Anda di halaman 1dari 104

Outlook Komoditas Pertanian

Tanaman Pangan
Jagung

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN
TANAMAN PANGAN
JAGUNG

ISSN : 1907 – 1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)


Jumlah Halaman : 102 halaman

Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc

Penyunting :
Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc
Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si
Drh. Akbar, MP
Ir. Roch Widaningsih, MSi

Naskah :
Ir. Mohammad Chafid, MSi

Design dan Layout :


Tarmat
Victor S. B. H.

Diterbitkan oleh:
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian
2016

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya


Outlook Jagung 2016 «

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Publikasi Analisis
Outlook Komoditas Jagung Tahun 2016 dapat diselesaikan.
Publikasi ini mengulasanalisisdiskriptifperkembangan komoditas
Jagung beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan
komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan.
Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa
instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis
lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua
pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas
Jagung ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya.
Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu
mendatang.Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, Oktober 2016


Kepala Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian,

Dr. Ir. Suwandi, MSi


NIP. 19670323.199203.1.003

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v


Outlook Jagung 2016 «

(Halaman ini sengaja di kosongkan)

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

DAFTAR ISI
Halaman:
KATA PENGANTAR ......................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................. vii
DAFTAR TABEL .............................................................ix
DAFTAR GAMBAR ...........................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii
EXECUTIVE SUMMARY .................................................... xv

I. PENDAHULUAN ....................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup ................................................. 3

II. METODOLOGI ANALISIS .............................................. 5


2.1. Sumber Data dan Informasi .................................. 5
2.2. Metode Analisis ................................................ 6
2.2.1. Analisis Deskriptif ................................... 6
2.2.2. Analisis Penawaran ................................. 6
2.2.3. Analisis Permintaan ................................ 10
2.2.4. Kelayakan Model .................................. 14

III. KERAGAAN NASIONAL .............................................. 15


3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung
Nasional ........................................................ 15
3.2. Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi ....................................................... 23

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii


Outlook Jagung 2016 «

3.3. Konsumsi Per Kapita dan Nasional .........................26


3.4. Harga Produsen dan Konsumen Jagung ...................31
3.5. Ekspor dan Impor Jagung ...................................33

IV. KERAGAAN GLOBAL .................................................37


4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung
Dunia ...........................................................37
4.2. Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung
Dunia ...........................................................40
4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia .........44

V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG ............49


5.1. Produksi Jagung ...............................................49
5.2. Konsumsi Jagung ..............................................55
a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga ........55
b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung ....................57
5.3. Permintaan dan Penawaran Jagung .......................58

VI. KESIMPULAN 63

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

DAFTAR TABEL

Halaman:
Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ............. 5

Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai


Demand Tanaman Pangan ................................ 7

Tabel 2.2. Keterangan Variabel –variabel Dalam Model ......... 13

Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen,


Produktivitas serta Produksi Jagung di
Indonesia, 1999-2015 .................................... 17

Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung ............ 49

Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung ............................... 50

Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung ..................... 51

Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung ............................. 52

Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen


Tanaman Pangan Tahun 2016 – 2020 ................. 53

Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan


Produksi Jagung, Tahun 2016 – 2020 Menurut
Model Pusdatin. ........................................... 54

Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung................... 56

Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah


Tangga ..................................................... 57

Tabel 5.9. Proyeksi Permintaan Jagung untuk Konsumsi


Rumah Tangga 2014-2019 ............................... 58

Tabel 5.10. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi


Jagung Kadar Air 25% .................................... 60

Tabel 5.11. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi


Jagung Kadar Air 15%. ................................... 61

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix


Outlook Jagung 2016 «

DAFTAR GAMBAR

Halaman:
Gambar 1. Tanaman Jagung ......................................... 2

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung


Indonesia, 1969-2015 ...................................16

Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, 2013 –


2015 .......................................................19

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung di


Indonesia, 1980 -2015 ..................................20

Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di


Indonesia, 1969-201522 .............................22

Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen


Jagung di Indonesia, Tahun 2011-2015 ..............24

Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung


di Indonesia, Tahun 2011-2015........................25

Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung


Menurut Susenas. .......................................28

Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia,


2001-2015 menurut Susenas dan Neraca
Bahan Makanan (NBM) ..................................29

Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga


Konsumen Jagung di Indonesia, 1983-2015 .........32

Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung


di Indonesia, 1980-2016 ................................34

Gambar 3.11. Volume Impor Jagung Bulan Januari –


September 2015 dan 2016 .............................35

x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia,


1980-2014 ................................................ 38

Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia,


1961-2014 ................................................ 39

Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, 1980-


2014 ....................................................... 40

Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara


Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia
(2010 – 2014) ............................................ 41

Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara


Produsen Jagung Dunia, 2010 – 2014 ................ 41

Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung


Dunia, 2010- 2014....................................... 43

Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung


terhadap Produksi Dunia tahun 2010 – 2014 ........ 43

Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume


Impor Jagung Dunia .................................... 44

Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor


Jagung Dunia ............................................ 45

Gambar 4.10. Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di


Dunia, 2009 -2013 ..................................... 46

Gambar 4.11. Negara-negara Importir Jagung Terbesar


Dunia, 2009 -2013....................................... 47

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi


Outlook Jagung 2016 «

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman:

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas


Jagung di Indonesia Tahun 1980 – 2015 ..............67

Lampiran 2. Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa,


Tahun 1980-2015 ........................................68

Lampiran 3. Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa,


Tahun 1980-2015 ........................................69

Lampiran 4. Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa,


Tahun 1980 -2015 .......................................70

Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10


Provinsi Sentra, 2011 – 2015 ..........................71

Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi


Sentra, 2011 – 2015 .....................................71

Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10


Provinsi Sentra, 2011 – 2015 ...........................71

Lampiran 8. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga


dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun
1985-2015 ................................................72

Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia,


Tahun 1990-2014 ........................................73

Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga


Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun 1983-
2016 .......................................................74

Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di


Indonesia, Tahun 1980 – 2015 .........................75

Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas


Jagung Dunia, Tahun 1961-2014 ......................76

xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara


Terbesar, 2009-2014 ................................... 77

Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara


Terbesar, 2009-2014 ................................... 77

Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia,


Tahun 1961-2013 ........................................ 78

Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia,


2009-2013 ................................................ 79

Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013 ..... 79

Lampiran 18. Model Luas Panen jagung .............................. 80

Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung ........................... 81

Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita ......... 82

Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah


Pakan ..................................................... 83

Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk


Estimasi Jumlah Pakan ................................. 84

Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi


Jumlah Pakan ........................................... 85

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii


Outlook Jagung 2016 «

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Angka Ramalan II (Rakor ARAM II Ditjen Tan.


Pangan dan BPS), produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton,
atau naik sebesar 3,58 juta ton dibandingkan tahun 2015. Peningkatan
produksi jagung tahun 2016 sebesar 18,23% terjadi karena peningkatan
produktivitas sebesar 2,07%, sementara luas panen naik cukup
signifikan 15,85% atau naik sebesar 600 ribu hektar. Produktivitas
jagung mengalami peningkatan sebesar 1,07 ku/ha, yaitu 51,78 ku/ha
pada tahun 2015, naik menjadi 52,85 ku/ha tahun 2016.

Peramalan produksi jagung dilakukan menggunakan program


SAS, metode yang digunalan adalah persamaan simultan. Data dasar
yang digunakan untuk permalan adalah data series tahun 2005 sampai
2015. Proyeksi produksi jagung pada tahun 2017 diramalkan akan
meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19 juta ton pada tahun 2016
atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan tersebut terjadi karena
peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75
ku/ha, demikian juga luas panen diramalkan akan mengalami
peningkatan sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80,35 ribu hektar.

Kebijakan pengendalian impor jagung yang dibuat Kementerian


Pertanian (Permentan no 57 tahun 2015), telah berhasil mengurangi
volume impor jagung. Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari-
September 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama
tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan
periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar
397,92 Ribu US$.
Selanjutnya untuk peramalan produksi jagung tahun 2017
diperkirakan kembali akan meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19
juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

produksi jagung tahun 2017 ini dikarenakan peningkatan luas panen


sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80 ribu hektar dan peningkatan
produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75 ku/ha.
Produksi jagung tahun 2018, 2019, dan 2020 juga diramalkan
meningkat, masing-masing menjadi 26,21 juta ton, 27,61 juta ton dan
29,05 juta ton.

Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung


yang tersedia untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2016
diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau menurun sebesar
8,20% dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2017 dan 2018 proyeksi
permintaan jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing
sebesar 1,58 kg/kapita/tahun dan 1,51 kg/kapita/tahun, sehingga total
kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada tahun 2016, 2017 dan
2018 masing-masing diramalkan sebesar 425 ribu ton, 412 ribu ton dan
400 ribu ton. Meskipun permintaan jagung untuk konsumsi langsung
turun, namun permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak
diperkirakan akan meningkat sekitar 3,58% per tahun.

Pada tahun 2017 dengan proyeksi produksi jagung sebesar 24,84


juta ton, dari jumlah itu yang hilang tercecer diperkirakan 1,24 juta
ton atau sekitar 5%, pengunaan jagung untuk bibit 98,60 ribu ton,
penggunaan untuk pakan peternak mandiri 3,85 juta ton dan
penggunaan untuk bahan baku jagung untuk pabrik pakan 8,99 juta ton
dan untuk konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan sebesar 412
ribu ton dan jagung untuk bahan baku industri makanan sebesar 19,8%
atau sebesar 4,92 juta ton, maka pada tahun 2017 masih akan terjadi
surplus jagung nasional sebesar 5,32 juta ton.

Pada tahun 2018 sampai 2020, diramalkan surplus jagung akan


semakin meningkat karena laju kebutuhan jagung untuk pakan lebih
rendah dari laju peningkatan produksi. Pada tahun 2018 produksi
jagung diperkirakan masih surplus sebesar 5,90 juta ton, tahun 2019

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv


Outlook Jagung 2016 «

surplus produksi jagung kembali naik menjadi 6,50 juta ton, dan tahun
2020 surplusd kembali naik menjadi 7,10. Jika kadar air produksi jagung
pipilan disetarakan dengan jagung untuk bahan baku industri pakan
yaitu sebesar 15%, maka tahun 2016 sampai 2020 masih terjadi surplus,
dengan kisaran surplus sebesar 2,25 juta ton sampai 4,25 juta ton.

xvi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii


Outlook Jagung 2016 «

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hampir seluruh masyarakat mengenal jagung. Jagung


adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah
padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung
sebagai sumber karbohidrat utama seperti di Amerika Tengah dan
Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber
pangan alternatif. Di Indonesia sendiri, beberapa daerah seperti
Madura dan Nusa Tenggara pernah mengkonsumsi jagung sebagai
sumber pangan utama.
Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang
cukup strategis. Jagung dominan digunakan sebagai bahan baku
pakan ternak. Tinggi rendahnya harga pakan ternak, akan sangat
berpengaruh terhadap harga harga hasil ternak seperti daging dan
telur. Kenaikan harga jagung, akan berdampak pada kenaikan
harga pakan ternak, dan berakibat pada pada meningkatnya harga
telur dan daging.
Saat ini untuk kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan
ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung.
Kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari
produksi jagung nasional. Karena pola panen jagung mencapai
puncaknya hanya pada Bulan Februari, Maret dan April, sedangkan
pada bulan bulan lainnya cenderung konstan.
Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif, dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun pada umumnya
tinggi tanaman 1 meter sampai 3 meter.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1


Outlook Jagung 2016 «

Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang dikonsumsi


secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku
pakan ternak yang memiliki komposisi yang cukup dominan, seperti yang
diungkapkan oleh Abbas (1996) bahwa komponen jagung mencapai
proporsi yang cukup tinggi dalam industri pakan ternak yaitu sebesar
51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijaun pakan ternak, baik
diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung
jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun
tepung tongkolnya. Tepung jagung kaya akan pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Gambar 1. Tanaman Jagung

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

1.2. Tujuan

Tujuan penyajian oulook jagung ini adalah untuk melihat sampai


sejauh mana prospek komoditas jagung di Indonesia, berikut dalam
tulisan ini disajikan mengenai perkembangan jagung baik di dalam
negeri, maupun global serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan
jagung di Indonesia untuk periode 5 (lima) tahun ke depan.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penyajian outlook ini adalah informasi luas


panen, produktivitas dan produksi jagung secara nasional, serta provinsi
sentra produksi jagung. Disamping itu disajikan aspek perdagangan dan
konsumsi. Aspek perdagangan meliputi harga produsen, harga
konsumen, ekspor dan impor jagung. Aspek konsumsi meliputi konsumsi
per kapita rumah tangga dan konsumsi nasional. Ruang lingkup outlook
ini juga menyajikan data global luas panen, produksi dan ekspor impor
jagung. Pada bagian akhir disajikan neraca suplai demand untuk tahun
berjalan dan peramalan 5 tahun ke depan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

II. METODOLOGI ANALISIS

2.1. Sumber Data dan Informasi

Outlook Komoditas Tanaman Pangan tahun 2015 disusun


berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer
maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait
di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Departemen
Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk keragaan global
data diperoleh dari download website Food and Agriculture
Organization (FAO).

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data

No Variabel Periode Sumber Data


1 Luas Panen Jagung di Indonesia 1969 - 2015 BPS
2 Produksi Jagung di Indonesia 1969 - 2015 BPS
3 Produktivitas Jagung di Indonesia 1969 - 2015 BPS
4 Konsumsi Jagung per kapita rumah 1985 -2014 Susenas -BPS
tangga
5 Penggunaan jagung untuk industri 1985 -2014 NBM–BKP Kementan
6 Ketersediaan konsumsi jagung di 1990 - 2014 NBM–BKP Kementan
Indonesia
7 Harga produsen dan konsumen 1983 - 2014 BPS
jagung di Indonesia
8 Volume dan Nilai ekspor jagung di 1973 - 2015 BPS
Indonesia
9 Volume dan Nilai impor jagung di 1973 - 2015 BPS
Indonesia
10 Luas panen jagung dunia 1961 - 2014 FAO
11 Produksi jagung dunia 1961 - 2014 FAO
12 Produktivitas jagung dunia 1961 - 2014 FAO
13 Volume ekspor dan volume impor 1961 - 2013 FAO
jagung dunia

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5


Outlook Jagung 2016 «

2.2. Metode Analisis

2.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif pada outlook ini biasa digunakan untuk

menyajikan keragaan data baik keragaan nasional maupun

global. Analisis deskriptif yang banyak digunakan adalah rata-

rata, data tertinggi, data terendah, proporsi terhadap total, dan

angka pertumbuhan.

2.2.2. Analisis Penawaran

Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana


setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan
dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut
model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang
disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi
dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand.
Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing
sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia.
Variabel utama dalam analisis penawaran adalah
produksi. Produksi merupakan perkalian luas panen dan
produktivitas. Sehingga model yang dibangun untuk analisis
penawaran adalah model luas panen dan model produktivitas.

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan
Nama Blok Persamaan Nomor Persamaan
Blok Suplai

1. Luas Panen 1-5

2. Produktivitas 6 - 10

3. Impor 11 – 14

4. Produksi 15 – 19

5. Suplai 20 - 24

Blok Demand

1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai, 25 - 29

ubi kayu, kc tanah)

2. Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai, 30 - 34

ubi kayu, kc tanah)

3. Demand beras 35 - 40

4. Demand jagung 41 – 44

5. Demand kedelai 45 – 48

6. Demand ubi kayu 49 – 51

7. Demand kacang tanah 52 – 54

8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc 55 – 59

tanah)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7


Outlook Jagung 2016 «

Blok Suplai Penawaran


Produksi
Luas Panen Padi
LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 HRJ(t-1) + a4
HRK(t-1) + µ1 ................................................................. (1)
Parameter estimasi yang diharapkan : a1, a2 > 0; a3, a4 < 0

Luas Panen Jagung


LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 HRK(t-1) +
b4 HRUK(t-1) + b5 HRKC(t-1) + µ2 ...................................................... (2)
Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4, b5 < 0

Luas Panen Kedelai


LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 HRJ(t-1) + c4
HRUK(t-1) + c5 HRKC(t-1) + µ3 ........................................................... (3)
Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4, c5 < 0

Luas Panen Kacang Tanah


LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 HRJ(t-1) + e4
HRK(t-1) + e5 HRUK(t-1) + µ5 ............................................................................................. (5)
Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5 > 0

Produktivitas
Produktivitas Padi
YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT + f5
LIRIGASI + f6 RLPPJ + µ6........................................................................................................................................ (6)
Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4 , f5, f6 > 0
f2 < 0

Produktivitas Jagung
YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT + g5
LIRIGASI + g6 RLPJJ + µ7 ......................................................................................................... (7)
Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4 , g5, g6 > 0
g2 < 0

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Produktivitas Kedelai
YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4 DSLPTT + h5
LIRIGASI + h6 RLPKJ + µ8 ................................................................................................(8)
Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4 , h5, h6 > 0
h2 < 0

Produktivitas Ubi Kayu


YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2 HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5
LIRIGASI + µ9 ..............................................................................................................................(9)
Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5 > 0
i2 < 0

Produktivitas Kacang Tanah


YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5
LIRIGASI + µ10 ........................................................................................................................ (10)
Parameter estimasi yang diharapkan : j1, j3, j4 , j5, j5 > 0
j2 < 0

Impor

Impor Beras

IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11 ................................ (11)


Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4 > 0
k1, k3 < 0

Impor Jagung

IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + µ12 ................................................. (12)


Parameter estimasi yang diharapkan : l2, l4 > 0
l1, l3 < 0

Impor Kedelai

IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + µ13 ......................... (13)


Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4 > 0
m1, m3 < 0

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9


Outlook Jagung 2016 «

Impor Kacang Tanah

IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 .. (14)


Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0
n1, n3 < 0

Persamaan Identitas
Produksi
PRODP = LPP * YP ..................................................................................... (15)
PRODJ = LPJ * YJ .................................................................................... (16)
PRODK= LPK * YK ...................................................................................... (17)
PRODUK = LPUK * YUK ............................................................................. (18)
PRODKC=LPKC*YKC ..................................................................................(19)

SUPLAI
SP = PRODP + (IB*100/62.7) ..................................................................... (20)
SJ = PRODJ + IJ ........................................................................................ (21)
SK = PRODK + IK .................................................................................... (22)
SKC= PRODKC + IKC.................................................................................. (23)
SUK = PRODUK + IUK ................................................................................ (24)

2.2.3. Analisis Permintaan

Variabel utama analisis permintaan adalah konsumsi perkapita. Hasil

kali konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk adalah konsumsi nasional.

Konsumsi nasional merupakan jumlah yang harus disediakan untuk memenuhi

kebutuhan nasional.

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Blok Demand
Konsumsi

Konsumsi Per Kapita Beras


KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + µ15 ..................................... (25)
Parameter estimasi yang diharapkan: o1, o3 > 0 ; o2 < 0

Konsumsi Per Kapita Jagung


KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ16 .............................. (26)
Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0

Konsumsi Per Kapita Kedelai


KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ17 .............................. (27)
Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0

Konsumsi per Kapita Ubi Kayu


KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ18 ........................... (28)
Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0

Konsumsi per kapita Kacang Tanah


KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ19 .................................................... (29)
Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0

Konsumsi Nasional Beras


KONNB = POP * KONSB ................................................................................. (30)

Konsumsi Nasional Jagung


KONNJ = POP * KONSJ .................................................................................. (31)

Konsumsi Nasional Kedelai


KONNK = POP * KONSK ................................................................................. (32)

Konsumsi Nasional Ubi Kayu


KONNUK = POP * KONSUK .......................................................................... (33)

Konsumsi Nasional Kacang Tanah


KONNKC = POP * KONSKC ........................................................................... (34)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11


Outlook Jagung 2016 «

DEMAND
DEMAND BERAS
DB = KONNB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB .................................... (35)
PAKG = (PRODP*0.0044) * 0.627 ............................................................... (36)
PAKB = (PRODP*0.627)*0.0017 ................................................................. (37)
BB = (PRODP*0.0104)* 0.627 .................................................................... (38)
TCG = (PRODP*0.0540) *0.627 ................................................................. (39)
TCB = (PRODP*0.627)*0.025 ..................................................................... (40)

DEMAND JAGUNG
DJ = KONNJ + PAKJ + BJ + TCJ ............................................................... (41)
PAKJ = PRODJ*0.06 ................................................................................. (42)
TCJ = PRODJ*0.05 ................................................................................... (44)

DEMAND KEDELAI
DK = KONNK + BK + TCK ......................................................................... (45)
PAKK = PRODK*0.003 ................................................................................ (46)
BK = PRODK*0.015 .................................................................................... (47)
TCK = PRODK*0.05 ................................................................................... (48)

DEMAND KACANG TANAH


DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC ................................... (52)
BKC = PRODKC*0.026 ............................................................................... (53)
TCKC = PRODKC*0.05 ............................................................................... (54)

NERACA
NRCB =(SP*0.627) – DB ........................................................................... (55)
NRCJ =SJ – DJ .......................................................................................... (56)
NRCK = SK – DK ....................................................................................... (57)
NRCUK = SUK- DUK ................................................................................... (58)
NRCKC = SKC – DKC .................................................................................. (59)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Tabel 2.2. Keterangan Variabel –variabel Dalam Model

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13


Outlook Jagung 2016 «

2.2.4. Kelayakan Model

Kelayakan model untuk persamaan regresi simultan


menggunakan Tabel Anova (analysis of variance). Dari tabel
anova dicek nilai Probability dari F hitung. Jika probability F
hitung kurang dari 0,10 berati model layak untuk tingkat
kepercayaan 90%, jika nilai probability F hitung kurang dari 0,05
model layak dengan tingkat kepercayaan 95%. Disamping itu yang
menjadi ukuran adalah nilai R square, nilai R square makin
mendekati 100% model makin baik. Untuk model time series yang
menjadi ukuran adalah nilai MAPE, jika ada 2 atau lebih pilihan
model, maka yang diambil adalah yang memiliki MAPE kecil.

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

III. KERAGAAN NASIONAL

3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung


Nasional
Komponen luas panen merupakan salah satu komponen penting
dalam penghitungan produksi. Pertumbuhan luas panen jagung untuk
periode 2012 – 2016 atau pada lima tahun terakhir meningkat dengan
rata-rata penurunan sebesar 2,78% per tahun. Hal ini menunjukkan
adanya upaya pemerintah untuk perluasan jagung, terutama dengan
memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan kebun dan
lahan hutan. Selama periode tersebut terjadi peningkatan dan
penurunan luas panen jagung. Penurunan luas panen terjadi pada tahun
2013 sebesar 3,44%, dan pada tahun 2015 luas panen kembali turun
1,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Luas panen jagung pada tahun
2012 mengalami peningkatan sebesar 2,40% dibandingkan tahun 2011,
dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,41%. Berdasarkan angka tetap
tahun 2015, luas panen jagung kembali mengalami penurunan sebesar
yaitu 1,29% atau luas panen turun dari 3,84 juta hektar pada tahun
2014, menjadi 3,79 juta hektar. Penurunan luas panen tahun 2015 ini
terutama terjadi di Luar Pulau Jawa sebesar 2,54%, sementara di Pulau
Jawa hanya sebesar 0,10%. Pada tahun 2016 luas panen jagung
meningkat secara signifikan sebesar 15,85%, karena adanya upaya
pemerintah untuk menaikan produksi jagung melalui program UPSUS.
Program ini terutama dilakukan perluasan areal tanam, baik di lahan
sawah, lahan kering, di lahan perkebunan, atau di lahan-lahan pinggir
hutan.
Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung pada tahun 2012 -
2015 diduga karena jagung harus bersaing dengan tanaman tadah hujan
lainnya seperti tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, maupun

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15


Outlook Jagung 2016 «

tanaman non pangan seperti tembakau. Disamping itu luas baku sawah
diduga mengalami penyusutan karena konversi lahan untuk kepentingan
lain seperti infrastruktur, perumahan, dan lain-lain. Faktor lain yang
diduga menurunkan luas panen jagung adalah perubahan iklim global,
misalnya terjadi musim kemarau basah, maka petani cenderung akan
menanam padi kembali, karena air cukup tersedia untuk menanam padi.

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia,


1969-2016

Selama periode 1980 – 2016 pertumbuhan luas panen jagung di


Pulau Jawa lebih rendah dari Luar Pulau Jawa, masing-masing sebesar
2,21% dan 3,31%. Demikian juga pada rentang periode waktunya 5 tahun
terakhir yaitu antara tahun 2012 – 2016 laju peningkatan luas panen
jagung di Jawa lebih tinggi dari pada di Luar Jawa, peningkatan luas
panen di Jawa 1,49% sedangkan Luar Jawa 4,19%. Rendahnya
pertumbuhan luas panen jagung di Jawa karena lahan untuk tanaman
jagung harus bersaing dengan komoditas lain yang memiliki nilai
ekonomi lebih tinggi atau sebagai bahan pangan utama seperti padi
sawah, komoditas perkebunan, hortikultura atau komoditas tanaman

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

semusim lainnya. Sebaliknya, tingginya pertumbuhan luas panen di Luar


Jawa ini antara lain karena daya saing produksi jagung yang relatif lebih
baik pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dibandingkan
dengan daya saing komoditas lain (Deptan, 2005). Daya saing komoditas
jagung, lebih baik dengan dari pada komoditas ubi kayu, ubi jalar,
maupun kedelai. Hal ini juga didorong oleh kebutuhan jagung untuk
pakan ternak, karena harga jagung impor yang semakin mahal. Di sisi
lain kebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin besar.

Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi
Jagung di Indonesia, 1999-2016
Luas Panen Produksi Produktivitas
Pertumbuhan
Wilayah TAHUN Pertumbuhan Pertumbuhan
Luas Panen Ton Ku/Ha (%)
(%) (%)

1999-2016 1.949 -0,08 8.244 4,03 41,88 4,06


Jawa
2012-2016 1.993 1,49 10.655 4,53 53,42 2,93
1999-2016 1.744 2,20 6.588 6,43 36,69 4,03
Luar Jawa
2012-2016 1.965 4,19 9.287 7,54 47,16 3,26
1999-2016 3.701 0,96 14.832 5,04 39,45 3,96
Indonesia
2012-2016 3.958 2,78 19.941 5,89 50,32 3,01
Kontribusi Terhadap Indonesia periode 2012-2016 (%)
Jawa 50,35 53,43
Luar Jawa 49,65 46,57
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin


Keterangan : *) Tahun 2016 Angka Rakor ARAM II

Pada lima tahun terakhir besarnya luas panen jagung antara di


wilayah Jawa dan luar Jawa hampir seimbang. Berdasarkan Angka Tetap
tahun 2016 luas panen jagung nasional adalah 4,39 juta ha, di mana
2,09 juta ha atau 47,61% berada di wilayah Jawa dan 2,30 juta ha atau
sekitar 52,39% berada di wilayah Luar Jawa. Pada tahun 2016 ini ada
peningkatan luas panen seluas 600 ribu hektar atau sebesar 15,85%
dibandingkan tahun 2015. Peningkatan luas panen di Luar Jawa cukup
besar yaitu sekitar 463,49 ribu hektar atau naik sebesar 25,26% dan di
Pulau Jawa naik hanya sekitar 136,73 ribu hektar atau naik sebesar

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17


Outlook Jagung 2016 «

7,0%. Peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa karena adanya


perubahan pola tanam, dimana sebagian petani yang semula menanam
komoditas ubi kayu/ubi jalar, beralih ke komoditas jagung, dengan
alasan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik.

Berdasarkan Tabel 3.1, selama periode 2012 – 2016 peningkatan


luas panen jagung rata-rata di Indonesia adalah sebesar 2,78% per
tahun. Selama periode tersebut, peningkatan luas panen jagung di Jawa
lebih tinggi dari pada di Luar Jawa. Peningkatan luas panen jagung di
Pulau Jawa mencapai 1,49%, sedangkan peningkatan luas panen jagung
di Luar Jawa sebesar 4,19%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk
meningkatkan produksi jagung melalui perluasan areal di Luar Jawa
masih lebih besar.

Pola panen jagung selama 3 tahun terakhir (2014 - 2016)


menunjukkan kondisi yang hampir seragam, yaitu puncak panen jagung
terjadi pada Subround I yaitu bulan Februari, Maret dan April. Pada
Bulan Januari belum banyak panen jagung, Bulan Februari mulai ada
peningkatan panen, Bulan Maret merupakan bulan puncak panen jagung,
Bulan April luas panen cenderung mulai turun kembali, tetapi masih di
ata bulan –bulan lainnya. Pola panen tahun 2014 dan 2015 menunjukkan
puncak panen terjadi di Bulan Februari dan Bulan Maret, Bulan April luas
panen sudah agak menurun dibandingkan Bulan Maret. Namun pada
tahun 2016, puncak panen jagung terjadi pada bulan Maret, Bulan
Februari sudah menunjukkan kenaikan luas panen, Bulan April luas
panen juga masih tinggi, hampir sama dengan Bulan Februari.
Pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus luas panen kembali sedikit
meningkat dibandingkan Bulan Mei, namun Bulan September sampai
Desember luas panen jagung terus mengalami penurunan. Untuk lebih
jelasnya pola panen jagung dapat dilihat pada Gambar 3.2.

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, 2014 – 2016

Berdasarkan Gambar 3.3, produktivitas jagung terus mengalami


peningkatan. Rata-rata pertumbuhan produktivitas jagung selama kurun
waktu 1980 - 2016 adalah sebesar 3,72% per tahun, suatu pertumbuhan
yang cukup signifikan. Pada kurun waktu tersebut, produktivitas jagung
nasional meningkat dari 14,60 Ku/Ha di tahun 1980 menjadi 52,85
Ku/Ha pada tahun 2015. Selama kurun waktu lima tahun terakhir atau
tahun 2012 - 2016, pertumbuhan produktivitas jagung lebih rendah yaitu
sebesar 3,01%. Hal ini menunjukkan laju peningkatan produktivitas
semakin turun pada lima tahun terakhir, dikarenakan penggunaan
jagung hibrida sudah cukup luas diaplikasikan. Produktivitas jagung ini
diharapkan akan terus meningkat, karena beberapa tahun terakhir ini
diluncurkan berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 816, P27, DK
7722, NK 6325, Pertiwi-3, SHS-4 dan lain-lain. Kelompok jagung hibrida
ini memiliki produktivitas per hektar lebih tinggi dari pada jagung
komposit ataupun jagung lokal.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19


Outlook Jagung 2016 «

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung Indonesia, 1980


-2016

Secara umum tingkat produktivitas jagung di Pulau Jawa


cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa maupun
secara nasional terutama pada kondisi lima tahun terakhir (Tabel 1).
Produktivitas jagung di Jawa periode 2012 - 2016 rata-rata sebesar
53,42 Ku/ha, sementara rata-rata produktivitas di Luar Pulau Jawa
47,16 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung nasional adalah sebesar
50,32 Ku/ha. Hal ini menunjukkan kondisi tanah di Pulau Jawa yang
lebih subur dari pada Luar Jawa dan kemungkinan lebih banyak petani
jagung menggunakan benih hibrida. Peningkatan produktivitas jagung
antara lain sebagai dampak dari penerapan paket teknologi dalam
penggunaan varietas jagung hibrida secara nasional dan adanya program
SLPTT (Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu), PAT (Perluasan
Areal Tanam), dan peningkatan IP (Indeks Pertanaman).

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Pada tahun 2016 produktivitas jagung nasional sebesar 52,82


ku/ha atau meningkat sebesar 1,07 ku/ha, dibandingkan tahun 2015,
atau meningkat sebesar 2,94%. Peningkatan produktivitas ini sebagian
besar karena kontribusi peningkatan produktivitas di Jawa sebesar 1,60
ku/ha (atau meningkat 2,94%), sedangkan kontribusi peningkatan
produktivitas di Luar Jawa lebih kecil yaitu sebesar 0,98 ku/ha (atau
meningkat sebesar 2%). Peningkatan produktivitas karena adanya
program peningkatan produksi jagung seperti Upsus Jagung dan
peningkatan produktivitas jagung hibrida. Pada tahun 2016 berdasarkan
angka tetap, produktivitas jagung di Jawa sebesar 55,97 Ku/ha,
sedangkan produktivitas jagung di Luar Jawa sebesar 50,01 Ku/ha.
Untuk lebih jelasnya terlihat pada Lampiran I.

Produksi adalah hasil perkalian antara luas panen dan


produktivitas, sehingga pola perkembangan produksi dipengaruhi oleh
perkembangan luas panen dan produktivitas. Perkembangan produksi
jagung di Indonesia pada periode tahun 1980-2016 cenderung
berfluktuasi namun secara umum meningkat, mirip dengan pola luas
panen, namun peningkatan produksi menunjukkan pola peningkatan
yang lebih signifikan.
Produksi jagung selama kurun waktu 1980-2016 tertinggi dicapai
pada tahun 2016 ini yaitu sebesar 23,19 juta ton. Jika dilihat
perkembangan produksi jagung pada 5 (lima) tahun terakhir, produksi
jagung mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 5,89% per tahun. Pada tahun 2012 produksi jagung sebesar 19,39
juta ton, kemudian lima tahun berikutnya (2016) produksi jagung
meningkat menjadi 23,19 juta ton. Selama periode tahun 2012 sampai
2016, terjadi 1 kali penurunan produksi jagung, yaitu tahun 2013
produksi jagung turun sebesar 4,51% dibandingkan tahun sebelumnya
menjadi 18,51 juta ton. Penurunan produksi jagung tahun 2013
disebabkan oleh penurunan produktivitas dan penurunan luas panen.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21


Outlook Jagung 2016 «

Penurunan produksi jagung juga bisa disebabkan bergesernya pola


tanam, atau beralih ke komoditas lain.
Produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton atau naik
sebesar 18,23% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan
peningkatan tertinggi selama 8 tahun terakhir. Peningkatan produksi
jagung tahun 2016 lebih banyak karena peningkatan luas panen,
sementara peningkatan produktivitas sebesar 1,07 ku/ha (2,07%).
sebaliknya terjadi peningkatan luas panen yang sangat signifikan
sebesar 600 ribu hektar (15,85%).
Selama periode 2012 – 2016, pertumbuhan produksi jagung di
Luar Jawa lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Jawa. Pertumbuhan
produksi jagung di Jawa hanya 4,53% per tahun, sementara di Luar Jawa
sebesar 7,54% per tahun. Tingginya pertumbuhan produksi jagung di
Luar Jawa terutama dikarenakan pertumbuhan luas panen. Pertumbuhan
luas panen di Jawa 1,49% per tahun sedangkan pertumbuhan luas panen
di Luar Jawa sebesar 4,19% per tahun.

Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, 1980 -


2016

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Pola perkembangan produksi jagung di Jawa tampak lebih


berfluktuasi dibandingkan dengan pola perkembangan produksi jagung di
Luar Jawa. Hal ini terjadi karena persaingan penggunaan lahan di Jawa
khususnya antara padi dan palawija dapat menjadi alasan utama
terjadinya fluktuasi tingkat produksi jagung di Jawa, sedangkan produksi
jagung di Luar Jawa cenderung meningkat secara perlahan.

3.2. Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan


Produksi
Pada periode 2012 - 2016, daerah penghasil utama atau sentra
luas panen jagung di Indonesia terdistribusi di sepuluh provinsi dengan
total kontribusi sebesar 87,52% terhadap total luas panen Indonesia
(Gambar 3.5). Kontribusi terbesar luas panen jagung nasional berasal
dari Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 30,73%, disusul kemudian oleh
Jawa Tengah sebesar 13,97%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati
urutan ke-7 dan hanya menyumbang 3,85% dari luas panen nasional.
Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 48,54%,
tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa.

Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi


sebesar 8,49% atau rata-rata luas panen selama periode 2012- 2016
sebesar 336,11 ribu ha, urutan ke-empat dan selanjutnya diikuti masing-
masing secara berurutan Sulawesi Selatan (kontribusi 7,79%), Nusa
Tenggara Timur (kontribusi 6,61%), Sumatera Utara (kontribusi 5,79%),
Jawa Barat (kontribusi 3,85%), Gorontalo (3,72%), Nusa Tenggara Barat
(3,54%) dan Sulawesi Utara (3,03%) (Gambar 3.5 dan Lampiran 5).
Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi
jagung nasional adalah 12,48%.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23


Outlook Jagung 2016 «

Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di


Indonesia, Tahun 2012-2016.

Dilihat dari sisi pertumbuhan luas panen jagung selama periode 5


tahun terakhir (2012 – 2016) beberapa provinsi sentra mengalami
peningkatan pertumbuhan, namun ada juga yang menunjukkan
pertumbuhan negatif. Pertumbuhan negatif terjadi di Provinsi Jawa
Timur, dimana selama 2012 – 2016 luas panen rata-rata turun sebesar
0,50%/tahun, begitu juga di Lampung luas panen jagung rata-rata turun
sebesar 6,47%/tahun, serta Sulawesi Selatan turun 2,73%/tahun.
Penurunan luas panen jagung di Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan
karena sebagian petani beralih komoditas dari jagung ke komoditas ubi
kayu, meskipun demikian pada tahun 2016 kedua provinsi tersebut
mengalami peningkatan luas panen. Hal ini dikarenakan sebagian petani
menganggap bahwa dalam bertanam ubi kayu biaya untuk usaha tani
jauh lebih murah dari pada bertanam jagung. Bertanam ubi kayu tidak
memerlukan perawatan khusus. Angka ARAM II tahun 2016 juga
menunjukkan penurunan luas panen ubi kayu. Luas panen ubi kayu di
Lampung tahun 2015 sebesar 279,34 ribu ha, tahun 2016 turun menjadi
251,08 ribu ha, penurunan luas panen ubi kayu mengakibatkan

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

peningkatan luas panen jagung. Sementara pertumbuhan luas panen


jagung tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 3,86% per
tahun.

Sentra produksi jagung di Indonesia selama 2012 - 2016


terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 94,23%
terhadap total produksi Indonesia (Gambar 3.6). Kontribusi terbesar
produksi jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu 32,06%,
disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 16,78%, sedangkan Provinsi
Jawa Barat menempati urutan ke-6 dan hanya menyumbang 6,02% dari
produksi nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini
mencapai 54,86%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di
Luar Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 39,37%. Lampung menjadi
provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 8,97% atau rata-
rata produksi selama periode 2012 - 2016 sebesar 1,69 juta ton. Provinsi
lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung
nasional adalah 5,77%.

Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di


Indonesia, Tahun 2012-2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25


Outlook Jagung 2016 «

Berdasarkan series data tahun 2012-2016 produksi jagung yang


mengalami penurunan di provinsi sentra yaitu Provinsi Lampung sebesar
-4,97%/tahun, Provinsi Jawa Timur -0,68%/tahun dan Provinsi Jawa
Barat sebesar -2,06%/tahun. Sementara 8 provinsi sentra lainnya
mengalami peningkatan produksi selama 2012 – 2016, dengan kisaran
pertumbuhan produksi antara 0,25% sampai 14,92% per tahun. Provinsi
dengan peningkatan produksi tertinggi tahun 2012-2016 untuk kelompok
provinsi sentra adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan
produksi rata-rata sebesar 14,92%/tahun, diikuti oleh Sumatera Barat
meningkat 6,87%/tahun dan Provinsi Sumatera Utara naik sebesar
5,62%/tahun.

3.3. Konsumsi Per Kapita dan Nasional


Konsumsi suatu komoditas pertanian secara umum terdiri dari
konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung (diolah lebih lanjut
menjadi produk konsumsi atau produk lainnya). Permintaan (konsumsi)
langsung jagung secara garis besar merupakan perkalian antara konsumsi
per kapita dengan jumlah penduduk. Data konsumsi perkapita diperoleh
dari data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS).
Permintaan tidak langsung didekati dari permintaan antara (Tabel Input
Ouput –BPS) atau konsumsi bukan makanan (industry) dari data Neraca
Bahan Makanan (NBM) yang diterbitkan setiap tahun, dengan asumsi
harga dan pertumbuhan konsumsi industri cenderung tetap, sehingga
proyeksi permintaan industri merupakan hasil perkalian antara
persentase penggunaan untuk industri dengan produksi tahun terakhir.
Disamping itu disajikan juga perkembangan ketersediaan konsumsi
jagung di Indonesia dari pendekatan Neraca Bahan Makanan.
Ketersediaan yang dimaksud pada NBM adalah selisih produksi ditambah

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

impor sebagai komponen suplai, dikurangi besarnya ekspor, tercecer,


penggunaan pakan, bibit dan penggunaan untuk industri.
Konsumsi jagung rumah tangga per kapita dalam kurun waktu
2011 – 2015 cenderung menurun, dengan laju penurunan -0,36% per
tahun. Pada tahun 2011 konsumsi jagung rumah tangga menurun cukup
signifikan sebesar 22,6% dibandingkan tahun 2010 dari 1,763
kg/kapita/tahun menjadi 1,365 kg/kapita/tahun, pada tahun 2012
konsumsi jagung kembali mengalami peningkatan (22,9%) menjadi 1,677
kg/kapita/tahun. Tahun 2013 konsumsi jagung per kapita kembali
menurun sebesar 12,43%, tahun 2014 konsumsi jagung kembali turun
sebesar 7,10% atau konsumsi perkapita menjadi sebesar 1,467
kg/kapita/tahun, dan pada tahun 2015 kemsumsi jagung kembali
meningkat menjadi 1,790 kg/kap/tahun atau naik 21,99%. Konsumsi
jagung yang dimaksud disini konsumsi jagung basah berkulit dan jagung
pipilan kering.
Konsumsi nasional rumah tangga pada tahun 2015 adalah sebesar
457,24 ribu ton, total konsumsi ini meningkat sebesar 23,58% dari tahun
sebelumnya yang mencapai 369,99 ribu ton. Peningkatan ini karena
adanya peningkatan konsumsi jagung basah berkulit sebagai substitusi
bahan pangan pokok, disamping itu juga karena peningkatan
penggunaan jagung pipilan kering untuk konsumsi rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga nasional jagung lima tahun terakhir
menunjukkan kecenderungan fluktuatif, tetapi rata-rata meningkat
1,02% per tahun. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan cukup
signifikan pada tahun 2011, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar -
23,47%, -10,44%, dan -5,85%. Pada tahun 2012 konsumsi rumah tangga
jagung nasional kembali meningkat 21,26%, dan tahun 2015 kembali
meningkat 23,58%. Penurunan konsumsi ini terjadi karena semakin
sedikit orang mengkonsumsi jagung sebagai subtitusi bahan pangan
pokok, meskipun tahun 2015 sudah menunjukkan kenaikan, sedangkan
permintaan jagung untuk industri terutama industri pakan cenderung

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27


Outlook Jagung 2016 «

semakin meningkat. Program penganekaragaman pangan pengganti


beras sampai saat belum berhasil, sehingga perlu upaya yang lebih keras
agar konsumsi beras menurun dan konsumsi sumber karbohidrat lainnya
termasuk jagung meningkat (Gambar 3.7).

2,500,000

2,000,000
(Ton)

1,500,000

1,000,000

500,000

2013
1985

1987

1989

1991

1993

1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2015
Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Menurut Susenas.

Bila diamati grafik penggunaan jagung untuk konsumsi rumah


tangga dan penggunaan jagung untuk pakan menunjukkan pola grafik
yang relatif konstan dengan garis yang cenderung terus berhimpitan
sejak tahun 2001 sampai 2007, bahkan terbilang cukup stagnan atau
tidak ada kenaikan penggunaan yang signifikan. Namun pada mulai
tahun 2008 sampai 2015 terlihat bahwa konsumsi jagung untuk rumah
tangga cenderung konstan, sebaliknya untuk pakan ternak menunjukkan
peningkatan meskipun kecil (Gambar 3.8). Hal ini menunjukkan bahwa
kebutuhan jagung pipilan kering, sebagai bahan baku pakan untuk usaha
peternakan rumah tangga, semakin besar jumlahnya. Bahkan ada
dugaan bahwa jumlah ini jauh lebih besar dari pada yang dihitung

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

selama ini pada neraca bahan makanan (Hasil Survei Penggunaan


Jagung- Pusdatin, 2014).

8,000,000

6,000,000
( ton )

4,000,000

2,000,000

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Rumahtangga Industri Non Makanan Pakan Langsung

Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia,


2001-2015 menurut Susenas dan Neraca Bahan
Makanan (NBM)

Pada periode 2011 – 2015 total konsumsi rumah tangga berkisar


antara 350 – 460 ribu ton, sedangkan penggunaan jagung untuk pakan
juga berkisar pada angka yang mendekati kisaran penggunaan di tingkat
rumah tangga, namun setelah tahun 2009 kenaikkan jumlah jagung
untuk pakan melampaui 1 juta ton lebih. Hal ini berbeda dengan total
penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri, dimana pada
kurun waktu 2011 – 2015 cenderung meningkat perlahan dari 3,67 juta
ton pada tahun 2011 menjadi 3,88 juta ton pada tahun 2014. Tingginya
penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri terjadi
karenakebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin meningkat, seiring

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29


Outlook Jagung 2016 «

dengan semakin tingginya populasi ternak karena permintaan daging


ungags yang semakin tinggi.
Laju pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri lebih tinggi
dibandingkan permintaan rumah tangga, pada kurun waktu 2011-2014
pertumbuhan total konsumsi rumah tangga rata-rata meningkat sebesar
-1,02% per tahun, sementara total konsumsi jagung untuk industri rata-
rata meningkat lebih tinggi yaitu sebesar 3,33% per tahun. Hal ini
menunjukkan penggunaan jagung pipilan kering lebih banyak digunakan
dalam industri pakan ternak dibandingkan dengan untuk konsumsi rumah
tangga,seperti terlihat pada Lampiran 8.
Pada kurun waktu 1985 - 2014 peningkatan pertumbuhan
konsumsi jagung untuk industri non makanan (pakan) sangat fantastis
yaitu rata-rata 17,36% per tahun. Penurunan konsumsi jagung untuk
industri terjadi pada saat krisis yaitu tahun 1997 – 1999, pada tahun
1997 konsumsi jagung untuk industri turun sebesar 5,75%, tahun 1998
turun kembali sebesar 16,86%, tahun 1999 juga turun sebesar 9,49%.
Untuk jangka waktu yang lebih pendek, pada kurun waktu 2011 – 2014
konsumsi jagung untuk pakan pertumbuhannya lebih kecil, yaitu
3,33%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industry pakan
ternak sudah mulai jenuh.
Permintaan jagung untuk industri non makanan pada tahun 2011
sebesar 3,67 juta ton. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 konsumsi
industry non makanan mengalami peningkatan berturut-turut menjadi
sebesar 4,32 juta ton, dan 4,79 juta ton. Pada tahun 2014 konsumsi
industry makanan kembali meningkat menjadi 4,88 juta ton.
Peningkatan permintaan jagung dalam negeri untuk industry semakin
kecil diduga berkaitan dengan kualitas jagung yang dihasilkan oleh
petani. Jika kadar aflatoxin jagung melebihi batas ambang yang
ditetapkan, maka industri pakan akan menolaknya. Sebagai gantinya
industi pakan mengimpor jagung, untuk bahan baku pakan.

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Pertumbuhan ketersediaan konsumsi jagung per kapita menurut


Neraca Bahan Makanan (NBM) pada tahun 1990-2014 rata-rata sebesar
5,75%, sedangkan pada periode 2010 – 2014 atau selama lima tahun
terakhir pertumbuhan ketersediaan jagung lebih tinggi rendah yaitu
sebesar 1,85% per tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 pertumbuhan
ketersedian jagung terlihat lebih datar dengan kisaran pertumbuhan
-4,64% sampai 11,15% per tahun (Lampiran 7).
Terdapat perbedaan yang cukup lebar antara konsumsi rumah
tangga per kapita hasil SUSENAS dan ketersediaan per kapita, hal ini
diduga karena ada penggunaan untuk olahan makanan pada NBM terlalu
rendah. Jadi ada dugaan penggunaan jagung untuk pakan lebih besar
dari angka NBM, mengingat banyak industri pakan ternak skala
kecil/rumah tangga yang belum tercakup dalam penggunaan pakan oleh
industri. Pengolahan jagung untuk pakan (self mix) yang dilakukan oleh
rumah tangga usaha peternakan, diduga jumlahnya cukup besar.
Disamping itu banyak jagung yang dikonsumsi di luar rumah tangga
sebagai makanan jadi seperti untuk snack, jagung bakar, jagung untuk
sayuran, atau makanan lain berbahan baku jagung.

3.4. Harga Produsen dan Konsumen Jagung


Secara umum perkembangan harga rata-rata jagung pipilan baik
di tingkat produsen maupun konsumen menunjukkan kecenderungan
meningkat. Perkembangan harga jagung pada lima tahun terakhir
periode tahun 2011-2015 memperlihatkan harga jagung di tingkat
produsen maupun konsumen meningkat cukup signifikan, sehingga
margin yang dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar Rp 1.164,- sampai Rp
2.686,- per kilogram. Jika pada tahun 2011 perbedaan harga konsumen
dan produsen sebesar Rp 1.778/kg, maka tahun 2012 margin sedikit
turun menjadi Rp 1.164/kg, pada tahun 2013 margin sedikit mengalami
peningkatan kembali menjadi Rp 2.246/kg, pada tahun 2014 margin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31


Outlook Jagung 2016 «

keuntungan kembali meningkat menjadi Rp 2.524/kg, dan akhirnya pada


tahun 2015 margin kembali meningkat menjadi Rp 2.686/kg.
Harga jual tingkat konsumen yang cukup tinggi ini sebagai
dampak meningkatnya biaya transportasi secara signifikan akibat
kenaikan bahan bakar, atau sarana jalan yang makin tidak seimbang
dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga mengganggu sistem
distribusi. Sementara harga jual tingkat produsen yang lebih rendah
mengindikasikan tidak cukupnya insentif bagi petani untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas atau elastisitas transmisi harga
dari konsumen ke produsen kecil sehingga petani yang harus
menanggung perbedaan harga di tingkat konsumen dan produsen
tersebut. Keragaan harga jagung secara rinci disajikan pada Lampiran
10.

8,000.00

7,000.00

6,000.00

5,000.00
( Rp/Kg )

4,000.00

3,000.00

2,000.00

1,000.00

0.00
1987
1983

1985

1989

1991

1993

1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2013

2015

Harga Produsen Harga Konsumen

Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga


Konsumen Jagung di Indonesia, 1983-2015

Pertumbuhan harga jagung tingkat produsen selama periode 2011


– 2015 rata-rata sebesar 6,21%/tahun, lebih rendah dari pada
pertumbuhan harga konsumen yaitu sebesar 9,05%/tahun. Pertumbuhan

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

harga jagung yang tinggi baik di tingkat konsumen maupun produsen


karena semakin besarnya kebutuhan jagung untuk pakan sementara
suplai jagung terbatas. Terbatasnya suplai jagung karena produksi
jagung nasional yang diserap oleh pabrik pakan kurang mencukupi dan
kualitas jagung yang kurang seragam.
Harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat produsen pada
tahun 2015 sebesar Rp 3.778/kg atau naik sebesar Rp 108,-/kg
dibandingkan tahun 2014, atau naik sebesar 2,963%. Harga yang rendah
bagi produsen jagung, biasanya terjadi karena pada saat menjual kadar
air masih cukup tinggi (sekitar 25% – 35%), sehingga harga rendah, begitu
juga dengan kadar aflatoxin yang tinggi akan menurunkan harga jagung.
Berbeda dengan harga produsen yang peningkatan cukup rendah,
sebaliknya harga jagung di tingkat konsumen tahun 2015 mengalami
peningkatan 4,36%, yaitu dari harga Rp 6.194,-/kg pada tahun 2014
menjadi Rp 6.464,- /kg pada tahun 2015, atau naik sebesar Rp. 270,-
/kg, seperti terlihat pada Gambar 3.9.

3.5. Ekspor dan Impor Jagung


Impor jagung diperlukan jika produksi nasional kurang mencukupi
untuk kebutuhan pabrik pakan. Pada tahun 2000 – 2004 volume impor
jagung selalu di atas 1 juta ton, sementara pada tahun 2005 – 2009
volume impor di bawah 1 juta ton, kecuali tahun 2006 volume impor
mencapai 1,77 juta ton, sementara volume impor jagung periode 2011 –
2015 selalu di atas 3 juta ton, kecuali tahun 2012 hanya sebesar 1,81
juta ton. Tingginya impor jagung pada diperkirakan karena produksi
jagung nasional belum mencukupi, sedangkan ada peningkatan
kebutuhan jagung untuk bahan baku industri khususnya industri pakan,
menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Pada tahun 2014
volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, dan volume impor
tahun 2015 naik menjadi 3,50 juta ton, volume impor tahun 2016 sampai

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33


Outlook Jagung 2016 «

dengan Bulan Mei sebesar 880 ribu ton. Rendahnya volume impor tahun
2016, karena adanya pembatasan/pelarangan impor jagung, dengan
tujuan produksi jagung dalam negeri dapat terserap oleh industri pakan.
Selama hampir empat dekade volume ekspor jagung Indonesia
cenderung konstan, selama periode tersebut volume ekspor jagung tidak
lebih dari 300 ribu ton. Selama periode 2011-2015 rata – rata volume
ekspor adalah 70,48 ribu ton, sebaliknya volume impor jauh lebih tinggi
yaitu sebesar 2,97 juta ton. Hal ini mengakibatkan neraca yang selalu
negatif, dimana ekspor jauh lebih kecil dibandingkan impor. Pada tahun
2015 volume ekspor cukup tinggi, yaitu sebesar 250,83 ribu ton. Neraca
impor jagung dari tahun 2011 sampai 2015 rata-rata defisit 2,90 juta
ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan akan jagung impor semakin
meningkat terutama pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu
usaha terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung nasional,
sehingga Indonesia bisa swasembada jagung.

4,000,000

3,000,000
( ton )

2,000,000

1,000,000

0
2016*)
1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

Ekspor (Ton) Impor (Ton)

Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di


Indonesia, 1980-2016

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Neraca ekspor-impor jagung baik dilihat dari sisi volume maupun


nilainya menunjukkan perkembangan yang cenderung negatif, artinya
lebih tinggi impor dari pada ekspornya. Kecenderungan ini disebabkan
permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum
sepenuhnya dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri. Pada kondisi
lima tahun terakhir 2011-2015 rata-rata neraca ekspor-impor yang
negatif, artinya selama periode itu rata-rata terjadi defisit sebesar 2,91
juta ton atau senilai US$ 791 juta. Pada tahun 2016 sampai dengan
Bulan Mei besarnya volume impor jagung 880 ribu ton sedangan volume
ekspor sebesar 11 ribu ton, jadi terjadi defisit perdagangan sebesar 870
ribu ton, atau defisit sebesar 191 juta US$ (Lampiran 11).

Volume Impor Jagung (Ton)


3,000,000

2,500,000

2,000,000
Ton

1,500,000

1,000,000

500,000

-
Jan - Sep 2015 Jan - Sep 2016
Volume Impor (Ton) 2,735,473 1,016,043

Gambar 3.11. Volume Impor Jagung Bulan Januari – September 2015 dan 2016

Kementerian Pertanian (Kementan) menerbitkan kebijakan


pengendalian impor jagung. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
mendorong gairah petani jagung sehingga produknya terserap ke pasar
dan industri pakan ternak, memprioritaskan produk domestik untuk
bahan baku industri pakan, menjaga stabilitas harga jagung dan pakan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35


Outlook Jagung 2016 «

baik di tingkat petani maupun konsumen. Kebijakan tersebut dituangkan


dalam Perrmentan 57 tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran
Bahan Pakan Asal tumbuhan ke dan dari Wilayah Indonesia.
Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari-September 2016
sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015
sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang
sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$.
Pada tahun 2016 program bantuan benih jagung unggul dan
sarana lainnya seluas 1,5 juta hektar serta integrasi jagung di
perkebunan 750 ribu hektar dan sebagian besar sudah direalisasikan
diyakini akan menggenjot produksi 2016, sehingga capaian produksi
tahun 2016 (ARAM II) sebesar 23,19 juta ton.

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

IV. KERAGAAN GLOBAL

4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung


Dunia
Menurut data FAO, luas panen jagung dunia tahun 2012 sebesar
179,06 juta ha, pada tahun 2013 naik sebesar 3,89% menjadi 186,02 juta
ha. Pada tahun 2014 luas panen jagung dunia mengalami penurunan
sebesar 1,45% atau luas panen menjadi 183,32 juta hektar.
Pertumbuhan luas panen jagung dunia periode 1980-2014 ini
relatif lambat dengan rata-rata pertumbuhan 1,17% per tahun (Lampiran
10). Pada periode lima tahun terakhir (2010 – 2014) pertumbuhan luas
panen jagung dunia lebih tinggi, yaitu sebesar 2,95%. Hal ini diduga
terjadi karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan
kebutuhan jagung baik untuk bahan baku pakan ternak maupun
dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan pokok, sehingga sebagian
negara di dunia berusaha memperluas tanaman jagung. Pada beberapa
tahun terakhir bahkan karena kebutuhan energi alternatif yang
menggantikan sumber energi yang berasal dari fosil, jagung merupakan
salah satu bahan baku energi alternatif karena bisa diubah menjadi
etanol. Bila dimati kondisi lima tahun terakhir, peningkatan luas panen
jagung yang cukup signifikan pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing
sebesar 4,47% dan 4,48%, hal ini dipicu oleh naiknya harga minyak dunia
yang melambung tinggi, sehingga mencari sumber bahan bakar alternatif
sebagai pengganti minyak bumi seperti bioetanol yang dibuat dari
jagung atau tebu. Pada tahun 2014 harga minyak dunia turun, sehingga
produksi jagung juga turun, disamping karena perubahan iklim global.
Berbeda dengan perkembangan luas panen yang cenderung terus
meningkat pada 5 tahun terakhir, perkembangan produktivitas jagung
dunia, menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pertumbuhan
produktivitas jagung selama 2009 – 2014 rata-rata meningkat 2,01% per

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37


Outlook Jagung 2016 «

tahun. Produktivitas jagung dunia tahun 2013 sebesar 5,47 ton/ha atau
naik signifikan dari tahun 2012 sebesar 11,90%. Sebaliknya pada tahun
2014 lalu produktivitas jagung dunia meningkat hanya sebesar 3,52%
dibandingkan tahun 2013, atau produktivitas jagung dunia tahun 2014
sebesar 5,66 ton/ha. Peningkatan produktivitas ini diduga karena
berhasilnya pengembangan jagung dengan produktivitas tinggi, seperti
jagung hibrida. Perkembangan luas panen terlihat pada Gambar 4.1.
Perkembangan produktivitas jagung dunia pada periode tahun
1980-2014 juga menunjukkan kecenderungan meningkat rata-rata
sebesar 1,78% per tahun atau lebih tinggi dari pada peningkatan luas
panen (1,17% per tahun). Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun
2014 yang mencapai 5,66 ton/ha (Gambar 4.2).

200,000,000
190,000,000
180,000,000
170,000,000
160,000,000
(Ha)

150,000,000
140,000,000
130,000,000
120,000,000
110,000,000
100,000,000
2014
1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, 1980-2014

Laju pertumbuhan produktivitas jagung dunia pada lima tahun


terakhir (2010 – 2014) masih mengalami peningkatan meskipun dengan
pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan luas
panennya yaitu sebesar 2,01% per tahun, sementara pertumbuhan luas
panen jagung pada periode yang sama meningkat sebesar 2,95% per
tahun (Lampiran 12).

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

6.00
5.50
5.00
4.50
(Ton/Ha)

4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1982

1985

1988
1980
1981

1983
1984

1986
1987

1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, 1961-2014

Perkembangan produksi jagung dunia selama periode tahun 2010-


2014 meskipun berfluktuasi menunjukkan kecenderungan meningkat.
Peningkatannya lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan luas panen
sebesar 2,95% per tahun dan pertumbuhan produktivitas 2,01% per
tahun. Hasil perkalian luas panen dan produktivitas menghasilkan
produksi, sehingga pertumbuhan produksi jagung dunia pada periode
tersebut mencapai 4,99% per tahun. Menurut FAO, produksi jagung
dunia pada tahun 2012 mencapai 875 juta ton, atau turun 1,31%
dibandingkan tahun 2011, tetapi tahun 2013 produksi jagung dunia naik
sekitar 142 juta ton atau naik 16,25% dibandingkan tahun 2012. Pada
tahun 2014 produksi jagung dunia kembali meningkat 20 juta ton, atau
naik sebesar 2,02% atau menjadi 1,038 milyar ton. Secara rinci
perkembangan produksi jagung dunia disajikan pada Gambar 4.3.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39


Outlook Jagung 2016 «

1,100,000,000
1,000,000,000
900,000,000
800,000,000
(ton)

700,000,000
600,000,000
500,000,000
400,000,000
300,000,000
200,000,000
100,000,000

2010
1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2012

2014
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, 1980-2014

4.2. Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung


Dunia
Pada periode lima tahun terakhir (2010 – 2014), luas panen
jagung dunia tertinggi di China dengan rata-rata luas mencapai 34,67
juta hektar atau mencapai 19,62% dari rata-rata total luas panen jagung
dunia. Amerika Serikat berada di tempat ke-2, tergeser dari China,
dengan luas rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar 34,29 juta ha
atau menyumbang 19,40% total luas panen jagung dunia. Posisi ketiga
dan keempat ditempati oleh Brazil dan India dengan luas panen rata-
rata masing-masing sebesar 14,16 juta hektar dan 8,81 juta hektar.
Sementara Indonesia berada di urutan ke-9 setelah Mexico, Nigeria,
Argentina, dan Ukraina dengan kontribusi luas sebesar 2,22% atau luas
panen rata-rata lima tahun terakhir mencapai 3,92 juta hektar per
tahun. Kontribusi luas panen negara-negara sentra terlihat pada
Gambar 4.4.

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

China
19,6%
USA
19,4%

Lainnya Brazil
32,2% 8,0%

India
5,0%

Mexico
3,9%
Tanzania Ukraine Argentina Nigeria
Indonesia 2,3% 3,1%
2,1% 2,3%
2,2%

Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen


Jagung terhadap Luas Panen Dunia (2010 – 2014)

56.841
60.000

50.000
34.673

34.286

40.000
( 000 Ha )

30.000
14.162

20.000
8.815

6.859

5.394

4.053

4.003

3.922

3.755

10.000

-
Lainnya
USA
China

Brazil

India

Nigeria

Indonesia
Mexico

Ukraine

Tanzania
Argentina

Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen


Jagung Dunia, 2010 - 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41


Outlook Jagung 2016 «

Berdasarkan rata-rata produksi jagung yang dihasilkan suatu


negara pada tahun 2010 - 2014, maka terdapat 10 negara produsen
jagung terbesar di dunia dengan total share sebesar 78,76% terhadap
total produksi jagung dunia. Kesepuluh negara tersebut secara
berurutan adalah Amerika Serikat, China, Brazil, Argentina, Ukraina,
India, Mexico, Indonesia, Perancis dan Afrika Selatan. Amerika Serikat
menjadi negara paling dominan dimana negara tersebut menguasai
34,66% produksi jagung dunia dengan rata-rata produksi 2010 - 2014
mencapai 323,74 juta ton, diikuti China pada urutan ke-2 dengan
produksi rata-rata 202,12 juta ton, mampu menguasai 21,64% produksi
jagung dunia, posisi ketiga ditempati Brazil dengan produksi rata-rata
68,45 juta ton selama lima tahun terakhir. Tiga negara tersebut
merupakan produsen jagung terbesar dunia dengan kontribusi kumulatif
sebesar 63,63%, karena negara produsen jagung lainnya memproduksi
jagung rata-rata dibawah 30 juta ton per tahun. Hal yang cukup menarik
adalah untuk luas panen jagung, China di urutan pertama, sementara
produksi jagung China diurutan kedua setelah USA dengan perbedaan
angka produksi yang terpaut jauh, sekitar 121,62 juta ton, hal ini
menunjukkan produktivitas jagung di USA jauh lebih tinggi dari pada di
China.
Indonesia termasuk sepuluh negara produsen jagung terbesar di
dunia pada urutan ke-8 setelah Argentina, Ukraina, India dan Mexico,
dengan tingkat produksi rata-rata tahun 2010 – 2014 menurut data FAO,
sebesar 18,57 juta ton per tahun atau berkontribusi sebesar 1,99%
terhadap produksi jagung dunia (Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.).
Produksi jagung tahun 2014, merupakan angka release terbaru dari FAO.

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

323.742
350.000

300.000

202.120

198.342
250.000
( 000 ton )

200.000

150.000

68.450
100.000

27.076

23.040

22.541

21.789

18.576

15.815

12.495
50.000

-
USA

Lainnya
India
China

Brazil

Indonesia

Perancis
Ukraine

Mexico

Afrika Selatan
Argentina

Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia,


2010- 2014

USA
34,7%

China
21,6%
Lainnya
21,2%

Brazil
7,3%

Afrika Selatan
1,3%

Perancis
1,7% Argentina
Mexico India Ukraine
Indonesia 2,5% 2,9%
2,3% 2,4%
2,0%

Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung


terhadap Produksi Dunia tahun 2010 - 2014

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43


Outlook Jagung 2016 «

4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia


Keragaan tentang perdagangan dunia, ekspor dan impor jagung
didekati data FAO yang didownload pada tanggal 16 September 2016.
Perkembangan volume ekspor dan impor jagung dunia pada periode
tahun 1980-2013 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat cukup
signifikan yaitu rata-rata sebesar 1,72% per tahun untuk volume impor
dan 1,79% untuk volume ekspor. Peningkatan perdagangan jagung dunia
mulai meningkat tajam di akhir tahun 2007-an kemudian berfluktuasi
hingga tahun 2013-an. Perkembangan nilai impor dan ekspor lebih
tinggi dari perkembangan volume, selama periode yang sama nilai impor
naik rata-rata 5,42% per tahun, sedangkan nilai ekspor naik rata-rata
5,47% per tahun, seperti terlihat pada Gambar 4.8. dan 4.9.

140.000.000

120.000.000

100.000.000

80.000.000
(Ton )

60.000.000

40.000.000

20.000.000

-
1990

2005
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989

1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Volume Import (ton) Volume Export (ton)

Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

45.000.000

40.000.000

35.000.000

30.000.000
(000 US $ )

25.000.000

20.000.000

15.000.000

10.000.000

5.000.000

2006
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Nilai Impor (1000 $) Nilai Ekspor (1000 $)

Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia

Perkembangan volume impor jagung selama 5 tahun terakhir


yaitu pada kurun waktu 2009 – 2013 meningkat rata-rata 3,19% per
tahun, sedangkan volume ekspor terjadi pertumbuhan lebih tinggi
sebesar 4,09% per tahun. Hal ini menunjukkan dalam perdagangan
ketersediaan untuk diekspor barang lebih banyak dari yang dibutuhkan
untuk diimpor.
Pada kurun 2009 - 2013 negara eksportir jagung terbesar di dunia
adalah Amerika Serikat dengan volume ekspor rata-rata 40,06 juta ton
per tahun dan menguasai pangsa 35,54% perdagangan jagung dunia.
Sementara Argentina dengan volume ekspor jagung rata-rata sebesar
15,96 juta ton/tahun telah memberikan kontribusi sebesar 14,16%
terhadap ekspor jagung di dunia (Lampiran 16). Brazil dengan rata-rata
ekspor sebesar 14,90 juta ton/tahun, dan kontribusi sebesar 13,22%,
menjadi negara eksportir terbesar ketiga dunia. Negara-negara eksportir
jagung terbesar dunia selanjutnya adalah Ukraina, Perancis, Hungaria,
India, Rumania, Paraguay, dan Afrika Selatan. Kesepuluh negara

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45


Outlook Jagung 2016 «

eksportir jagung tersebut memberikan kontribusi lebih dari 89,41%


perdagangan jagung dunia (Gambar 4.10). Sementara itu, posisi
Indonesia berada di urutan ke-48 negara eksportir jagung dunia dengan
rata-rata volume ekspor sebesar 32 ribu ton per tahun atau
berkontribusi sebesar 0,03% pangsa ekspor jagung dunia. Indonesia
mengimpor jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak, sebagian
besar berasal dari negara Argentina, Brazil, dan India.

Argentina
14,2%

USA
35,5% Brazil
13,2%

Lainnya Ukraine
10,6% 8,9%

Afrika Selatan
1,6% Perancis
5,7%
Hungaria
Paraguay 3,2%
1,8% Rumania India
2,1% 3,2%

Gambar 4.10. Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2009 -


2013

Jepang adalah negara pengimpor jagung terbesar di dunia.


Bersumber data dari FAO yang diunduh tanggal 16 September 2016,
selama 5 tahun terakhir (2009 – 2013), besarnya volume impor jagung
yang diserap oleh Jepang rata-rata sebesar 15,41juta ton/tahun.
Negara pengimpor jagung terbesar lainnya pada periode tersebut
adalah Meksiko, Korea Selatan, China, Mesir, Spanyol, Taiwan, Iran,
Belanda, dan Kolombia (Gambar 4.11). Kesepuluh negara tersebut

46 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

mengimpor 59,01% dari total impor jagung dunia. China meskipun


penghasil jagung terbesar ke-2 di dunia setelah Amerika serikat, tetapi
juga termasuk 10 negara pengimpor jagung terbesar di dunia.

Gambar 4.11. Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, 2009 -


2013

Indonesia selain sebagai negara eksportir jagung juga merupakan


negara pengimpor jagung di dunia pada urutan ke-16 dengan rata-rata
volume impor pada periode 2009- 2013 sekitar 1,99juta ton/tahun atau
1,80% dari total volume impor jagung dunia. Menurut FAO impor jagung
Indonesia meningkat pada tahun 2010 menjadi 1,53 juta ton, jauh lebih
tinggi dari impor tahun sebelumnya yang hanya 338 ribu ton. Pada tahun
2011 kembali meningkat lebih dari 100%, yaitu sebesar 3,21 juta ton,
tahun 2012 kembali turun menjadi 1,69 juta ton, dan tahun 2013
kembali naik menjadi 3,19 juta ton. Tingginya volume impor akibat
permintaaan jagung yang tinggi terutama untuk bahan baku industri
pakan ternak.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 47


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

48 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG

5.1. Produksi Jagung


Produksi dihitung dari luas panen dikalikan dengan produktivitas
jagung per hektar. Untuk menduga proyeksi penawaran maka dilakukan
proyeksi luas panen dan proyeksi produktivitas. Pada analisis ini
dilakukan pemodelan persamaan simultan, dengan menggunakan
program SAS.

Hasil analisis fungsi respon luas panen jagung menunjukkan


bahwa luas panen jagung dipengaruhi oleh luas panen jagung tahun
sebelumnya, harga riil jagung, harga riil kedelai dan harga riil kacang
tanah tahun sebelumnya. Harga riil komoditas pesaing dimasukkan
dalam model karena harga ini mempengaruhi keputusan petani untuk
menanam jagung atau menanaman komoditas palawija pesaing lainnya
(Tabel 5.1).

Model untuk melakukan peramalan luas panen jagung dengan


Anova adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model LPJ
Dependent Variable LPJ
Label Luas panen jagung

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 6E11 1.5E11 6.07 0.0197


Error 7 1.73E11 2.471E10
Corrected Total 11 7.73E11

Root MSE 157206.718 R-Square 0.77619


Dependent Mean 3793438.83 Adj R-Sq 0.64830
Coeff Var 4.14417

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 49


Outlook Jagung 2016 «

Dari hasil Uji Anova menghasilkan nilai F hitung = 6,07, nilai


probability F = 0,0197 atau kurang dari 0,05 artinya model layak pada
tingkat kepercayaan sebesar 95%. Nilai R – square sebesar 0,78 artinya
model luas panen dapat dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya
sebesar 78%. Dari hasil Uji Anova ini, disimpulkan bahwa model ini masih
cukup layak untuk memprediksi luas panen jagung pada tahun-tahun
mendatang.

Model untuk memprediksi luas panen jagung adalah adalah


seperti terlihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 4994874 2162945 2.31 0.0542 Intercept


LLPJ 1 0.096901 0.479283 0.20 0.8455 Luas panen jagung
tahun sebelumnya
LHRJ 1 295.4319 130.0718 2.27 0.0574 Harga riil jagung
tahun sebelumnya
LHRK 1 -258.679 155.0191 -1.67 0.1391 Harga riil kedelai
tahun sebelumnya
LHRKC 1 -27.9452 86.35262 -0.32 0.7557 Harga riil kacang
tanah tahun
sebelumnya

Durbin-Watson 2.010416
Number of Observations 12
First-Order Autocorrelation -0.01578

Koefisien variabel bebas luas panen jagung sebelumnya bertanda


positif artinya jika luas panen jagung sebelumnya meningkat maka pada
tahun berikutnya juga meningkat, atau ada kecenderungan terjadi
peningkatan luas panen jagung dari tahun ke tahun. Koefisien harga riil
jagung juga menunjukkan nilai positif artinya semakin tinggi harga riil
jagung maka luas panen jagung akan semakin meningkat. Koefisien
untuk harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah menunjukkan nilai
negatif, artinya jika harga riil kedelai atau kacang tanah meningkat
maka luas panen jagung akan menurun, karena sebagian petani akan
beralih menanam kedelai atau kacang tanah.

50 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Untuk menyusun produktivitas jagung variabel bebas yang


digunakan dalam model adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga
riil urea tahun sebelumnya, peubah dummy program GPTT, luas lahan
sawah irigasi dan rasio luas panen jagung di Jawa terhadap luas panen
nasional. Hasil uji Anova untuk model produktivitas jagung terlihat pada
Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model YJ
Dependent Variable YJ
Label Produktivitas jagung

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 461.7961 92.35922 64.27 <.0001


Error 6 8.622168 1.437028
Corrected Total 11 470.4183

Root MSE 1.19876 R-Square 0.98167


Dependent Mean 42.59917 Adj R-Sq 0.96640
Coeff Var 2.81405

Model menghasilkan nilai F value = 64,27 dan nilai Pr>F kurang


dari 0,05, sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan
95% model layak digunakan untuk memprediksi produktivitas jagung
nasional. Nilai R-Square untuk model ini adalah sebesar 0,98 artinya
model untuk memprediksi produktivitas jagung dapat dijelaskan oleh
variable-variabel penjelasnya sebesar 98%.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 51


Outlook Jagung 2016 «

Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 39.47867 42.91433 0.92 0.3931 Intercept


LYJ 1 0.790574 0.213997 3.69 0.0102 Produktivitas jagung
tahun sebelumnya
LHRUREA 1 0.000734 0.004360 0.17 0.8719 Harga riil urea
tahun sebelumnya
DSLPTT 1 2.634488 1.841226 1.43 0.2024 Dummy program SLPTT
LIRIGASI 1 -3.7E-6 2.721E-6 -1.36 0.2228 Luas irigasi
RLPJJ 1 -0.27732 0.667183 -0.42 0.6921 Rasio luas panen
jagung jawa tehadap
nasional

Hasil analisis fungsi respon produktivitas jagung menunjukkan


bahwa produktivitas jagung dipengaruhi oleh produktivitas jagung
sebelumnya dan bertanda positif artinya semakin tinggi produktivitas
tahun sebelumnya maka produktivitas hasil peramalan juga semakin
besar. Variabel bebas lain yang mempengaruhi produktivitas harga riil
urea, koefisien menunjukkan nilai positif artinya meskipun harga urea
petani tetap untuk membeli urea, karena meningkatkan pupuk
produktivitas produktivitas naik. Peubah bebas yang ketiga adalah
dummy SLPTT/GPTT, koefisien bertanda positif artinya jika petani
mengikuti program SLPTT/GPTT (nilai dummy =1) maka produktivitas
jagung meningkat. Koefisien Luas lahan irigasi nilainya sangat kecil
artinya hanya sedikit berpengaruh. Koefisien peubah bebas rasio luas
panen Jawa terhadap luas panen nasional menunjukkan nilai negatif
artinya semakin besar proporsi luas panen jagung di Jawa maka
produktivitas jagung nasional semakin menurun karena pertumbuhan
produktivitas jagung lebih tinggi di luar Jawa.

Selain untuk peningkatan produksi jagung dalam negeri,


pengembangan jagung juga diarahkan kepada pencapaian swasembada
dan ekspor jagung, dimana target swasembada jagung diharapakan

52 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

dicapai tahun 2017. Beberapa upaya untuk mencapai target tersebut


adalah : 1) Peningkatan indeks pertanaman (IP), perluasan areal tanam
baru, mekanisasi, varietas unggul dan sarana; 2) Penyediaan
pemodalan,penyuluhan dan pendampingan; 3) Penanaman jagung di
lahan tumpang sari dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda
(tanaman belum menghasilkan).

Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun
2016 – 2020
sasaran
Produksi Jagung
Tahun Pertumbuhan
(Ton)
2016 24.000.000
2017 25.200.000 5,00
2018 26.500.000 5,16
2019 27.800.000 4,91
2020 28.628.134 2,98
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan (Road Map Jagung 2016 – 2045)

Berdasarkan hasil analisis model persamaan simultan


menggunakan program SAS (Pusdatin) pada tahun 2017 produksi jagung
diramalkan akan meningkat menjadi 24,84 juta ton, naik dari 23,19 juta
ton pada tahun 2016 (Rakor ARAM II) atau meningkat sebesar 7,13%.
Peningkatan ini terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 5,20%
atau meningkat dari 52,85 ku/ha pada tahun 2016 menjadi 55,60 ku/ha
pada tahun 2017, sementara luas panen jagung tahun 2017 diramalkan
akan mengalami peningkatan dari 4,39 juta ha tahun 2016 menjadi 4,47
juta ha tahun 2017. Hasil peramalan produksi jagung tahun 2017 lebih
rendah dibandingkan sasaran produksi jagung tahun 2017 yang
ditetapkan oleh Dirjen Tanaman Pangan, yaitu sebesar 25,20 juta ton.
Analisis lebih lanjut untuk peramalan pada tahun 2018 produksi
jagung akan meningkat menjadi 26,21 juta ton dari tahun 2017 sebesar

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 53


Outlook Jagung 2016 «

24,84 juta ton atau meningkat sebesar 5,50%. Peningkatan ini


diramalkan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 2,28% atau
meningkat sekitar 102 ribu hektar dibandingkan tahun 2017 dan karena
peningkatan produktivitas sebesar 3,15% atau meningkat sebesar 1,75
ku/ha. Peningkatan produktivitas dimungkinkan karena terus
dikembangkannya varietas jagung hibrida yang yang memiliki produksi
per hektar lebih tinggi dari pada varietas komposit atau lokal. Disamping
itu terus diupayakan peningkatan penyebaran varietas hibrida ke seluruh
provinsi, sehingga produktivitas nasional akan meningkat.

Pada tahun 2019 produksi jagung diperkirakan akan kembali


meningkat sebesar 5,35% atau mencapai 27,61 juta ton. Persentase
kenaikan produksi tahun 2019, lebih rendah dibandingkan persentase
kenaikan tahun 2018 terhadap 2017. Tahun 2020 produksi jagung
diramalkan akan kembali meningkat 5,21%, atau produksi sebesar 29,05
juta ton, seperti terlihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun
2017 – 2020 Menurut Model Pusdatin.

Pertum- Pertum- Pertum-


Luas Panen
Tahun buhan Produktivitas buhan Produksi buhan
(Ha)
(%) (Ku/Ha) (%) (Ton) (%)
2016 4.387.584 52,85 23.187.616
2017 4.467.933 1,83 55,60 5,20 24.839.831 7,13
2018 4.569.990 2,28 57,35 3,15 26.206.882 5,50
2019 4.672.046 2,23 59,10 3,05 27.609.643 5,35
2020 4.774.103 2,18 60,85 2,96 29.048.125 5,21
Rata-rata Pertumbuhan (%) 2,13 3,59 5,80

Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin


Keterangan : Tahun 2016 : Angka Ramalan II Rakor Ditjen Tan. Pangan dan BPS
Tahun 2017 – 2020 : Proyeksi Pusdatin

Proyeksi luas panen, produktivitas dan produksi hingga periode


2017 – 2020 menunjukkan hasil masih dibawah dari target yang
ditetapkan Ditjen Tanaman Pangan (Tabel 6). Pada tahun 2016 produksi

54 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

jagung menurut ARAM II sebesar 23,18 juta ton, nilai ini masih lebih
rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 24 juta ton. Begitu
juga hasil peramalan tahun 2017 dan 2018 produksi di bawah target
yang ditetapkan masing-masing sebesar 25,2 juta ton dan 26,5 juta ton.
Pada tahun 2019 hasil peramalan 27,61 juta ton, sementara target 27,8
juta ton. Pada tahun 2020 hasil peramalan 29,05 juta ton, lebih tinggi
dari target Ditjen Tan. Pangan sebesar 28,63 juta ton.

5.2. Konsumsi Jagung

a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga

Pada analisis ini konsumsi jagung yang dimaksud adalah besarnya


konsumsi per kapita jagung rumah tangga (Susenas, BPS). Disamping itu
ada juga permintaan jagung adalah penggunaan jagung untuk
bibit/benih, industri pakan ternak baik untuk pabrik pakan maupun
peternak mandiri, dan penggunaan untuk bahan baku industri makanan.
Besarnya konsumsi rumah tangga untuk jagung berdasarkan angka tetap
tahun 2013 adalah sebesar 1,58 kg/kapita/tahun, sedangkan tahun 2014
turun menjadi 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2015 angka konsumsi per
kapita kembali naik menjadi 1,79 kg/kapita/tahun. Konsumsi jagung
rumah tangga adalah konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan,
tepung jagung, minyak jagung dan jagung basah yang telah disetarakan
dengan bentuk pipilan kering.

Untuk menyusun model permintaan jagung menggunakan model


time series, yaitu Model trend. Model ini sebenarnya berlandasan model
time series yang telah dipilih untuk mendapatkan model terbaik. Hasil
analisis untuk model permintaan jagung adalah seperti pada Tabel 5.7.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 55


Outlook Jagung 2016 «

Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung

Trend Analysis for Konsumsi


Data Konsumsi
Length 20
NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 3,9679 * (0,95889**t)

Accuracy Measures

MAPE 14,0870
MAD 0,3788
MSD 0,2810

Forecasts
Period Forecast
2016 1,64321
2017 1,57566
2018 1,51088
2019 1,44877
2020 1,38920

Berdasarkan hasil permodelan dengan menggunakan model time


series besarnya permintaan jagung untuk konsumsi pada tahun 2016
diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 8,20%
dibandingkan tahun 2015, tahun 2017 permintaan jagung diramalkan
akan kembali turun menjadi 1,58 kg/kapita/tahun atau turun 4,11%,
kemudian tahun 2018 kembali turun menjadi 1,51 kg/kapita/tahun.
Pada tahun 2015 -2020 proyeksi konsumsi perkapita jagung rata-rata
sebesar 1,56 kg/kapita/tahun.

Permintaan akan jagung untuk konsumsi langsung diperkirakan


cenderung menurun, karena kenaikan produksi jagung terserap untuk
bahan baku industri pakan, dan penggunaan untuk industri makanan
berbahan baku jagung. Rata–rata pertumbuhan konsumsi jagung selama
tahun 2015 – 2020 diperkirakan adalah sebesar -4,93% atau rata-rata
turun sebesar 4,93% per tahun. Nilai tersebut berbanding terbalik
dengan pertumbuhan produksi rata-rata pada kurun waktu yang sama
yang mencapai angka sebesar 5,80% per tahun. Dengan demikian
peningkatan produksi jagung akan banyak terserap untuk pakan dan

56 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

bahan baku industri termasuk industri pakan ternak dan industri


makanan berbahan baku jagung. Poyeksi konsumsi jagung per kapita
terlihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga

Proyeksi
Konsumsi
Rumah Tangga Pertumbuhan
Tahun (kg/kap/tahun) (%)
2015 1.79
2016 *) 1.64 -8.20
2017 *) 1.58 -4.11
2018 *) 1.51 -4.11
2019 *) 1.45 -4.11
2020 *) 1.39 -4.11
Rata-rata 1.56 -4.93

Keterangan :
Tahun 2015 : Sumber Susenas BPS
*)Tahun 2016- 2020 : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin

b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung

Dalam menghitung proyeksi permintaan langsung membutuhkan


informasi jumlah penduduk Indonesia kurun waktu yang sama yang
bersumber dari hasil proyeksi BPS. Untuk melakukan proyeksi konsumsi
langsung data yang digunakan berdasarkan angka konsumsi per kapita
pada Susenas tahun 1993 - 2015.
Hasil proyeksi permintaan untuk komoditas jagung disajikan pada
Tabel 5.9. Dalam periode proyeksi (2016 – 2020) permintaan jagung
rumah tangga diproyeksikan akan turun rata-rata sebesar 3,80% per
tahun. Secara absolut, permintaan total jagung untuk konsumsi
langsung diproyeksikan akan turun dari 457,3 ribu ton pada tahun 2015,
menjadi 425,1 ribu ton tahun 2016, kemudian pada tahun 2017
diramalkan akan kembali turun menjadi 412,7 ribu ton karena

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 57


Outlook Jagung 2016 «

penurunan konsumsi per kapita, lebih besar dibandingkan peningkatan


jumlah penduduk. Pada tahun 2018 sampai 2020 sesuai dengan hasil
model time series permintaan jagung berturut-turut diramalkan turun
masing masing sebesar 400,4 ribu ton, 388,2 ribu ton dan 376,6 ribu ton.

Tabel 5.9. Proyeksi Konsumsi Jagung Rumah Tangga 2014-2019

Proyeksi
Permintaan Rumah
Tangga Pertumbuhan
Tahun (kg/kap/tahun) (%)

2015 457,276

2016 *) 425,104 -7.04

2017 *) 412,651 -2.93

2018 *) 400,406 -2.97

2019 *) 388,233 -3.04

2020 *) 376,565 -3.01

Rata-rata 410,039 -3.80


Keterangan :
Tahun 2015 : Berdasarkan Angka Susenas dikalikan jumlah penduduk(BPS)
*) Tahun 2015 - 2020 : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin

5.3. Permintaan dan Penawaran Jagung


Proyeksi surplus/defisit merupakan selisih antara produksi jagung
dan konsumsi jagung. Sedangkan impor dan ekspor tidak dimasukkan
dalam penawaran ini karena hendak diuji kemampuan produksi dalam
negeri untuk mencukupi kebutuhan jagung nasional. Suplai/penawaran
merupakan produksi jagung dalam bentuk pipilan kering dikurangi
dengan susut karena tercecer. Permintaan jagung/demand yang
dimaksud disini adalah jumlah dari pengunaan jagung untuk pakan,
bibit, industri dan konsumsi. Bibit adalah jumlah jagung pipilan kering

58 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

yang digunakan kembali sebagai bibit. Untuk menghitung kebutuhan


bibit adalah perkalian antara penggunaan bibit jagung per hektar (20
kg/ha) dan sasaran tanam jagung dengan sumber data dari Ditjen
Tanaman Pangan.
Penggunaan jagung untuk pakan akan dirinci menjadi jagung
untuk bahan baku industri pakan (pabrik pakan) terutama untuk ayam
ras pedaging, dan jagung untuk bahan baku pakan untuk peternak
mandiri terutama untuk yam buras, itik, dan ayam ras petelur. Jagung
untuk industri yang dimaksud adalah jagung untuk bahan baku industri
makanan dan makanan. Konsumsi langsung adalah jumlah jagung yang
dikonsumsi rumah tangga secara langsung, dan sebagai sumber data
adalah Susenas.
Selama periode 2016-2020, diproyeksikan akan terjadi surplus
dalam neraca produksi jagung (Tabel 5.10). Pada tahun 2016 produksi
jagung sebesar 23,19 juta ton (ARAM II), jagung yang hilang karena
tercecer sekitar 1,15 juta ton, selanjutnya penggunaan jagung untuk
bibit sekitar 96,0 ribu ton, penggunaan jagung untuk bahan baku
industri pakan ternak sebesar 8,63 juta ton, penggunaan jagung untuk
bahan baku peternak mandiri 3,77 juta ton, untuk bahan baku industri
makanan 4,59 juta ton, dan untuk konsumsi langsung sebesar 425,10
ribu ton, sehingga masih ada surplus pada tahun 2016 sekitar 4,52 juta
ton.
Berdasarkan hasil analisis proyeksi, pada tahun 2017 diperkirakan
terjadi surplus yang semakin besar yaitu 5,32 juta ton. Peningkatan
surplus ini karena peningkatan produksi jagung diperkirakan lebih tinggi
dari peningkatan permintaan terutama untuk pakan baik pakan untuk
industri maupun untuk peternak mandiri. Peningkatan produksi jagung
rata-rata sekitar 5,80% per tahun, sementara peningkatan permintaan
jagung untuk pakan sekitar 3,58% per tahun. Pada tahun 2018, 2019 dan
2020 juga diramalkan surplus jagung semakin meningkat, yaitu masing-
masing surplus 5,90 juta ton, 6,49 juta ton, dan 7,10 juta ton. Dengan

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 59


Outlook Jagung 2016 «

adanya surplus jagung yang cukup besar, maka impor jagung secara
perlahan terus diturunkan, bahkan sampai akhirnya tidak perlu lagi
impor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25%
Demand/Kebutuhan

Suplai / Pakan Bahan Baku


Tercecer Bibit (Luas Konsumsi Surplus /
Tahun Ketersediaan Bahan Baku Industri
(5%) Tanam x 20 Bahan baku Langsung Defisit
(Produksi) *) Peternak Makanan
kg/ha) Industri (Susenas)
Mandiri (19.8%)
Pakan **)
***)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(Ton)
2016 23.187.616 1.159.381 96.000 8.626.817 3.768.196 425.104 4.591.148 4.520.970

2017 *) 24.839.831 1.241.992 98.597 8.995.046 3.847.328 412.651 4.918.287 5.325.931

2018*) 26.206.882 1.310.344 101.650 9.375.429 3.927.798 400.406 5.188.963 5.902.291

2019*) 27.609.643 1.380.482 104.546 9.768.167 4.008.269 388.233 5.466.709 6.493.237

2020*) 29.048.125 1.452.406 106.338 10.173.499 4.088.739 376.565 5.751.529 7.099.049

Keterangan :
*) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun 2017- 2020 Proyeksi Pusdatin.
**) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung 2016 – 2045).
***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan
ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik
20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series
(2017 – 2020)

Angka produksi jagung adalah perkalian antara luas panen dan


produktivitas. Angka produktivitas diperleh dari survei ubinan. Kadar air
jagung pada survei ubinan diperkirakan berkisar antara 20 – 25%.
Produksi jagung pipilan kering diperkirakan memiliki kadar air sekitar
25%, di sisi lain pabrik pakan mensyaratakan kadar air sekitar 15%, jadi
untuk menghitung neraca produksi jagung dikonversi ke bentuk pipilan
kering dengan kadar air 15%. Untuk mengkonversi jagung dari kadar air
25% ke kadar air 15%, jagung akan kehilangan bobot sekitar 13%.
Hasil simulasi neraca produksi jagung dengan produksi kadar air
15%, pada tahun 2016 produksi jagung menyusut menjadi sebesar 20,17
juta ton, setelah dikurangi jagung yang tercecer sebesar 5%, maka

60 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

produksi bersih sebesar 20,90 juta ton. Produksi jagung tersebut masih
berkadar air 25%, setelah dikeringkan lebih lanjut sampai kadar air 15%,
maka produksi akan susut menjadi sekitar 19,16 juta ton. Permintaan
jagung tahun 2016 untuk bibit sekitar 96,0 ribu ton, untuk bahan baku
industri pakan 8,63 juta ton, untuk bahan baku pakan peternak mandiri
3,77 juta ton, untuk konsumsi langsung 425,10 ribu ton, dan untuk
bahan baku industri makanan sebesar 3,99 juta ton. Setelah produksi
dikurangi kebutuhan, maka tahun 2016 masih ada surplus sebesar 2,25
juta ton (Tabel 5.11)
Dengan adanya upaya khusus untuk terus meningkatkan produksi
jagung melalui kegiatan UPSUS, maka diperkirakan tahun 2017 surplus
jagung semakin besar yaitu sebesar 2,89 juta ton. Surplus tersebut akan
terus meningkat seiring dengan peningkatan produksi jagung tahun
2018, 2019 dan 2020, diperkirakan akan terjadi surplus masing-masing
sebesar 3,34 juta ton, 3,97 juta ton, dan 4,26 juta ton.

Tabel 5.11. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15%.
Demand/Kebutuhan
Pakan
Suplai / Bahan Baku
Tercecer Bibit (Luas Bahan Baku Konsumsi Surplus /
Tahun Ketersediaan Bahan baku Industri
(5%) Tanam x 20 Peternak Langsung Defisit
(Produksi) *) Industri Makanan
kg/ha) Mandiri (Susenas)
Pakan **) (19.8%)
***)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(Ton)
2016 20.173.226 1.008.661 96.000 8.626.817 3.768.196 425.104 3.994.299 2.254.149

2017 *) 21.610.653 1.080.533 98.597 8.995.046 3.847.328 412.651 4.278.909 2.897.589

2018*) 22.799.987 1.139.999 101.650 9.375.429 3.927.798 400.406 4.514.397 3.340.306

2019*) 24.020.389 1.201.019 104.546 9.768.167 4.008.269 388.233 4.756.037 3.794.118

2020*) 25.271.869 1.263.593 106.338 10.173.499 4.088.739 376.565 5.003.830 4.259.304

Keterangan :
*) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun 2017- 2020 Proyeksi Pusdatin.
**) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung 2016 – 2045).
***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan
ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik
20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series
(2017 – 2020)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 61


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

62 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

VI. Kesimpulan

Persamaan model regresi simultan menggunakan program SAS


dan dapat digunakan untuk melakukan peramalan luas panen,
produktivitas dan produksi jagung dengan hasil model yang layak
secara statistik. Penggunaan model time series dapat
dimanfaatkan untuk peramalan permintaan/konsumsi jagung.
Hasil peramalan dengan model simultan, produksi jagung
tahun 2017 meningkat 7,13% dibandingkan tahun 2016 atau
produksi sebesar 24,84 juta ton. Tahun 2018 produksi diramalkan
meningkat 5,50% atau sebesar 26,21 juta ton. Tahun 2019 dan
2020 juga meningkat masing-masing 5,35% dan 5,21% atau
menjadi sebesar 27,61 juta ton dan 29,05 juta ton.
Konsumsi jagung untuk rumah tangga tahun 2016 diramalkan
sebesar 425 ribu ton. Konsumsi jagung tahun 2017 dan 2018
diramalkan masih akan turun menjadi 412 ribu ton dan 400 ribu
ton. Tahun 2019 dan tahun 2020 diramalkan akn kembali
meningkat menjadi 388 ribu ton dan 376 ribu ton.
Neraca jagung dengan asumsi produksi jagung bentuk pipilan
kering berkadar air 25%, pada tahun 2016 sampai 2020 masih
surplus berkisar antara 4,52 juta ton sampai 7,10 juta ton. Ada
kecenderungan surplus semakin besar karena pertumbuhan
produksi lebih tinggi dari pertumbuhan permintaan. Jika asumsi
produksi jagung bentuk pipilan kering dihitung dengan kadar air
15%, maka tahun 2016 dan 2017 diramalkan masih ada surplus
jagung masing-masing sebesar 2,25 juta ton dan 2,90 juta ton,
demikian juga tahun 2018 – 2020 diramalkan akan terjadi surplus
jagung dengan kisaran 3,34 – 4,26 juta ton jagung pipilan kering.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 63


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

64 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

LAMPIRAN

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 65


Outlook Jagung 2016 «

(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)

66 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun


1980 - 2016
Luas Panen Pertumb. Produksi Pertumb. Produktivitas Pertumb.
Tahun
(000 Ha) (% ) (000 Ton) (% ) (Ku/Ha) (% )

1980 2,735 5.45 3,991 10.69 14.60 5.04


1981 2,955 8.05 4,509 12.99 15.26 4.52
1982 2,061 -30.24 3,235 -28.26 15.69 2.82
1983 3,002 45.65 5,087 57.25 16.94 7.97
1984 3,086 2.80 5,288 3.95 17.13 1.12
1985 2,440 -20.94 4,330 -18.12 17.74 3.56
1986 3,143 28.80 5,920 36.74 18.84 6.20
1987 2,626 -16.44 5,156 -12.92 19.63 4.19
1988 3,406 29.69 6,652 29.02 19.53 -0.51
1989 2,944 -13.55 6,193 -6.91 21.03 7.68
1990 3,158 7.26 6,734 8.74 21.32 1.38
1991 2,909 -7.88 6,256 -7.10 21.50 0.84
1992 3,629 24.76 7,995 27.81 22.03 2.47
1993 2,940 -19.01 6,460 -19.21 21.98 -0.23
1994 3,109 5.78 6,869 6.33 22.09 0.50
1995 3,652 17.45 8,246 20.05 22.58 2.22
1996 3,744 2.51 9,307 12.87 24.86 10.10
1997 3,355 -10.37 8,771 -5.76 26.14 5.15
1998 3,848 14.68 10,169 15.95 26.43 1.11
1999 3,456 -10.17 9,204 -9.49 26.63 0.76
2000 3,500 1.27 9,677 5.14 27.65 3.83
2001 3,286 -6.13 9,347 -3.41 28.45 2.89
2002 3,109 -5.37 9,585 2.55 30.83 8.37
2003 3,359 8.01 10,886 13.57 32.41 5.12
2004 3,357 -0.05 11,225 3.11 33.44 3.18
2005 3,626 8.02 12,524 11.57 34.54 3.29
2006 3,346 -7.72 11,609 -7.31 34.70 0.46
2007 3,630 8.49 13,288 14.46 36.60 5.48
2008 4,002 10.24 16,317 22.80 40.78 11.42
2009 4,161 3.97 17,630 8.04 42.37 3.90
2010 4,132 -0.70 18,328 3.96 44.36 4.70
2011 3,865 -6.46 17,643 -3.73 45.65 2.91
2012 3,958 2.40 19,387 9.88 48.99 7.32
2013 3,822 -3.44 18,512 -4.51 48.44 -1.12
2014 3,837 0.41 19,008 2.68 49.54 2.27
2015 3,787 -1.29 19,612 3.18 51.78 4.52
2016 *) 4,388 15.85 23,188 18.23 52.85 2.07
Rata-rata Pertumbuhan
1980-2016 3,388 2.48 10,490 6.35 29.60 3.72
2012-2016 3,958 2.78 19,941 5.89 50.32 3.01
Sumber : BPS
*) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 67


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 2. Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2016
Luas Panen (000 Ha)
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
Jawa Luar Jawa
(% ) (% )

1980 1,814 1.03 921 15.39


1981 2,008 10.69 947 2.85
1982 1,265 -36.98 796 -15.98
1983 2,020 59.63 982 23.41
1984 2,153 6.57 933 -4.96
1985 1,493 -30.63 946 1.40
1986 2,000 33.90 1,143 20.76
1987 1,560 -21.99 1,066 -6.73
1988 2,174 39.36 1,232 15.55
1989 1,830 -15.81 1,114 -9.57
1990 1,946 6.34 1,212 8.78
1991 1,689 -13.23 1,220 0.70
1992 2,328 37.87 1,301 6.62
1993 1,652 -29.03 1,287 -1.07
1994 1,787 8.14 1,322 2.74
1995 2,064 15.52 1,587 20.05
1996 2,083 0.89 1,661 4.62
1997 1,749 -16.05 1,607 -3.26
1998 2,218 26.85 1,630 1.44
1999 1,886 -14.97 1,570 -3.65
2000 1,957 3.78 1,543 -1.74
2001 1,866 -4.65 1,420 -8.00
2002 1,735 -7.02 1,374 -3.20
2003 1,908 9.95 1,451 5.56
2004 1,860 -2.53 1,497 3.22
2005 2,003 7.70 1,623 8.40
2006 1,791 -10.58 1,555 -4.19
2007 1,915 6.92 1,715 10.29
2008 2,072 8.18 1,930 12.54
2009 2,176 5.06 1,984 2.81
2010 2,139 -1.73 1,993 0.44
2011 1,946 -9.03 1,919 -3.71
2012 2,011 3.37 1,946 1.42
2013 1,959 -2.61 1,863 -4.30
2014 1,954 -0.24 1,883 1.09
2015 1,952 -0.10 1,835 -2.54
2016*) 2,089 7.00 2,299 25.26
Rata-rata Pertumbuhan
1980 - 2016 1,920 2.21 1,468 3.31
2012 - 2016 1,993 1.49 1,965 4.19
Sumber : BPS
*) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS

68 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 3. Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2016


Produktivitas (Ku/Ha)
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
Jawa Luar Jawa
(% ) (% )

1980 15.54 4.79 12.72 7.74


1981 16.50 6.18 12.63 -0.76
1982 17.02 3.11 13.59 7.64
1983 18.10 6.37 14.57 7.18
1984 18.22 0.66 14.63 0.43
1985 19.23 5.56 15.40 5.25
1986 20.38 5.96 16.14 4.86
1987 21.50 5.52 16.90 4.67
1988 20.78 -3.36 17.33 2.54
1989 22.59 8.73 18.47 6.58
1990 23.10 2.26 18.46 -0.03
1991 23.72 2.65 18.44 -0.10
1992 23.71 -0.04 19.03 3.17
1993 23.94 1.00 19.45 2.21
1994 24.06 0.48 19.43 -0.08
1995 24.27 0.89 20.38 4.87
1996 26.93 10.93 22.27 9.30
1997 27.69 2.84 24.45 9.78
1998 27.64 -0.18 24.78 1.33
1999 27.79 0.55 25.23 1.82
2000 29.57 6.37 25.21 -0.08
2001 30.34 2.63 25.95 2.95
2002 33.72 11.14 27.17 4.68
2003 35.54 5.38 28.31 4.19
2004 36.33 2.23 29.85 5.45
2005 37.22 2.46 31.23 4.63
2006 37.35 0.34 31.64 1.31
2007 38.34 2.65 34.66 9.54
2008 41.89 9.26 39.58 14.20
2009 43.44 3.70 41.20 4.09
2010 46.49 7.02 42.07 2.11
2011 48.65 4.65 42.61 1.28
2012 53.26 9.48 44.57 4.60
2013 51.54 -3.23 45.19 1.39
2014 51.98 0.85 47.00 4.01
2015 54.37 4.60 49.03 4.32
2016*) 55.97 2.94 50.01 2.00
Rata-rata Pertumbuhan
1980 - 2016 31.59 3.71 27.02 4.03
2012 - 2016 53.42 2.93 47.16 3.26
Sumber : BPS
Keterangan : *) Hasil Rakor ARAM II, Kementan dan BPS

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 69


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 4. Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980 -2016
Produksi (000 Ton)
Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
Jawa Luar Jawa
(% ) (% )

1980 2,819 5.87 1,172 24.32


1981 3,313 17.53 1,196 2.07
1982 2,153 -35.02 1,082 -9.56
1983 3,656 69.80 1,431 32.27
1984 3,922 7.28 1,365 -4.56
1985 2,872 -26.77 1,457 6.72
1986 4,075 41.88 1,845 26.63
1987 3,354 -17.69 1,801 -2.38
1988 4,517 34.68 2,134 18.49
1989 4,135 -8.46 2,057 -3.62
1990 4,497 8.74 2,237 8.75
1991 4,005 -10.93 2,250 0.59
1992 5,520 37.81 2,475 10.00
1993 3,957 -28.32 2,503 1.12
1994 4,299 8.66 2,570 2.66
1995 5,011 16.55 3,235 25.90
1996 5,608 11.92 3,699 14.35
1997 4,842 -13.66 3,929 6.21
1998 6,131 26.62 4,039 2.79
1999 5,242 -14.50 3,962 -1.90
2000 5,787 10.40 3,890 -1.82
2001 5,663 -2.15 3,684 -5.28
2002 5,852 3.34 3,733 1.33
2003 6,781 15.87 4,106 9.98
2004 6,756 -0.36 4,469 8.84
2005 7,456 10.35 5,068 13.41
2006 6,689 -10.28 4,920 -2.92
2007 7,343 9.78 5,945 20.83
2008 8,678 18.19 7,639 28.49
2009 9,454 8.94 8,176 7.03
2010 9,944 5.18 8,383 2.54
2011 9,467 -4.80 8,176 -2.47
2012 10,712 13.15 8,675 6.10
2013 10,095 -5.76 8,416 -2.98
2014 10,159 0.63 8,850 5.15
2015 10,614 4.49 8,998 1.68
2016*) 11,692 10.15 11,496 27.76
Rata-rata Pertumbuhan
1980 - 2016 6,137 5.92 4,353 7.53
2012 - 2016 10,655 4.53 9,287 7.54
Sumber : BPS
*) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS

70 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 – 2016


Tahun Rata-rata
Share Kumulatif Pertumb
No. Provinsi Luas Panen
2012 2013 2014 2015 2016*) (%) Share (%) uhan (%)
(Ha)
1 Jawa Timur 1,232,523 1,199,544 1,202,300 1,213,654 1,233,090 1,216,222 30.73 30.73 -0.50
2 Jawa Tengah 553,372 532,061 538,102 542,804 597,507 552,769 13.97 44.69 -0.61
3 Lampung 360,264 346,315 338,885 293,521 341,560 336,109 8.49 53.18 -6.47
4 Sulawesi Selatan 325,329 274,046 289,736 295,115 357,508 308,347 7.79 60.97 -2.73
5 Nusa Tenggara Timur 245,323 270,394 257,025 273,194 263,112 261,810 6.61 67.59 3.86
6 Sumatera Utara 243,098 211,750 200,603 243,770 247,055 229,255 5.79 73.38 1.12
7 Jawa Barat 148,601 152,923 142,964 129,131 187,701 152,264 3.85 77.23 -4.43
8 Gorontalo 135,543 140,423 148,816 126,828 185,379 147,398 3.72 80.95 -1.73
9 Nusa Tenggara Barat 117,030 110,273 126,577 143,117 203,010 140,001 3.54 84.49 7.36
10 Sulawesi Utara 120,272 122,237 127,475 80,885 149,236 120,021 3.03 87.52 -10.21
Provinsi Lainnya 476,240 461,538 464,536 445,348 622,426 494,018 12.48 100.00
Indonesia 3,957,595 3,821,504 3,837,019 3,787,367 4,387,584 3,958,214 100.00
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian

Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 – 2016


Produksi (Ton) Rata-rata
Share Komulatif Pertumb
No. Lokasi Produksi
2012 2013 2014 2015 2016 *) (%) Share (%) uhan (%)
(Ton)
1 Jawa Timur 6,295,301 5,760,959 5,737,382 6,131,163 6,266,878 6,038,337 32.06 32.06 -0.68
2 Jawa Tengah 3,041,630 2,930,911 3,051,516 3,212,391 3,560,187 3,159,327 16.78 48.84 1.92
3 Lampung 1,760,275 1,760,278 1,719,386 1,502,800 1,708,097 1,690,167 8.97 57.81 -4.97
4 Sulawesi Selatan 1,515,329 1,250,202 1,490,991 1,528,414 1,950,384 1,547,064 8.21 66.03 1.42
5 Sumatera Utara 1,347,124 1,183,011 1,159,795 1,519,407 1,558,141 1,353,496 7.19 73.22 5.62
6 Jawa Barat 1,028,653 1,101,998 1,047,077 959,933 1,534,612 1,134,455 6.02 79.24 -2.06
7 Nusa Tenggara Barat 642,674 633,773 785,864 959,973 1,249,612 854,379 4.54 83.78 14.92
8 Gorontalo 644,754 669,094 719,780 643,512 854,393 706,307 3.75 87.53 0.25
9 Nusa Tenggara Timur 629,386 707,642 647,108 685,081 681,333 670,110 3.56 91.08 3.25
10 Sumatera Barat 495,497 547,417 605,352 602,549 714,820 593,127 3.15 94.23 6.87
Provinsi Lainnya 1,986,399 1,966,568 2,044,175 1,867,212 3,109,159 1,085,829 5.77 100.00
Indonesia 19,387,022 18,511,853 19,008,426 19,612,435 23,187,616 18,832,597 100.00
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian

Lampiran 7. Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 –


2016
Produktivitas (Ku/ha) Rata-rata
No. Lokasi Produktivitas
2012 2013 2014 2015 2016*)
(Ku/Ha)
1 Jawa Barat 69.22 72.06 73.24 75.69 81.76 74.39
2 Sumatera Barat 65.49 67.03 65.02 68.61 66.38 66.51
3 Nusa Tenggara Barat 54.92 57.47 62.09 67.08 61.55 60.62
4 Sumatera Utara 55.41 55.87 57.82 62.33 69.16 60.12
5 Jawa Tengah 54.97 55.09 56.71 59.18 59.58 57.11
6 Sumatera Selatan 39.46 51.43 60.11 62.40 69.16 56.51
7 Kalimantan Selatan 51.59 51.89 56.56 58.61 58.39 55.41
8 Sulawesi Selatan 46.58 45.62 60.11 51.79 54.55 51.73
9 Jambi 38.82 39.50 54.95 60.94 61.05 51.05
10 Lampung 48.86 50.83 50.74 51.20 50.01 50.33
Indonesia 48.99 48.44 49.29 51.78 52.85 50.27
Sumber : BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 71


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 8. Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan


Industri di Indonesia Tahun 1985-2015
Konsumsi Konsumsi Permintaan
Perkapita *) Pertumbuhan Rumahtangga Pertumbuhan Industri Non Pertumbuhan
Tahun
(%) (%) Makanan **) (%)
(Ton)
(kg/th) (Ton)

1985 14.19 2,335,783 753,726


1986 11.73 -17.31 1,974,961 -15.45 1,030,682 36.74
1987 *) 9.70 -17.31 1,668,520 -15.52 897,556 -12.92
1988 9.13 -5.88 1,603,100 -3.92 1,158,037 29.02
1989 8.59 -5.88 1,539,331 -3.98 1,078,058 -6.91
1990 *) 8.09 -5.88 1,450,796 -5.75 2,353,891 118.35
1991 7.26 -10.28 1,327,442 -8.50 2,186,763 -7.10
1992 6.51 -10.28 1,211,734 -8.72 2,794,827 27.81
1993 *) 5.84 -10.28 1,104,647 -8.84 2,258,012 -19.21
1994 4.65 -20.41 893,553 -19.11 2,401,031 6.33
1995 3.70 -20.41 720,608 -19.35 5,169,570 115.31
1996 *) 2.95 -20.41 584,058 -18.95 5,835,065 12.87
1997 3.06 3.92 616,228 5.51 5,498,674 -5.76
1998 3.18 3.92 650,042 5.49 4,571,472 -16.86
1999 *) 3.31 3.92 682,539 5.00 4,137,474 -9.49
2000 3.29 -0.31 675,835 -0.98 5,215,360 26.05
2001 3.28 -0.31 682,896 1.04 1,225,000 -76.51
2002 *) 3.336 1.56 702,927 2.93 2,095,000 71.02
2003 2.753 -17.46 587,935 -16.36 2,368,570 13.06
2004 3.084 12.01 667,262 13.49 2,385,000 0.69
2005 *) 2.965 -3.84 650,022 -2.58 2,534,000 6.25
2006 2.964 -0.04 658,231 1.26 7,311,000 188.52
2007 4.116 38.86 925,744 40.64 2,713,000 -62.89
2008 2.834 -31.14 645,637 -30.26 2,713,000 0.00
2009 2.121 -25.17 489,211 -24.23 3,415,000 25.88
2010 1.982 -6.54 472,857 -3.34 4,432,000 29.78
2011 1.495 -24.57 361,887 -23.47 3,670,000 -17.19
2012 1.788 19.56 438,815 21.26 4,319,000 17.68
2013 1.579 -11.67 392,985 -10.44 4,786,000 10.81
2014 1.467 -7.10 369,992 -5.85 4,882,000 2.01
2015 1.790 21.99 457,244 23.58 - -
Rata-rata Pertumbuhan
1985-2015 4.28 -5.56 840,235 -4.18 3,290,863 17.36
2011-2015 1.62 -0.36 404,185 1.02 4,414,250 3.33
Sumber : BPS
*) Data SUSENAS : konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung dan jagung
basah, yang telah disetarakan dengan pipilan kering
**) Data Neraca Bahan Makanan

72 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2014

Ketersediaan
Ketersediaan
Konsumsi per
Tahun Bahan Makanan Pertumbuhan (%) Pertumbuhan (%)
Kapita
(000 ton)
(Kg/kapita/tahun)

1990 5,287 29.68


1991 5,206 -1.53 28.75 -3.13
1992 6,390 22.74 34.64 20.49
1993 5,412 -15.31 28.85 -16.71
1994 6,321 16.80 33.15 14.90
1995 6,400 1.25 33.08 -0.21
1996 6,901 7.83 35.06 5.99
1997 7,250 5.06 36.28 3.48
1998 8,401 15.88 41.41 14.14
1999 8,554 1.82 42.17 1.84
2000 9,615 12.40 46.71 10.77
2001 7,841 -18.45 37.62 -19.46
2002 7,130 -9.07 33.78 -10.21
2003 8,065 13.11 37.74 11.72
2004 8,114 0.61 37.50 -0.64
2005 8,633 6.40 39.27 4.72
2006 4,493 -47.96 20.17 -48.64
2007 9,603 113.73 22.18 9.97
2008 11,964 24.59 24.87 12.13
2009 12,506 4.53 54.05 117.33
2010 13,337 6.64 55.23 2.18
2011 14,855 11.39 61.39 11.15
2012 14,367 -3.29 58.54 -4.64
2013 14,495 0.89 58.26 -0.48
2014 *) 14,891 2.73 59.05 1.36

1990 - 2014 7.20 5.75


1990 - 2010 8.05 6.53
2011 - 2014 2.93 1.85
*) Angka Sementara
Sumber : Neraca Bahan M akanan (BPS dan Badan Ketahanan Pangan Kementan)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 73


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di


Indonesia, Tahun 1983-2016
Harga Pertumbuhan Harga Pertumbuhan
Tahun Margin
Produsen (%) Konsumen (%)
(Rp/kg) (Rp/kg)
(Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
1983 122.69 160.65 37.96
1984 129.13 5.25 157.85 -1.74 28.72
1985 132.25 2.41 164.26 4.06 32.01
1986 147.62 11.63 179.77 9.44 32.15
1987 164.32 11.31 224.05 24.63 59.73
1988 189.89 15.56 250.29 11.71 60.40
1989 212.20 11.75 264.63 5.73 52.43
1990 233.17 9.88 289.80 9.51 56.63
1991 257.07 10.25 317.72 9.63 60.65
1992 264.31 2.82 324.49 2.13 60.18
1993 286.04 8.22 350.73 8.09 64.69
1994 325.37 13.75 414.60 18.21 89.23
1995 367.74 13.02 498.46 20.23 130.72
1996 427.86 16.35 528.25 5.98 100.39
1997 459.53 7.40 560.17 6.04 100.64
1998 632.26 37.59 1,089.16 94.43 456.90
1999 1,045.37 65.34 1,381.54 26.84 336.17
2000 1,028.65 -1.60 1,466.00 6.11 437.34
2001 1,138.52 10.68 1,746.58 19.14 608.06
2002 1,212.10 6.46 2,001.95 14.62 789.85
2003 1,255.21 3.56 1,737.63 -13.20 482.42
2004 1,366.81 8.89 1,699.66 -2.19 332.85
2005 1,543.24 12.91 1,895.66 11.53 352.42
2006 1,802.02 16.77 2,163.54 14.13 361.52
2007 2,238.43 24.22 2,630.93 21.60 392.50
2008 2,501.47 11.75 3,572.75 35.80 1,071.28
2009 2,744.74 9.72 3,867.55 8.25 1,122.81
2010 2,933.90 6.89 4,205.31 8.73 1,271.41
2011 3,106.93 5.90 4,885.25 16.17 1,778.32
2012 4,093.42 31.75 5,257.76 7.63 1,164.34
2013 3,485.54 -14.85 5,731.68 9.01 2,246.14
2014 3,670.42 5.30 6,194.43 8.07 2,524.01
2015 3,778.07 2.93 6,464.65 4.36 2,686.58
2016 - - 7,134.04 10.35 -
Rata-rata Pertumbuhan
1983 - 2015 11.99 13.27
2011 - 2015 6.21 9.05
Sumber : BPS

74 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia,


Tahun 1980 - 2015
Volume Nilai
Tahun Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca Ekspor Pertumb Impor Pertumb Neraca
(Ton) (%) (Ton) (%) (Ton) (000US$) (%) (000US$) (%) (000US$)
1980 14,890 118.01 33,772 -59.62 -18,882 2,079 166.88 7,282 -46.86 -5,203
1981 4,786 -67.86 2,011 -94.05 2,775 744 -64.21 728 -90.00 16
1982 541 -88.70 76,466 3702.4 -75,925 111 -85.08 13,162 1708.0 -13,051
1983 17,936 3215.34 22,246 -70.91 -4,310 2,555 2201.80 5,567 -57.70 -3,012
1984 159,853 791.24 59,251 166.34 100,602 31,808 1144.93 9,660 73.52 22,148
1985 3,542 -97.78 49,863 -15.84 -46,321 611 -98.08 7,181 -25.66 -6,570
1986 4,433 25.16 57,369 15.05 -52,936 733 19.97 6,281 -12.53 -5,548
1987 4,680 5.57 220,998 285.22 -216,318 664 -9.41 24,855 295.72 -24,191
1988 37,454 700.30 63,454 -71.29 -26,000 4,710 609.34 8,227 -66.90 -3,517
1989 232,093 519.67 33,340 -47.46 198,753 27,984 494.14 4,597 -44.12 23,387
1990 136,641 -41.13 515 -98.46 136,126 16,036 -42.70 217 -95.28 15,819
1991 30,742 -77.50 323,176 62652.6 -292,434 3,502 -78.16 45,686 20953.5 -42,184
1992 136,523 344.09 55,498 -82.83 81,025 17,288 393.66 7,687 -83.17 9,601
1993 52,088 -61.85 494,446 790.93 -442,358 6,772 -60.83 67,600 779.41 -60,828
1994 34,091 -34.55 1,109,253 124.34 -1,075,162 4,949 -26.92 151,865 124.65 -146,916
1995 74,880 119.65 969,145 -12.63 -894,265 10,428 110.71 152,759 0.59 -142,331
1996 26,830 -64.17 616,942 -36.34 -590,112 5,304 -49.14 132,887 -13.01 -127,583
1997 18,957 -29.34 1,098,354 78.03 -1,079,397 10,885 105.22 171,675 29.19 -160,790
1998 632,515 3236.58 313,463 -71.46 319,052 65,453 501.31 47,838 -72.13 17,615
1999 96,647 -84.72 618,060 97.17 -521,413 11,037 -83.14 80,320 67.90 -69,283
2000 28,066 -70.96 1,264,575 104.60 -1,236,509 4,984 -54.84 157,949 96.65 -152,965
2001 90,474 222.36 1,035,797 -18.09 -945,323 10,500 110.67 125,512 -20.54 -115,012
2002 16,306 -81.98 1,154,063 11.42 -1,137,757 3,334 -68.25 137,982 9.94 -134,648
2003 33,691 106.62 1,345,452 16.58 -1,311,761 5,517 65.48 168,658 22.23 -163,141
2004 32,679 -3.00 1,088,928 -19.07 -1,056,249 9,074 64.47 177,675 5.35 -168,601
2005 54,009 65.27 185,597 -82.96 -131,588 9,048 -0.29 30,850 -82.64 -21,802
2006 28,074 -48.02 1,775,321 856.55 -1,747,247 4,306 -52.41 277,498 799.51 -273,192
2007 101,459 261.40 701,953 -60.46 -600,494 18,463 328.81 151,613 -45.36 -133,150
2008 107,001 5.46 264,665 -62.30 -157,664 28,906 56.57 87,395 -42.36 -58,489
2009 75,283 -29.64 338,798 28.01 -263,515 18,841 -34.82 77,841 -10.93 -59,000
2010 41,954 -44.27 1,527,516 350.86 -1,485,562 11,321 -39.91 369,077 374.14 -357,756
2011 12,472 -70.27 3,207,657 109.99 -3,195,185 9,464 -16.40 1,028,527 178.68 -1,019,063
2012 39,817 219.25 1,805,392 -43.72 -1,765,575 20,586 117.52 537,009 -47.79 -516,423
2013 11,418 -71.32 3,194,419 76.94 -3,183,000 11,895 -42.22 921,883 71.67 -909,988
2014 37,889 231.83 3,175,362 -0.60 -3,137,473 13,264 11.51 791,038 -14.19 -777,774
2015 250,831 562.01 3,500,104 10.23 -3,249,272 62,151 368.57 795,460 0.56 -733,309
2016 *) 10,817 -95.69 880,911 -74.83 -870,094 3,655 -94.12 194,959 -75.49 -191,304
Rata-rata
1980 - 2015 74,487 268.97 882,867 1,903.59 -808,380 12,925 165.69 188,390 686.66 -175,465
2011 -2015 70,486 174.30 2,976,587 30.57 -2,906,101 23,472 87.80 814,783 37.78 -791,311
Sumber : BPS, Pusdatin
*) Data sampai dengan Bulan Mei

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 75


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia,


Tahun 1961-2014

Luas Panen Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan Pertumbuhan


Tahun Produksi (ton)
(Ha) (%) (Ton/Ha) (%) (%)
1980 125,776,355 1.70 3.153 -6.83 396,623,388 -5.26
1981 127,895,030 1.68 3.493 10.78 446,772,517 12.64
1982 124,390,774 -2.74 3.609 3.31 448,932,280 0.48
1983 117,848,186 -5.26 2.945 -18.39 347,082,034 -22.69
1984 127,763,956 8.41 3.526 19.71 450,449,992 29.78
1985 130,512,431 2.15 3.720 5.52 485,527,301 7.79
1986 131,803,709 0.99 3.628 -2.48 478,176,622 -1.51
1987 129,972,051 -1.39 3.486 -3.90 453,115,794 -5.24
1988 130,010,309 0.03 3.100 -11.08 403,050,234 -11.05
1989 131,782,910 1.36 3.619 16.73 476,874,503 18.32
1990 131,037,921 -0.57 3.689 1.94 483,372,615 1.36
1991 133,761,031 2.08 3.697 0.21 494,465,993 2.29
1992 136,771,096 2.25 3.901 5.54 533,586,433 7.91
1993 131,356,805 -3.96 3.630 -6.96 476,770,042 -10.65
1994 137,986,937 5.05 4.124 13.61 569,012,072 19.35
1995 135,801,150 -1.58 3.809 -7.63 517,296,429 -9.09
1996 139,606,606 2.80 4.221 10.81 589,270,744 13.91
1997 141,121,018 1.08 4.149 -1.70 585,513,265 -0.64
1998 138,816,383 -1.63 4.436 6.92 615,803,944 5.17
1999 137,221,472 -1.15 4.425 -0.25 607,177,578 -1.40
2000 137,004,579 -0.16 4.325 -2.27 592,479,375 -2.42
2001 137,528,329 0.38 4.476 3.50 615,533,645 3.89
2002 137,609,113 0.06 4.396 -1.79 604,872,050 -1.73
2003 144,700,863 5.15 4.459 1.43 645,164,993 6.66
2004 147,453,654 1.90 4.944 10.88 728,971,030 12.99
2005 148,035,323 0.39 4.821 -2.48 713,682,311 -2.10
2006 146,740,686 -0.87 4.817 -0.08 706,846,590 -0.96
2007 158,390,008 7.94 4.988 3.56 790,115,394 11.78
2008 162,689,152 2.71 5.106 2.35 830,611,273 5.13
2009 158,743,228 -2.43 5.167 1.20 820,202,618 -1.25
2010 164,046,069 3.34 5.189 0.43 851,273,710 3.79
2011 171,376,657 4.47 5.177 -0.24 887,127,312 4.21
2012 179,056,336 4.48 4.890 -5.54 875,490,653 -1.31
2013 186,020,573 3.89 5.471 11.90 1,017,750,854 16.25
2014 183,319,737 -1.45 5.664 3.52 1,038,281,035 2.02
Rata-rata
1980-2014 142,970,012 1.17 4.236 1.78 616,493,618 3.10
2010-2014 176,763,874 2.95 5.278 2.01 933,984,713 4.99
Sumber : FAO, 14 September 2016
Keterangan : *) Angka Peramalan Pusdatin - Kementan

76 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014


Tahun Rata-rata
Rata-rata Kumulatif
No. Negara Share (%) Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014 (Ha) Share (%)
(%)
1 China 32,517,868 33,559,854 34,965,645 36,339,411 35,981,005 34,672,757 19.62 19.62 2.58
2 USA 32,960,380 33,989,172 35,359,439 35,478,012 33,644,310 34,286,263 19.40 39.01 0.58
3 Brazil 12,678,875 13,218,892 14,198,496 15,279,652 15,431,709 14,161,525 8.01 47.02 5.07
4 India 8,553,200 8,780,000 8,710,000 9,430,000 8,600,000 8,814,640 4.99 52.01 0.33
5 Mexico 7,148,045 6,069,092 6,923,900 7,095,630 7,060,275 6,859,388 3.88 55.89 0.24
6 Nigeria 4,149,310 5,456,540 5,751,300 5,762,700 5,849,800 5,393,930 3.05 58.94 9.65
7 Argentina 2,904,035 3,747,838 3,747,838 4,863,801 5,000,000 4,052,702 2.29 61.23 15.41
8 Ukraine 2,647,600 3,543,700 4,371,900 4,826,900 4,626,900 4,003,400 2.26 63.50 15.87
9 Indonesia 4,131,676 3,864,692 3,957,595 3,821,504 3,837,019 3,922,497 2.22 65.72 -1.77
10 Tanzania 3,050,710 3,287,850 4,118,117 4,120,269 4,200,000 3,755,389 2.12 67.84 8.75
Lainnya 53,304,370 55,859,027 56,952,106 59,002,694 59,088,719 56,841,383 32.16 100.00 2.62
Dunia 164,046,069 171,376,657 179,056,336 186,020,573 183,319,737 176,763,874 2.85
FAOSTAT Date : 2016/Sep/16

Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin

Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014


Tahun Rata-rata
Kumulatif
No. Negara Rata-rata (Ton) Share (%) Pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014 Share (%)
(%)
1 USA 316,164,930 313,934,773 273,820,066 353,699,441 361,091,140 323,742,070 34.66 34.66 4.44
2 China 177,540,788 192,904,232 205,719,284 218,621,905 215,812,100 202,119,662 21.64 56.30 5.07
3 Brazil 55,364,271 55,660,235 71,072,810 80,273,172 79,877,714 68,449,640 7.33 63.63 10.17
4 Argentina 22,663,095 23,799,830 23,799,830 32,119,211 33,000,000 27,076,393 2.90 68.94 10.68
5 Ukraine 11,953,000 22,837,900 20,961,300 30,949,550 28,496,810 23,039,712 2.47 71.41 30.64
6 India 21,725,800 21,760,000 22,260,000 23,290,000 23,670,000 22,541,160 2.41 66.05 2.18
7 Mexico 23,301,879 17,635,417 22,069,254 22,663,953 23,273,257 21,788,752 2.33 73.74 1.55
8 Indonesia 18,327,636 17,643,250 19,387,022 18,511,853 19,008,426 18,575,637 1.99 77.43 1.08
9 Perancis 13,974,600 15,913,300 15,614,100 15,031,000 18,541,780 15,814,956 1.69 75.44 7.90
10 Afrika Selatan 12,815,000 10,360,000 11,830,000 12,486,000 14,982,000 12,494,600 1.34 78.76 5.14
Lainnya 177,442,711 194,678,375 188,956,987 210,104,769 220,527,808 198,342,130 21.24 100.00 5.73
Dunia 851,273,710 887,127,312 875,490,653 1,017,750,854 1,038,281,035 933,984,713 5.29
FAOSTAT Date : 2016/Sep/16

Sumber : FAO, Diolah Pusdatin

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 77


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun 1961-2013

Volume Impor Pertumbuhan Nilai Impor Pertumbuhan Volume Ekspor Pertumbuhan Nilai Ekspor Pertumbuhan
Tahun
(ton) (%) (1000 $) (%) (ton) (%) (1000 $) (%)
1980 79,841,908 6.11 13,326,331 24.51 80,303,339 5.54 12,008,423 23.23
1981 80,794,759 1.19 14,270,210 7.08 78,734,868 -1.95 12,082,802 0.62
1982 69,763,372 -13.65 10,476,457 -26.59 69,630,268 -11.56 8,883,313 -26.48
1983 69,506,428 -0.37 10,784,506 2.94 69,121,086 -0.73 9,828,535 10.64
1984 67,714,163 -2.58 11,034,052 2.31 68,709,926 -0.59 10,247,029 4.26
1985 70,706,323 4.42 10,073,484 -8.71 69,942,671 1.79 8,795,875 -14.16
1986 58,871,571 -16.74 7,981,272 -20.77 57,682,378 -17.53 6,757,256 -23.18
1987 64,697,695 9.90 7,561,513 -5.26 64,702,064 12.17 6,765,122 0.12
1988 66,841,942 3.31 9,404,560 24.37 66,507,955 2.79 8,487,600 25.46
1989 77,115,418 15.37 11,141,262 18.47 77,437,610 16.43 10,190,496 20.06
1990 73,513,382 -4.67 11,346,508 1.84 72,038,789 -6.97 9,800,523 -3.83
1991 65,831,847 -10.45 10,037,118 -11.54 66,160,739 -8.16 8,752,230 -10.70
1992 72,174,051 9.63 11,278,550 12.37 73,841,658 11.61 9,895,619 13.06
1993 68,743,150 -4.75 10,062,784 -10.78 67,820,861 -8.15 8,713,401 -11.95
1994 63,172,337 -8.10 9,839,345 -2.22 65,151,266 -3.94 8,645,891 -0.77
1995 76,904,520 21.74 12,525,034 27.30 78,244,966 20.10 10,880,639 25.85
1996 70,861,533 -7.86 14,321,331 14.34 71,780,938 -8.26 12,768,238 17.35
1997 72,266,527 1.98 11,664,786 -18.55 73,083,357 1.81 10,165,853 -20.38
1998 72,675,237 0.57 10,449,564 -10.42 76,090,896 4.12 9,127,358 -10.22
1999 78,334,216 7.79 9,981,825 -4.48 78,770,592 3.52 8,751,121 -4.12
2000 82,103,533 4.81 10,228,366 2.47 82,354,148 4.55 8,781,400 0.35
2001 81,977,583 -0.15 10,148,587 -0.78 83,815,514 1.77 8,871,214 1.02
2002 87,622,474 6.89 11,165,508 10.02 87,470,550 4.36 9,883,376 11.41
2003 89,759,581 2.44 12,673,702 13.51 90,709,456 3.70 11,139,523 12.71
2004 82,695,081 -7.87 14,654,362 15.63 82,683,414 -8.85 11,690,444 4.95
2005 88,107,442 6.54 13,641,238 -6.91 90,510,098 9.47 11,220,084 -4.02
2006 95,987,453 8.94 15,646,881 14.70 95,459,187 5.47 13,258,788 18.17
2007 107,583,788 12.08 24,774,907 58.34 110,025,395 15.26 20,785,041 56.76
2008 103,135,065 -4.14 32,026,431 29.27 102,099,404 -7.20 26,920,095 29.52
2009 100,182,787 -2.86 22,971,482 -28.27 100,322,590 -1.74 19,871,563 -26.18
2010 107,735,969 7.54 26,218,789 14.14 108,731,583 8.38 22,869,808 15.09
2011 108,327,894 0.55 36,340,825 38.61 109,944,207 1.12 33,786,742 47.74
2012 117,821,413 8.76 38,819,825 6.82 120,450,205 9.56 35,546,542 5.21
2013 120,128,919 1.96 39,075,004 0.66 124,222,019 3.13 34,946,617 -1.69
Rata-rata
1980-2013 82,161,746 1.72 15,469,012 5.42 82,781,000 1.79 13,562,311 5.47
2009-2013 110,839,396 3.19 32,685,185 6.39 112,734,121 4.09 29,404,254 8.03
FAOSTAT Date : 2016/Sep/16
Sumber : FAO

78 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013


Tahun Rata-rata
Rata-rata Komulatif
No. Negara Share (%) Pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) Share (%)
(%)
1 USA 47,813,400 50,906,268 45,888,272 31,529,900 24,178,452 40,063,258 35.54 35.54 -14.50
2 Argentina 8,535,937 17,546,457 15,805,601 17,855,374 20,069,440 15,962,562 14.16 49.70 30.25
3 Brazil 7,781,900 10,815,275 9,486,914 19,801,939 26,624,890 14,902,184 13.22 62.92 42.47
4 Ukraine 7,178,625 2,888,339 7,806,319 15,630,889 16,729,468 10,046,728 8.91 71.83 54.44
5 Perancis 6,733,147 6,609,262 6,246,519 6,294,289 6,278,304 6,432,304 5.71 77.53 -1.70
6 Hungaria 4,176,160 3,910,699 3,643,766 4,362,074 2,154,853 3,649,510 3.24 80.77 -11.02
7 India 2,600,821 2,293,396 3,952,102 4,271,696 4,749,727 3,573,548 3.17 83.94 19.95
8 Rumania 1,686,406 2,054,489 2,310,666 2,273,741 3,233,351 2,311,731 2.05 85.99 18.73
9 Paraguay 1,868,903 1,417,653 1,576,458 2,476,996 2,826,571 2,033,316 1.80 87.80 14.57
10 Afrika Selatan 1,659,660 1,239,178 2,563,159 1,022,824 2,604,890 1,817,942 1.61 89.41 44.02
11 Lainnya 10,225,056 9,008,613 10,651,714 14,895,584 14,764,141 11,909,022 10.56 99.97 11.33
48 Indonesia 62,575 41,954 12,717 34,899 7,932 32,015 0.03 100.00 -1.37
Dunia 100,322,590 108,731,583 109,944,207 120,450,205 124,222,019 ########## 5.55
FAOSTAT Date : 2016/Sep/16
Sumber : FAO

Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013


Tahun Rata-rata
Rata-rata Kumulatif
No. Negara Share (%) Pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013 (Ton) Share (%)
(%)
1 Jepang 16,294,334 16,192,571 15,284,561 14,895,021 14,400,910 15,413,479 13.91 13.91 (3.02)
2 Meksiko 7,260,619 7,848,998 9,476,171 9,515,074 7,153,033 8,250,779 7.44 21.35 1.11
3 Korea Selatan 7,334,319 8,540,967 7,758,658 8,220,184 8,722,683 8,115,362 7.32 28.67 4.84
4 China 4,705,263 6,612,374 5,930,095 9,587,451 7,340,767 6,835,190 6.17 34.84 17.11
5 Mesir 5,416,326 6,170,460 7,047,864 6,061,595 5,771,770 6,093,603 5.50 40.34 2.34
6 Spanyol 4,049,125 3,955,005 4,824,485 6,094,528 5,523,687 4,889,366 4.41 44.75 9.15
7 Taiwan 4,592,454 5,007,612 4,148,434 4,362,092 4,062,945 4,434,707 4.00 48.75 (2.46)
8 Iran 3,735,005 5,790,014 3,644,664 4,676,229 4,005,482 4,370,279 3.94 52.69 7.98
9 Belanda 3,146,329 2,911,583 3,482,563 4,030,812 4,263,147 3,566,887 3.22 55.91 8.41
10 Colombia 3,245,040 3,613,900 3,224,048 3,450,663 3,635,280 3,433,786 3.10 59.01 3.24
11 Lainnya 40,065,175 39,564,969 40,298,694 45,234,769 52,058,170 43,444,355 39.20 98.20 6.98
16 Indonesia 338,798 1,527,516 3,207,657 1,692,995 3,191,045 1,991,602 1.80 100.00 125.53
Dunia 100,182,787 107,735,969 108,327,894 117,821,413 120,128,919 110,839,396 100 4.70
FAOSTAT Date : 2016/Sep/16
Sumber : FAO

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 79


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 18. Model Luas Panen jagung

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model LPJ
Dependent Variable LPJ
Label Luas panen jagung

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 4 6E11 1.5E11 6.07 0.0197


Error 7 1.73E11 2.471E10
Corrected Total 11 7.73E11

Root MSE 157206.718 R-Square 0.77619


Dependent Mean 3793438.83 Adj R-Sq 0.64830
Coeff Var 4.14417

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 4994874 2162945 2.31 0.0542 Intercept


LLPJ 1 0.096901 0.479283 0.20 0.8455 Luas panen jagung
tahun sebelumnya
LHRJ 1 295.4319 130.0718 2.27 0.0574 Harga riil jagung
tahun sebelumnya
LHRK 1 -258.679 155.0191 -1.67 0.1391 Harga riil kedelai
tahun sebelumnya
LHRKC 1 -27.9452 86.35262 -0.32 0.7557 Harga riil kacang
tanah tahun
sebelumnya

Durbin-Watson 2.010416
Number of Observations 12
First-Order Autocorrelation -0.01578

80 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung

The SAS System

The SYSLIN Procedure


Two-Stage Least Squares Estimation

Model YJ
Dependent Variable YJ
Label Produktivitas jagung

Analysis of Variance

Sum of Mean
Source DF Squares Square F Value Pr > F

Model 5 461.7961 92.35922 64.27 <.0001


Error 6 8.622168 1.437028
Corrected Total 11 470.4183

Root MSE 1.19876 R-Square 0.98167


Dependent Mean 42.59917 Adj R-Sq 0.96640
Coeff Var 2.81405

Parameter Estimates

Parameter Standard Variable


Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label

Intercept 1 39.47867 42.91433 0.92 0.3931 Intercept


LYJ 1 0.790574 0.213997 3.69 0.0102 Produktivitas jagung
tahun sebelumnya
LHRUREA 1 0.000734 0.004360 0.17 0.8719 Harga riil urea
tahun sebelumnya
DSLPTT 1 2.634488 1.841226 1.43 0.2024 Dummy program SLPTT
LIRIGASI 1 -3.7E-6 2.721E-6 -1.36 0.2228 Luas irigasi
RLPJJ 1 -0.27732 0.667183 -0.42 0.6921 Rasio luas panen
jagung jawa tehadap
nasional

Durbin-Watson 2.478498
Number of Observations 12
First-Order Autocorrelation -0.30077

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 81


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita


Trend Analysis for Konsumsi

Data Konsumsi
Length 20
NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 3,9679 * (0,95889**t)

Accuracy Measures

MAPE 14,0870
MAD 0,3788
MSD 0,2810

Forecasts

Period Forecast
21 1,64321
22 1,57566
23 1,51088
24 1,44877
25 1,38920

Trend Analysis Plot for Konsumsi


Growth Curve Model
Yt = 3,9679 * (0,95889**t)
4,5 Variable
A ctual
4,0 Fits
Forecasts

3,5 A ccuracy Measures


MA PE 14,0870
MA D 0,3788
Konsumsi

3,0 MSD 0,2810

2,5

2,0

1,5

1,0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Index

82 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah Pakan


Double Exponential Smoothing for Itik

Data Itik
Length 21

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.594726


Gamma (trend) 0.026710

Accuracy Measures

MAPE 8.49057E+00
MAD 2.99887E+06
MSD 1.83689E+13

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


22 48380274 41033175 55727373
23 49540818 40799711 58281925
24 50701362 40429896 60972828
25 51861905 39976281 63747530

Double Exponential Smoothing Plot for Itik

Smoothing Plot for Itik


Double Exponential Method
65000000 Variable
Actual
60000000 Fits
Forecasts
55000000 95.0% PI

Smoothing Constants
50000000 Alpha (level) 0.594726
Gamma (trend) 0.026710
Itik

45000000 Accuracy Measures


MAPE 8.49057E+00
40000000 MAD 2.99887E+06
MSD 1.83689E+13
35000000

30000000

25000000
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Index

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 83


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk Estimasi Jumlah Pakan
Double Exponential Smoothing for Petelur

Data Petelur
Length 21

Smoothing Constants

Alpha (level) 0.745115


Gamma (trend) 0.063398

Accuracy Measures

MAPE 1.50537E+01
MAD 1.06828E+07
MSD 2.38118E+14

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


22 165877431 139704995 192049867
23 170561574 136615085 204508062
24 175245716 132891815 217599617
25 179929859 128846955 231012762

Double Exponential Smoothing Plot for Petelur

Smoothing Plot for Petelur


Double Exponential Method
250000000 Variable
Actual
Fits
Forecasts
200000000 95.0% PI

Smoothing Constants
Alpha (level) 0.745115
Gamma (trend) 0.063398
Petelur

150000000
Accuracy Measures
MAPE 1.50537E+01
MAD 1.06828E+07
100000000 MSD 2.38118E+14

50000000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Index

84 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian


Outlook Jagung 2016 «

Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi Jumlah Pakan
Double Exponential Smoothing for Buras

Data Buras
Length 21

Smoothing Constants

Alpha (level) 1.71962


Gamma (trend) 0.03068

Accuracy Measures

MAPE 3.34363E+00
MAD 8.79704E+06
MSD 1.20125E+14

Forecasts

Period Forecast Lower Upper


22 303317846 281765489 324870203
23 304948194 251339431 358556958
24 306578543 220817721 392339364
25 308208891 190278567 426139215

Double Exponential Smoothing Plot for Buras

Smoothing Plot for Buras


Double Exponential Method
450000000 Variable
Actual
Fits
400000000 Forecasts
95.0% PI

Smoothing Constants
350000000 Alpha (level) 1.71962
Gamma (trend) 0.03068
Buras

Accuracy Measures
300000000 MAPE 3.34363E+00
MAD 8.79704E+06
MSD 1.20125E+14
250000000

200000000

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Index

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 85

Anda mungkin juga menyukai