Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
SALAH satu upaya untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk dalam menu makanan sehari-hari,
adalah dengan jalan memelihara ikan dikolam pekarangan. Lauk pauk ikan sangat penting,
selain rasanya enak, sebagai sumber protein hewani yang sangat penting peranannya dalam
tubuh kita. Pemeliharaan ikan di kolam pekarangan telah lama dilakukan sebagian besar
masyarakat, misalnya Cianjur, Bogor, Sukabumi, Jakarta, serta daerah lain di Indonesia.
Pada umumnya mereka hanya sekedar membesarkan saja, dan masih jarang
mengusahakan pembenihannya. Mereka biasanya hanya membesarkan benih yang dibeli di
pasar atau pedagang keliling. Ukuran ini sudah agak besar, sehingga dapat dinikmati sebagai
ikan lauk setelah beberapa bulanm dipelihara. Bagi mereka, memelihara ikan di pekarangan
dianggap cukup menguntungkan, karena dapat memanfaatkan sisa makanan, dan kotoran
manusia, sehinga mereka tidak mengeluarkan biaya untuk memberi makanan tambahan.
Dan setelah ikan sudah cukup besar, mereka dapat mengkonsumsi atau menjualnya kepasar
atau tetangganya.
Bila dilihat dari kacamata usaha tani, keuntungannya yang diperolah para petani ikan
di atas masih sangat sedikit bila dibandingkan denag biaya investasi pembangunan kolam
dan tenaga yang dikeluarkan untuk mengelola kolam pekarangannya. Dengan pengelolaan
yang baik dan perawatan yang intensif, sebenarnya produksi dan produktivitas kolam
pekarangan tersebut sangat mungkin untuk ditingkatkan. Karena makanan yang seadanya
dan perawatan yan sebiasanya, otomatis ikan akan tumbuh ogah-ogahan. Memang diakui,
dengan memanfaatkan limbah dapur rumah tangga dan restaurant, biasa diperoleh
keuntungan yang tidak sedikit. Namun harus diperhatikan pula nilai gizi dari makanan sisa
tersebut, agar ikan yang kita pelihara dapat memperoleh pertumbuhan yang maksimal.
Adanya pertumbuhan ikan yang baik dan pesat, tentunya siempunya kolam sedirilah yang
akan menikmati hasilnya.
Bila melihat latar belakang pemeliharaan ikan di kolam pekarangan dengan seadanya
dapatlah dimaklumi, karena sedikit sekali diantara mereka yang mengetahui apalagi
menguasai teknik budidaya ikan bahkan sangat sedikit sekali diantara mereka yang
mengetahui dan memahami sifat biologis ikan, baik sifat kebiasaan makan maupun sifat
kebiasaan berkembangbiaknya. Satu hal yang pantas mendapatkan acungan jempol adalah
kemauan untuk memelihara ikan. Meskipun itu usaha sambilan, tanpa bermaksud untuk
menjadikan usaha sebagai penopang utama kebutuhan keluarga. Sebab, tidak jaang orang
justru sinis dengan segala macam usaha budidaya ikan ini. Apalagi jika mulai
mengkaitkannya dengan ajaran lama , bahwa makan ikan khususnya untuk anak-anak kecil
akan mengakibatkan penyakit cacingan. Ajaran yang ‘menyesatkan’ ini jelas-jelas
bertentangan dan sangat tidak menunjang kemajuan kecerdasan bangsa. Sebab pada
kenyataannya ikan sangat di butuhkan oleh anak-anak untuk membantu perkembangan
badannya, Karena didalam tubuh ikan mengandung cukup banyak protein antara 16 – 24 %.
Selain itu pula mengandung lemak antara 0,2 – 2,2 %, karbohidrat, garam-garam mineral
dan vitamin. Selain dari itu, ikan sangat cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang menderita
tekanan darah tinggi, kerena didalam daging ikan tidak mengandung kolestorol. Kolestorol
ini merupakan lemak yang jenuh, sehingga biasa menyebabkan penyakit atau kambuhnya
penyakit tekanan darah tinggi.
Kalau selama ini membayangkan usaha perikanan harus selalu dilaksanakan ditempat
yang relative luas dan kondisi air yang harus melimpah, itu tidak benar. Kerena kita dapat
mengusahakannya di pekarangan yang terbatas luasnya, syukur-syukur bila lahannya luas
dan airnya cukup melimpah. Andai kata tidak tersedia lahan dan air yang tidak cukup, maka
kitapun masih dapat mengusahakannya di kolam pekarangan. Tentu saja harus disesuaikan
dengan ikan yang akan di pelihara, dan jenis usaha budidaya yang akan dilaksanakan.
Karena bila kita kaji lebih lanjut, usaha budidaya ikan itu memiliki beberapa aspek kegiatan,
antara lain pembenihan dan pembesaran.

Usaha perikanan di kolam pekaranan, dapat dilaksanakan dengan skala besar dengan
menajemen usaha yang baik. Semua itu dapat dilaksanakan jika ditunjang dengan sarana
1
dan prasarana yang memadai. Lokasi yang akan dibangun mempunyai kelandaian yang
memenui syarat teknis, juga air yang tersedia cukup debetnya. Selain itu perlu ditunjang
modal yang cukup, ditambah beberapa persyaratan teknis maupun sosial ekonomis lainnya.
Maka jadilah usaha budidaya ikan dikolam pekarangan yang tadinya hanya merupakan usaha
sambilan berubah menjadi perusahaan keluarga yang bisa mendatangkan keuntungan yang
cukup besar.
Berbekal teori dari buku yang tentunya sangat terbatas keampuhannya, ditambah
bumbu dari cerita burung yang dapat dipertangung jawabkan, ditambah pengalaman yang
diperoleh dari pengelolaan usahanya, maka dalam waktu dekat dapat dipastikan para
pemula budidaya ikan di pekarangan dapat menjadi seorang yang trampil dan tanguh.
Dengan demikian keuntungan yang diperoleh pun bukan merupakan impian atau khayalan
belaka.

************

2
BAB.II
MENGENAL USAHA BUDIDAYA IKAN

Secara keseluruhan usaha perikanan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu ;


- Usaha produksi hasil perikanan
- Usaha memproses produksi hasil perikanan
- Usaha memasarkan produksi hasil perikanan
Sedangkan memproduksi hasil perikanan air tawar sendiri, meliputi
kegiatan penangkapan di perairan umum seperti danau, rawa, sungai dan kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan di kolam milik perseorangan. Kalau kita teliti lebih jauh, maka
usaha pemeliharaan atau lebih dikenal dengan usaha Budidaya (kultur) ini, terdiri dari
kegiatan Pembenihan dan Pembesaran.
Pembenihan, dimaksudkan dengan keiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih
hingga berukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya dimulai dari pemeliharaan induk,
mengawinkan, atau dikenal dengan istilah memijahkan, perawatan telur hingga menetas,
merawat benih hingga berukuran tertentu. Sedangkan kegiatan pembesaran lebih banyak
untuk memperoleh ikan berukuran konsumsi untuk menjadi induk kembali. Dengan
demikian, jelas kegiatan pembesaran sebagai kelanjutan dari kegiatan pembenihan.
Demikian juga kegiatan pembenihan merupakan kelanjutan dari kegiatan pembesaran.
Dengan kata lain kegiatan budidaya merupakan suatu mata rantai antara kegiatan
pembesaran dan pembenihan.
Secara sepintas sudah dapat dibayangkan, bahwa kegiatan pembenihan lebih banyak
membutuhkan jumlah kolam. Kegiatan pembenihan terdiri dari bergagai kegiatan yang
masing-masing mempunyai ciri dan keistimewaan tersendiri, sehingga membutuhkan kolam
dan perlakuan yang tersendiri pula. Sedangkan kegiatan pembesaran, hanya membutuhkan
satu jenis kolam (pembesaran) yang agak luas berhubung benih yang ditebar dan hasil yang
diharapkan dapat dipanen cukup besar.
Dalam proses memproduksi hasil perikanan dengan jalan pemeliharaan (budidaya)
ikan, dikenal berbagai jenis kolam berdasarkan fungsinya, yang sangat berpengaruh
terhadap proses produksi dan kelangsungan usaha perkolaman itu sendiri. Adapun kolam-
kolam tersebut antara lain:

Kolam Pemeliharaan Induk

Kola mini dimaksudkan sebagai tempat induk ikan yang siap untuk selesai dipijahkan. Untuk
menjaga agar induk tidak memijah liar (mijah maling), induk jantan dan betina masing-
masing harus ditempatkan dikolam tersendiri. Sistim pengairan kolam pemijahan tersebut
diusahakan secara parallel, yang artinya masing-masing kolam memiliki pintu pemasukan air
tersendiri dan mendapatkan air baru yang terus menerus. Jika lahan dan air tidak
memungkinkan pengaliran air, boleh dilakukan secara seri (namun kolam tetap harus dua
buah). Dengan catatan induk betina harus ditempatkan dikolam sebelah atas, agar tidak
terangsang oleh bau sperma jantan yang keluar tidak
sengaja.
Kolam pemeliharaan induk yang terpisah demikian khususnya bagi ikan-ikan yang
memerlukan manipulasi lingkungan dalam pemijahannya dan membutuhkan waktu relativ
lama untuk mematangkan telurnya dari pemijahan pertama ke pemijahan selanjutnya seperti
ikan mas, tawes, tambakan, sepat siam dan lain-lainnya. Namun bagi ikan yang tidak
membutuhkan manipulasi lingkungan dalam pemijahannya dan membutuhkan waktu pendek
untuk matang telur dari pemijahan pertama ke pemijahan selanjutnya, kolam pemeliharaan
induk boleh dijadikan satu dengan kolam pemijahan, seperti terjadi pada kolam-kolam ikan
Lele, nila dab Gurame.

3
Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan ini berfungsi untuk mempertemukan induk jantan dan induk betina
yang telah siap (matang telur) setelah terlebih dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan seperti pengeringan dasar kolam, pemberantasan hama dan perbaikan
pematang.
Pada beberapa ikan menghendaki kolam pemijahan yang lancer sirkulasi airnya
seperti ikan mas dan tawes karena dari sifat alamnya atau kebiasaan berkembangbiaknya
yang demikian. Namun untuk ikan-ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan seperti
ikan Nila, Lele, Gurame, sepat siam, dan tambakan pemasukan air baru kuarang diperlukan
meskipun diakui dengan pemasukan air yang sekedarnya akan meningkatkan produksi benih.
Kolam masing-masing jenis ikan berbeda-beda tergantung kebiasaan berkembang
biak dari masing-masing ikan yang akan dikawinkan.Oleh karenanya kolam pemijahan ikan
mas tentu saja tidak dapat dipergunakan untuk memijahkan ikan lele, begitu pun kolam
pemijahan ikan gurame tidak pantas untuk memijahkan ikan mas.
Ikan lele menghendaki kolam pemijahan yang diperlengkapi dengan, sarang-sarang
peneluran disepanjang sisinya sedangkan ikan nila membutuhkan kolam dengan dasar lunak
atau berpasir karena mempunyai kebiasaan membuat sarang peneluran didasar kolam
pemijahan. Ikan gurame menghendaki ijuk atau rumput-rumputan di dalamkolam dengan
lobang-lobang di sepanjang kolam untuk tempat membangun sarang peneluran sebelum
melakukan pemijahan. Sedangkan ikan mas membutuhkan alat menempel telur yang
biasanya disediakan kakaban dari ijuk yang dijepit yang harus tersedia di kolam. Ini karena
ikan mas mempunyai kebiasaan memijah dibawah rumputan dan sifat telurnya adhesive
(melekat. ikan tawes harus disediakan kolam yang sedikit berpasir dikarenakan mempunyai
sifat menghaburkan telur-telurnya di dasar kolam. Sifat telur ikan tawes demersal atau
melayang didekat dasar kolam. Untuk ikan sepat siam dan ikan tambakan harus disediakan
penutup dari jerami di permukaan kolam pemijahannya, ikan-ikan ini mempunyai kebiasaan
membangun sarang busa sebelum melakukan pemijahan sehingga jerami dapat melindungi
telur-telurnya dari pengaruh panas matahari dan terlebih air hujan.

Kolam Penetasan Telur


Pada beberapa jenis ikan tidak membutuhkan kolam penetasan telur, dikarenakan telur-telur
sekaligus ditetaskan di kolampemijahan. Meskipun demikian bukan berarti kolam penetasan
telur ini kurang dibutuhkan di dalam budidaya ikan. Sebab ikan yang telur-telurnya biasanya
dibiarkan menetas dikolam pemijahan, akan sangat baik jika ditetaskan dikolam tersendiri.
Seperti halnya ikan mas harus mempunyai kolam penetasan tersendiri, karena telur yang
tidak lekas diangkat biasanya akan di mangsa oleh induknya yang telah capai memijah.
Alternatif lain mingkin dapat dijadikan jalan keluar yaitu dengan mengangkat induk ikan mas
secepatnya pada keesokan paginya setelah selesai memijah.
Untuk ikan-ikan yang mempunyai naluri merawat anak-anaknya malah sangat baik
jika telur-telur maupun benih nantinya tetap dibiarkan di kolam pemijahan bersama induk-
induknya. Aneh memang kedengarannya ada ikan yang biasa merawat anaknya. Tapi
memang demikianlah kenyataannya yang sering kita temukan pada ikan nila, gurame, lele
local, sepat siam dan tambakan. Diantara ikan-ikan yang mempunyai kelebihan itu, ternyata
yang paling sial adalah ikan nila. Karena tuduhan sering dilontarkan oleh orang yang tidak
tahu bahwa ikan dari Afrika ini termasuk ikan kanibal karena sering dipergoki melahap
anaknya. Padahal ikan ini sebenarnya sedang melindungi anaknya bila sedang ada bahaya
dengan jalan menghisap tanpa menelannya kedalam mulutnya. Malah hebatnya ikan ini
mempunyai kebiasaan mengerami telur-telurnya didalam mulut sehinga mendapat julukan
mouth breeder.
Untuk ikan tawes, kolam pemijahan boleh terpisah dengan kolam penetasan telur.
Namun cara ini biasanya ditempuh jika mengawinkan tawes secara rangsangan, sedangkan
pemijahan secara tradisional kolam pemijahan dan kolam penetasan telur tetap menjadi
satu.

4
Kolam Pendederan

Kolam pendederan dimaksudkan untuk memelihara benihyang biasanya ukuranya


masih sangat kecil, untuk dibesarkan hingga ukurannya cukup untuk dipelihara dikolam
pembesaran. Pendederan ini juga seringkali dipakai untuk menyeleksi benih-benih unggul
tahap pertama. Benih-benih yang pertumbuhannya kelihatan menonjol disisihkan untuk
dipelihara di kolam pembesaran tersendiri sebelum akhirnya dirawat untuk dijadikan induk
unggul.
Kolam pendederan ini biasanya luasnya berkisar antara 250 sampai 600 meter
persegi dan dibedakan Pendederan I, Pendederan II dan berikutnya.

Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran ikan secara tradisional biasanya berukuran sama dengan kolam
pendederan, yang berbeda hanyalah ukuran dan jumlah benih ikan yang ditebarkan didalam
kolam. Kalau di kolam pendederan padat padat penebarannya tinggi dikarenakan benihnya
berukuran kecil maka di kolam pembesaran biasanya padat penebarannya lebih rendah
dengan ukuran benihnya yang relative lebih besar. Kolam pembesaranpun biasanya
dibedakan menjadi kolam pembesaran I, Kolam pembesaran II. Perbedaan ini dimaksudkan
untuk memotong siklus pemeliharaan agar dapat diketahui dengan cepat dan pasti jika ada
yang tidak beresmisalnya adanya mortalitas yang tinggi dan serangan penyakit. Jika kolam
pembesaran hanya terdiri dari satu jenis biasanya pada akhir pemeliharaan pemilik kolam
sering kali kecewa karena jumlah ikan yang dipanennya sangat sedikit jika dibanding dengan
pada saat penebaran bibitnya. Hal tersebut biasa terjadi karena selama masa pemeliharaan
tidak diadakan pemotongan siklus-siklus pemotongan hama sehinga tidak dapat diketahui
secara cepat mortalitas ikan dan penyebabnya, alhasil panennya jauh dari harapan.

Kolam Penumbuhan Makanan Alami Ikan


Pada beberapa teknis pemeliharaan atau budidaya ikan, kolam penumbuhan
makanan alami perlu disediakan tersendiri setiap awal pendederan ataupun pembesaran
ikan. Kolam-kolam selalu dipersiapkan terlebih dulu agar mampu menyediakan makanan
alami bagi ikan-ikan yang di pelihara, misalnya dengan pemupukan. Namun karena
menyadari keterbatasan kemampuan kolam yang telah ada ikannya untuk menyediakan
ransum, maka perlu disediakan kolam khusus untuk mengkultur makanan alami ikan.
Jelaslah fungsi dari kola mini tidak lain untuk mensuplai makanan alami ikan, khususnya bagi
ikan ikan yang dipelihara ditempat yang sempit tanpa pemupukan dan perlakuan khusus
sama sekali. Kolam seperti ini otomatis tidak tersedia makanan alami ikan yang justru sangat
dibutuhkannya.
Kolam penumbuhan makanan alami ini biasa berukuran relative sangat kecil, hanya
beberapa meter hingga ratusan meter persegi. Luas kola mini ditentukan oleh banyak
sedikitnya makanan alami ikan yang diperlukan dan banyak sedikitnya kolam yang harus
disuple. Untuk kolam yang luas dasar kolam maupun pematang dapat merupakan tanah
biasa. Namun bila hanya beberapa meter persegi dapat pula dibuat dengan pasangan batu
bata.

Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan atau lebih dikenal dengan bak pengendapan, biasa diperlukan
pada kolam yang mendapatkan airnya dari sungai yang keruh. Ini akan berakibat
berkuanganya nafsu makan ikan, yang jelas akan menyebabkan pertumbuhannya
terhambat. Bahkan jika terjadi dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan
pendangkalan pada kolam, dan yang sudah pasti akan menambah biaya perbaikan dan
perawatan kolam.
Fungsi dari bak pengendapan ini tidak lain adalah mengendapkan atau
mengumpulkan bahan-bahan organis maupun anorganis yang tidak dikehendaki
kehadirannya didalam kolam, yang biasanya berupa sampah plastik, daun, kaleng-kaleng

5
bekas dan lumpur.Yang selalu mengikuti kolam atau bak pengendapan ini biasanya bak filter
yang fungsinya tidak kalah penting dengan bak pengendapan.

Fungsi bak filter ntuk menyaring jasad-jasad yang tidak dikehendaki misalnya ikan-ikan liar
maupun bibit penyakit.Yang mendapatkan air dari bak pengendapan dan filter ini, biasanya
kolam pemijahan. Kolam pemijahan ini relatif membutuhkan air yang jernih, agar daya tetas
telurnya tinggi sesuai dengan yang ditrgetkan.

Kolam Penampungan hasil


Kolam penampungan hasil jelas dipergunakan untuk menampung hasil ikan dari
kolam baik dari kolam bak berupa benih maupun yang sudah berukuran konsumsi, sekaligus
biasanya dipergunakan untuk sortasi benih ikan. Namun tidak jarang kolam penampungan
hasil ini dipergunakan sebagai pemberokan ikan yang akan diangkut jauh.
Bagi yang lahannya terbatas biasanya kolam penampungan hasil ini jarang dibuatkan,
karena keguanaannya yang insidentil dan diangap menghabiskan tempat. Pada petani yang
sudah berpengalaman biasanya menggantikan kolam penampungan hasil ini dengan kain
hapa yang berbentuk kantong berukuran 1 x 1 x 2 meter, yang dipancang didepan pintu
pemasukan air. Sengaja pemasangan didepan pintu pemasukan air, agar memperoleh air
segar yang masih banyak mengandung oksigen.
Meskipun diatas telah diungkapkan adanya kolam pembesaran untuk membesarkan
benih ikan hingga berukuran konsumsi yang siap dijadikan teman nasi dimeja makan, namun
bukan berarti pembesaran ikan hanya dapat dilakukan dikolam saja. Dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan pada sub sektor perikanan, sekarang pembesaran ikan telah
dapat dilakukan di jarring terapung atau yang popular dengan sebutab impounding net,
karamba yang dipasang pada aliran sungai, di rawa-rawa dengan mempergunakan pagar
bambu atau fence system, dan lain sebagainya.
Selain kolam yang dibedakan atas fungsinya atau kegunaannya, dalam budidaya ikan
dikenal juga jenis-jenis kolam yang berdasarkan aliran air yang masuk kedalam kolam.
Kolam dengan aliran air yang besar (debet air lebih berar dari 20 l/detik pada kolam seluas
18 m2), biasanya mempunyai bentuk yang terlalu luas, dan digolongkan kedalam kolam air
deras (Running Water Pond). Sedangkan kolam dengan debet air yang masuk kedalam
kolam kecil dan berukuran cukup luas, digolongkan ke kolam air tergenang ( Stagnat Water
Pond). Sering orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan kolam air tergenang
adalah kolam yang tidak mendapatkan air sama sekali. Anggapan ini sebagian dapat
dibenarkan, sebab pada kenyataan ada kolam yang tidak mendapatkan air sama sekali, itu
pada daerah yang tidak dilalui oleh aliran sungai atau pada daerah yang topografinya datar,
sehingga tidak memungkinkan dibuatkan sirkulasi air yang baik. Lain lagi anggapan orang
tetang kolam air deras, banyak yang mengartikan bahwa kolam mini mendapatkan
pemasukan air yang deras, dengan grojogan misalnya. Anggapan ini jelas salah, sebab deras
atau kencangnya aliran air biasa diatur dengan ketingian saluran air pemasukan air dengan
letak kolam. Deras dalam arti kolam air deras ditentukan oleh besar kecilnya debet air yang
masuk persatuan luas kolam. Bisa saja kolam air deras aliran airnya tenang meskipun debet
airnya besar. Dengan demikian alirannya dapat dibuat deras meskipun debet airnya kecil.
Namun dalam budidaya ikan, kolam seperti itu tetap kolam biasa alias kolam air tergenang.
Kolam air tergenang biasanya dipergunakan untuk seluruh aspek kegiatan budidaya
ikan, mulai dari pembenihan hingga pembesaran ikan. Sedangkan kolam air deras biasanya
dan memang hanya biasa dipergunakan untuk pembesaran saja. Itupun ikan yang
ditebarkan harus berukuran minimal 100 gram/ekor. Kurang dari itu kolam air deras kurang
efektif, jauh dari target yang diharapkan.
Jika kolam kolam air deras dapat dibentuk sekehendak hati persegi panjang, segitiga,
lingkaran, kolam-kolam air tenang pada umumnya berbentuk persegi panjang. Sebab dari
pengalaman yang diperoleh, bentuk persegi panjang menjamin pergantian air yang
maksimal, dan mempunyai penjang sisi (pinggiran) yang relatif lebih banyak dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar maupun segitiga (pada luas yang sama). Pinggiran yang relatif
lebih banyak ini memungkinkan untuk memproduksi makanan alami lebih banyak. Karena
makanan ini biasanya senang tumbuh di bagian pinggiran kolam.

6
Bentuk dan ukuran kolam untuk kegiatan budidaya ikan, selain ditentukan oleh jenis
kegiatan pembenihan atau pembesaran, juga ditentukan jenis ikan yang dibudidayakan dan
daerah tempat ikan itu dibudidayakan.
Sebagai contoh telah di singung di atas, bahwa kolam pemijahan ikan mas berbeda
dengan kolam pembesarannya ataupun kolam induknya, begitupun dengan luasnya. Begitu
pula jika dibandingkan dengan kolam pemijahan ikan gurame, atau ikan-ikan yang lainnya.
Selain itu juga bentuk kolam pemijahan ikan mas ini akan berbeda antara daerah
Jawa barat dengan Sumatra Tengah, begitupun jika dibandingkan dengan daerah Cimindi.
Bukan hanya ikan mas saja yang mempunyai keragaman dalam hal pemijahannya, ikan
tawes pun tidak ketinggalan. Cara tradisional yang dilakukan di Awipari berbeda dengan cara
Purbaratu. Ikan lele pun demikian pula.
Dengan mengetahui keanekaragaman kebutuhan kolam antara ikan yang satu
dengan yang lainnya, atau antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya, dapatlah
ditentukan bentuk dan ukuran kolam yang akan dibangun di pekarangan rumah kita.
Ketepatan pemijahan yang dedasarkan atas berbagai macam factor, akan sangat
berpengaruh sekali terhadap keberhasilan budidaya ikan tersebut. Dan sekaligus sudah
dapat dihitung yang akan diperoleh dari usaha tersebut.

7
BAB.III
MEMBANGUN KOLAM

PERKATAAN sering dilontarkan oleh sebagian orang yang akan membangun kolam.
Sebenarnya membangun kolam sangat mudah jika diketahui prinsip-prinsipnya dan
persyaratan yang dikehendaki. Karena gampangnya, jika waktu dan tenaga memungkinkan
untuk membangun kolam sederhana yang memenui syarat teknis dapat dilakukan bersama
seluruh anggauta keluarga. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi disini antara lain, kolam
yang sudah jadi nantinya harus mudah diisi air dan dikeringkan setiap saat jika dikehendaki,
tidak kekeringan jika musim kemarau tiba, dan jika musim penghujan tidak pernah
kebanjiran.
Namun memang diakui tidak jarang kolam yang dibuat dapat diairi hanya
mengandalkan air hujan yang turun. Itupun dengan resiko akan kekeringan jika musim
kemarau berkepanjangan, Jelas kolam yang demikian tidak dapat dikatakan kolam memenui
syarat teknis jika dipandang dari teknis budidaya ikan. Namun demikian, kolam yang
demikianpun tak boleh diabaikan begitu saja, dikarenakan mungkin kondisi lahannya tidak
memungkinkan untuk dibuatkan kolam yang baik. Jika kolam-kolam yang hanya
mengandalkan air hujan – tapi jangan sampai kekeringan jika musim kemarau – dapat
dijadikan pilihan paling akhir dalam budidaya ikan yang akan dibicarakan in nantinya.
Tentunya dengan banyak kelemahan dari kolam yang kurang memenuhi syarat tersebut,
penggunaannnya pun terbatas hanya sebagai kolam pembesaran saja, Dengan tambahan
lagi hanya beberapa jenis ikan saja yang dapat dibesarkan di kolam tersebut, yaitu ikan yang
memang dapat tahan terhadap kekurangan oksigen dan sirkulasi air, misalnya ikan lele,
gurame dan nila. Untuk ikan keluarga Cyprinidae jelas akan sangat menghambat
pertumbhan badannya.
Dua hal pokok yang harus diperhatikan betul dalam mem membangun kolam adalah
tanah dan air. Sebab kedua hal pokok tersebut nantinya yang akan menentukan bentuk, luas
dan banyaknya kolam yang dapat dibuat. Tanah yang dimaksudkan disini selain dari
teksturnya juga kemiringan tanahnya sendiri atau dalam ilmu pertanian disebut topografi.
Sedangkan air yang harus diperhatikan selain banyaknya air yang dikenal dengan debet air,
juga sifat-sifat fisika, kimia dan biota yang terdapat didalam air. Selain itu juga kontinyunitas
atau penyediaan air yang cukup selama musim pemeliharaan atau sepanjang tahun.

Tanah
Tanah yang baik untuk pembuatan kolam ikan adalah yang berjenis liat atau lempung
dengan sedikit kandungan pasir. Tanah ini dapat dengan mudah dikenali dengan jalan
menggenggam tanah tersebut. Jika tanah yang kita genggam mudah terbentuk, tidak pecah
namun juga tidak melekat pada tangan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tanah tersebut
adalat tanah lempung yang sedikit berpasir.
Cara ini diangap paling efektif karena tidak memerlukan penelitian yang rumit di
laboratorium. Jenis tanah kedua yang masih dianjurkan sebagai tanah yang pantas untuk
kolam adalah tanah beranjang atau terapan dengan kandungan liat sekitar 30%. Kedua jenis
tanah ini terbukti dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Sehingga dapat
dibuat pematang yang kuat dan kokoh. Pembuatan pematang dari tanah ini tidak sulit dan
penambahan biaya yang tidak perlu dapat dihindari, misalnya saja untuk membuat pagar
bambu pada tepi pematang.
Selain kedua jenis tanah Top itu, tanah ketiga yang masih memungkinkan untuk
dibuat kolam yang baik adalah jenis tanah berfraksi kasar. Hanya saja tanah ini
padamulanya akan mengalami sedikit kesulitan untuk menahan air. Tapi dengan adanya
endapan atau sedimen tanah yang terbawa air sungai, dan pengolahan yang baik secara
terus menerus selama masa sebelum pemeliharaan, niscaya tanah inipun tidak kalah
mutunya dengan jenis tanah yang telah disebutkan terdahulu.
Jenis tanah yang banyak mengandung pasir maupun kerikil, apalagi yang berbatu,
tidak cocok sama sekali untuk dibuat kolam biasa.

Satu-satunya jalan keluar untuk membangun kolam pada kondisi tanah demikian
adalah dengan menembok atau membangun pasangan batu kali pada seluruh pematang,

8
termasuk juga dasarnya, agar dapat dipergunakan sebagai penahan air yang kokoh sehingga
memungkinkan untuk media pemeliharaan ikan. Pada tanah demikian harus diperhitungkan
kembali secara cermat untung ruginya sebelum memulai membuat kolam. Namun secara
teoritis, ukuran kolam yang dibangun pada tanah jenis ini haruslah kecil. Sedang sistim
pemeliharaannya tidak boleh menerapkan pemeliharaan ikan di air tenang tetapi dikolam air
deras. Tentunya ini baru biasa dilaksanakan jika ditunjang oleh factor pendukungnya yang
sangat vital yaitu debet air yang besar.
Selain tekstur tanah, yang harus diperhatikan juga adalah kemiringan tanah yang
akan dibuat lokasi perkolaman tersebut. Tanah yang terlalu miring menyulitkan dalam
pembuatan kolam. Pematangnya terpaksa harus dibuat lebar, dan daya tampung airnya
hanya sedikit, karena kolam yang dibangun terpaksa kecil-kecil. Begitu pun tanah yang
terlalu datar akan menyulitkan pembuangan airnya, selain itu juga membutuhkan biaya yang
sangat banyak untuk membuang kelebihan tanahnya. Oleh karenanya harus diperhatikan
kemiringan tanah pekarangan yang akan digunakan untuk lokasi perkolaman.
Kemiringan tanah yang dianggap baik untuk lokasi perkolaman atau kolam adalah
berkisar antara 3 – 5 %, yang artinya dalam setiap 100 meter panjang pekarangan
perbedaan tingginya sekitar 3-5 meter. Namun pada kenyataannya akan sangat sulit
mendapatkan tanah pekarangan yang elevasi (perbedaan tinggi) yang demikian besar, oleh
karenanya elevasi tanah pekarangan yang hanya 1 % - 1 meter setiap 100 meter panjang
pekarangan masih dianggap baik dan cocok untuk dibuat kolam.
Cara yang paling mudah dan efektif untuk mengetahui elevasi atau perbedaan tinggi
ini ialah dengan mempergunakan slang air yang kecil. Pada masing-masing ujung tanah
yang akan diukur ditempatkan sebatang kayu atau bambu yang sudah diberi ukuran – yang
paling bagus meteran kemudian slang kecil yang telah diisi air terlebih dahulu kemudian
dibentangkan dan ditempelkan pada bambu, kayu, atau meteran.
Perbedaan tinggi air pada ujung-ujung slang itulah angka yang menunjukan
perbedaan tinggi tanah (elevasi). Ambil contoh jika pada kayu yang pertama tinggi
permukaan air menunjukan 75 cm, sedangkan pada kayu yang lainnya tinggi permukaan air
dalam slang plastik tepat berada pada angka 100 cm, ini berarti perbedaan tinginya 25 cm.
Sedangkan jarak kayu yang satu dengan yang lainya 25 meter,
0,25 meter x 100 %
maka elevasi tersebut = = 1%
25 meter
Jadi pekarangan tersebut memenui syarat - dalam hal ini kemiringan tanahnya – untuk
dibuat kolam. Jika seluruh pekarangan tersebut panjangnya 100 meter, maka pengukuran
dapat dilakukan secara bertahap misalnya setiap 25 meter, sesuai dengan panjang slang
yang tersedia. Sedangkan hasil akhir diperoleh dengan jalan menjumlahkan setiap
pengukuran dibagi dengan beberapa kali mengadakan pengukuran. Sabagai contoh jika
pengukuran pada 25 meter pertama perbadaannya 25 cm, yang kedua 15 cm, yang ketiga
40 cm, sedang yang terakhir 20 cm, maka dapat diambil kesimpulan elevasi seluruh tanah
(100 meter) =
25 + 15 + 40 + 20
cm = 25 cm setiap 25 meter, atau
4
1 meter untuk 100 meter panjang tanah. Jadi elevasi tanah itu =

1m x 100%
= 1%
100 m
Yang harus diperhatikan pada saat pengukuran elevasi ini ialah dasar tanah yang
akan diukur haruslah datar dan tidak boleh berada pada bidang yang berlekuk maupun
menonjol. Dengan pengukuran pada bidang yang datar, maka kesalahan pengukuran akan
sangat kecil. Hasil pengukuran elevasi ini nantinya dapat dijadikan pedoman dalam
menentukan tata letak pintu pemasukan dan pengeluaran air.

Pada tanah yang lebih tinggi lebih memungkinkan dibuatkan pintu pemasukan
sedangkan pintu pembuangan airnya terletak pada bagian yang rendah. Atau jika akan
dibuatkan saluran air kedalam unit perkolaman, maka permukaan air masuk mulalui tanah
yang lebih tingi, sehinga memudahkan aliran air ke dalam kolam.
9
Selain pengukuran elevasi kearah panjang, juga harus diukur elevasi kearah lebar
pekarangan. Cara pengukurannya sama. Dan kegunaan nantinya antara lain untuk
menentukan berapa banyak tanah yang digali untuk membuat pematang dan tersisa harus
dibuang. Dengan semakin lengkapnya data yang dikumpulkan secara langsung akan sangat
membantu pembangunan kolam nantinnya.

Air

Sebagai sumber air dapat digunakan air sungai atau saluran pengairan lainnya. Idealnya air
ini harus tersedia sepanjang tahun dalam arti kata tidak berlimpah sampai meluap ke kolam
jika musim hujan tiba. Sedapat mungkin air ini dapat diperoleh dengan mudah tanpa
mempergunakan pompa untuk mengairi kolam, tentunya akan menambah biaya
pemeliharaan.

Letak sungai sejajar dengan tanah yang akan dibuat kolam

Letak sungai diatas tanah yang akan dibuat kolam. Pematang harus kokoh untuk
Menjaga meluapnya air.

Letak sungai dibawah tanah yang akan dibuat kolam. Harus dibendung untuk menaikan
permukaan air supaya dapat mengairi kolam
Gambar 1: Letak sungai terhadap lokasi Kolam

Untuk dapat memperoleh air dengan mudah dan cukup, sumber air harus berada di
atas atau paling tidak sama dengan dasar tanah sebelum kolam dibuat. Dengan demikian
sungai atau saluran pengairan tersebut harus mempunyai pematang yang kokoh untuk
menjaga jangan sampai airnya meluap kedalam kolam. Jika sungai atau saluran pengairan
tersebut terletak di bawah tanah pekarangan yang akan di bangun kolam, maka harus
dihadang di bagian atas sungai. Ini sebagai upaya untuk menaikan tinggi air.
Tentunya harus di keluarkan tambahan biaya untuk membuat saluran air baru untuk
mengairi kolam nantinya, jikan tidak dibuatkan saluran air baru, maka jalan satu-satunya
harus dibuatkan bendungan sederhana pada sungai atau saluran pengairan tersebut.

Bendungan ini dapat dibangun dari tumpukan batu kali yang mudah didapatkan di sekitar
sungai tersebut. Namun harus diingat bendungan sederhana ini hanya dapat menaikan air
setinggi 1 meter, maka sebelumnya harus diukur dulu perbedaan tinggi antara permukaan
air sungai dengan (calon) dasar kolam yang nantinya akan dibuat. Sebagai misal perbedaan
tinginya kira-kira 30 cm, maka bendungan sederhana bisa dibuat dengan ketinggian air
10
maksimal 70 cm. Ketinggian air lebih dari 70 cm didalam kolam, air pada saluran pemasukan
air sudah tidak mampu lagi masuk.
Satu hal lagi yang harus diingat jika akan membuat bendungan ini ialah permukaan
air tertinggi pada sungai atau saluran pengairan tersebut. Dengan adanya bendungan
otomatis aliran air akan terhambat. Oleh karenanya perbedaan antara tinggi minimal 25 cm,
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir yang tidak dikehendaki.
Selain letaknya yang harus lebih tinggi atau minimal sama dengan tinggi tanah
pekarangan, air yang akan dipergunakan diharapkan dapat mencukupi. Oleh karena itu
sebelum segala sesuatunya dikerjakan, haruslah kita ketahui juga banyaknya air yang
mengalir pada sungai tersebut yang biasanya popular dengan nama debet air. Debet air
yang dimaksudkan disini adalah banyaknya volume air yang nyata-nyata disaluran tersebut,
dan biasanya dinyatakan dalam satuan liter per detik. Jadi jelas air yang hilang karena
merembes tidak dihitung.
Cara menghitung debet yang lewat sungai atau saluran pengairan, yang apaling
praktis adalah dengan menggunakan alat pengukur kecepatan air Current Me4ter, Namun
alat ini agak sulit didapat dan dipergunakan olah para penduduk dipedesaan, ditambah lagi
perlu uang buat membelinya.
Cara yang sementara dianggap paling praktis dan mudah dilaksanakan ialah dengan
pengukuran banyaknya air secara matematis. Pertama kita harus mengetahui kecepatan air
yang melewati sungai itu. Caranya ialah dengan menempatkan pelampung dari gabus dan
aliran sungai yang lurus, minimal 10 meter. Waktu yang dipergunakan oleh pelampung
tersebut untuk menempuh jarak dari titik satu ke titik lainnya kita catat mempergunakan
stop watch atau arloji biasa. Kemudian diukur rata-rata lebar sungai saluran tidak ketingalan
pada kedalaman air yang melewati sungai. Kita ambil contoh lebar saluran 1 meter, dengan
kedalaman air 0,25 meter. Sedangkan waktu yang dipergunakan gabus untuk menempuh
jarak 10 meter adalah 40 detik, maka debet air yang lewat saluran atau sungai tersebut ;
1 m x 0,25 m x 10 m 0,25 m3 250 lt
= = = 62,5 lt / detik
40 detik 4 detik 4 detik

Jumlah tersebut dianggap mencukupi untuk mengairi kolam seluas 1 ha sebab


kebutuhan debet air minimal untuk satu unit perkolaman seluas 1 ha hanyalah 10 – 15
lt/detik, dengan catatan air tersebut harus tersedia sepanjang tahun.
Selain debetnya harus mencukupi, mutu dari air yang bersangkutan pun harus
mendapatkan perhatian dan rekomendasi tersendiri, dapat tidaknya dipergunakan sebagai
sumber air perkolaman. Sebab tidak jarang debet airnya sudah meyakinkan, ternyata air
tersebut telah melewati kawasan pabrik akibatnya setelah diteliti kualitas atau mutunya tidak
memenuhi syarat sebagai media hidup ikan.
Ada kalanya alasan penolakan dapat tidaknya air itu dipakai dapat terlihat dengan
mata, misalnya warnanya hitam, kandungan oksigen terlarut kurang, atau terdapat gas-gas
yang membahayakan bagi ikan dan lain sebagainya. Hal seperti itulah yang harus kita
ketahui dan pahami secara teliti. Sebab bisa saja air sungai tersebut kelihatan jernih namun
setelah diamati lebih jauh ternyata mengandung gas beracun atau kandungan oksigennya
rendah, atau juga suhunya terlalu tinggi.

Jumlah Gas yang Terlarut


Hal pertama yang harus mendapatkan perhatian adalah kandungan oksigen terlarut
dalam air. Seperti diketahui oksigen memegang peranan yang sangat penting didalam
kehidupan seluruh mahluk hidup.

Hanya saja ada perbedaan antara oksigen yang dibutuhkan oleh mahluk darat
dengan mahluk air seperti ikan. Kalau mahluk darat membutuhkan oksigen yang terdapat
diudara bebas, sedangkan ikan baru menghisap oksigen jika dalam air banyak oksigen
terlarut. Memang ada beberapa jenis ikan yang mengisap oksigen bebas di udara seperti
lele, gurame, tambakan dan lain-lainnya. Namun pada umumnya ikan-ikan itu juga
membutuhkan oksigen terlarut meskipun tidak sebanyak ikan-ikan lainnya.

11
Oksigen terlarut dalam air sebanyak 5 – 6 ppm didalam air dianggap paling idial
untuk tumbuh dan berkembang biak ikan di dalam kolam. Jika memang keadaan kurang
mengizinkan sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air hanya 2 ppm, maka air tersebut
masih memungkinkan dijadikan sumber air kolam. Tentunya air dengan kandungan oksigen
rendah ini perlu dilakukan penanganan agak khusus misalnya dengan membuat air terjun
yang masuk kedalam kolam sehingga terjadi difusi oksigen dari udara bebas kedalam air.
Selain daripada itu, permukaan air dalam kolam yang agak luas diharapkan juga
mengakibatkan difusi oksigen ini. Untuk mengetahui kandungan ini memang harus dilakukan
dengan alat-alat laboratoris, yang harganya tidaklah murah. Jalan yang paling mudah dan
murah adalah dengan membawa sejumlah air contoh ke sekolah lanjutan umum seperti SMA
untuk dijadikan bahan praktek bagi siswanya. Dengan demikian kandungan oksigen dan gas-
gas lainnya bias diketahui.
Gas kedua yang harus diperhatikan, yaitu karbondioksida atau dikenal dengan nama
zat asam arang. Meskipun karbondioksida ini tidak secara langsung dibutuhkan oleh ikan,
namun diperlukan pada proses fotosintesa media hidup di kolam. Karbondioksida ini
dipergunakan sebagai bahan baker untuk membuat zat pati dalam butir hijau daun pada
tumbuhan air. Pada kenyataan karbondioksida ini nantinya merupakan hasil buangan dari
ikan dan mahluk air lainnya. Oleh karenanya kandungan karbondioksida dalam air untuk
pemeliharaan ikan di air tenang dibutuhkan sangat banyak, lebih banyak
daripada oksigen. Kandungan karbondioksida maksimum dalam air yang masih dianggap
tidak membahayakan bagi ikan adalah sekitar 25 ppm. Gas yang dianggap racun bagi ikan
antara lain amoniak dalam bentuk senyawa NH 3. Gas amoniak biasanya terbentuk sebagai
hasil dari pembongkaran protein
misalnya sampah-sampah organik seperti daun-daunan dan lain sebagainya.Kandungan
amoniak terbesar biasanya ditemukan pada dasar perairan yang banyak sampah yang
mengendap. Selama kandungan amoniak ini tidak melebihi dari 3 ppm, masih dianggap
aman bagi kehidupan ikan dan tidak mengganggu pertumbuhannya.

pH Air
Keasaman air atau yang popular dengan istilah pH air, sangat berperan dalam
kehidupan ikan. Pada umumnya pH yang sangat cocok untuk semua jenis ikan berkisar
antara 6,7 – 8,5. Namun begitu, ada jenis ikan yang karena lingkungan hidup aslinya dirawa-
rawa, mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat
rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4 – 9, misalnya ikan sepat siam.

Suhu Air
Suhu air adalah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan
pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang optimal untuk ikan didaerah tropis biasanya antara
25 – 300C. Sedangkan perbadaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 0 C
apalagi jika sampai mendadak (dratis).
Suhu air juga mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme dari mahluk hidup.
Keadaan ini jelas terlihat dari jumlah pankton di daerah beriklim sedang relatif lebih banyak
dibandingkan pada perairan didaerah tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim panas,
proses perombakan berlangsung sangat cepat, sehingga tidak memungkinkan plankton
tumbuh didaerah tersebut mencapai jumlah yang besar.
Selain mempengaruih pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu juga
akan mempengarui kadar oksigen yang terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu suatu
perairan semakin sedikit oksigen yang dapat terlarut didalamnya.

Hal ini dapat diibaratkan dengan pemanasan air di kompor, yang terliat adanya gelembung
udara yang naik ke permukaan dan terlepas. Satu hal yang menguntungkan bagi lingkungan
perairan, goncangan suhu tidak pernah sedratis pada udara. Ini dimungkinkan karena air
mempunyai panas jenis yang lebih tinggi dari pada udara. Ini dapat dibuktikan dengan
mudah jika malam hari kita merasakan suhu air – yang kena sinar matahari waktu siang
terasa hangat.

Kekeruhan Air

12
Kekeruhan air ini berbeda dengan yang lain, karena langsung dapat diliat dan
dirasakan oleh panca indera kita. Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Jika
keruhnya oleh plankton, hal itu memang menjadi harapan kita., Namun jika keruhnya ini
karena endapan lumpur yang terlalu tepal atau pekat. Itulah yang meminta perhatian kita.
Kandungan lumpur yang terlalu pekat dalam air akan mengganggu penglihatan ikan dalam
air sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ikan. Selain itu juga bagi ikan
terutama benih yang masih berukuran sangat kecil akan mengganggu pernapasannya karena
lumpur, mau tidak mau akan ikut terisap bersama air dan akan nyangkut dalam
insang.Untuk mengetahui penyebab keruhnya air sungai oleh plankton atau lumpur dapat
diketahui dengan mudah dn cepat. Caranya dengan jalan mengambil contoh air yang
ditempatkan didalam gelas kaca, dan dibiarkan beberapa menit.
Setelah beberapa menit didiamkan, jika terlihat endapan lumpur didasar botol berarti
kekeruhan air tersebut disebabkan oleh lumpur. Namun jika setelah beberapa menit tidak
terliat lapisan lumpur didasar botol dan keadaan air masih kelihatan kuning, hijau, atau
coklat seperti sediakala, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa kekeruhannya disebabkan
oleh plankton yang memang diharapkan. Itulah air yang baik untuk perikanan, meskipun
masih harus dipenuhi oleh persyaratan lainnya. Namun bukan berarti kita boleh begitu saja
menyimpulkan bahwa air tersebut cocok, masih harus diketahui dulu batas kekeruhannya.
Ada cara yang dapat dilakukan dengan mudah dan murah, yaitu dengan
menurunkan lempengan seng yang di cat putih atau piring seng yang berwarna putih
kedalam air. Pada saat piring putih tersebut mulai tidak nampak, maka pada tali pengikatnya
diberi tanda tepat pada batas yang tercelup air. Tali yang tercelup air itu diukur panjangnya
dengan menggunakan mistar atau meteran. Jika ternyata panjang tali yang tercelup air –
yang merupakan batas ketidak nampakan piring putih – masih lebih panjang dari 45 cm.
Maka itu berarti lampu hijau, karena memenuhi kadar yang diharapkan. Air tersebut bisa
langsung masuk kedalam kolam tanpa harus melalui bak filter maupun bak pengendapan.
Jika batas ketidaknampakan piring tersebut kurang dari 45 cm, itu mengisyaratkan
bahwa air terlalu keruh. Keadaan ini memaksakan kita untuk memikirkan bak pengendapan
syukur sekalian filternya sebelum digunakan dalam kolam.Dan pada tingkat kekeruhan yang
sangat tinggi – masih keruh meskipun telah melalui bak pengendapan – akan memaksa kita
lagi untuk sering menaikan Lumpur yang mendangkalkan kolam.
Jika air sebagai sumber air kolam diperoleh langsung dari mata air, situ atau waduk,
biasanya kejernihannya tidak perlu diragukan lagi. Tetapi air seperti ini dapat menimbulkan
permasalahan baru meskipun tidak terlalu berat, karena air tersebut miskin bahan organis,
hingga membutuhkan pupuk yang relative banyak. Pupuk yang diberikan adalah pupuk
organis, misalnya kotoran kambing, ayam, itik, sapi, kerbau dan segala macam pupuk
kandang lainnya. Pemberiannya disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan, jangan sampai
berlebihan sebab akan menimbulkan pembusukan. Adanya pembusukan tentunya akan
mengganggu kehidupan dan pertumbuhan ikan yang kita pelihara.
Kualitas air ini penting diketaui, terutama jika lokasi kolam atau unit perkolaman
berada didekat, dipinggir kota. Karena biasanya air dilokasi ini telah ter cemar sisa atau
limbah pabrik, sampah, bekas olie dan minyak dari bengkel motor dan sebagainya. Oleh
karenanya perlu mendapatkan perhatian tambahan,jika perlu diadakan survai kecil kecilan
dengan melihat aktifitas disepanjang aliran sungai. Ini untuk memastikan ada tidaknya
pencemaran yang dilakukan oleh pihak yang kurang bertanggung jawab.

Lain halnya jika lokasi kolam, dan juga calon kolam, terletak di daerah pedesaan
yang pada umumnya kondisi airnya masih belum banyak tercemar.Sungai yang demikian
lebih memberikan jaminan kualitasnya. Namun bukan berarti kita boleh hantam kromo
begitu saja, sebab tidak jarang justru masyarakat pedesaan sering menangkap ikan di sungai
dengan jalan mempergunakan racun seperti portas atau pestisida. Itu sama sulit
pencegahannya jika dibandingkan dengan pencemaran yang terjadi pada contoh diatas.
Dengan pendekatan dan saling penmgertian, biasanya lambat atau cepat masyarakat
pedesaan lebih cepat tanggap jika disadarkan, bahwa membudidayakan ikan dikolam
pekarangan jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan memportas ikan. Keuntungan
lain air sungai bebas dari segala macam racun.

13
Selain sifat-sifat penting dari air seperti yang telah disebutkan diatas, harus
diperhatikan pula biota air yang terdapat dalam air tesebut. Semakin banyak dan beragam
biota air yang terdapat dalam suatu perairan umum maupun terbebas maka dengancepat
dapatlah kita simpulkan tingkat kesuburan perairan tersebut. Yang mendapatkan perhatian
sebaiknya jangan hanya air saja, tetapi dasar perairannya. Dan jangan hanya binatangnya
saja, namun juga tumbuh – tumbuhannya. Dengan semakin telitinya kita mengumpulkan
biota yang terdapat perairan tersebut, tentunya kesimpulan kita dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Selain tingkat kesuburan yang dapat diliat dengan jalan demikian,
juga jenis-jenis ikan yang dipelihara dalam arti hidup dan berkembang biak, dapat diliat
secara langsung dengan cara ini.

Membuat Kolam
Membuat sebuah kolam pada hakekatnya adalah membuat suatu pematang yang
kokoh, yang mampu menahan masa air yang besar. Oleh karenanya faktor tanah yang
merupakan bahan baku maupun dasar dari konstruksi kolam yang akan dibuat, haruslah
mendapatkan perhatian dalam pembuatan kolam ini.
Untuk mendapatkan kolam yang memenui syarat teknis, yaitu mudah diisi air dan
dikeringkan, haruslan dengan memadukan antara kegiatan penggalian tanah
denganpenimbunan tanah. Ini tentunya dilakukan setelah diketahui betul kemiringan tanah
pekarangan calon kolam. Kegiatan ini penting diketahui khususnya bagi yang pertama kali
akan membangun kolam di pekarangan, kerena akan sangat berpengaruh bukan saja dari
segi teknis, yaitu sesuai tidaknya kolam tersebut, tapi juga akan menyangkut anggaran
pengeluaran yang sia-sia jika terjadi kesalahan. Bayangkan saja jika kita harus menggali
tanah sedalam 1 meter, ditambah lagi harus membuang tanahnya ke tempat yang jauh.
Padahal dua kegiatan tersebut bias dilakukan seirama, dalam arti kata tanah yang di gali
hanya separohnya dengan tambahan penimbunan tanah hasil galian itu sendiri untuk
menapatkan kolam yang sesuai dengan kedalamannya yang dikehendaki. Ada juga orang
yang membuat kolam dengan jalan membangun pematang hasil timbunan tanah yang entah
didapatkan darimana. Tentu saja pekerjaan ini akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,
padahal tidak perlu.
Dari pengalaman dilapangan menunjukan bahwa kolam-kolam yang dibuat meskipun
tidak pakai ilmu dengan jalan penggalian bersama - sama merupakan kolam yang ideal,
karena mudah diisi air dan dikeringkan. Karena masa air yang harus ditampungnya sangat
besar, maka kuda-kuda pematang tersebut haruslah kokoh. Tidak heran jika pada umumnya
bentuk pematang trapesium.
Bagian yang lebar berada dibawah karena berfungsi menahan masa air yang besar
yang terletak dibagian bawah. Untuk memperoleh bentuk sesuai tentunya tidak boleh main
kira-kira dan asal jadi saja. Biasanya untukmemperoleh bentuk trapezium yang dikehendaki
ini dan juga lurusnya pematang dibuatlah alat pembantu yang popular dengan nama propel.
Alat atau sebutlah propil ini bias dipergunakan bambu yang dibelah dengan panjang 1 – 2
meter.Sebatang bambu ditancapkan sebagai proses pematang ditempat yang
telah ditentukan. Kemudian ditancapkan lagi dua belah bambu yang masing-masing
ditempatkan dikiri kanan bambu yang pertama. Bambu ini dimaksudkan sebagai lebar
pematang atas nantinya, oleh kearenanya jara antara kedua bambu yang terahir ini
disesuaikan dengan lebar pematang yang akan dibuat atau biasanya berkisar antara 1 – 1,5
meter.

14
Gambar 2 : Cara membuat pematang kolam dan resikonya

Kemudian kedua bambu tersebut dihubungkan dengan sebuah bambu sebatas tinggi
pemetang yang dikehendaki. Namun biasanya jika diperhitungkan dengan lubang hasi
penggalian biasanya tinggi propil hanya ¾ dari ketinggian yang di kehendaki.. Dengan
alasan hasil penggalian nantinya merupakan ¼ bagian tinggi pematang misalkan kita
menghendaki pematang dengan ketinggian 1 meter, tinggi propil yang dibuat hanya 75 cm,
sedangkan 25 cm nantinya diharapkan dari hasil galian. Untuk mendapatkan tepi pematang
yang rapi sesuai dengan yang di kehendaki, propil pematang tersebut masih harus di
tambah bambu miring lagi pada kedua sisinya, yang sekali gus untuk menentukan ketebalan
pematang bagian bawah yang biasanya berkisar antara 3 – 4,5 meter.
Dengan telah selesainya propil dibuat pada bagian-bagian tertentu – jadi tidak cukup
hanya satu, maka penggalian kolam sudah bisa dimulai. Penggalian biasanya dimulai dari
bagian pinggir untuk memudahkan pematang. Namun harus diingat lapisan bagian atas
tanah yang akan di bangun kolam – yang biasanya subur karena mengandung humus –
harus diselamatkan dulu dengan menyingkirkan di bagian yang aman, untuk dikembalikan
lagi nanti sebagai dasar kolam. Juga sebelum memulai melakukan penimbunan pematang,
rumput-rumput atau segala macam sampah organik maupun anorganik harus di enyahkan
terlebih dulu agar tidak menyebabkan kebocoran.
Penimbunan tanah harus secara bertahap mengikuti propil yang sudah dibuat
pertama kali. Juga tidak perlu diadakan pemadatan buatan misalnya dengan menginjak-injak
apalagi dengan alat pemadat tanah buatan. Pemadatan kita serahkan pada alam saja yang
biasanya lebih ahli, sebab dengan adanya pemadatan,bias-bisa tanah malah tidak kompak.
Ini perlu diingat sebelumnya karena ada kecenderungan untuk menginjak-injak tanah ini
dengan harapan tanah tersebut dapat lebih kontak. Jika menemukan kerikil, batu, plastic,
akar tanaman dan beling sebaiknya dikumpulkan tersendiri supaya jangan turut nimbrung
jadi pematang. Sebab setelah beberapa saat nanti barang-barang ini nantinya akan menjadi
sumber kebocoran pematang.
Setelah seluruh pematang kolam jadi, masih ada pekerjaan yaitu memasang pintu
pemasukan dan pengeluaran air. Pintu pemasukan harus dipasang langsung pada saluran
pemasukan air begitu pula pemasangan pintu pengeluaran atau pembuangan air harus –
15
dipasang langsung pada saluran pembuangan air. Jangan dibiasakan memasang pintu
pemasukan suatu kolam dari kolam lain begitu juga halnya jangan sampai ada pintu
pembuangan yang dihubungkan dengan kolam lain sehingga air bekas dari suatu kolam
masuk kekolam lain. Semua sistim pengaliran air dalam suatu unit kolam haus diusahakan
secara parallel, dan sedapat mungkin adanya aliran air secara seri. Dengan sistim pengaliran
yang baik ini tentunya masing-masing kolam dapat dikelola dengan mudah tanpa tergantung
kolam lainnya.
Sebagai contoh jika pengaliran air secara seri, maka untuk mengeringkan kolam
bagian tengah, terpaksa harus mematikan aliran air kolam sebelah atas dan harus pula
mengeringkan kolam bagian bawahnya. Namun jika kolam mempunyai saluran pemasukan
dan pengeluaran terendiri sebagaimana halnya kolam yang baik, pengeringan dan segala
macam aktifitas suatu kolam dapatlah dilakukan tersendiri tanpa mengganggu kolam lainnya.
Pemasangan pintu pemasukan dapat dilakukan pada waktu kolam sudah jadi.
Sedangkan pemasangan pintu pembuangan air biasanya dilakukan bersamaan dengan
pembangunan pematang sehingga tidak perlu menggali pematang yang sudah jadi. Namun
biasanya berbagai pertimbangan, misalnya takut pintu pembuangannya terletak terlalu tinggi
dari kolam, maka biasanya orang memilih menggali pematang yang sudah jadi, baru
kemudian memasang pintu pembuangan ini.
Pintu pemasukan dapat mempergunakan peralon 4 inchi atau bambu utuh yang
sudah dilubangi ruasnya, sedangkan pintu pembuangan ini agak sedikit rumit, karena
membutuhkan bangunan dari pasanagan batu bata. Pintu pembuangan yang sering kali
disebut monik tersebut merupakan sebuah bak semen dengan bagian terbuka pada bagian
depannya dengan bagian lorong yang tertanam dalam pematang yang memungkinkan air
lewat dengan deras tanpa merusak pematang. Untuk mengatur ketinggian air, pada bagian
yang berbentuk bak diberi bagian yang berlekuk sebanyak 3 buah untuk memasang
penyekat. Penyekat yeng di pergunakan biasanya papan yang sengaja tidak disambungkan
satu sama lain. Jadi dapat diatur menurut keinginan. Pada sekat sebelahdepan biasanya
pada dasarnya tidak dipasang papan melainkan saringan dari kawat kasa, baru bagian atas
dipasang papan yang rapat. Penyekat yang kedua dan yang ketiga semuanya dipasang
papan menurut ketingian air yang dikehendaki. Air kolam jika melebihi ketinggian air yang
dikehendaki akan luber meleawti bagian bawah – yang terpasang saringan , naik melewati
kedua papan dibelakangnya. Untuk menjaga kebocoran yang mungkin masih menerobos
sela-sela papan, ruang antara papan keduan dan ketiga sengaja dikuatkan dengan tanah
sehingga air yang keluar memang benar-benar melewati bagian atas papan. Selain monik
ada pintu pembuangan sistemsifon yang merupakan perbaikan dari sistim monik. Pintu ini
terdiri dari dua bak yang bergandeng. Bak bagian pertama yang terletak didepan sengaja
diberi pintu yang nantinya sebagai tempat saringan. Bak kedua hanya ada dua buah lobang
dari peralon 4 inchi sebagai tempat keluarnya air. Peralon pertama menghubungkan dengan
bakpertma dan diberi elbo (sambungan berbentuk L ) yang dihubungkan dengan peralon
yang panjang sebage pengatur tinggi rendahnya air atau untuk pengurasan. Sedangkan
peralon kedua pada bak ini menembus pematang sebagai jalan iar ke saluran pembuangan .
Pengaturan air cukup dengan memiringkan atau menegakan peralon yang tegak ini. Ada lagi
pintu pembuangan ini dengan mempergunakan sustim tempolong lutut. Pintu ini pada
prinsipnya sama, yaitu dapat mengeringkan kolam kolam dengan cepat pada saat mau
panen, atau sebagai jalan air yang lancar pada saat pemeliharaan ikan. Semua dapat diatur
sesuai dengan kemampuan biaya dan
bahan yang tersedia.
Setelah kolam selesai dibuat lengkap denga pintu pemasukan dan pengeluaran air,
pada dasar kolam harus dilengkapi dengan saluran tengah atau kemalir. Saluran tengah ini
dibuat dengan jalan menarik garis lurus dari pintu pemasukan air ke arah pintu pengeluaran
air. Ukurannya cukup lebar 40 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran tengah ini akan
memegang peranan yang penting pada saat panen, terutama panen benih. Sebenarnya
dasar dari pintu pembuangan air tadi – monik dan sistim sipon – berubah sesuai dengan
dasar kemalir ini. Ini dimaksudkan agar air yang berada dikolam tersebut seluruhnya dapat
terkuras habis, sehingga memungkinkan benih-benih ikan tertangkap seluruhnya.

16
Beberapa petani ditemui penulis, kadang kadang menambahkan petakan berbentu
pesegi panjang. Petakan yang diberi nama kobakan ini, diletakan didekat pintu pemasukan
air atau di tengah kemalir. Pada satu kolam disediakan dua kobakan. Kegunaan kobakan
yaitu akan lebih memudahkan penangkapan benih ikan atau ikan akan berkumpul pada
kobakan ini. Dengan demikian benih ikan akan lebih mudah di tangkap.

a.Saluran pemasukan air


b. Pintu pemasukan air
c. Saluran tengah/ Kemalir
d. Pematang kolam
e. Pintu pengeluaran air/ monik Gambar 3 : Penampang kolam yang baik
f. Kobakan / Kowen
g. Saluran pembuangan air

*********

17
BAB IV
BUDIDAYA IKAN NILA

Pengenalan jenis
Bentuk badan ikan nila (Tilapia nilatica) ialah pipih kesamping memanjang.
Mempunyai garis vertical 9 – 11 buah,garis-garis pada sirip ekor berwarna merah sejumlah 6
-12 buah. Pada sirip punggung terdapat juga garis-garis miring . Mata kelihatan menonjol
danrelatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatil lebih tebal dan kekar
dibandingkan ikan mujair.

Kebiasaan Hidup
Ikan nila merupakan ikan sungai atau ikan danau yang sangat cocok dipelihara
diperairan tenang, kolammaupun reservoir. Toleransi terhadap kadap kadar garam /salinitas
sangat tinggi. Selain pada perairan air tawar, ikan nila juga sering ditemukan hidup dan
berkembang pesat pada perairan payau, misalnya tambak.

Kebiasaan Makan (Feeding habits)


Di peariran alam ikan nila memakan plankton, perifiton atau tumbuhan air yang
lunak,bahkan cacingpun dimakannya pula.Dari pene;litian lebih lanjut ikan berasaldari Afrika
ini kebiasaanmakannya berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata lebih
suka mengkonsumsi Zooplankton seperti Rotatoria, copepoda dan Cladocera.
Sejalan dengan pertumbuhan badannya, ikan nila mulai meninggalkan Zooplankton
sebagai makanan pokoknya, lalu menggantikannya dengan Fitoplankton yang dikonsumsinya
dalam jumlah banyak.
Yang paling untik kebiasaan makan ikan ini adalah kemampuan ikan-ikan dewasa
yang telah berukuran besar untuk mengumpulkan makanan (plankton) dari perairan dan
dengan bantuan lender (mucus) dalam mulut. Maka plankton akan bergumpal atau akan
membentukpartikel sehinga tidak mudah keluar kembali melalui jaringan insang.
Pada ikan dewasa panjang usus dapat mencapai 4,13 kali panjang badan sedangkan
pada ikan kecil biasanya lebih pendek hanya sekitar 2,35 kali panjang badan.

Kebiasaan Berkembang Biak (Breeding habits)

Di alam ikan nila mulai mau memijah sejak berumur 4 bulan dengan ukuran panjang
badannya sekitar 9,5 cm sedangkan beratnya sekitar 15 g. pembiakan rupanya terjadi
sepanjang tahun tanp adanya misim tertentu dengan interval waktu kematangan telur
sekitar 2bulan. Sedangkan dari pengalaman petani dilapangan interval waktu kematangan
telur yang juga berarti interval pemijahan biasanya lebih pendek dengan pemberian
makanan yang cukup bergizi.
Ikan jantan mempunyai nurani membuat sarang berbentuk lunbang didasar perairan
yang lunak sebelum mengajak pasangannya untuk memijah. Ternyata nurani kebapakan dri
induk jantan ini di imbangi sifat keibuan dari induk betina yang mengerami telur dalam
mulutnya dan senantiasa mangasuh anaknya yang masih lemah. Keniasaan ini sering
mengganggu aktifitas makannya sehingga induk betina, pertumbuhannya kalah jika
dibandingkan dengan induk jantan.
Bagi induk betina yang telah matang kelamin biasanya dapat menghasilkan telur
antara 250 – 1100 butir dengan betar ovariaum antara 2 – 5 gr. Ovarium ini berwarna
kuning dan penuh dengan pembuluh darah. Telur – telur yang telah di buahi akan menetas
dalam jangka waktu 3 – 5 hari di dalam mulut induk betina, karena memang ikan nila
terggolong sebagai “Mouth Breeder” atau pengeram dalm mulut. Selama 10 – 13 hari
biasanya larva di asuh oleh induk betina, yaitu dengan cara di temani jalan – jalan keliling
kolam, dihisap masuk mulut induk betina dan di keluarkan lagi bila situasi telah man. Begitu
berulang kali hingga benih berumur ± 2 minggu.

Memilih Induk Ikan Nila


Untuk memperoleh benih ikan nila yang banyak dan cepat pertumbuhannya, memang
banyak membutuhkan waktu untuk mengelolanya. Bukan karena ikan ini sulit dikawinkan,
18
tetapi biasanya ikan nila yang berkembang dan dikembangkan di masyarakat bukanlah nila
murni melainkan nila mujair (Nimu). Nimu merupakan hasil kawin silang antara Tilapia
nilatica yang asli nila dengan nila mujair ( Tilapia mosambica). Memang agak sulit untuk
mencari ikan nila yang asli karena ikan ini gampang main serong dengan kerabat dekatnya
mujair.
Demi keberhasilan pembenihan ikan nila dan agar sesuai dengan modal yang kita
keluarkan baik uang, tenaga dan waktu. Lebih baik kita mencarikan nila yang asli dan bukan
yang palsu, karena dengan begitu paling tidak masih memiliki sifat – sifat nila yang kuat.
Harus di adakan pemuliabiakan secara cermat agar delam jangka waktu tertentu dapat
mendapatkan ikan nila yang mempunyai sifat – sifat unggulnya.
Salah satu ciri yang mudah dan tidak terbantahkan biasanya dengan melihat garis –
garis vertical pada badannya maupun pada ekornya. Pada ikan yang sifat nilanya masih
dominan, garis – garisnya terlihat agak kabur sebaliknya disingkirkan dari peredaran.
Sedangkan untuk membedakan kelamin jantan dan betina akan sangat mudah jika sifat
kelamin sekuder sudah terluhat jelas. Dagu induk jantan biasanya berwarna kemerahan atau
kehitaman sedangkan induk betina terlihat berwarna putih. Sirip dada pada ikan jantan
berwarna coklat kemerahan dan induk betina berwarna kehitaman.
Induk jantan menpunyai perut yng pipih (normal, kemps) dengan warna kehitaman
sedangkan pada induk betina terlihat berwarna putih dan mengembang. Jika perutnya dipijat
mengeluarkan cairn seperti air, pertanda ikan jantan sedangkan induk betina mengeluarkan
sesuatu yang istimewa jika perutnya dipijat.
Jika masih kurang yakin untuk membedakan kelamin jantan dan betina dengan
tanda – tanda tersebut diatas, mungkin dengan melihat alat kelaminnya langsung akan lebih
yakin tidak ragu – ragu. Alat kelamin pada induk jantan berbentuk meruncing sedangkan
pada perut betina berbentuk bulan sabit. Pada ikan jantan lubang tempat keluar urine dan
cairan sperma menjadi satu, sedangkan lubang anus terpisah oleh kerenanya hanya
mempunyai dua buah lubang yaitu anus dan urogenital (urine dan sperma). Sedangkan pada
ikan betina memmpunyai 3 buah lubang yaitu anus, genital/telur dan lubang urine. Lubang
genital yang berbentuk setengah lingkaran inilah yang dikatakan berbentuk bulan sqbit.
Untuk di jadikan sebagi induk yang bonafit baik ikan jantan maupun ikan betina
sudah mencapai berat kurang lebih 100gram/ekor. Memang pada dsarnya ikan ini sudah
dapat dijadikan induk yang baik sejak berukuran 60 gram, hanya saja biasanyahasil anaknya
masih sedikit.

Pemijahan ikan nila di kolam


Dengan meniru kebiasaan hidup ikan nila di alam, rasanya memang tidak terlalu sulit
untuk memindahkannya dalam kolam budidaya yang produktif dalam hal kolam pemijahan.
Supaya keberhasilan pemijahan yang akan dilakukan sesuai dengan target yang akan dicapai
memang kita haruslah mengalah dengan rendah hati memenuhi beberapa syarat antara
lain :

1. Konstruksi Kolam
Ikan nila ini sebenarnya tidaklah membuthkan konstruksi kolam yang rumit,
bahkan dengan kolam tanpa sirkulasi yang memadai ikan ini akan tetap
memijah/kawin. Namun sebaliknya keistimewaan ikan nila tersebut dimanfaatkan jika
memang lahannya tidak dapat dibuat kolam yang memenuhi standar. Selama
lahannya masih memungkinkan dibuat kolam yang memenuhi syarat teknis,
sebaiknya kolam yang asal saja tidak dipakai. Kolam sebaiknya dibuat pintu
pemasukan air dan pembuangan air untuk memudahkan penangkapan induk setelah
beberapa kali masa pemijahan. Luas kolam berkisar antara 100 – 400 m 2
disesuqaikan denagn lahan pekarangan yang dimiliki dan memudahkan induk jantan
membuat lubang pemijahan. Pada pintu pemasukan air sebelumnya di pasang
saringan untuk mesuknya ikan liar seperti gabus, betook dan mujair.

2. Persiapan Kolam
Dasar kolam dikeringkan ± 3 hari. Lumpur yang menutup saluran tengah
(kemalir) di nqikan dan saluran tengahnya di buat rapi. Hal ini dimaksudkan untuk

19
memudahkan penangkapan induk ikan nila nantinya setelah beberapa lama
berselang.
Pematang kolam diperbaiki kolam untuk menghindari kebocoran yang tidak
dikehendaki. Lubang-lubang akibat kepiting di cangkul untuk kemudian ditimbun
dengan tanah baru dari kolam. Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki pH tanah
dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan. Kolam pemijahan ini boleh dipupuk
dan juga tidak. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan makanan alami ikan bagi
benih-benih yang baru menetas. Sedangkan bila kolam tidak dipupuk harus segera
ditambahkan makanan dari luar kolam. Begitu terlihat benih ikan nila di permukaan
kolam di berikan dedak halus.
Bila persiapan kola mini telah dirasa cukup, air yang baru dari saluran air
dimasukkan keg lm kolam. Jangan lupa melengkapi pintu pemasukan air dengan
saringan kawat kasa/ kasa nyamuk ndari plastik.
3. Pemijahan
Setelah permukaan air mencapai ketinggian 50 – 70 cm, induk-induk yang
telah mulai dimasukkan satu persatu ke dalam kolam pemijahan. Pemasukan induk
ikan biasanya dilakukan pada pagi/ sore. Ini untuk menjaga agar induk tidak stress
kerena suhu air yang tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, R.O.. Pemeliharaan Ikan Tambakan (Biawan)


(Bandung : Sumur Bandung, 1981).
Ardiwinata. R.O., Pemeliharaan Ikan Tawes
(Bandung : Sumur Bandung, 1981).
Ardiwinata, R.O., Pemeliharaan Ikan gurame
( Bandung : Sumur Bandung, 1981).
Ardiwinata, R.O., Pemeliharaan Ikan Mas di sawah
( Bandung : Sumur Bandung, 1981).
Asmawi, Suhaili, Pemeliharaan Ikan dalam Karamba
(Jakarta : Gramedia, 1984).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pemijahan Ikan
Konsumsi (Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pengantar Budidaya Ikan
Konsumsi Air Tawar (Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Kualitas Air untuk Budidaya Ikan
(Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
(Jakarta : t.t..).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pemeliharaan Ikan Lele (Clarius batrachus L)
(Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pemeliharaan Ikan Gurame
(Osphronemus Gouramy Lac (Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Pemeliharaan Ikan Tawes
(Puntius Javanicus Blkr (Jakarta : 1986).
Dinas Perikanan DKI Jakarta, Teknik Pemeliharaan Ikan Nila
(Jakarta : 1986).
Hardjamulia, Atmaja, Budidaya Ikan Lele, Belut, Sidat untuk SPP-SUPM
Bogor (Jakarta : BPLPP-Deptan, 1979).

21

Anda mungkin juga menyukai