Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KEBIJAKAN PRODUKSI BERAS NASIONAL

MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL SISTEM


DINAMIK

(Poposal)

Oleh:

Desi Melenia
NPM 227021016

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan hikmah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan mata kuliah Topik Khusus dengan judul “Analisis Kebijakan Produksi
Beras Nasional Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik”. Proses
menyelesaikan proposal ini banyak hambatan dan tantangan, berkat bimbingan,
dorongan dan motivasi dari berbagi pihak yang berpartisipasi, akhirnya penulis
dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Kami ucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dr. Irmayani Noer, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan Laporan.
2. Dr. Ir. Ratna Dewi, M.P. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan Laporan.
3. Seluruh dosen Program Studi Ketahanan Pangan yang telah memberikan
pengarahan dan semangat bagi penulis
4. Seluruh teman di Ketahanan Pangan yang telah menemani hari-hari saat
masa perkuliahan serta memberikan semangat dalam menyelesaikan
laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dikatakan
sempurna, dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga laporan
ini tetap bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan
pahala dari Allah SWT.

Bandar Lampung, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.3 Kerangka Penelitian ...................................................................... 2
1.4 Kontribusi ..................................................................................... 3
II. TINJUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1 Beras ............................................................................................. 4


2.2 Pemasaran...................................................................................... 5
2.3 Saluran Pemasaran......................................................................... 7
III. METODE PELAKSANAAN .................................................................. 11

3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................ 11


3.2 Bahan dan Alat ............................................................................. 11
3.3 Perencanaan Penelitian dan Batasan Operasional ........................ 12
3.3.1 Konsep Dasar dan Batasan Operasional .............................. 12
3.3.2 Populasi dan Sampling ........................................................ 12
3.4 Perancangan Percobaan dan Analisis Data .................................. 13
3.4.1 Metode Penelitian ................................................................ 13
3.4.2 Metode Analisis Data .......................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata Harga Produsen Ketela Pohon Kualitas Pahit dan Ketela

Pohon Kualitas Tidak Pahit, dan Persentase Perubahannya, 2021.... 4


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran “Efisiensi Pemsaran Beras Di Provinsi


Lampung ........................................................................................... 9
6

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dimana kegiatan pertanian sangatlah
penting untuk ketahanan pangan. Salah satu makanan pokok sebagian besar
masyarakat Indonesia yaitu beras yang menjadi salah satu komoditas pangan
strategis nasional. Beras mempunyai peran penting bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Antara lain berperan sebagai makanan pokok, sebagai komoditas
unggulan bangsa Indonesia, dan menunjukkan jati diri sebagai negara agraris.
Pengelolaan beras yang baik dalam suatu daerah akan berpengaruh pada
ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk [1].
Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada sistem penyediaan beras
adalah sistem produksi, yang meliputi ketersediaan lahan untuk produksi padi.
Seiring dengan bertumbuhnya populasi nasional, maka bertambah pula
pembangunan infrastruktur yang membutuhkan lahan. Sehingga di sebagian
daerah terjadi alih fungsi lahan pertanian ke sektor non-pertanian. Di sisi lain,
pertumbuhan populasi juga dapat menyebabkan pertumbuhan permintaan lahan
untuk perumahan dan industri. Jika situasi ini berlanjut, maka wilayah Indonesia
akan mengalami kekurangan beras pada tahun-tahun berikutnya. Maka dibutuhkan
kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut [2].
Total produksi beras nasional pada sepuluh tahun terakhir paling tinggi pada
tahun 2022 yaitu sebesar 54.748.977 ton dengan penyumbang produksi beras
terbesar yaitu provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 9.789.587 ton (BPS, 2023).
Berdasarkan data produksi beras tersebut dapat diketahui stork beras Indonesia
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Permasalahan di subsistem produksi
menyebabkan menurunya stok beras yang akan berimbas pada tidak terpenuhinya
kebutuhan konsumsi beras masyarakat. Salah satu faktor penyebab menurunnya
produksi padi adalah adanya perubahan penggunaan lahan sawah yang beralih
fungsi ke non pertanian.
7

Kendati terjadi adanya peningkatan angka produksi padi di Indonesia, hal


ini ternyata juga dibarengi dengan pertambahan populasi penduduk tiap tahunnya.
Seiring dengan adanya pertambahan populasi pertumbuhan penduduk yang
meningkat, permintaan angka kebutuhan terhadap konsumsi beras juga akan
meningkat. Untuk dapat terpenuhinya kebutuhan akan pangan penduduk dan tetap
berkontribusi dalam menyokong kebutuhan pangan nasional, maka peningkatan
produksi padi di Indonesia menjadi sangat penting. Berdasarkan pada fenomena
tersebut, maka perlu adanya suatu pendekatan dalam bentuk sistem dinamik agar
dapat mempertimbangkan cara yang tepat untuk meningkatkan produksi padi
nasional di masa depan [3].
Simulasi Dinamik terbukti menjadi alat evaluasi yang efektif untuk
pemodelan sistem stokastik yang kompleks di dunia nyata. [4] hasil penelitianya
berupa simulasi untuk mengatasi defisit stok beras, dengan beberapa opsi
kebijakan yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan produktivitas dan intensitas
penanaman tanaman padi. Penelitian Budiawan, Arvianto, & Hadi (2020), hasil
simulasi yang dilakukan adalah dengan presentase 58%, jumlah produksi padi
dapat mencukupi kebutuhan beras masyarakat hingga tahun ke -7, sedangkan
untuk tahun berikutnya diperlukan peningkatan kebijakan peningkatan padi agar
menjadi 60% untuk dapat memenuhi kebutuhan beras hingga tahun ke-24.
Berdasarkan pertimbangan fakta-fakta, permasalahan yang ada, dan
pentingnya kebijakan dalam mencegah penurunan produksi padi di Indonesia pada
beberapa waktu ke depan, diperlukan sebuah penelitian untuk memperoleh
strategi kebijakan yang efektif dalam meningkatkan produksi padi. Upaya ini
bertujuan untuk mencari solusi yang dapat meningkatkan hasil produksi beras
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam periode 10 tahun ke depan (2023-
2033) dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia demi
mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kebijakan produksi beras nasional
8

2. Menganalisis ketersediaan stok beras nasional sesuai dengan kebutuhan


masyarakat dalam jangka waktu 10 tahun kedepan

1.3 Kerangka Pemikiran


Beras adalah tanaman pangan sereal yang paling penting bagi orang – orang
yang tinggal di Negara Berkembang dan bisa dibilang merupakan satu – satunya
makanan manusia yang paling penting di dunia. Tidak seperti sereal lainnya, beras
biasanya dikonsumsi langsung oleh manusia dan sebagai gandum utuh. Tingkat
konsumsi beras tertinggi terkonsentrasi di Asia, khususnya di Asia Selatan dan
Asia Tenggara. Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang memproduksi
beras di dunia dan termasuk salah satu negara yang mengkonsumsi beras, kondisi
tersebut mengharuskan Negara Indonesia mempunyai ketersediaan beras yang
cukup bagi penduduk Indonesia itu sendiri [6]
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang bergerak dalam
bidang pertanian, yang mana sebagian besar masyarakatnya bekerja dalam bidang
pertanian khususnya sebagai petani padi yang akan menghasilkan beras untuk di
konsumsi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan
oleh petani padi Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan akan beras di
Negara Indonesia yang mana dapat diketahui pada masa saat Negara Indonesia
telah berhasil dalam hal pencapaian swasembada beras pada tahun 1969 sampai
dengan tahun 1984 yaitu pada masa orde baru kepemimpinan Presiden Soeharto
[7].
Kebijakan perberasan di Indonesia meliputi kebijakan produksi, distribusi,
impor dan pengendalian harga domestik dalam rangka menjaga ketahanan pangan
nasional. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berdasar data dari BPS telah
terjadi peningkatan produksi padi, meskipun cenderung fluktuatif. Berbagai
kebijakan perberasan yang telah dikeluarkan pemerintah sebenarnya bertujuan
akhir untuk mensejahterakan rakyat. Akan tetapi kebijakan-kebijakan tersebut
juga sangat dipengaruhi mekanisme perdagangan internasional dan berbagai
perubahan pada lingkungan internal maupun eksternal Indonesia [5]. Oleh karena
itu perlu disusun kebijakan baik kebijakan produksi untuk menyediakan
ketersedian beras di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun yang akan datang.
9

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Produksi Beras

Ketersediaan Stok Beras 10 tahun


Faktor peningkatan produksi : Mendatang
1. Produksi Beras
2. Produksi GKG
3. Produksi GKP
4. Produktivitas Padi
5. Luas Panen Padi
6. Intensitas Tanam Padi
7. Luas Baku Sawah
8. Alih Fungsi Penggunaan Lahan
9. Fraksi Alih Fungsi Penggunaan
Lahan

Validasi Model Sistem Dinamik

Kebijakan Ketersediaan Stok Beras


Nasional

Gambar 1. Kerangka Pemikiran “Analisis Kebijakan Produksi Beras


Nasional Menggunakan Pendekatan Model Sistem Dinamik”

1.4 Kontribusi
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan untuk mengkaji dan memecahkan masalah yang
dihadapi petani dalam produksi beras nasional
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang produksi dan dan
kebijakan stok beras
3. Sebagai bahan referensi di bidang pendidikan, guna membangun ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang.
10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beras
Beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis bagi negara-negara di
wilayah Asia tidak terkecuali bagi negara Indonesia karena hingga saat ini sekitar 95%
penduduk Indonesia masih memanfaatkan beras sebagai komoditas pangan utama. Beras
juga merupakan makanan pokok dari sebagian besar penduduk Indonesia, bahkan di
beberapa daerah di Indonesia yang semula makanan pokoknya berupa ketela, sagu,
jagung akhirnya beralih pada nasi. Perubahan kebutuhan makanan pokok ini disamping
karena kemajuan teknologi di bidang pertanian juga karena adanya peningkatan status
ekonomi penduduk, yang dikarenakan alasan kelezatan, kandungan nilai energi, dan lain
sebagainya [3].
Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan embrio,
yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi,
kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio
disebut sebagai mata beras [8].
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu
kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan
mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Komposisi
kimia beras berbeda-beda bergantung pada varietas dan carapengolahannya.
Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur
mineral dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90%) dan
sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula [9].
Menurut Badan Pengawas Statistik (2022) ratarata produksi padi pada
2022 yaitu sebesar 54,75 juta ton GKG, mengalami kenaikan sebanyak 333,68
ribu ton atau 0,61 persen dibandingkan produksi padi di 2021 yang sebesar 54,42
juta ton GKG. Sedangkan produksi beras pada 2022 untuk konsumsi pangan
penduduk mencapai 31,54 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 184,50 ribu ton
11

atau 0,59 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.
Rata-rata produksi beras dapat dilihat pada tabel 1.
12

Produksi (Ton)
No. Provinsi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1. Aceh 1.066.892,50 982.570,32 1.007.142,94 941.687,84 883.214,61
2. Sumatera Utara 1.203.116,84 1.186.348,96 1.164.434,86 1.149.608,82 1.222.762,05
3. Sumatera Barat 854.311,40 854.265,01 799.122,62 762.694,10 823.876,28
4. Riau 152.086,61 131.816,96 139.131,46 124.800,58 130.475,02
5. Jambi 220.440,51 178.364,34 222.378,58 172.471,54 167.338,97
6. Sumatera Selatan 1.710.572,65 1.487.312,32 1.567.101,63 1.465.753,55 1.584.566,62
7. Bengkulu 165.487,77 169.877,68 167.793,14 156.153,86 167.119,51
8. Lampung 1.423.233,36 1.237.624,46 1.515.678,27 1.428.769,59 1.529.891,90
9. Kep. Bangka 26 962,81 28 779,62 33 802,85 41 785,27 37 129,55
Belitung
10. Kep. Riau 624,48 655,15 485,31 489,29 337,44
11. Dki Jakarta 2.872,96 1.969,94 2.664,61 1.915,41 1.615,91
12. Jawa Barat 5.542.478,27 5.219.374,38 5.180.201,84 5.262.925,39 5.555.686,45
13. Jawa Tengah 6.006.781,01 5.523.969,04 5.428.720,87 5.531.296,50 5.508.531,25
14. Di Yogyakarta 290.989,59 301.467,64 295.770,58 316.123,67 329.844,29
15. Jawa Timur 5.861.191,59 5.503.725,94 5.712.597,01 5.652.705,10 5.593.330,44
16. Banten 956.292,99 833.182,90 937.814,55 913.098,69 1.011.949,38
17. Bali 374.259,43 325.028,10 298.573,46 349.038,23 390.155,20
Tabel 1. Rata- Rata Produksi Beras Provinsi 10 Tahun Terakhir.
13

Produksi (Ton)
No Provinsi
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
18. Nusa Tenggara Barat 827.451,20 794.498,84 746.340,68 808.510,07 829.790,15
19. Nusa Tenggara Timur 524.404,89 473.002,70 422.481,65 428.683,42 455.035,11
20. Kalimantan Barat 470.667,50 499.011,77 457.987,48 421.152,83 481.995,22
21. Kalimantan Tengah 304.203,76 262.123,41 270.627,66 226.431,15 210.199,80
22. Kalimantan Selatan 781.401,53 790.448,43 677.104,73 601.330,00 516.611,76
23. Kalimantan Timur 152.059,91 146.877,61 151.863,46 142.321,38 135.030,52
24. Kalimantan Utara 26.577,74 19.673,52 19.801,58 17.765,75 22.507,84
25. Sulawesi Utara 182.766,43 155.287,73 139.133,28 130.865,75 142.438,39
26. Sulawesi Tengah 544.357,22 496.160,06 465.238,76 511.779,32 455.414,85
27. Sulawesi Selatan 3.398.231,63 2.885.324,48 2.687.970,06 2.921.192,68 3.064.871,89
28. Sulawesi Tenggara 307.871,19 296.919,48 304.384,70 304.384,71 284.185,37
29. Gorontalo 149.725,86 128.434,50 126.443,69 130.876,07 139.428
30. Sulawesi Barat 180.825,15 171.491,24 197.150,28 178.656,78 209.446,73
31. Maluku 64.753,92 54.740,08 61.532,89 65.411,11 51.879,30
32. Maluku Utara 27.305,74 21.125,32 24.152,30 15.697,42 13,825,32
33. Papua Barat 14.924,26 17.898,88 14.572,26 16.179,08 14.439,42
34. Papua 126.742,10 133.683,65 94.296,95 163.462,15 109.120,92
35. Indonesia 33.942.864,80 31.313.034,46 31.334.496,99 31.356.017,10 32.074.045,46
Tabel 2. Rata- Rata Produksi Beras Provinsi 10 Tahun Terakhir. (Lanjutan)
14

Secara rata-rata, pergerakan tingkat produksi beras ini mengalami


peningkatan sebesar 15,34 persen sepanjang tahun 2021 dari Rp. 92.046,00 per
100 kg pada Januari menjadi Rp. 106.167,00 per 100 kg pada Desember. Harga
terendah terjadi di Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar Rp. 50.000,00 per
100 kg, sedangkan tertinggi di Kabupaten Tanggamus sebesar Rp. 150.000,00 per
100 kg. Harga komoditas terus mengalami peningkatan dari awal tahun hingga
akhir tahun dengan persentase peningkatan tertinggi sebesar 9,46 persen menjadi
Rp. 108.380,00 per 100 kg pada Juli. Walaupun sempat mengalami penurunan
pada Februari dan Maret masing-masing sebesar 4,19 persen dan 0,58 persen serta
pada Agustus dan September masing-masing sebesar 0,68 persen dan 6,09 persen.
Berbeda dengan komoditas ketela pohon kualitas pahit, komoditas ketela pohon
kualitas tidak pahit justru turun 3,61 persen selama tahun 2021 dengan penurunan
yang tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 3,19 persen dan 3,11 persen
pada bulan Desember.
15

2.2 Penelitian Terdahulu


Tabel 2. Penelitian Terdahulu
N Penulis Judul penelitian Tujuan penelitian Metode Analisis Kesimpulan
o
1. Endah Septa Sintya Analisis Menganalisis alternatif Metode analisis data untuk Hasil model sistem dinamik terbukti dengan
Ketersediaan Beras ketahanan pangan beras dari menjawab tujuan dianalisis uji validasi sehingga dapat menjadi alternatif
Menggunakan Sistem sudut pandang negara secara kualitatif pendukung keputusan ketersediaan beras
Dinamik Indonesia melalui pemodelan menggunakan Model nasional. Data yang himpun juga sesuai
Sebagai Pendukung sistem dinamik dengan Sistem Dinamik. dengan banyak sumber data pemerintah yang
Kebijakan Ketahanan menambahkan kredibel ditambah dengan studi literatur.
Pangan beberapa variabel. Terdapat tiga jenis skenario ajuan yang dapat
digunakan untuk peningkatan ketersediaan
beras nasional. Skenario 2 dengan melakukan
peningkatan jumlah beras export, Analisis
Ketersediaan Beras Menggunakan Sistem
Dinamik Sebagai Pendukung menaikkan
jumlah cadangan beras pemerintah diikuti
dengan menambah produksi padi terbukti
paling tinggi nilai rata-rata untuk 10 tahun
yang akan datang
2. I Gede Yudi Model Sistem menganalisis dinamika Validasi hasil simulasi Simulasi kondisi existing menunjukkan
Pradnyana, I Dinamik Stok Beras hubungan sebab akibat dari terhadap data aktual pada bahwa stok beras pada tahun 2018-2030
Wayan Widia, untuk Mendukung variabelvariabel yang model dengan mengalami penurunan dan tahun 2026-2030
Sumiyati Ketahanan Pangan mempengaruhi keadaan menggunakan metode terjadi defisit (berada di bawah nol).
Provinsi Bali produksi, konsumsi, dan stok RMSPE. Penurunan stok beras disebabkan oleh
beras di Provinsi Bali dengan produksi beras yang tidak mampu memenuhi
menggunakan pendekatan konsumsi beras. Tahun 2030, produksi beras
sistem dan penerapan teknik sebesar 348.673 ton, konsumsi beras sebesar
pemodelan sistem dinamik 462.666 ton dan stok beras sebesar -448.162
ton. Kondisi existing di lapangan belum bisa
memenuhi target surplus stok beras untuk
mendukung ketahanan pangan Provinsi Bali
16

tahun 2030.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


N Penulis Judul penelitian Tujuan penelitian Metode Analisis Kesimpulan
o
3. Sumarni Panikkai, Rita Analisis Ketersediaan Menganalisis peningkatan Pendekatan dinamika Kebijakan alternatif (gabungan simulasi)
Nurmalina, Sri Jagung Nasional Menuju ekstensifikasi dan sistem digunakan diperlukan untuk menghasilkan kebijakan
Mulatsih, Handewi Pencapaian Swasembada produktivitas jagung sebagai alat dalam yang lebih baik yang dapat mengantarkan
Purwati Dengan Pendekatan menggunakan sistem menjawab tujuan Indonesia mencapai swasembada jagung
Model Dinamik dinamik penelitian. secara berkelanjutan selama periode
simulasi. Hasil simulasi menunjukkan
swasembada jagung berkelanjutan dapat
tercapai apabila skenario 6 dan 7 diterapkan,
yaitu kebijakan kunci peningkatan
ekstensifikasi dan produktivitas jagung,
yang mampu memenuhi kebutuhan dengan
hasil simulasi, melebihi target pemerintah
24 juta
ton, berturut-turut 25,83 juta ton dan 26,69
juta ton untuk skenario 6 (peningkatan
ekstensifikasi) dan skenario 7 (peningkatan
produktivitas).
4. Wiwik Budiawan, Ary Analisis Kebijakan Memodelkan sistem Validitas model Kemampuan produksi beras dapat
Arvianto, Moh Nu’man Persediaan Beras persediaan beras Jawa persediaan memenuhi permintaan penduduk hingga
Hadi. Provinsi Jawa Tengah Tengah dengan pendekatan menggunakan uji Mean tahun ke 24 hal ini mengakibatkan
Menggunakan sistem dinamik; Absolute Percentage persediaan beras meningkat dengan
Pendekatan Sistem mensimulasikan Error (MAPE).. signifikan. Tahun ke 25 dan seterusnya
Dinamik permasalahan persediaan jumlah produksi lebih kecil dari pada
beras pada kebijakan jumlah permintaan penduduk sehingga
sekarang dengan cara mengakibatkan penurunan jumlah
melakukan simulasi ketersediaan beras. Apabila jumlah
terhadap model tersebut ketersediaan beras terus menurun hingga
17

hingga tahun ke 30; menguji bernilai nol, maka keran impor akan dibuka
validitas model persediaan untuk memenuhi permintaan yang belum
menggunakan uji (MAPE). terpenuhi.

Tabel 4. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


N Penulis Judul penelitian Tujuan penelitian Metode Analisis Kesimpulan
o
5. Hilman Setiadi, Perancangan Model Memberikan informasi Model sitem Model yang dijalankan telah valid berdasarkan uji
Mubassiran, Retno Sistem Dinamik terkait aktor atau para pelaku dinamik berdasarkan validasi dengan AME <5% dan AME <30%. Hasil
Dwi Hatmani Ketersediaan Beras yang terlibat dalam sitem pertimbangan bahwa skenario 1 (baseline) dan skenario 2 (moderat)
Dalam rantai pasok beras secara framework ini masih mengalami defisit, tetapi dengan skenario 3
Upaya Mendukung umum di Kabupaten mampu memasukkan (optimis) dapat mencapai surplus sebesar 1,028 ton
Ketahanan Pangan Di Bandung dimulai dari pengetahuan ahli pada tahun 2028.
Kabupaten Bandung produsen hingga konsumen dalam
akhir guna mendukung model yang kompleks
ketahanan pangan yang dan dinamis.
berkelanjutan.
6. Agus Supriatna Analisis Sistem Mengevaluasi kebijakan Metodologi Analisis sistem dinamik dapat dijadikan alat
Somantri, Prima Dinamik Untuk UPSUS Padi sejak tahun penelitian dibangun evaluasi kebijakan program UPSUS Padi dan
Luna, Idha Widi Evaluasi Pencapaian 2015-2018 menggunakan dengan program strategis Kementerian Pertanian lainnya.
Arsanti dan Budi Swasembada sistem dinamik membuat Causal Berbagai upaya yang telah dilaksanakan
Waryanto. Beras Melalui Program Loop Diagram (CLD) pemerintah belum optimal jika
Upaya Khusus utama sistem tidak memperhatikan variabel pendukung yang
swasembada beras, dapat disimulasikan dengan modeling UPSUS
subsistem yang Padi. Variabel tersebut antara lain tambahan
mendukung penerapan kebijakan mekanisasi untuk pra dan
swasembada beras, pascapanen, penyuluhan, revitalisasi penggilingan,
sistem permintaan, diversifikasi pangan serta penekanan konversi
dan sistem lahan.
pencapaian target Upaya dan target program akan berhasil jika semua
swasembada beras. pihak yang terlibat mampu menerapkan UU 41
Model dinamik Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
18

tersebut divalidasi, Pangan


disimulasi, dan Berkelanjutan agar konversi lahan dapat ditekan
direformulasi. atau bahkan dihindari. Berdasarkan hasil simulasi
dengan memasukkan semua variabel maka dalam
lima tahun ke depan Indonesia akan surplus 35 juta
ton beras sehingga swasembada beras
berkelanjutan akan terealisasi.
Tabel 5. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
N Penulis Judul penelitian Tujuan penelitian Metode Analisis Kesimpulan
o
7. Annisa Kesy Simulasi Ketersediaan Memprediksikan Model sitem Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, diperoleh
Garside, Beras Di Jawa Timur ketersediaan beras di Jawa dinamik dan supply ketersediaan beras di Jawa
Hasyim Yusuf Timur pada tahun 2013- chain stok beras. Timur pada tahun 2014 sebesar 3.944.377,7 ton. Dengan
Asjari 2020 dan menganalisis ketersediaan tersebut, maka
kesiapan Jawa Timur dalam target Jawa Timur untuk menyumbang 60% dari surplus
mencapai target surplus 10 juta ton beras nasional
tersebut. Hasil dari 2014 belum bisa tercapai. Perlu dikembangkan kebijakan
penelitian ini diharapkan ketahanan pangan untuk
dapat memberikan informasi meningkatkan kemampuan aksesibilitas beras oleh
kepada pemerintah Provinsi masyarakat dan mendukung
Jawa Timur terkait program pemerintah melalui program Peningkatan
pencapaian target sebesar Produksi Beras Nasional (P2BN),
60% surplus beras nasional surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014.
sebesar 10 juta ton pada
tahun 2014.
8. Hengki Analisis Ketersediaan Menentukan pengembangan Metode analisis data Pengembangan kebijakan simulasi ketersediaan beras di
Erlanda Beras Dengan kebijakan ketersediaan beras untuk menjawab Kelurahan Punggaluku yang telah dilakukan dapat
Saputra, La Pendekatan Sistem dengan pendekatan sistem tujuan dianalisis disimpulkan bahwa dengan skenario kebijakan simulasi
karimuna, Dinamik dinamik di Kelurahan secara kualitatif peningkatan laju cetak sawah sebesar 4% belum
Dhian Di Kelurahan Punggaluku Kecamatan menggunakan Model mencukupi konsumsi beras dari tahun 2018 sampai tahun
Herdhiansyah Punggaluku Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Sistem Dinamik. 2021, begitupun dengan kebijakan simulasi peningkatan
Laeya Kabupaten Selatan. produktivitas beras sebesar 80% belum mencukupi
Konawe Selatan konsumsi beras pada tahun 2020, namun telah mencukupi
19

konsumsi beras pada tahun 2021 sampai tahun 2028 bagi


masyarakat di Kelurahan Punggaluku. Untuk mencukupi
konsumsi beras tahun 2018 sampai tahun 2028 dilakukan
skenario kebijakan gabungan, dengan melakukan skenario
kebijakan gabungan peningkatan laju cetak sawah sebesar
4% dan peningkatan
produktivitas sebesar 80% secara bersamaan, skenario
gabungan dapat memenuhi ketersediaan beras di
Kelurahan Punggaluku di tahun 2019 sampai tahun 2028.
Tabel 6. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Penulis Judul penelitian Tujuan penelitian Metode Analisis Kesimpulan
9. Agus Supriatna Analisis Sistem Dinamik Menganalisis sistem Metode yang Model ketersediaan beras di Merauke yang telah
Somantri dan Ketersediaan Beras Di persediaan beras di digunakan adalah dirancang-bangun telah dapat bekerja dengan baik
Ridwan Thahir. Merauke kabupaten Merauke di dengan pendekatan dengan tingkat ketepatan yang baik pula. Model
Dalam Rangka Menuju masa datang dan sistem dinamik ini dapat digunakan untuk memprediksi
Lumbung Padi memberikan alternatif dimana sistem ketersediaan beras baik untuk memenuhi
Bagi Kawasan Timur kebijakan untuk persediaan beras kebutuhan wilayah Merauke sendiri maupun untuk
Indonesia mendukung ketersediaan ditentukan oleh dua memenuhi pasokan wilayah Indonesia bagian
beras tersebut. sub sistem besar timur
yaitu subsistem
penyediaan dan
sub-sistem
permintaan.
10. Alan Dwi Wibowo Dinamika Ketersediaan Mendapatkan variabel Metode analisis Pengembangan model penyediaan beras diperlukan
Beras : Sebuah Studi Kasus Di penting yang berperan simulasi sebagai salah satu alat pendukung pengambil
Kalimantan Selatan sebagai variable daya berbasis model keputusan dalam mengembangkan kebijakan untuk
ungkit yang dapat sistem dinamis. menjamin ketersediaan beras di Kalimantan
digunakan sebagai Selatan.
variabel dasar Berdasarkan uji dan analisis yang telah dilakukan
pengembangan model bahwa variabel produktivitas dan ketersediaan
kebijakan ketersediaan lahan sawah menjadi dua variabel penting yang
beras berkelanjutan dapat memberikan dampak secara signifikan
dalam kerangka terhadap sistem produksi beras secara keseluruhan.
20

menjamin ketersediaan Kedua variabel ini dapat menjadi acuan sebagai


beras di suatu daerah.. dasar kajian pengembangan model kebijakan dalam
kerangka menjamin ketersediaan beras di
Kalimantan Selatan
21

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Pengambilan data untuk bahan penelitian analisis kebijakan produksi beras
nasional menggunakan pendekatan model sistem dinamis dilakukan di Provinsi
Lampung. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2023.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dalam penelitian ini yaitu: 1) data sekunder hasil observasi;
Peralatan yang digunakan, yaitu: 1) ATK(pena dan buku); 2) software
pengolah data Microsoft Excel
3.3 Perancangan Percobaan dan Analisis Data
3.4.1 Metode Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, maka
metode penelitian memegang peranan penting. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan
apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah
tertentu.
Model stok beras nasional terdiri dari Sub Model Produksi, Konsumsi,
dan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Pembangunan model stok beras
memanfaatkan data sekunder berupa data time series, informasi, regulasi, dan
kebijakan pemerintah mengenai sistem stok beras. Data tersebut bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian Republik Indonesia
(Kementan RI), Jurnal, maupun Artikel Ilmiah. Output model berupa prediksi
stok beras Provinsi Bali tahun 2023-2033. Adapun data time series yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) luas baku sawah, 2) 12
produktivitas padi, 3) luas panen padi, 4) produksi gabah kering giling (GKG),
5) jumlah penduduk, dan 6) jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun
mancanegara tahun 2013-2020.
Metode deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk
meneliti tentang kebijakan pemerintah mengenai stok beras nasional. Data
22

diperoleh melalui pengamatan yang terfokus pada tujuan penelitian. Adapun


cara memperoleh data dengan metode yakni mencari data, mengumpulkan data,
mengklarifikasikan, menyusun, menjelaskan, menganalisis serta menafsirkan
dalam pencapaian suatu tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat
tertentu guna diperolehnya suatu kesimpulan.
3.4.2 Metode Analisis Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan yang telah sesuai dengan
metode pengembangan model sistem dinamik yaitu identifikasi masalah dan
tujuan; konseptualisasi model; formulasi model; verifikasi dan validasi model;
simulasi dengan skenario; dan rekomendasi kebijakan.
Verifikasi dan validasi model bertujuan untuk memastikan apakah
model sudah merepresentasikan sistem nyata atau tidak. Data yang digunakan
untuk verifikasi model adalah data existing dan hasil simulasi tahun 2013-
2022, sedangkan data yang digunakan untuk validasi model adalah data
existing dan hasil simulasi tahun 2015-2019. Metode yang digunakan untuk
verifikasi dan validasi adalah Root Mean Square Percentage Error (RMSPE)
[10]. Semakin kecil nilai RMSPE, maka tingkat validitas semakin tinggi.
Metode RMSPE dapat dilihat pada Persamaan 1.

√ ( ) x 100 %
2
Xs−Xe
RMPSE = n
Xs
∑ n
i=0

Keterangan:
Xs = data hasil simulasi
Xe = data existing
n = periode/banyaknya data

Menurut Rachmawati, (2016), interpretasi nilai akhir RMSPE adalah sebagai


berikut: Error < 5% = sangat valid dalam menggambarkan kondisi existing 5%
< Error < 10% = valid dalam menggambarkan kondisi existing Error > 10% =
tidak valid dalam menggambarkan kondisi existing.
23

DAFTAR PUSTAKA

[1] R. D. H. Setiadi Hilman, Mubassiran, “Perancangan Model Sistem


Dinamik Ketersediaan Beras Dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan
Di Kabupaten Bandung,” J. Logistik Bisnis, vol. 12, no. 01, pp. 56–59,
2022.
[2] A. S. Somantri, P. Luna, I. Widi, and B. Waryanto, “BERAS MELALUI
PROGRAM UPAYA KHUSUS Dynamic System Analysis for Evaluation
Rice Self- Sufficiency Through The Special Effort Programme,” J. Inform.
Pertan., vol. 29, no. 2, pp. 95–110, 2020.
[3] D. Hengki, J. Sains, and T. Pangan, “Analisis Ketersediaan Beras Dengan
Pendekatan Sistem Dinamik Di Kelurahan Punggaluku Kecamatan Laeya
Kabupaten Konawe Selatan,” J. Sains dan Teknol. Pangan, vol. 4, no.
January 2019, pp. 2360–2378, 2020.
[4] I. G. Y. Pradnyana, “Dynamic System Model of Rice Stock to Support the
Food Security of Bali Province,” vol. 9, no. April, 2021.
[5] W. Budiawan, A. Arvianto, and M. N. Hadi, “Analisis Kebijakan
Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem
Dinamik,” vol. 2020, pp. 8–9, 2020.
[6] E. Yulianti, “Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan
bagi kesejahteraan masyarakat di desa pandanrejo kecamatan wagir
kabupaten malang,” Skripsi, 2012.
[7] Y. R. Yeniwati, “ANALISIS PRODUKSI , IMPOR DAN KONSUMSI
KOMODITI BERAS DI INDONESIA Rahma Yulnita , Yeniwati , SE ,
ME Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang,”
J. Kaji. Ekon. dan Pembang., vol. 1, no. 2, pp. 623–634, 2019.
[8] W. Budiawan, A. Arvianto, and J. Tengah-indonesia, “Analisis Kebijakan
Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem
Dinamik,” Semin. dan Konf. Nas. IDEC, vol. Surakarta, pp. 292–302, 2017.
[9] E. S. Sintiya, J. T. Informasi, and P. N. Malang, “Analisis Ketersediaan
Beras Menggunakan Sistem Dinamik Sebagai Pendukung Kebijakan
24

Ketahanan Pangan Ketahanan pangan selalu menjadi fokus Food and


Agriculture Organization ( FAO ) di tengah-tengah ancaman peningkatan
jumlah orang,” J. Tecnoscienza, vol. 7, no. 2, pp. 269–282, 2023.
[10] S. Panikkai, R. Nurmalina, S. Mulatsih, and H. Purwati, “Analisis
Ketersediaan Jagung Nasional Menuju Pencapaian Swasembada Dengan
Pendekatan Model Dinamik,” J. Inform. Pertan., vol. 26, no. 1, pp. 41–48,
2017.
BPS Lampung. 2021. Statistik Harga Produsen Pertanian Provinsi Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

Anda mungkin juga menyukai