Budidaya Ikan Lele – Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang
berperan besar dalam peningkatan perekonomian suatu daerah. Secara geografis,
Indonesia terdiri dari pulau – pulau yang dikelilingi oleh laut, sehingga sektor
perikanan menjadi suatu potensi besar bagi masyarakat. Selain itu, kondisi lahan
yang tepat untuk lahan pertanian, memungkinkan terbentuknya perikanan
minapadi (kolam) dan tambak.
Dalam menentukan neraca sumber daya perikanan kolam dan tambak, dilakukan
dengan teknik analisis spasial dan kuantitatif. Analisis spasial meliputi analisis
kesesuaian lahan, sedangkan analisis kuantitatif mengadopsi perhitungan potensi
produksi dan analisis moneter.
JP : jumlah penduduk
Keterangan :
Lele lebih cepat besar dibandingkan ikan air tawar lainnya. Hanya dalam
waktu 3 bulan, lele sudah dapat dipasarkan.
Pasarnya tidak pernah sepi dan harganya pun stabil
Dapat dikembangbiakkan dengan kepadatan tinggi dalam satu wadah,
sehingga dapat menghemat tempat dengan produksi yang tinggi
Ikan Lele mampu hidup diberbagai kondisi air tawar dengan sumber
makanan apa saja sehingga mudah dibudidayakan
Dengan bentuk pengolahan dan pembudidayaan yang mudah yang menjadi
pertimbangan bahwa Ikan Lele sudah menjadi primadona bagi masyarakat. Di
Jawa Tengah, sedikitnya 3.300 pembudidaya lele yang bergabung dalam wadah
koperasi kini menjadi penopang tumbuhnya perekonomian masyarakat Jawa
Tengah. Dari budidaya kolam, tahun 2013 lalu provinsi Jawa Tengah
menyumbang produksi ikan air tawar sebanyak 112 ribu ton.
Jawa Tengah memang dikenal sebagai penghasil lele terbesar kedua setelah Jawa
Barat. Adapun sentra budidaya ikan lele di provinsi ini tersebar di beberapa
kabupaten. Sentra budidaya Ikan Lele terdapat di kabupaten Demak, Banyumas,
Purbalingga, Sukoharjo dan Karang Anyar serta Boyolali. Budidaya lele di Jawa
Tengah sebagian besar berasal dari budidaya kolam. (Sumber : Kementerian
Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya).
Agar Ikan yang diternakkan tidak berbau lumpur. Sebagian besar ikan
budidaya yang diternakkan seperti budidaya tambak dan minapadi
memanfaatkan bidang tanah berlumpur untuk pengembangbiakan ikan
sehingga saat panen, ikan yang banyak mengonsumsi makanan di lumpur
akan berbau lumpur dan lebih amis. Diperlukan tindakan lebih untuk
pengolahannya. Ikan Lele yang dikembangkan di kolam terpal tidak
menyentuh tanah dan menciptakan cita rasa yang lebih enak dan tidak
berbau. Tentu saja hal ini membuat kualitas dan harga jual Ikan Lele
menjadi lebih tinggi di pasaran.
Terhindar dari kontaminasi hama dan penyakit yang berasal dari air tanah
Ikan akan lebih mudah dipindahkan dan bersifat fleksibel. Baik dari proses
perawatan dan penangkapan akan lebih mudah.
Pengontrolan jumlah air dalam kolam lebih mudah, karena air kolam tidak
perlu sering – sering diganti, cukup sekali hingga masa panen datang.
Pengembangbiakan Ikan Lele menggunakan kolam terpal tidak
memerlukan spesifik luas lahan tertentu, sehingga dapat dilakukan di
tempat yang kecil seperti pekarangan atau halaman belakang rumah.
Baca Artikel Lainnya : Analisis Biaya dan Keuntungan Ternak Lele di Kolam
Terpal
Ikan Lele memiliki sekitar 50 – 60 jenis spesies yang tersebar di berbagai belahan
dunia. Di Indonesia, Lele Dumbo merupakan jenis Lele yang paling diminati
dengan bentuknya yang besar sesuai dengan namanya, dan perawatannya yang
gampang. Bibitnya sendiri mudah diperoleh dan dipasarkan dengan harga
terjangkau.
Dalam upaya
pemberian pakan, peternak dapat menggunakan pakan yang berbahan dasar
daging (protein hewani). Pola pemberian pakan dapat berubah- ubah dari jenis dan
porsinya sesuai dengan umur ikan. Untuk bibit – bibit ikan, diberikan plankton
atau kotoran sapi hingga tumbuh lebih besar. Saat mencapai umur beberapa
minggu, ikan dapat diberi keong mas, bekicot, atau manggot.
Pakan pelet juga dapat diberikan namun secara selang seling karena pelet
memiliki aroma berprotein yang tinggi dan cukup mahal. Keharusan untuk
memberi pakan yang rutin, mengharuskan peternak untuk selalu menyimpan
asupan makanan yang cukup bagi ikan tiap harinya dan tidak menguras biaya.
Peternak biasanya dapat mengambil alternatif dengan memberikan makanan lain
seperti daging / bangkai ayam seperti jeroan atau organ – organ dalam, atau ampas
tahu/tempe yang biayanya cenderung lebih murah.
Waktu yang diperlukan oleh ikan untuk berkembangbiak hingga musim panen
yaitu sekitar 3-4 bulan. Jadi peternak dapat memperoleh hasil panen dari budidaya
ikan lele melimpah sekitar 3 kali dalam setahun. untuk memperoleh hasil panen
yang maksimal dan berkualitas diperlukan langkah – langkah pembudidayaan
yang tepat dimulai dari perkembangan bibit, persiapan peralatan ternak,
pemberian pakan, hingga panen.
Kerangka kolam berbentuk persegi dengan ukuran ditentukan dengan jumlah bibit
yang akan di kembangbiakan misalnya 100 bibit untuk budidaya ikan lele di
kolam berukuran 1m x 1 x 1,5m. Pembersihan terpal diperlukan sebelum bibit
dimasukkan. Diamkan selama 1 minggu untuk menunggu lumut dan plankton
tumbuh sehingga kolam menjadi lebih hijau.
Selanjutnya yaitu pemilihan benih ikan untuk dibudidayakan. Bibit ikan tidak
langsung dimasukkan ke dalam kolam, tetapi direndam di wadah lain dengan diisi
dengan plankton selama 3 hari. Barulah bibit ikan dimasukkan ke dalam kolam.
Setelah berumur 20 hari hingga 1 bulan, ikan dapat dipisahkan sesuai dengan
ukurannya. Pemisahan dilakukan untuk menghindari kekalahan dalam persaingan
mendapatkan makanan. Pemberian pakan kemudian dilakukan sesuai dengan
ukuran dan umur ikan yang dilakukan secara rutin dan berkala. Ikan Lele akan
siap dipanen saat sudah berumur sekitar 3 bulan atau saat berukuran 15-20 cm.
Dalam budidaya ikan lele, air kolam perlu dilakukan penambahan dan
penggantian, namun tidak terlalu sering. Air kolam akan semakin berkurang
seiring waktu karena proses penguapan. Kolam dengan air hijau sangat baik bagi
ikan untuk berkembangbiak. Dapat ditambahkan tumbuh – tumbuhan seperti
kangkung, talas, atau eceng gondok. Adapun pakan diberikan 3 hingga 4 kali
sehari, dengan nutrisi yang cukup namun tidak berlebihan. Perawatan yang mudah
dan dilakukan dengan rutin hingga masa panen saat ikan mencapai usia 3 bulan
untuk siap di panen.
Ikan – ikan yang dipanen dapat dipasarkan di pasar – pasar lokal atau dengan
memanfaatkan sistem klaster industri budidaya perikanan. Klaster merupakan
strategi pengembangan wilayah dengan memanfaatkan potensi ekonomi. Klaster
adalah hubungan antar satu jenis kegiatan ekonomi, mulai dari kegiatan produksi
primer, pengepul, pengolah setengah jadi atau jadi (industri menengah, besar),
pedagang, dan eksportir.
Untuk mengantisipasi hasl tersebut, peternak Ikan Lele dapat mengirimkan hasil
produksi budidaya ikan lele kepada berbagai agroindustri dengan output produksi
makanan jadi berupa makanan utama (lauk), ikan kaleng, ataupun makanan ringan
(snack).
Bukan hanya untuk skala IRT, skala menengah, hingga besar akan menghasilkan
keuntungan dan output lebih banyak dan pendistribusi lebih luas. Masyarakat juga
dapat membuat usaha tersendiri seperti UMKM desa untuk membuat produk khas
daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Banyaknya hasil industri pengolahan ikan ini, membuktikan produksi ikan dapat
lebih dioptimalkan untuk peningkatan pendapatan. Pengolahan ikan Lele di
bidang industri seperti produksi Abon Lele, bakso, ikan asap, dll.
Selain pengolahan yang mudah, bahan baku dan biaya yang murah, dan
keuntungan yang cukup tinggi, pengolahan ikan dalam bidang agroindustri dapat
menyerap dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Peningkatan volume
penjualan akan didukung dengan strategi pemasaran, seperti produksi, harga,
distribusi, dan promosi.
Berbagai lokasi wisata dapat menjadi lokasi strategis untuk memasarkan produk
olahan ikan dan menjadi jalan tercepat untuk menarik minat pengunjung dari luar
wilayah.
Mulai dari pembudidayaan bibit ikan yang mudah dan tidak memakan biaya
banyak, harga pasaran yang relatif stabil dan cukup tinggi, membuat bisnis
budidaya ikan semakin mudah untuk dimulai dan dikembangkan.
Jika dimuali dengan baik dan benar, maka tidak salah jika komoditi perikanan
(budidaya ikan lele) ini akan bisa menjadi penopang kehidupan ekonomi kita
semua.
Pendahuluan
Di Indonesia, ikan lele memiliki beberapa nama daerah, antara lain : ikan kalang
(Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling
(Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Di negara lain
dikenal nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura
magura (Srilanka), dalam bahasa Inggris disebut catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish
Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, ikan lele telah lama dibudidayakan
oleh para petani Indonesia. Budidaya ikan lele ini banyak dipilih pula karena
keuntungan dan kemudahan budidaya dibandingkan misalnya dengan ternak
kelinci. Pada awalnya, jenis ikan lele yang dibudidayakan adalah jenis ikan lele
lokal, namun pada tahun 1985 mulai diperkenalkan jenis ikan lele dumbo yang
diintroduksi atau didatangkan dari Taiwan.
Dalam waktu yang relatif cepat, lele dumbo banyak diminati untuk
dibudidayakan, hal ini karena pada saat itu jenis lele dumbo memiliki
keunggulan yang tidak dimiliki jenis ikan lele lokal :
1. Lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dengan luas yang terbatas ;
2. Lele dumbo memiliki kemampuan hidup dan berkembang dengan baik
meskipun dipelihara dengan kepadatan tinggi ;
3. Jenis lele ini tidak mengalami kesulitan jika budidaya dilakukan dengan
sumber air yang minim karena tidak membutuhkan pergantian air secara
rutin ;
4. Teknologi budidaya mudah dipelajari dan diaplikasikan, meskipun oleh
orang awam sekalipun ;
5. Modal usaha relatif rendah karena dapat memanfaatkan sumber daya yang
tersedia ;
6. Pemasaran benih maupun ikan lele untuk ukuran konsumsi relatif mudah.
Budidaya lele dumbo semenjak saat itu menjadi primadona, namun memasuki era
tahun 2000-an terjadi penurunan kualitas. Penurunan ini akibat kurangnya
pengawasan dari sisi biologi. Pengawasan terhadap konsistensi dalam
mempertahankan kualitas induk dan benih secara genetik tidak dilakukan secara
ketat, salah satunya adalah seringnya dilakukan inbreeding atau perkawinan
sekerabat antar induk lele yang masih dalam satu keturunan.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Sukabumi, yang sekarang menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Tawar (BBPBAT), melakukan usaha perbaikan mutu genetik. Prinsip yang
dilakukan adalah melakukan silang balik terhadap induk lele dumbo yang ada di
Indonesia. Jenis baru ini pada tahun 2004 diperkenalkan dengan nama “Lele
Sangkuriang”.
Semenjak
diluncurkan tahun 2004 hingga sekarang, budidaya lele Sangkuriang ini pun telah
menyebar luas ke seluruh Indonesia. Bila anda saat ini sedang menikmati pecel
lele, mungkin jenis lele yang sedang anda konsumsi sudah dari jenis lele
sangkuriang…
Budidaya ikan lele bisa dilakukan pada ketinggian mulai 1 – 800 meter dpl (di
atas permukaan laut) dan tidak memerlukan persyaratan lokasi, baik tanah
maupun air yang spesifik.
Berapa luas yang dibutuhkan untuk budidaya lele ini ? Tidak ada bentuk atau
ukuran luas yang pasti, tergantung dari umur lele dan kedalaman kolam. Namun
tentu secara prinsip, makin besar ukuran lele yang akan dipelihara semakin luas
kolam yang dibutuhkan, dan semakin dalam kolam yang disiapkan, tentunya
semakin banyak jumlah lele yang bisa dipelihara.
Jadi patokan luasnya kumaha atuh ? Sekedar gambaran, apabila disiapkan kolam
dengan kedalaman 75 cm, padat tebar benih dengan ukuran 5 – 8 cm adalah 50 –
100 ekor/meter persegi, dan benih dengan ukuran 8 – 12 cm adalah 30 – 50
ekor/meter persegi.
Ada beberapa persiapan kolam yang perlu dilakukan sebelum mulai pembesaran
lele. Untuk kolam tanah, sebaiknya 2-3 hari sebelum digunakan dikeringkan dan
dijemur di bawah terik matahari. Tujuannya untuk membunuh hama dan penyakit,
bila perlu taburkan pula kapur pertanian (kapur dolomit) dengan tujuan
menaikkan pH dan membunuh penyakit, dosis kapur 25 – 50 gr/meter persegi.
Biarkan kolam terendam air setinggi 70 – 100 cm selama 3-4 hari, tujuannya
untuk pengkondisian pH dan tumbuhnya plankton sebagai pakan alami lele.
Kondisi Air
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau
sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah terlebih dahulu dikondisikan. Air
hujan perlu dikondisikan, terutama pH-nya, air hujan rata-rata memiliki pH asam
sehingga perlu dikondisikan dulu agar pH tidak terlalu asam.
Penebaran Benih
Proses ini dilakukan 4-5 hari (beberapa peternak sampai 10-12 hari) setelah
pemupukan.
1. Kondisi benih yang akan ditaburkan harus dalam kondisi sehat, tidak
cacat, dan berukuran relatif sama besar atau panjang (ukurannya seragam)
2. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah, yaitu pada
pagi atau sore hari menjelang malam
3. Bila benih berasal dari tempat yang jauh dari kolam pemeliharaan, lakukan
penyesuaian atau aklimatisasi agar ikan lele tidak stress dengan cara,
kantong plastik atau wadah tempat benih atau bibit dibiarkan terapung
dulu di permukaan kolam selama 10-15 menit
4. Selanjutnya kantong plastik dibuka, dan ditambah air kolam sedikit demi
sedikit sampai diperkirakan kondisi air sama dengan air kolam.
Selanjutnya biarkan bibit atau benih keluar dengan sendirinya dan masuk
ke dalam kolam
Pemeliharaan
1. Pemberian makanan tambahan dilakukan 3 hari setelah penebaran
2. Untuk minggu ke-1 sampai ke-2, pakan yang diberikan berupa pakan
buatan, yaitu pelet. Pelet ini dapat dibeli atau membuat sendiri dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang ada, sehingga anda dapat menekan biaya
operasional. Mengenai pembuatan pelet lele dengan cara HCS dibahas di
bagian selanjutnya dari tulisan ini
3. Pakan diberikan 3 kali per hari, pagi, sore, dan malam hari. Bahkan
menurut para ahli, pemberian pakan dapat dilakukan secara ad
libitum, yaitu jumlahnya tidak dibatasi sampai lele yang dipelihara
kenyang
4. Pada minggu berikutnya dapat pula ditambahkan pakan alternatif,
misalnya berupa daging bekicot, keong mas atau limbah dari pemotongan
hewan
Cara Pembuatan :
1. Setelah didapat ukuran bahan baku yang pas tersebut di atas, campur
semua bahan baku sampai tercampur benar.
2. Larutkan SOC 1 tutup (untuk 10 kg bahan) ke dalam air secukupnya dan
tambahkan gula pasir sebanyak 2 sendok makan, lalu diamkan selama 15
menit
3. Lalu campurkan ke semua bahan sampai rata (gunakan semprotan/sprayer
agar lebih merata)
4. Campur bahan sampai benar-benar merata dan dalam keadaan mamel ,
kemudian diteruskan proses fermentasi selama 24 jam.
5. Pakan siap diberikan pada lele.
6. Agar lebih awet cetak pelet dengan menggunakan gilingan daging dan
dijemur sampai kering pada hari itu juga.
Semua bahan dalam bentuk tepung dan kering kecuali ampas tahu/bungkil kedelai
harus dalam kondisi basah yang berguna sebagai perekat. Ampas tahu dan tepung
bulu ayam ini juga berguna agar pelet bisa mengapung. Tambahkanlah tepung
kepala udang untuk membuat ikan lele menyukai pelet tersebut, karena aroma
tepung kepala udang sangat disukai oleh ikan lele. Jika akan menggunakan tepung
ikan, jangan memakai ikan asin tapi pakailah ikan biasa yang dikeringkan untuk
kemudian dibuat tepung
Oke cukup sekian dulu tulisan kali ini. Analisa usaha dan jenis serta
penanggulangan penyakit pada ternak ikan lele mudah-mudahan bisa kita bahas
pada tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka :
PENDAHULUAN
Usaha budidaya ikan lele merupakan usaha yang mudah dijalankan, dalam
merencanakan bisnis budidaya ikan lele, kami berencana ingin membudidayakan
ikan lele di sekitar rumah saya (hadi) yang berada di jalan perjuangan 3, karena
mempunyai halaman yang cukup luas untuk membuat kolam, serta agar dapat
mengawasi perkembangan ikan dengan baik. Jenis ikan lele yang kami budidaya
adalah jenis ikan lele sangkuriang. Jenis Lele sangkuriang adalah ikan budidaya
air tawar yang sangat populer. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak,
sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak
memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat.
Peluang usaha budidaya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang
cukup diperhitungkan saat ini. Apabila perhatikan banyak terdapat penjual pecel
lele yang memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yang membuat
permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka
potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan lele relatif lebih
mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau
mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. dalam
usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut
terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan
semakin banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha
budidaya ikan lele yang semakin menjanjikan karena pasarnya yang luas dan
permintaan akan ikan lele yang terus meningkat, bahkan belakangan ini telah
ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil dalam komoditi ekspor,
dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan pasokan
ikan lele. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk membudidayakan ikan lele
tersebut.
BAB II
TIM MANAJEMEN
2.1 Pengorganisasian
Dalam perencanaan bisnis budidaya ikan lele ini, kami tidak melakukan
perekrutan tenaga kerja, kami dapat bekerja sama dengan kelompok untuk
menjalankan bisnis budidaya ikan lele tersebut. Baik dari pemeliharaan ikan lele,
perawatan kolam dan bagian pemasaran. Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan
lele, kami akan menerapkan sistem Analisis SWOT. Sebelum kita memulai
sesuatu usaha kita harus mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi usaha
kita. Dengan harapan supaya usaha kita dapat lancar dan sukses, yaitu dengan
melakukan analisis sebagai berikut:
1. Straight
a. Dengan budi baya ikan lele ini tidak terlalu memerlukan tenaga besar.
b. Penjualan ikan lele tidak terlalu sulit, tidak seperti ikan yang lainya.
2. Weaknes
a. Bagi anda yang tak memiliki lahan yang cukup anda bisa membudidayakan
ikan
3. Opportunities
a. Peluang usaha yang tidak pernah mati adalah usaha perikanan. Sebab setiap
hari masyarakat membutuhkan ikan untuk dikonsumsi semakin meningkat.
b. Umur pembudidayaan ikan lele yang relative singkat yang hanya kurang
lebih 3 bulan membuat banyak yang memilih ikan lele untuk di budidayakan.
4. Threat
a. Dalam usaha ikan lele ini harus teliti karena ikan tidak tahan dengan cuaca
yang tidak setabil.
b. Selalu mengecek kedalaman air. Kedalaman air jangan sampai kurang dari
70cm karena itu akan menghambat pertumbuhan ikan.
2.2 Gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele
1. Sistem Budidaya
A. Pembuatan Kolam
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan
tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara
teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
B. Pemilihan Induk
3. Gerakan lamban
B. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah
:
2. Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat
langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan
sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin
berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum
matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan
dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan
Cara pemindahan :
F. Pendederan
a. Manajemen Pakan
1. Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling
baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
2. Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
terutama kadar proteinnya.
b. Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian
pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral
penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan
menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan,
menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.
Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di
siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau
sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25
g/100m2.
c. Manajemen Kesehatan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan
oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong
tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan
lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting
dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam
kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila
anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan
yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan
jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau
garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang
digunakan juga harus sesuai.
BAB III
RENCANA KEUANGAN
BIAYA TETAP
4. Jaring = Rp 50.000
Jumlah = Rp9.550.000
BIAYA VARIABEL
Jumlah = Rp3.655.000
Jadi modal yang akan kami keluarkan untuk memulai budidaya ikan lele tersebut
berkisar Rp15.000.000 – ( biaya tetap + biaya variabel ) atau Rp15.000.000 –
Rp13.205.000= Rp1.795.000, hasil dari pengurangan modal dengan biaya tetap
dan biaya variabel, merupakan biaya untuk tak terduga.
3.2 ANALISIS PENDAPATAN
Di perkirakan jika hasil 1 kali panen/3 bulan sebanyak 1500 ekor, Harga per/kg
ikan lele Rp9.000 ( Rp9.000@1500= Rp13.500.000 )
VC = Rp3.655.000
hasilnya adalah: 2,6
Artinya kami perlu menjual 3 unit ikan lele agar terjadi BEP ( break even point ).
Artinya uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP ( break even point )
adalah Rp23.580
BAB IV
RENCANA PEMASARAN
Dalam satu usaha, pemasaran merupakan hal yang sangat penting, demikian juga
halnya dalam pemasaran lele, namun sangat disayangkan jika kegagalan
pemasaran produksi lele terjadi karena faktor usaha pemasaran yang kurang atau
memang belum menjalankan strategi pemasaran lele secara maksimal, Peluang
pemasaran lele sangat besar, ini bukan sekedar slogan atau propaganda, telah
banyak survey dan riset-riset pemasaran dilakukan oleh orang-orang yang
memang ahli dibidangnya, kebutuhan masyarakat akan lele konsumsi memang
semakin meningkat, Sebelum membahas tata cara pemasaran lele, yang pertama
kita lakukan adalah mengetahui sasaran atau target pasar ikan lele konsumsi,
mungkin telah banyak diinformasikan bahwa terdapat beberapa target pasar untuk
ikan lele konsumsi, diantaranya adalah ; warung pecel lele, warteg, rumah-rumah
makan lainnya atau bahkan resto-resto yang sudah mulai menawarkan menu
special ikan lele, ditambah lagi belakangan ini semakin banyak berkembang
tempat-tempat usaha yang mengelola daging ikan lele atau yang lebih dikenal
dengan istilah lele olahan, mulai dari baso lele sampai dengan lele presto, ini baru
target pemasaran lele secara umum, namun untuk orang-orang yang ingin
melakukan pemasaran lele hal ini jangan dianggap remeh, dari tempat-tempat
inilah sebetulnya daya serap kebutuhan lele sangat tinggi.
Sebagai contoh yang mudah untuk target pemasaran lele adalah warung pecel lele
yang kian menjamur dimana-mana. Analogikan saja jika di sekitar kita ada sekitar
50 warung pecel lele, ini adalah perumpamaan standart dan mungkin dalam
wilayah yang radiusnya tidak terlalu luas, berdasarkan survey dilapangan,
kebutuhan ikan lele konsumsi perwarung pecel lele adalah 2 s/d 3 kg/hari pada
hari biasa, bahkan pada hari-hari libur bisa meningkat hingga 5 kg atau lebih
perharinya, jika dikalikan saja dengan angka yang terendah yaitu 2 kg/hari x 50
warung pecel lele, maka kebutuhan lele konsumsi di daerah kita adalah 100
kg/hari atau 3 ton/bulan. Dari analogi tersebut terbukti bahwa pemasaran lele di
daerah sekitar kita saja sudah merupakan peluang yang sangat besar, itu baru dari
warung pecel lele saja, bagaimana dengan peluang pemasaran lele pada usaha
pengelolaan daging lele yang lainnya, pastinya akan lebih banyak lagi peluang
pemasaran lele yang akan didapatkan. Bahkan ada beberapa pengalaman dari para
peternak lele skala rumah tangga, mereka hanya memiliki kolam di halaman
rumah, saat akan panen mereka memasang plang di depan rumah, alhasil seluruh
produksi lelenya laris terjual.
Langkah lain dalam pemasaran lele adalah dengan menggunakan jasa para
pengepul, hal ini bisa dilakukan jika ingin perputaran modal lebih cepat, pasalnya
para pengepul biasanya akan membeli lele dalam jumlah besar, tidak jarang
mereka akan memborong hasil panen secara keseluruhan, walaupun harga yang
mereka tawarkan pastinya lebih murah dibanding kita harus menjualnya sendiri.
Jika kita sudah bisa menguasai pasar lele di daerah sendiri, biasanya dengan
sendirinya usaha ternak lele akan berkembang seiring dengan semakin banyaknya
permintaan dan relasi yang terus bertambah.
BAB V
ANALISIS LOKASI
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Budi daya ikan lele adalah salah satu usaha yang menggiurkan, jika sudah berjalan
dengan baik usaha ini bisa menghasilkan omset yang besar. Perawatan ikan lele
ini pun juga tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya,
Dari perkiraan yang saya lakukan pada sub bab perencanaan keuangan di bab
sebelumnya menunjukkan Pendapatkan laba Rp12.145.000 bagaimana bila usaha
ikan lele ini sudah dijalankan dalam jumlah yang lebih besar, tentu keuntungan
yang didapat juga akan jauh lebih besar.