Anda di halaman 1dari 9

yang memiliki peluang ekonomi untuk dibudidayakan.

Budidaya ikan Patin masih perlu diperluas lagi,


karena pemenuhan atas permintaan ikan patin masih sangat kurang. Ikan patin seperti halnya ikan lele tidak
memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya keduanya tergolong dalam
kelompok catfish. Ada yang menyebut ikan patin dengan Lele Bangkok. Di beberapa daerah ikan patin
memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Rasa daging
ikan patin yang enak dan gurih konon memiliki rasa yang lebih dibandingkan Ikan Lele. Ikan patin
memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup banyak di dalam dagingnya.
Teknik budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, sehingga tidak perlu ragu jika berminat menekuni
budidaya ikan ini. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan ikan patin hanya mengandalkan penangkapan dari
sungai, rawa dan danau sebagai habitat asli ikan patin. Seiring dengan meningkatnya permintaan dan minat
masyarakat, ikan patin mulai dibudidayakan di kolam,keramba maupun bak dari semen. Permintaan ikan
patin yang terus meningkat memberikan peluang usaha bagi setiap orang untuk menekuni usaha di bidang
budidaya ikan patin ini. Dengan permintaan yang demikian meningkat jelas tidak mungkin mengandalkan
tangkapan alam, tetapi perlu budidaya ikan patin secara lebih intesnsif.
Ikan Patin Raksasa Berat 43 Kg,Panjang 1.3m.Dokumentasi Sriwijaya Post
Model Budi Daya Ikan Patin
Peluang usaha Budidaya Ikan Patin dapat dilakukan dalam dua bidang kegiatan yaitu kegiatan pembenihan
dan kegiatan pembesaran sebagai ikan konsumsi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk
menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang
umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Budidaya ikan patin sebagai pemenuhan bibit ini cukup
memiliki prospek yang bagus karena permintaan bibit juga cukup besar. Budidaya ikan patin sebagai
persediaan bibit ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal bisa dipercepat.
Budidaya ikan patin dalam kategori pembesaran biasanya dilakukan saat bibit ikan patin memiliki berat 812 gram/ekor, dan setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700 gram/ekor. Sebagian petani ikan patin memanen
setelah usia 3 sampai 4 bulan karena permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per
ekornya. Budi Daya Ikan patin sebagai bibit dan ikan konsumsi memiliki peluang usaha yang sama-sama
menguntungkan, tergantung pilihan kita mana yang lebih memungkinkan.
Persyaratan Budidaya Ikan Patin
Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi
pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut :
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budi daya ikan patin adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat
dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat
yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari
timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich
dengan dosis 0,05 cc/liter).
5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 derajat C.
Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu
optimal yang relatif stabil.
6. PH air berkisar antara: 6,5-7.
Teknik Budidaya Ikan Patin
A. Pembibitan Ikan Patin
Pembibitan Ikan Patin merupakan upaya untuk mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah
yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat
aslinya yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain. Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan
semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Memilih calon induk siap pijah.


Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu dengan
pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang mengandung
protein tinggi. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah
ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
Umur tiga tahun.
Ukuran 1,5-2 kg.
Perut membesar ke arah anus.
Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya
seragam.
b. Induk jantan
Umur dua tahun.
Ukuran 1,5-2 kg.
Kulit perut lembek dan tipis.
Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,Biasanya ikan mas.
Hormon perangsang dibuat dengan menggunakan kelenjar hipofise ikan mas, kelenjar hipofise dapat
ditemukan pada bagian otak ikan mas, berwarna putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan
pinset. Setelah diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk sampai benar-benar halus dan
lebut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades) yang dapat dibeli di apotik.
3. Kawin suntik (induce breeding).
Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan jarum suntik dan
disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk
merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
4. Penetasan telur.
Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu
dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air bersih dari sumur.
5. Perawatan larva.

Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau bak berukuran 80 cm x 45 cm x
45 cm, bisa dalam ukuran yang lain. Setiap akuarium atau bak diisi dengan air sumur bor yang telah
diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap
akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan
suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana. Benih umur sehari
belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac
atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam
yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau
yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
6. Pendederan.
Benih Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar atau bak dari semen, lebih bagus pada kolam lumpur karena
mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.
7. Pemanenan.
Benih ikan patin bisa dipanen sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
B. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam
berbagai ukuran, antara lain 200 gram sampai 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan permintaan pasar.
Ada sebagian yang lebih senang ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan
ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.
Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan aliran air yang mengalir cukup baik, meski
demikian bisa juga dipeihara pada kolam semen yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air
agar tetap dalam konsisi yang baik. Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin Sebagai Berikut:
1. Pemupukan
Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam
bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang
pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau
pupuk hijau dengan dosis 50-700 gram/m 2.
2. Pemberian Pakan
Faktor yang cukup menentukan dalam budi daya ikan patin adalah faktor pemberia makanan. Faktor
makanan yang berpengaruh terhadap keberhasilan budi daya ikan patin adalah dari aspek kandungan
gizinya, jumlah dan frekuensi pemberin makanan. Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan
sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan.
Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan. Hal ini dapat
diketahui dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara
(sampel). Pakan yang diberikan adalah Pelet dan bisa ditambahkan makanan alami lainnya seperti kerang,
keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan
selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.
3. Penanganan Hama Dan Penyakit
Salah satu kendala dan masalah Budi daya ikan patin adalah hama dan penyakit. Pada pembesaran ikan
patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak,
ular air, dan burung. Cegah akses masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan
si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk jika ada sinar lampu. Penyakit ikan patin ada yang
disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya
gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat
infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
4. Pemanenan Ikan Patin
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski terlihat sederhana pemanenan juga
perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen.
Sayang jika budi daya ikan patin sudah berhasil dengan baik, harus gagal hanya karena cara panen yang

salah. Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka.
Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan
didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini
menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.
Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, karena itu diusahakann
menjual dalam bentuk ini. Harga Ikan Patin Per kilogram kurang lebih Rp 15.000. ( Galeriukm ). (Proyek
Pengembangan Ekonomi Ma)
/////////////////////////////////////

CARA BUDIDAYA IKAN PATIN

BUDIDAYA
A.Persiapan

IKAN

PATIN
kolam

Pada
persiapan
kolam
dilakukan
antara
lain
;
Pengolahan tanah dasar kolam meliputi pencankulan/pembajakan tanah dasar kolam dan
meratakannya. Pematan kolam diperbaiki, menutupi bagian-bagian kolam yang bocor
.
Memperbaiki parit/kemalir dan kubangan untuk tempat persiapan pemanenan.
Penaburan kapur pertanian dengan dosis antara 20-200 gram/meter persegi (tergantung
keadaan kolam). Untuk kolam yang pH-nya rendah pemakaian kapur akan lebih banyak,
juga sebaliknya. Tanah yang pH-nya sudah cukup baik pemberian kapur sekedar untuk
membasmi hamadan penyakit yang mungkin ada di kolam.
Pemasangan saringan pada pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air untuk mencegah
agar ikan tidak lolos/keluar.
Pengisian air dengan ketinggian 1-1,5 meter biarkan selama 1 (satu) minggu.
Satu minggu setelah pengisian air, kemudian dilakukan pemupukan dengan TSP
sebanyak 22 gram/meter persegi.
Satu minggu kemudian dilakukan penebaran benih.
B. Penebaran Benih
Benih yang di besarkan di kolam sebaiknya berukuran seragam 40-50 gram/ekor dengn
padat penebaran 8-15 ekor/m2.
C. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan adalah 2-3% dari berat total ikan
perhari. Frekuensi pemberian pakan 2 (dua) kali sehari dengan waktu pemberian pagi dan

sore hari.
D. Pencegahan Hama dan Penyakit
Untuk pencegahan hama dan penyakit sebaiknya benih ikan patin jambal yang akan
ditebar dicucihamakan terlebih dulu dengan KMn04 atau PK ( Kalium Permanganat)
dengan dosis 35 gram/m3 selama 24 jam atau dengan formalin dosis 25ppm selama 5-10
menit.

VI. PANEN Masa pemeliharaan ikan patin jambal dapat berfariasi tergantung dari
ukuran awal benih yang ditebar dan berat ikan yang diinginkan serta permintaan pasar.
Pengalaman pembudidayaan ikan menunjukkan untuk mencapai ukuran berat 1 (satu)
kg/ekor dengan berat awal tebar 50 gram/ekor memerlukan waktu selama 7-12 bulan.
Pemanenan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pemanenan secara bertahap dan
total. Pada pemanenan bertahap dilakukan dengan cara menyurutkan air sedikit demi
sedikit lalu memilih ikan-ikan yang siap untuk dipanen dan dapat di gunakan dengan jala.
Setelah selesai pemanena lalu air di isikan kembali seperti semula. Sedangkan pada
pemanenan total dilakukan dengan cara pengeringan kolam sehingga ikan mengumpul
pada parit dan kubangan dengan demikian dengan mudah ditangkap menggunakan serok
atau jaring.
Sebaiknya ikan yang selesai di panen disimpan di tempat penampungan sementara sambil
menunggu pengangkutan kepasar ikan.
Produk
Viterna

Produk

Plus(Vitamin

Hormonik
Natural

NATURAL

NUSANTARA
Ternak

(Hormon
TON

(pupuk

(NASA)
Natural)

Organik)
Tambak

yang

Organik

digunakan:

500

cc

100
Nusantara)

cc
250

gr

1 botol VITERNA + 1 botol Hormonik = 600 cc = cukup untuk campuran 150 Kg pakan
apa saja. Untuk menghemat biaya pilih pakan yang paling murah, misalnya dedak /
bekatul. Meski pakannya biasa-biasa aja namun jika dicampur suplemen Viterna plus +
Hormon Organik kebutuhan protein & nutrisi sudah lebih dari mencukupi. Tidak perlu
pilih-pilih pakan terapung segala, meski pakan tenggelam kalau nafsu makan ikan bagus
pasti
dilahap
sampai
habis.

Cara

pakai:

VITERNA Plus& HORMON ORGANIK digunakan sebagai suplemen campuran pakan


ikan. Campur jadi satu wadah, 1 botol VITERNA Plus500 cc + 1 botol HORMONIK 100
cc. Kemudian ambil 1 tutup (10 cc) campur dengan 2,5 Kg pakan apa saja. Cukup
diberikan
1
x
sehari.
Natural TON (Pupuk Tambak Organik Nusantara) digunakan sebagai pupuk kolam /
tambak. Campurkan air 10 liter + 1 sendok makan Natural TON siram-siramkan
secukupnya
setiap
2
minggu
/
1
bulan
sekali.

Tips

&

trik:

Jika ingin target hasil panen optimal, target bobot 1 Kg per ekor. Caranya campur jadi
satu wadah, VITERNA plus + PUPUK ORGANIK CAIR (POC) NASA + HORMON
ORGANIK. Campur 10 cc dengan pakan apa saja. 1 x sehari.
1 botol VITERNA Plus500 cc+ 1 botol POC NASA 500 cc + 1 botol HORMONIK =
1.100 cc = cukup untuk 300 Kg pakan = cukup untuk sekitar 200 ekor.
Manfaat

Viterna

Plus

Hormonik

Meningkatkan nafsu makan ikan, ikan tidak stress, sehat, tahan penyakit, angka kematian
sangat rendah, menghasilkan daging ikan bermutu tinggi karena rendah kolesterol.
Manfaat

Natural

TON

(Pupuk

Tambak

Organik)

Cepat menumbuhkan plankton sebagai pakan alami yang disukai ikan, menetralkan &
menguraikan senyawa beracun / gas-gas beracun berbahaya, menyelaraskan ekosistem
tambak / kolam, mempercepat pertumbuhan ikan, menyediakan suplai oksigen terlarut
dalam air sehingga ekosistem kolam manjadi sehat.
////////
PERMINTAAN

Secara nasional tidak diperoleh data mengenai


besarnya permintaan konsumsi ikan patin. Namun, dari pengembangan budidaya ikan

patin yang semakin meluas diduga bahwa permintaan ikan patin cenderung meningkat
meskipun masih bersifat lokal dan belum merata di seluruh Indonesia. Permintaan ikan
patin meningkat khususnya pada bulan-bulan tertentu yaitu pada hari raya keagamaan
(Idul Fitri, Natal, dll). Hal lain yang menyebabkan permintaan ikan patin meningkat
adalah karena ikan patin tergolong menu khusus atau istimewa menurut adat dan atau
budaya lokal.
Besarnya permintaan pasar, ditandai dengan penjualan ikan patin oleh pedagang
pengumpul/agen di kabupaten OKI ke kabupaten lain seperti Lahat, Prabumulih, Pagar
Alam, Muara Enim, Palembang dan ke provinsi lain seperti Lampung, Bengkulu dan
Jambi. Penjualan ikan patin ke luar kabupaten OKI rata-rata 40 ton per bulan. Di
kabupaten OKI ada 5 pedagang pengumpul/agen, sehingga perdagangan ikan patin
mencapai 200 ton setiap bulan atau 2.400 ton (77%) dari produksi budidaya ikan patin
dalam setahun.
PENAWARAN
Produksi ikan patin semula hanya ikan patin lokal tangkapan yang berasal dari perairan
umum di beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Namun, saat ini produksi ikan
patin sebagian besar adalah hasil budidaya, terutama sejak diperkenalkannya ikan patin
jenis siam dari Thailand. Wilayah produksi budidaya ikan patin terdapat pada daerah
tertentu, seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau Kalimantan Selatan dan
Jawa. Dari segi sumber daya yang tersedia, wilayah tersebut cukup potensial untuk
pengembangan budidaya ikan patin. Tidak diperoleh informasi mengenai produksi ikan
patin dari budidaya dan perairan umum di Indonesia, namun dari hasil wawancara dengan
peneliti di beberapa Balai Riset Perikanan Air tawar diperoleh kesan bahwa produksi ikan
patin di Indonesia masih tergolong sedikit.
Di kabupaten OKI, pada tahun 2002 produksi ikan patin lokal tangkapan mencapai 1.301
ton, sementara produksi ikan patin budidaya mencapai 3.127 ton yang dihasilkan oleh
9.652 Rumah Tangga Perikanan (RTP) sistem karamba dan 184 RTP sistem fence.
Dengan demikian produksi ikan patin hasil budidaya mencapai 71% dari total produksi.
Jika dibandingkan dengan perdagangan ikan patin hasil budidaya seperti tersebut diatas
(2.400 ton per tahun), berarti 77% dari produksi di pasarkan ke luar kabupaten OKI.
Kenyataan ini juga sesuai dengan keterangan para pedagang ikan yang menyebutkan
bahwa 80% ikan patin di pasarkan ke luar kabupaten dan hanya 20% dikonsumsi lokal.
ANALISA PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR
Tingkat persaingan pembudidaya ikan patin di kabupaten OKI relatif rendah, dengan
demikian peluang pasar masih terbuka untuk pembudidaya baru. Diperoleh keterangan
dari Dinas Perikanan dan Kelautan provinsi Sumsel bahwa terdapat permintaan ikan patin
sebanyak 1,5 ton per hari untuk industri pengolahan ikan patin menjadi baso, burger dan
sosis ikan di Palembang. Permintaan tersebut belum dapat dipenuhi karena adanya
beberapa kendala antara lain: daging ikan patin siam kurang sesuai untuk diolah menjadi

produk olahan, fasilitas pendukung seperti sarana transportasi dan lokasi pabrik belum
tersedia, dan masalah perijinan.
Peluang pasar untuk ekspor masih terbuka luas, karena konsumen di beberapa negara
Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia saat ini telah mengimpor ikan patin
dalam bentuk fillet dari Vietnam. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam
pengembangan budidaya ikan patin, terutama dengan telah diperkenalkannya ikan patin
lokal (Pangasius djambal Bleeker) kepada masyarakat mulai tahun 2000 dan teknologi
pembenihannya sudah tersedia di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Sukamandi
(Jawa Barat) dan Loka Budidaya Ikan Air Tawar di Jambi. Ikan patin djambal berpeluang
ekspor, mengingat ikan patin djambal memiliki keunggulan ekonomis sebagai ikan
budidaya, yaitu: bobotnya bisa mencapai 20 kg, dan dagingnya berwarna putih yang
hampir sama dengan Pangasius bocourti yang merupakan komoditas ekspor dari Vietnam.
Disamping itu produksi ikan patin jenis ini dapat memenuhi permintaan industri
pengolahan dalam negeri. Selain sebagai ikan konsumsi rumah tangga dan industri
pengolahan dalam negeri dan ekspor, ikan patin yang berukuran kecil (benih) juga
berpeluang untuk dikembangkan sebagai ikan hias .
HARGA
Perkembangan harga ikan patin boleh dikatakan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
karena pengaruh inflasi. Di kabupaten OKI, harga ikan patin berfluktuasi karena
pengaruh inflasi dan adanya panen ikan sistem lebak lebung di musim kemarau serta
meningkatnya permintaan pada hari raya keagamaan. Pada musim kemarau (Juli
September) harga ikan patin di tingkat pembudidaya (produsen) turun sampai Rp.7.000
per kg dan pada hari raya keagamaan meningkat sampai Rp.9.000 per kg atau rata-rata
adalah Rp.8.500 per kg. Sedangkan harga jual pedagang pengumpul rata-rata Rp 8.200
s.d. Rp 9.200 per kilo (harga yang berlaku pada April 2003).
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini membantu pembudidaya dalam
menentukan harga jual ikan. Pembudidaya memiliki posisi tawar atau bargaining position
dalam menentukan harga jual ikan karena sebelumnya mereka telah mengumpulkan
informasi harga dari pasar-pasar lokal atau sesama pembudidaya. Baik pembudidaya
maupun pedagang menyatakan bahwa harga ikan di tingkat produsen ditetapkan secara
tawar menawar
JALUR PEMASARAN PRODUK
Rantai tataniaga ikan patin sangat ringkas dan efisien, sehingga harga yang diterima
pembudidaya sekitar 80 90% dari harga yang dibayar konsumen. Pemasaran produk
oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen tanpa
melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga merupakan pedagang benih ikan,
pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin stok ikan, pedagang pengumpul
memiliki kolam penampungan sementara.

Pedagang pengumpul menjual ikan langsung baik kepada pengecer di pasar lokal maupun
pedagang pengumpul/agen di luar kabupaten OKI. Pedagang pengecer di pasar-pasar
selanjutnya menjual kepada konsumen rumah tangga dan rumah makan/warung. Rantai
pemasaran ikan patin di kabupaten OKI dapat digambarkan sebagai berikut :

Dalam proses penjualan ikan, pedagang menyediakan tempat penampungan ikan


(kapasitas rata-rata 7 ton ikan), peralatan panen dan tenaga kerja sedangkan pembudidaya
hanya membantu. Ongkos panen dan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh
pedagang. Menurut pedagang, panen dilakukan sendiri untuk memastikan agar ikan yang
dipanen dalam kondisi baik, tidak luka, tidak stres dan tidak kekurangan oksigen. Dengan
penanganan yang baik diharapkan tidak ada ikan yang mati selama pengangkutan karena
ikan yang mati dapat menurunkan harga jual sampai dengan 12,5%.
Pembayaran kepada produsen menggunakan sistem bayar kemudian dalam tempo satu
sampai dua minggu setelah panen. Ikan patin dijual dalam keadaan hidup dan pedagang
pengumpul mengantarkannya kepada pemesan/pelanggan/agen pengumpul di luar
kabupaten
KENDALA PEMASARAN
Di tingkat pembudidaya tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang
kendala pemasaran adalah kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten
OKI dengan kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan
yang dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan harga
dari pemasok yang berasal dari wilayah lain. Pedagang dari Jakarta mampu memasukkan
ikan patin dengan harga yang lebih rendah dibanding harga ikan yang ditawarkan oleh
pedagang di kabupaten OKI.
//////////////////////////////

Anda mungkin juga menyukai