Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS SWOT PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN

PATIN (Pangasius Sp.)

Oleh :

Desi Melenia 227021016

MAGISTER TERAPAN KETAHANAN PANGAN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ikan,


termasuk memproduksi ikan, baik perikanan tangkap maupun budidaya dan atau
mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan sebagai sumber
protein dan non pangan. Perikanan dan kelautan memegang peranan yang sangat
penting dalam penyediaan protein hewani bagi masayarakat. Salah satu hasil bahan
pangannya adalah ikan. Ikan merupakan bahan pangan yang relatif terjangkau dan
bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein hewani, sehingga
kebutuhan ikan akan semakin meningkat (Musa, 2021).

Salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang memiliki potensi dan
banyak digemari oleh masyarakat adalah ikan Patin (Pangasius Sp.), terutama di
pulau Sumatera dan Kalimantan, disebabkan rasa daging ikan Patin yang enak,
lezat, gurih dan tekstur daging sedikit kenyal. Selain itu, harga ikan Patin relatif
terjangkau membuat masyarakat gemar mengkonsumsi ikan jenis ini maka untuk
merespon potensi permintaan tersebut, diperlukan suatu kegiatan usaha budidaya
ikan Patin. Ikan patin juga merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki
peluang ekonomi untuk dibudidayakan, mulai dari usaha pembenihan,
pembesaran dan pengolahan (Witoko, 2013).

Potensi pengembangan budiaya ikan patin di Indonesia masih terbuka


sangat luas, baik dengan budidaya kolam ataupun di perairan umum dengan
menggunakan keramba dengan jaring apung maka seharusnya Indonesia
mengambil peran besar sebagai penghasil dan pengekspor ikan patin dunia
menyaingi Negara Vietnam. Pada budidaya ikan patin, salah satu hal yang
menjadi peluang bagi pembudidaya ikan patin adalah masih kurang
seimbangnya anatar perbandingan jumlah produksi dengan jumlah permintaan
ikan patin. Saat ini jumlah produksi yang menunjukan kecenderungan selalu
lebih rendah dari pada jumlah permintaan. Padahal dari sisi teknologi,
sebenarnya sudah ditenukan beberapa teknik budidaya ikan patin yang
memungkinkan dilakukannya pembudidayaan ikan patin secara intensif di
berbagai media pemeliharaan. Usaha budidaya ikan Patin terus mengalami
peningkatan. Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan tingkat pendapatan
dan keuntungan yang diperoleh dari usaha ini.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas tujuan dari pembuatan karya tulis ini
adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui budidaya ikan Patin (Pangasius Sp.).
2) Mengetahui manfaat dari produk olahan pangan ikan Patin (Pangasius Sp.).
3) Mengetahui analisis SWOT produk pangan olahan ikan Patin (Pangasius
Sp.).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Ikan Patin

Ikan patin merupakan anggota kelompok catfish dari perairan Asia


Tenggara yang berikilm tropis dengan suu berkisar 22-26 °C dengan pH 6,7-7,5.
Ikan Patin termasuk ikan dasar, namun sesekali muncul ke permukaan air untuk
menghirup oksigen langsung dari udara. Pada habitat aslinya di sungai dan muara
sungai, patin bersifat karnivora dengan memakan berupa ikan-ikan kecil, cacing,
serangga, udang- udang kecil dan moluska. Panjang ikan ini untuk keperluan
konsumsi umumnya berkisar 30-35 cm namun panjang ikan dapat mencapai
120cm (Susanti, 2017).
Ikan ini merupakan jenis ikan konsumsi yang hidup di air tawar, berbadan
panjang dan berwarna putih keperakan dengan punggung sedikit berwarna biru.
Rasa daging ikan yang enak dan berlemak dan memiliki daging yang lebih tebal
dibandingkan dengan ikan Lele yang cenderung berbau amis dan dagingnya
sedikit lebih tipis atau sedikit. Ikan ini memiliki kandungan nutrisi yang banyak
sehingga masyarakat menjadikan Patin sebagai ikan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Ikan patin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena
kandungan gizi yang tinggi dan memiliki banyak manfaat seperti meningkatkan
metabolisme tubuh, mempercepat perbaikan dan pertumbuhan seluruh tubuh,
membuat peluang usahanya semakin terbuka (Hendrik, 2022).
Ikan patin merupakan bahan makanan yang penting sebagai sumber zat
gizi bagimasarakat. Ikan patin mengandung kadar protein yang cukup tinggi dan
mengandung semua asam amino esensial serta mengandung lisin dan arginin
yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein susu dan daging. Kandungan
lemak ikan patin juga tergolong rendah, bahkan jauh lebih rendah dibandingkan
dengan lemak pada daging sapi dan daging ayam. Lemak ikan patin mengandung
asam lemak jenuh tinggi yakni 50,28 – 64,42 % dari total asam lemak. Adapaun
kandungan asam lemak tidak jenuh tunggalnya berkisar 27,79 – 43,49%
sedangkan kandungan asam lemak tak jenuh gnya rendah berikisar (6,93 –
13,07% dari total asam lemak). Jumlah kandungan gizi ikan Patin dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi ikan Patin

NO Informasi Gizi Kandungan/100 gram


1 Energi 89 kalori
2 Lemak 2,96gram
3 Protein 14,91 gram
4 Karbohidrat 0 gram

Sumber: Mahyuddin (2010)


Ikan patin merupakan ikan jenis air tawar asli perairan Indonesia yang
berhasil didomestikasi, sebagai ikan unggul dan ekonomis, serta pengembangan
budidaya yang cukup prospektif. Dukungan untuk pengembangan ikan inipun
cukup tersedia, mulaidari luas lahan, petani, tenaga kerja penguasaan teknologi
budidaya dan pasar. Untuk budidaya patin media/lingkungan yang dibutuhkan
tidaklah rumit karena ikan patin termasuk ikan berjenis catfish yang mampu
bertahan pada lingkungan perairan yang tidak bagus misalnya keadaan kekuranan
oksigen. Umumnya ikan pati jantan pertumbuhannya lebih cepat dari pada patin
betina (Putri,2020).

Gambar 1. Ikan Patin (Pangasius Sp.)

Dalam kegiatan budidaya ikan patin perlu adanya penerapan budidaya yang
harus dilakukan dengan baik dan sesuai str. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal maka pembudidaya perlu menerapkan budidaya sesuai str dari CBIB
(Cara Budidaya Ikan yang Baik) meliputi :
1. Lokasi
Lokasi perbenihan berada pada Kawasan yang aman dari potensi
kontaminasi (industri, pertanian, rumah tangga, dan sumber kontaminan lain).
Tidak ada sejarah banjir, erosi dan cemaran air limbah baik cair maupun padat
pada area budidaya yang dapat membawa risiko kontaminasi. Seperti halnya
membudidayakan ikan varietas lain, perlu mempersiapkan kolam sebagai
tempat untuk ikan budidaya. Untuk ikan Patin, dapat menggunakan beberapa
media seperti kolam, kolam terpal maupun jaring apung atau terpal. Apabila
menggunakan keramba, perlu memerhatikan kondisi air pada danau maupun
waduk untuk membesarkan benih ikan Patin. Ada dua jenis keramba yang biasa
digunakan yaitu keramba dasar yang dipasang di dasar perairan, keramba
bawah permukaan air.
Keramba sebagai media pembesaran bibit ikan Patin juga perlu
dipersiapkan terlebih dahulu. perlu menentukan tempat di mana keramba akan
dipasang. Kemudian perlu memerhatikan kondisi keramba yang akan
dipasang, selanjutnya perlu memastikan bahwa konstruksi dari keramba yang
akan dipasang dapat menahan arus serta kuat. Namun, apabila akan
menggunakan media kolam terpal sebagai tempat budidaya ikan Patin, perlu
memerhatikan tata ruang, saluran air, kualitas air, suhu air, pH air dan
sebagainyan. Mempersiapkan kolam untuk tempat budidaya sangatlah penting,
karena akan menunjang proses perawatan bibit serta perkembangan bibit
hingga masa panen. Apabila kolam yang dimiliki tidak cukup baik, maka akan
memungkinkan membawa penyakit kepada ikan Patin serta menyebabkan hasil
panen yang tidak baik.
Kemudian diakukan pemberian pupuk pada kolam. Hal ini perlu
dilakukan apabila memilih menggunakan kolam lumpur atau tanah sebagai
media pembudidayaan ikan Patin. Pemberian pupuk bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan makanan alami ikan, sehingga meningkatkan
produktivitas kolam. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ikan Patin
merupakan ikan air tawar omnivora, sehingga apabila tumbuh pakan alami di
kolam budidaya ikan, maka dapat mengurangi biaya pakan. dapat menebarkan
pupuk hijau bahkan pupuk kendang sebanyak 500 gr hingga 700 gr untuk
merangsang pertumbuhan pakan alami seperti tumbuh-tumbuhan.
2. Suplai Air
Kebutuhan akan air dalam proses budidaya ikan sangat diperlukan.
Karena air yang ada di kolam budidaya perlu dilakukan pengurasan setiap 2-4
minggu sekali guna kualitas air tetap terjaga dengan baik. Sesuai dengan
persyaratan air pemeliharaan benih dan keamanan pangan.
Ikan Patin memang sedikit perlu diperhatikan dalam pengairan
dibandingkan dengan ikan air tawar yang biasa dibudidayakan lainnya. Perlu
mengontrol kualitas air agar ikan Patin merasa nyaman dan tidak sakit. Dapat
menambahkan emolin atau blitzich ke dalam kolam agar menghambat
pertumbuhan jamur, selain itu perlu memerhatikan suhu air yang berkisar 26-
28oC serta memeriksa pH air, pH air yang baik untuk ikan Patin adalah 6,5
sampai 7 tidak terlalu asam serta tidak terlalu basa.
3. Tata Letak dan Desain
Mudah dijangkau, tersedia sarana dan prasarana penunjang seperti
jaringan listrik, sarana komunikasi dan transportasi. Lokasi perbenihan
memiliki kemudahan akses jalan, transportasi dan sarana lainnya untuk
mendukung kelancaran proses produksi.
4. Fasilitas dan perlengkapan
Ruang laboratorium, ruang mesin, bangsal panen, tempat penyimpanan
pakan, tempat penyimpanan bahan kimia dan obatobatan, tempat penyimpanan
peralatan, kantor atau ruang administrasi. Bak/wadah : pengendapan dan atau
sistem filtrasi dan atau tandon, karantina, pemeliharaan induk, pemijahan dan
penetasan, pemeliharaan benih, penampungan benih, kultur pakan hidup, dan
pengolah limbah; Bahan dan peralatan: bahan dan peralatan produksi, bahan
dan peralatan panen, peralatan mesin, peralatan laboratorium; Sarana
biosekuriti: pagar, sekat antar unit produksi, pencelup kaki (footbath),
pembasuh tangan (handsanitiser) dan pencelup roda (wheelbath) pakaian dan
kelengkapan kerja personil.
5. Persyaratan pengelolaan Induk
Kegiatan budidaya ikan yang paling sulit yaitu pembenihan hal ini
disebabkan apa perlakuan unsur kebiasaan dari induk ikan pada waktu
melakukan pemijahan/perkawinan dan perawatan larva yang sangat rawan
terhadap lingkungan yang buruk. Selain itu, perlu keterampilan tersendiri
dalam pemijahan beberapa ikan dengan bantuan hormon. Induk unggul hasil
pemuliaan atau domestikasi harus memiliki Surat Keterangan Asal (SKA) atau
keterangan induk unggul dari produsen. SKA diperlukan untuk menelusuri asal
usul lokasi dan distribusi induk berdasarkan rekaman atau prosedur yang dibuat
selama proses produksi induk. Sebagai jaminan kepada pelanggan agar
mengetahui semua tahapan dalam proses produksi dilakukan sesuai str yang
ditetapkan.
Induk yang berasal dari luar negeri merupakan induk unggul dan
dibuktikan dengan surat keterangan bebas patogen berdasarkan uji kesehatan
oleh pihak Karantina. Kondisi ruangan dan wadah sesuai dengan persyaratan
teknis bagi induk, untuk mendukung perkembangan gonad dan proses
reproduksi. Dilakukan pengelolaan air dengan baik yang bertujuan agar air
media dalam bak pemeliharaan memenuhi persyaratan mutu air bagi
pemeliharaan induk. Selama proses pemijahan dan penetasan telur dilakukan
penanganan dengan baik.
Dalam budidaya ikan patin setelah proses persiapan kolam atau media
sebagai tempat budidaya ikan selesai, tahapan selanjutnya adalah memilih bibit
ikan Patin. Bibit ikan Patin harus memiliki kualitas terbaik, agar resiko terkena
penyakit lebih sedikit. Selain itu perlu menentukan jenis ikan Patin yang mana
yang akan budidayakan. Sebaiknya sebagai pemula memilih salah satu jenis
dari ikan Patin, apabila sudah terlatih atau ahli dapat menambah jenis ikan
Patin lain. Berikut beberapa karakteristik atau ciri-ciri dari bibit ikan Patin yang
memiliki kualitas baik.
1) Ukuran kepala serta badan bibit seimbang, tidak terlalu besar maupun
terlalu kecil.
2) Bibit ikan bergerak dengan lincah.
3) Memiliki warna tubuh yang cerah.
4) Pastikan bibit ikan berasal dari indukan ikan yang berkualitas atau
memiliki sertifikasi.
5) Menanyakan penggunaan antibiotic, vitamin hingga probiotik dari bibit
ikan agar dapat mengenali penyebab terjangkitnya hama maupun penyakit
apabila menyerang ikan Patin .
6. Pembesaran dan Perawatan (pemberian pakan, obat dan vitamin)
Pembesaran dilakukan untuk membesarkan benih menjadi lebih besar
lagi atau membesarkan hingga ikan siap untuk panen dan siap dikonsumsi.
Budidaya dapat berlangsung dengan baik jika kebutuhan dapat terpenuhi.
Kelangkaan suplai benih akan sangat mengganggu jalannya usaha
pembudidayaan. Pemberian Pakan dan Obat yaitu pakan yang diberikan kepada
induk harus sesuai dengan kebutuhan baik dalam jenis, dosis, frekuensi
pemberian, serta kandungan nutrisi, yang sesuai bagi perkembangan gonad dan
kualitas telur. Pakan harus bebas dari bahan kimia dan obatobatan yang dilarang
serta bebas kontaminan. Penggunaan pakan induk yang berupa pakan buatan
harus memperhatikan aturan pakai dan tanggal kadaluwarsa sebagaimana
tercantum pada label pengemas pakan. Pakan induk harus disimpan dalam
wadah/tempat yang bersih, terhindar dari kontaminan serta pengaruh sekitar
yang mempercepat kerusakan. Induk yang terinfeksi suatu penyakit dapat diobati
dengan bahan kimia dan obat-obatan yang direkomendasikan dan atau terdaftar
di Kementerian Kelautan dan Perikanan, dengan memperhatikan kondisi fisik
dan aturan pakai serta tanggal kadaluwarsa sebagaimana tercantum pada label
pengemas obat. Bahan kimia dan obatobatan disimpan di tempat yang bersih dan
terhindari dari pengaruh yang mempercepat kerusakan.
Proses perawatan atau pemeliharaan ini perlu lakukan dengan tekun dan
rajin setiap hari hingga masa panen tiba. Selama masa perkembangan ikan, yaitu
dari bibit hingga layak panen perlu melakukan pergantian air selama 2 hingga 3
kali dalam seminggu. Cara pengurasan air tersebut harus lakukan secara
bertahap, jangan kosongkan seluruh air dalam kolam, agar ikan tidak kaget.
perlu segera menambahkan air setelah volume serta debit air berkurang. Selain
mengganti air kolam secara berkala, juga perlu memerhatikan ikan apabila
terjangkit penyakit atau hama. perlu mengetahui gejala awal ketika ikan sakit
agar tidak terjadi penyebaran.
Pemberian pakan tentu akan memengaruhi pertumbuhan ikan, apabila
memberikan pakan yang berkualitas maka ikan Patin dapat tumbuh dengan
maksimal serta mencapai target berat sesuai dengan permintaan pasar.
Menumbuhkan pakan alami di kolam budidaya ikan akan membuat ikan Patin
merasa tidak bosan serta dapat menghemat biaya pakan. Selain pakan alami
tentu perlu menambah pakan ikan dengan menggunakan pelet. Pilihlah pelet
yang memiliki kandungan protein tinggi, dapat memberikan pakan lain seperti
kerrang, keong dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah kandungan
pakan yang akan berikan. Usahakan bahan baku pakan ikan tidak mengandung
karoten yang terlalu tinggi, serta proses produksi pakan ikan higienis. Gunakan
pakan dengan kandungan yang sudah sesuai dengan SNI serta tekstur pakan
tidak mudah hancur dalam air.
7. Pemanenan
Ikan Patin hasil budidaya dapat panen setelah 5 hingga 6 bulan setelah
penyebaran benih. Dibandingkan jenis ikan air tawar lain seperti lele dan nila,
ikan Patin memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa dipanen.
Selama proses panen, perlu melakukan panen dengan hati-hati serta
memerhatikan beberapa hal berikut ini.
1) Menguras kolam sebanyak 1/3 bagian dari kolam
2) Memanen dengan menggunakan jaring.
3) Memanen dengan hati-hati, karena ikan Patin memiliki patil.
4) Memasukan ikan hasil panen dalam air bersih dengan temperatur air 20
derajat celcius.
5) Memanen pada pagi atau sore hari.
6) Memuaskan ikan Patin sehari sebelum masa panen.
7) Memanen dengan menggiring ikan ke salah satu sisi kolam menggunakan
jaring.
8) Sebelum mengemas hasil panen, cuci ikan hingga bersih dan beri es selama
pengiriman ikan.
9) Hindari memanen ikan Patin ketika matahari terik.
10) Hindari pula melakukan pengangkutan ikan pasca panen pada siang hari
atau ketika matahari terik.
11) Berikanlah es yang cukup agar tidak terjadi pembusukan pada ikan Patin
yang telah dipanen.
Harga ikan Patin di pasaran dapat mencapai Rp 30.000 per ekornya
bergantung seberapa berat ikan Patin. Selain menjual per-ekor dapat menjual
ikan Patin menjadi hasil olahan ikan. Idealnya, ikan Patin yang layak panen
memiliki berat sekitar 500 gr hingga 1 kg. Untuk mencapai berat tersebut
dalam sekali panen, perlu memerhatikan pakan, nutrisi tambahan yang
dimakan oleh ikan Patin hingga kondisi lingkungan. Ikan Patin adalah jenis
ikan yang mudah panik, sehingga perlu memilih tempat budidaya yang tenang
dan tidak berisik agar tidak membuat ikan stress, sehingga memengaruhi
perkembangan ikan. Beberapa olahan ikan Patin antara lain sebagai berikut:

Pindang Patin Kerupuk Kulit

Mie Instan Abon Ikan Patin

Tepung Tulang Ikan Bakso Ikan Patin


2.2 Analisis SWOT Budidaya Ikan Patin

Matriks SWOT merupakan sebuah alat pencocokan yang penting yang


membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi. Strategi SO
(kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-
ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokan faktor-faktor
eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan
Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan tidak ada satupun
paduan yang paling benar.
Analisis SWOT menggolongkan faktor-faktor lingkungan internal sebagai
Kekuatan (Strenght), dan Kelemahan (Weaknesses). Lingkungan eksternal sebagai
Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats). Strategi dapat diartikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan dan sasaran. Berikut analisis SWOT produk budidaya Ikan
Patin:
1. Kekuatan ( Strength)
1) Kandungan gizi ikan patin cukup tinggi dan baik untuk kesehatan serta
mampu untuk mencegah berbagai penyakit yaitu mencegah kadiovaskular,
menurunkan kolesterol, menyehatkan janin serta bayi, dan sebagainya.
2) Inovasi produk olahan beragam dan mudah diolah baik dijadikan sebagai
pangan harian seperti pindang patina tau pepes ikan patin, namun dapat
juga dijadikan produk camilan sehat seperti kerupuk ikan patin, nugget
ikan patin dan masih banyak lagi.
3) Cita rasa ikan patin dapat diterima denga baik oleh hamper seluruh
kalangan orang Indonesia.
2. Kelemahan (Weaknesses)
1) Dalam budidaya ikan patin harus dalam kondisi yang tenang dan mimim
gangguan untuk menjaga kuailtas hidupikan dan hasil panen karena ikan
patina dalah jenis ikan yang mudah panik.
2) Mahalnya harga pakan
3) Sulitnya ketersediaan benih ikan patin yang bermutu
3. Peluang (Oppurtunity)
1) Peluang pengembangan industri berbagai jenis pangan olahan dengan
pemanfaatan bahan baku dari ikan patin
2) Permintaan pasar yang selalu meningkat terhadap ketersediaan ikan patin.
Peningkatan jumlah penduduk secara langsung akan meningkat pula
kebutuhan ikan patin.
3) Kebijakan pemerintah yang mendukung sektor perikanan terutama sektor
perikanan budidaya.
4. Ancaman (Threats)
1) Perubahan kualitas air dan iklim yang tidak menentu dan dapat
mempengaruhi hasil produksi.
2) Persaingan terhadap produk olahan sejenis dengan bahan ikan jenis lain.
3) Penyakit yang menyerang benih hingga ikan yang dibudidayakan
membengaruhi kualitas produksi
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari analisis SWOT ikan Patin (Pangasius Sp.)
antara lain sebagia berikut:
1) Pengembangan budidaya ikan patin dengan benih kuaitas unggul menjadi salah
satu fokus utama untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun
untuk ekspor.
2) Olahan ikan patin dengan berbagai produk dapat menjadi salah satu olahan
sehat yang disebarluaskan kepada masayarakat luas untuk dikonsumsi menjadi
salah satu sumber pangan olahan protein hewani
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis dari makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1) Pengembangan diversifikasi pangan lokal terutama protein hewani dari produk
ikan sebagai bagian untuk mewujudkan kedaulatan pangan perlu dilakukan
oleh semua kalangan.
2) Perlu adanya edukasi olahan protein hewani terutama ikan kepada masyarakat
oleh dinas terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Hendrik. 2022. Analisis Usaha Budidaya Ikan Patin dan Prospek


Pengembangannya di Desa Koto Masjid Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Jurnal perikanan dan Kelautan. Vol 27 (2). 174-179.

Mahyuddin. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya: Jakarta.

Musa Aviv Ali. 2021. Analisis Usaha Dan Strategi Pengembangan Usaha Budidaya
Pembesaran Ikan Patin (Pangasius Sp.) Di Desa Pu Jaya Kecamatan Siak
Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi. Universitas Islam Riau:
Riau.

Oktavianawati Ika dan Niken Widya Palupi. 2017. Pengolahan Ikan Patin Menjadi
Produk Makanan Patin Presto, Bakso Dan Nugget Di Semboro-Jember.
Jurnal ABDI: Media Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 2(2). 40-44.

Putri B.R.T., Sumardani N.L.G., dan Singarsa .I.D.P. 2020. Strategi Budidaya Ikan
Patin (Pengasius Sp) Untuk Meningkatkan Pendapatan Kelompok Tani
Ikan Mina Kencana Desa Pering Kecamatan Blahbatuh. Vol 19 (1).

Susanti, Susi and Lestari, Dyah Aring Hepiana and Kasymir, Eka. 2017. Sistem
Agribisnis Ikan Patin (Pangasius Sp) Kelompok Budidaya Ikan Sekar
Mina Di Kawasan Minapolitan Patin Kecamatan Kota Gajah Lampung
Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis.Vol 5 (2). 116-123.

Witoko Pindo, Rizal Syarief, dan Sapta Raharja. 2013. Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Patin di CV Mika Distrindo.
Jurnal Manajemen ikm. Vol 8 (2). 115-122.

Anda mungkin juga menyukai