan rutin hingga masa panen saat ikan mencapai usia 3 bulan
untuk siap di panen.

CARA MEMASARKAN HASIL PANEN IKAN

Ikan – ikan yang dipanen dapat dipasarkan di pasar – pasar lokal atau dengan
memanfaatkan sistem klaster industri budidaya perikanan. Klaster merupakan
strategi pengembangan wilayah dengan memanfaatkan potensi ekonomi. Klaster
adalah hubungan antar satu jenis kegiatan ekonomi, mulai dari kegiatan produksi
primer, pengepul, pengolah setengah jadi atau jadi (industri menengah, besar),
pedagang, dan eksportir.

Dengan memanfaatkan klaster, peternak ikan dapat meningkatkan pendapatan


dengan bentuk kerja sama dengan beberapa industri makanan, pusat perdagangan,
dan pusat wisata. Peternak bertindak sebagai pemasok bahan baku ikan Lele yang
dapat berkembang hingga luar daerah.

Pengolahan Produksi hasil budidaya Ikan Lele dalam Agroindustri merupakan


salah satu bentuk pengembangan pengolahan ikan Lele. Dengan jumlah produksi
panen ikan yang melimpah bukan tidak mungkin ada komoditas yang tidak laku
dipasaran dan lama – lama membusuk.

Untuk mengantisipasi hasl tersebut, peternak Ikan Lele dapat mengirimkan hasil
produksi budidaya ikan lele kepada berbagai agroindustri dengan output produksi
makanan jadi berupa makanan utama (lauk), ikan kaleng, ataupun makanan ringan
(snack).

Bukan hanya untuk skala IRT, skala menengah, hingga besar akan menghasilkan
keuntungan dan output lebih banyak dan pendistribusi lebih luas. Masyarakat juga
dapat membuat usaha tersendiri seperti UMKM desa untuk membuat produk khas
daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Banyaknya hasil industri pengolahan ikan ini, membuktikan produksi ikan dapat
lebih dioptimalkan untuk peningkatan pendapatan. Pengolahan ikan Lele di
bidang industri seperti produksi Abon Lele, bakso, ikan asap, dll.

Selain pengolahan yang mudah, bahan baku dan biaya yang murah, dan
keuntungan yang cukup tinggi, pengolahan ikan dalam bidang agroindustri dapat
menyerap dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Peningkatan volume
penjualan akan didukung dengan strategi pemasaran, seperti produksi, harga,
distribusi, dan promosi.

Untuk upaya pengembangan pemasaran ini, para anggota klaster ekonomi


perikanan dapat meningkatkan keuntungan produksi dengan sistem promosi, yaitu
strategi pengenalan produk olahan ikan dengan memanfaatkan fasilitas serta
teknologi seperti media massa, internet, sosialisasi ke UKM, kantor – kantor, dan
di lokasi – lokasi wisata yang memiliki banyak pengunjung tiap harinya didukung
dengan sarana hotel, restaurant, atau warung makan.

Berbagai lokasi wisata dapat menjadi lokasi strategis untuk memasarkan produk
olahan ikan dan menjadi jalan tercepat untuk menarik minat pengunjung dari luar
wilayah.

SUNGGUH BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN DAN SEDERHANA!

Mulai dari pembudidayaan bibit ikan yang mudah dan tidak memakan biaya
banyak, harga pasaran yang relatif stabil dan cukup tinggi, membuat bisnis
budidaya ikan semakin mudah untuk dimulai dan dikembangkan.

Dari segi pemasarannya juga dilihat sangat-sangat lebar untuk dimasuki,


sepertihalnya pengolahannya dalam bidang industri makanan, warung-warung
atau rumah makan, konsumsi rumah tangga, hingga permintaan untuk ekspor ikan
dari Indonesia ke luar negeri.

Jika dimuali dengan baik dan benar, maka tidak salah jika komoditi perikanan
(budidaya ikan lele) ini akan bisa menjadi penopang kehidupan ekonomi kita
semua.
Pendahuluan

Ikan Lele (nama ilmiah Clarias


sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di kalangan
masyarakat Indonesia, selain memiliki rasa yang gurih dan lezat apalagi setelah
diolah menjadi ‘pecel lele’, jenis ikan ini pun memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi.

Di Indonesia, ikan lele memiliki beberapa nama daerah, antara lain : ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling
(Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Di negara lain
dikenal nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura
magura (Srilanka), dalam bahasa Inggris disebut catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish

Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, ikan lele telah lama dibudidayakan
oleh para petani Indonesia. Budidaya ikan lele ini banyak dipilih pula karena
keuntungan dan kemudahan budidaya dibandingkan misalnya dengan ternak
kelinci. Pada awalnya, jenis ikan lele yang dibudidayakan adalah jenis ikan lele
lokal, namun pada tahun 1985 mulai diperkenalkan jenis ikan lele dumbo yang
diintroduksi atau didatangkan dari Taiwan.

Dalam waktu yang relatif cepat, lele dumbo banyak diminati untuk
dibudidayakan, hal ini karena pada saat itu jenis lele dumbo memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki jenis ikan lele lokal :

1. Lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dengan luas yang terbatas ;
2. Lele dumbo memiliki kemampuan hidup dan berkembang dengan baik
meskipun dipelihara dengan kepadatan tinggi ;
3. Jenis lele ini tidak mengalami kesulitan jika budidaya dilakukan dengan
sumber air yang minim karena tidak membutuhkan pergantian air secara
rutin ;
4. Teknologi budidaya mudah dipelajari dan diaplikasikan, meskipun oleh
orang awam sekalipun ;
5. Modal usaha relatif rendah karena dapat memanfaatkan sumber daya yang
tersedia ;
6. Pemasaran benih maupun ikan lele untuk ukuran konsumsi relatif mudah.

Budidaya lele dumbo semenjak saat itu menjadi primadona, namun memasuki era
tahun 2000-an terjadi penurunan kualitas. Penurunan ini akibat kurangnya
pengawasan dari sisi biologi. Pengawasan terhadap konsistensi dalam
mempertahankan kualitas induk dan benih secara genetik tidak dilakukan secara
ketat, salah satunya adalah seringnya dilakukan inbreeding atau perkawinan
sekerabat antar induk lele yang masih dalam satu keturunan.

Penurunan kualitas dapat diamati dari karakter pertama ikan lele


tersebut. beberapa indikator menunjukkan rendahnya laju pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup benih yang pada akhirnya produksi lele dumbo
menjadi tidak optimal.

Berangkat dari kondisi tersebut, maka Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Sukabumi, yang sekarang menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Tawar (BBPBAT), melakukan usaha perbaikan mutu genetik. Prinsip yang
dilakukan adalah melakukan silang balik terhadap induk lele dumbo yang ada di
Indonesia. Jenis baru ini pada tahun 2004 diperkenalkan dengan nama “Lele
Sangkuriang”.

Berikut tabel perbandingan Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo :

Semenjak
diluncurkan tahun 2004 hingga sekarang, budidaya lele Sangkuriang ini pun telah
menyebar luas ke seluruh Indonesia. Bila anda saat ini sedang menikmati pecel
lele, mungkin jenis lele yang sedang anda konsumsi sudah dari jenis lele
sangkuriang…

Budidaya yang banyak dilakukan di Indonesia pada umumnya adalah


Pembenihan, Pendederan dan Pembesaran atau gabungan ketiga-nya. Pada
tulisan kali ini, kita akan membahas garis besar teknik budidaya Pembesaran
ikan lele, tentunya ya dengan aplikasi pola HCS.
Tahap Pembesaran ini rata-rata dimulai sejak umur lele di Pendederan 14 – 21
hari, kurang lebih berukuran panjang antara 5 – 12 cm.

Syarat Tumbuh dan Pemilihan Lokasi


Ikan lele termasuk jenis ikan yang tidak ribet dalam pilih-pilih lokasi dan
kondisi. Budidaya dapat dilakukan hampir di tiap tempat dengan kondisi dan
lokasi yang beragam.

Budidaya ikan lele bisa dilakukan pada ketinggian mulai 1 – 800 meter dpl (di
atas permukaan laut) dan tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah
maupun air yang spesifik.

Persiapan Kolam Pembesaran

Kegiatan budidaya lele, baik


pembenihan, pendederan maupun pembesaran dapat dilakukan pada kolam tanah,
bak tembok, kolam terpal atau bak plastik. Lahan yang dibutuhkan relatif tidak
perlu luas seperti halnya budidaya jenis ikan lain. Apabila menggunakan bak
plastik atau kolam terpal, budidaya malah dapat dilakukan di halaman atau
pekarangan rumah.

Berapa luas yang dibutuhkan untuk budidaya lele ini ? Tidak ada bentuk atau
ukuran luas yang pasti, tergantung dari umur lele dan kedalaman kolam. Namun
tentu secara prinsip, makin besar ukuran lele yang akan dipelihara semakin luas
kolam yang dibutuhkan, dan semakin dalam kolam yang disiapkan, tentunya
semakin banyak jumlah lele yang bisa dipelihara.

Jadi patokan luasnya kumaha atuh ? Sekedar gambaran, apabila disiapkan kolam
dengan kedalaman 75 cm, padat tebar benih dengan ukuran 5 – 8 cm adalah 50 –
100 ekor/meter persegi, dan benih dengan ukuran 8 – 12 cm adalah 30 – 50
ekor/meter persegi.
Ada beberapa persiapan kolam yang perlu dilakukan sebelum mulai pembesaran
lele. Untuk kolam tanah, sebaiknya 2-3 hari sebelum digunakan dikeringkan dan
dijemur di bawah terik matahari. Tujuannya untuk membunuh hama dan penyakit,
bila perlu taburkan pula kapur pertanian (kapur dolomit) dengan tujuan
menaikkan pH dan membunuh penyakit, dosis kapur 25 – 50 gr/meter persegi.

Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton di kolam tanah, pupuk


bokashi dapat sekaligus ditaburkan dengan dosis 400-500 gr/m2. Atau memakai
SOC HCS dengan dosis 1 tutup botol untuk tiap 2 meter persegi kolam, atau dapat
pula memanfaatkan pakan/pelet hasil fermentasi yang dimasukkan ke dalam
karung dan digantung terendam air di setiap sudut kolam.

Biarkan kolam terendam air setinggi 70 – 100 cm selama 3-4 hari, tujuannya
untuk pengkondisian pH dan tumbuhnya plankton sebagai pakan alami lele.

Kondisi Air

Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau
sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah terlebih dahulu dikondisikan. Air
hujan perlu dikondisikan, terutama pH-nya, air hujan rata-rata memiliki pH asam
sehingga perlu dikondisikan dulu agar pH tidak terlalu asam.

Penebaran Benih
Proses ini dilakukan 4-5 hari (beberapa peternak sampai 10-12 hari) setelah
pemupukan.

1. Kondisi benih yang akan ditaburkan harus dalam kondisi sehat, tidak
cacat, dan berukuran relatif sama besar atau panjang (ukurannya seragam)
2. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah, yaitu pada
pagi atau sore hari menjelang malam
3. Bila benih berasal dari tempat yang jauh dari kolam pemeliharaan, lakukan
penyesuaian atau aklimatisasi agar ikan lele tidak stress dengan cara,
kantong plastik atau wadah tempat benih atau bibit dibiarkan terapung
dulu di permukaan kolam selama 10-15 menit
4. Selanjutnya kantong plastik dibuka, dan ditambah air kolam sedikit demi
sedikit sampai diperkirakan kondisi air sama dengan air kolam.
Selanjutnya biarkan bibit atau benih keluar dengan sendirinya dan masuk
ke dalam kolam

Pemeliharaan
1. Pemberian makanan tambahan dilakukan 3 hari setelah penebaran
2. Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan yang diberikan berupa pakan
buatan, yaitu pelet. Pelet ini dapat dibeli atau membuat sendiri dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda dapat menekan biaya
operasional. Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS dibahas di
bagian selanjutnya dari tulisan ini
3. Pakan diberikan 3 kali per hari, pagi, sore, dan malam hari. Bahkan
menurut para ahli, pemberian pakan dapat dilakukan secara ad
libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi sampai lele yang dipelihara
kenyang
4. Pada minggu berikutnya dapat pula ditambahkan pakan alternatif,
misalnya berupa daging bekicot, keong mas atau limbah dari pemotongan
hewan

Pembuatan Pakan Pelet Apung untuk Lele dengan


Pola HCS
Prinsip pembuatan pelet apung berikut adalah proses fermentasi menggunakan
SOC HCS, seperti halnya pada pembuatan pakan fermentasi untuk kambing.

Bahan utama adalah


kotoran ternak yang berasal dari kambing, ayam maupun sapi. Kotoran ternak
yang paling bagus adalah kotoran ternak yang sebelumnya pakan ternaknya sudah
mengandung SOC.

Bahan-bahan untuk membuat pakan pelet lele:

1. Kotoran ternak yang sudah pakai SOC : 30%


2. Ampas tahu/bungkil kedelai : 15%
3. Tepung ikan (bisa pakai kepala udang) : 10%
4. Katul/dedak halus : 25%
5. Terasi (direbus hingga mendidih) : 10%
6. Tepung daun (bisa pakai sisa sayuran pasar) : 5%
7. Bulu ayam (haluskan) : 5%
8. SOC HCS
9. Gula pasir

Cara Pembuatan :

1. Setelah didapat ukuran bahan baku yang pas tersebut di atas, campur
semua bahan baku sampai tercampur benar.
2. Larutkan SOC 1 tutup (untuk 10 kg bahan) ke dalam air secukupnya dan
tambahkan gula pasir sebanyak 2 sendok makan, lalu diamkan selama 15
menit
3. Lalu campurkan ke semua bahan sampai rata (gunakan semprotan/sprayer
agar lebih merata)
4. Campur bahan sampai benar-benar merata dan dalam keadaan mamel ,
kemudian diteruskan proses fermentasi selama 24 jam.
5. Pakan siap diberikan pada lele.
6. Agar lebih awet cetak pelet dengan menggunakan gilingan daging dan
dijemur sampai kering pada hari itu juga.

Semua bahan dalam bentuk tepung dan kering kecuali ampas tahu/bungkil kedelai
harus dalam kondisi basah yang berguna sebagai perekat. Ampas tahu dan tepung
bulu ayam ini juga berguna agar pelet bisa mengapung. Tambahkanlah tepung
kepala udang untuk membuat ikan lele menyukai pelet tersebut, karena aroma
tepung kepala udang sangat disukai oleh ikan lele. Jika akan menggunakan tepung
ikan, jangan memakai ikan asin tapi pakailah ikan biasa yang dikeringkan untuk
kemudian dibuat tepung

Oke cukup sekian dulu tulisan kali ini. Analisa usaha dan jenis serta
penanggulangan penyakit pada ternak ikan lele mudah-mudahan bisa kita bahas
pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka :

– Pelet Apung Pola HCS — anonim

– Lele Sangkuriang, Khairuman & Khairul Amri, Gramedia 2008

– Pertenakanikan blogspot com


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ikan lele merupakan usaha yang mudah dijalankan, dalam
merencanakan bisnis budidaya ikan lele, kami berencana ingin membudidayakan
ikan lele di sekitar rumah saya (hadi) yang berada di jalan perjuangan 3, karena
mempunyai halaman yang cukup luas untuk membuat kolam, serta agar dapat
mengawasi perkembangan ikan dengan baik. Jenis ikan lele yang kami budidaya
adalah jenis ikan lele sangkuriang. Jenis Lele sangkuriang adalah ikan budidaya
air tawar yang sangat populer. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak,
sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak
memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat.
Peluang usaha budidaya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang
cukup diperhitungkan saat ini. Apabila perhatikan banyak terdapat penjual pecel
lele yang memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yang membuat
permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka
potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan lele relatif lebih
mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau
mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. dalam
usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut
terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan
semakin banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha
budidaya ikan lele yang semakin menjanjikan karena pasarnya yang luas dan
permintaan akan ikan lele yang terus meningkat, bahkan belakangan ini telah
ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil dalam komoditi ekspor,
dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan pasokan
ikan lele. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk membudidayakan ikan lele
tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara melakukan budidaya ikan lele yang baik?


2. Bagaimana cara kita agar mampu bersaing dengan para pembisnis
budidaya ikan lele?
3. Tujuan
4. Untuk mengetahui cara budidaya ikan lele dengan baik
5. Untuk dapat mengetahui cara bersaing dan unggul diantara pebisnis lain

BAB II

TIM MANAJEMEN
2.1 Pengorganisasian

Dalam perencanaan bisnis budidaya ikan lele ini, kami tidak melakukan
perekrutan tenaga kerja, kami dapat bekerja sama dengan kelompok untuk
menjalankan bisnis budidaya ikan lele tersebut. Baik dari pemeliharaan ikan lele,
perawatan kolam dan bagian pemasaran. Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan
lele, kami akan menerapkan sistem Analisis SWOT. Sebelum kita memulai
sesuatu usaha kita harus mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi usaha
kita. Dengan harapan supaya usaha kita dapat lancar dan sukses, yaitu dengan
melakukan analisis sebagai berikut:

1. Straight

a. Dengan budi baya ikan lele ini tidak terlalu memerlukan tenaga besar.

b. Penjualan ikan lele tidak terlalu sulit, tidak seperti ikan yang lainya.

2. Weaknes

a. Bagi anda yang tak memiliki lahan yang cukup anda bisa membudidayakan
ikan

lele dengan menggunakan kolam dari terpal

3. Opportunities

a. Peluang usaha yang tidak pernah mati adalah usaha perikanan. Sebab setiap
hari masyarakat membutuhkan ikan untuk dikonsumsi semakin meningkat.

b. Umur pembudidayaan ikan lele yang relative singkat yang hanya kurang
lebih 3 bulan membuat banyak yang memilih ikan lele untuk di budidayakan.

4. Threat

a. Dalam usaha ikan lele ini harus teliti karena ikan tidak tahan dengan cuaca
yang tidak setabil.

b. Selalu mengecek kedalaman air. Kedalaman air jangan sampai kurang dari
70cm karena itu akan menghambat pertumbuhan ikan.
2.2 Gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele

1. Sistem Budidaya

Kami menggunakan 2 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :

1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina


dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan
secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan,
sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina


pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan
pasangan yang cocok antara kedua induk.

2. Tahap Proses Budidaya

A. Pembuatan Kolam

Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan
tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara
teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :

a. Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air.


Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton.
Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.

b. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa


pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat
pematangan sel telur dan sel sperma.
c. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam
ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain
sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.

d. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah


menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut
karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan
cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk

Induk jantan mempunyai tanda :

1. Tulang kepala berbentuk pipih

2. Warna lebih gelap

3. Gerakannya lebih lincah

4. Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung

5. Alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :

1. Tulang kepala berbentuk cembung

2. Warna badan lebih cerah

3. Gerakan lamban

4. Perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk


bulat.
C. Persiapan Lahan

A. Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :

1. Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit


penyakit.

2. Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2


untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak
mati oleh pengeringan.

3. Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai


racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya
sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2.
Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan
lahan.

4. Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan


dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.

B. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah
:

1. Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.

2. Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat
langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan

Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan
sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin
berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum
matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan
dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan

Cara pemindahan :

1. Mengurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.

2. Menyiapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi


dengan air di sarang.

3. Menyamakan suhu pada kedua kolam

4. Memindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau


piring.

5. Memindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-


hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 –


12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung
berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu
air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak
anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

a. Manajemen Pakan

Pakan anakan lele berupa :

1. Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling
baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.

2. Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
terutama kadar proteinnya.

3. Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur


dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya),
untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung
berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

b. Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

1. Air harus bersih

2. Berwarna hijau cerah

3. Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

1. Bebas senyawa beracun seperti amoniak

2. Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian
pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral
penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan
menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan,
menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.
Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di
siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau
sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25
g/100m2.

c. Manajemen Kesehatan

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan
oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong
tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan
lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting
dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam
kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila
anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan
yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan
jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau
garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang
digunakan juga harus sesuai.
BAB III

RENCANA KEUANGAN

3.1 Penghitungan Biaya

 BIAYA TETAP

Rincian biaya tetap adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan 3 kolam ukuran 5×4 m = Rp 7.000.000

2. Disel + selang = Rp 2.000.000

3. Sumur bor = Rp 500.000

4. Jaring = Rp 50.000

Jumlah = Rp9.550.000

 BIAYA VARIABEL

Rincian biaya variabel dalah sebagai berikut:

1. Bibit ikan lele Rp120@2000 ekor = Rp 240.000

2. Bibi indukan dan pejantan 7000@20 ekor = Rp 140.000

3. Haraga TON Rp32.000@5botol = Rp 160.000

4. Harga POC NASA Rp23.000@5botol = Rp 115.000

5. Pelet ikan Rp200.000@15 karung = Rp3.000.000

Jumlah = Rp3.655.000

Jadi modal yang akan kami keluarkan untuk memulai budidaya ikan lele tersebut
berkisar Rp15.000.000 – ( biaya tetap + biaya variabel ) atau Rp15.000.000 –
Rp13.205.000= Rp1.795.000, hasil dari pengurangan modal dengan biaya tetap
dan biaya variabel, merupakan biaya untuk tak terduga.
3.2 ANALISIS PENDAPATAN

Di perkirakan jika hasil 1 kali panen/3 bulan sebanyak 1500 ekor, Harga per/kg
ikan lele Rp9.000 ( Rp9.000@1500= Rp13.500.000 )

Pendapatan dalam 1 tahun Rp13.500.000 x 4 = Rp54.000.000

Laba bersih yang didapat selama 1 tahun adalah

pendapatan panen/th – (( biaya variabel x 4) + biaya tetap ) =

Rp54.000.000 – (( Rp9.550.000×4) + Rp3.655.000 )=

Rp54.000.000 – ( Rp38.200.000 + Rp3.655.000 )=

Rp54.000.000 – Rp41.855.000 = Rp12.145.000

Jadi pendapatan setelah modal kembali adalah Rp12.145.000

3.3 PENGHITUNGAN BEP ( Break Even Point )

Dik : FC = Rp9.550.000 P = Rp9.000

VC = Rp3.655.000
hasilnya adalah: 2,6

Dibulatkan menjadi 3 unit.

Artinya kami perlu menjual 3 unit ikan lele agar terjadi BEP ( break even point ).

Artinya uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP ( break even point )
adalah Rp23.580
BAB IV

RENCANA PEMASARAN

Dalam satu usaha, pemasaran merupakan hal yang sangat penting, demikian juga
halnya dalam pemasaran lele, namun sangat disayangkan jika kegagalan
pemasaran produksi lele terjadi karena faktor usaha pemasaran yang kurang atau
memang belum menjalankan strategi pemasaran lele secara maksimal, Peluang
pemasaran lele sangat besar, ini bukan sekedar slogan atau propaganda, telah
banyak survey dan riset-riset pemasaran dilakukan oleh orang-orang yang
memang ahli dibidangnya, kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi memang
semakin meningkat, Sebelum membahas tata cara pemasaran lele, yang pertama
kita lakukan adalah mengetahui sasaran atau target pasar ikan lele konsumsi,
mungkin telah banyak diinformasikan bahwa terdapat beberapa target pasar untuk
ikan lele konsumsi, diantaranya adalah ; warung pecel lele, warteg, rumah-rumah
makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai menawarkan menu
special ikan lele, ditambah lagi belakangan ini semakin banyak berkembang
tempat-tempat usaha yang mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal
dengan istilah lele olahan, mulai dari baso lele sampai dengan lele presto, ini baru
target pemasaran lele secara umum, namun untuk orang-orang yang ingin
melakukan pemasaran lele hal ini jangan dianggap remeh, dari tempat-tempat
inilah sebetulnya daya serap kebutuhan lele sangat tinggi.

Sebagai contoh yang mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele
yang kian menjamur dimana-mana. Analogikan saja jika di sekitar kita ada sekitar
50 warung pecel lele, ini adalah perumpamaan standart dan mungkin dalam
wilayah yang radiusnya tidak terlalu luas, berdasarkan survey dilapangan,
kebutuhan ikan lele konsumsi perwarung pecel lele adalah 2 s/d 3 kg/hari pada
hari biasa, bahkan pada hari-hari libur bisa meningkat hingga 5 kg atau lebih
perharinya, jika dikalikan saja dengan angka yang terendah yaitu 2 kg/hari x 50
warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di daerah kita adalah 100
kg/hari atau 3 ton/bulan. Dari analogi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di
daerah sekitar kita saja sudah merupakan peluang yang sangat besar, itu baru dari
warung pecel lele saja, bagaimana dengan peluang pemasaran lele pada usaha
pengelolaan daging lele yang lainnya, pastinya akan lebih banyak lagi peluang
pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan ada beberapa pengalaman dari para
peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya memiliki kolam di halaman
rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan rumah, alhasil seluruh
produksi lelenya laris terjual.

Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para
pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya
para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang
mereka akan memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang
mereka tawarkan pastinya lebih murah dibanding kita harus menjualnya sendiri.
Jika kita sudah bisa menguasai pasar lele di daerah sendiri, biasanya dengan
sendirinya usaha ternak lele akan berkembang seiring dengan semakin banyaknya
permintaan dan relasi yang terus bertambah.

BAB V

ANALISIS LOKASI

Dalam merencanakan bisnis budidaya ikan lele, kami berencana ingin


membudidayakan ikan lele di sekitar rumah karena mempunyai halaman yang
cukup luas untuk membuat kolam, karena lokasi untuk kolam harus berhubungan
langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya. Dan
juga lokasi kolam berada di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah
pohon yang daunnya mudah rontok. kami mendirikan di sekitar rumah karena
agar dapat mengawasi perkembangan ikan dengan baik.
Selain itu kami mendirikan budidaya ikan lele di rumah karena lokasainya
sanggat strategis. Karena di sepanjang jalan perjuanagn banyak sekali warung –
warung pecel, warteg dan rumah makan lainy, sehingga memudahkan kami untuk
mendistribusikannya.

BAB VI

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Budi daya ikan lele adalah salah satu usaha yang menggiurkan, jika sudah berjalan
dengan baik usaha ini bisa menghasilkan omset yang besar. Perawatan ikan lele
ini pun juga tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya,
Dari perkiraan yang saya lakukan pada sub bab perencanaan keuangan di bab
sebelumnya menunjukkan Pendapatkan laba Rp12.145.000 bagaimana bila usaha
ikan lele ini sudah dijalankan dalam jumlah yang lebih besar, tentu keuntungan
yang didapat juga akan jauh lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai