1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 DESKRIPSI
1.1.2 RELEVANSI
Budidaya ikan sebagai bidang yang memanfaatkan pakan ikan harus dipahami
lebih awal bagi mahasiswa sebelum mempelajari tentang pakan ikan. Pemahaman jenis
ikan yang dibudidayakan, metode budidaya dan perkembangannya menjadi landasan
bagi mahasiswa untuk memanajemen pakan ikan serta merekayasanya.
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang sistem budidaya ikan untuk
memenuhi kebutuhan ikan pada pasar lokal maupun internasional. Pemahaman bab ini
menjadi dasar bagi mahasiswa untuk mempelajari bab selanjutnya.
1.1.3 KOMPETENSI
Pada akhir pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kompetensi
berupa pemahaman tentang budidaya ikan. Adapun materi pokok yang disampaikan
dalam bab ini adalah faktor utama dalam budidaya ikan.
1.2 PENYAJIAN
Tabel 1.1. Jenis dan Ukuran Pakan Udang berdasarkan umur udang.
Komoditi Budidaya Ikan Hias
Ikan hias memiliki peminat yang tidak sedikit baik dari konsumen dalam negeri
maupun luar negeri. Berbagai jenis ikan yang memiliki keindahan telah dikembangkan
di Indonesia. Bahkan Indonesia telah memiliki Balai Riset Ikan Hias (BRIH) yang
khusus mengembangkan ikan hias yang berlokasi di Depok.
Ikan hias yang dibudidayakan mulai dari pembenihan hingga pembesarannya
masih didominasi oleh ikan air tawar. Untuk ikan air laut beberapa telah mampu
dipijahkan secara terkontrol, diantaranya adalah ikan badut atau clown fish.
Ikan clownfish (Ocellaris clownfish) memiliki sifat hermafrodit, maka relatif
mudah untuk mendapatkan sepasang heteroseksual ikan clownfish. Cukup
menempatkan dua ikan remaja ke dalam akuarium yang sama. Ikan yang paling
dominan biasanya berubah menjadi betina, sementara lainnya akan mengembangkan
testis fungsional. Salah satu prasyarat yang paling penting untuk pembibitan ikan
clownfish adalah bahwa ikan "merasa" aman. Nutrisi yang baik diperlukan ikan
clownfish akan bertelur. Ikan jantan membakar banyak kalori untuk mempertahankan
sarang sehingga energi dari makanan sangat diperlukan. Nutyang yang baik tidak
hanya untuk induk ikan, tetapi juga akan mempengaruhi kesehatan telur dan larva,
serta fekunditas betina. (Scott W, Fish Channel.com)
Sedangkan jenis-jenis ikan hias air tawar sangat beragam mulai dari yang
relative mahal seperti arwana, koi (Ciprinus carpio) hingga ikan hias bernilai
ekonomis sedang seperti ikan koki, manfish, black ghost dan ikan dari marga chiclid.
BRIH depok juga mengembangkan jenis-jenis ikan eksotis di Indonesia sebagai ikan
hias seperti ikan pelangi dari sungai di Papua, ikan gurami padang dan ikan botia.
Sistem budidaya ikan dapat dibedakan menjadi sistem budidaya terbuka, sistem
budidaya semi tertutp dan sistem budidaya tertutup. Sistem budidaya terbuka
merupakan sistem budidaya yang paling awal ada dan menggunakan perairan umum
sebagai lahan budidaya. Sedangkan sistem semi tertutup mulai mengurangi
ketergantungan pada perairan umum, namun masih banyak berpengaruh. Pada sistem
budidaya tertutup memiliki pengaruh yang minim dari perairan umum maupun
lingkungan.
Karamba jaring apung merupakan model pembudidayaan ikan dalam jaring tertutup
pada semua sisi kecuali sisi atas dan diapungkan dengan pelampung berupa drum,
sterofoam maupun jurigen. Pada karamba jaring terapung seringkali ditambahkan
rumah jaga sebagai tempat penjagaan, sebab lokasi budidaya yang diperairan umum
menjadikan karamba jaring apung jauh dari lokasi tempat tinggal.
Karamba tancap seperti halnya karamba jaring apung juga dipergunakan untuk
memanfaatkan perairan umum. Karamba tancap dapat digunakan di sungai dengan
kedalaman berkisar 1 meter dan daerah pasang surut. Jika jaring pada karamba jaring
apung menggantung dipermukaan air, pada karamba tancap tiang-tiang penopangnya
menancap pada dasar perairan. Sarana mempertahankan ikan didalam karamba tidak
hanya menggunakan jaring, melainkan dapat dengan bambu, kayu dan kawat.
Metode karamba tancap juga dapat dilakukan pada area pasang surut pesisir
pantai. Karamba pada area tersebut lebih sering disebut dengan pen culture. Pada pen
culture, konstruksi berupa kayu atau bambu diberikan pada bagian keliling dan atas.
Sementara bagian dasar adalah dasar perairan. Dengan demikian pengaturan agar tidak
terdapat lubang antara dasar dan kerangka pen culture perlu diperhatikan. Pada bagian
depan pen culture yang mengarah ke laut, diberikan penahan ombak berupa genteng,
batako atau batu dengan sudut kemiringan 45. Hal ini diperlukan agar kekuatan
ombak tidak merusak pen culture.
Gambar 1.5. Pen culture di Loka Budidaya Laut Lombok (Wibowo , 2008)
Gambar 1.6. Kolam ekstensif (atas kiri), kolam semi permanen (atas kanan)
dan kolam permanen (bawah) (Gusrina, 2008)
Bak memiliki fungsi hampir sama dengan kolam, namun bak lebih mudah
dipindah-pindahkan dan tidak merubah kondisi lahan yang ditempati. Bak dapat
dibedakan dari bahan yang digunakan yaitu bak beton, bak fiber dan bak terpal atau
plastic. Bak dapat digunakan untuk budidaya pada tahap pembenihan maupun
pembesaran. Bak merupakan solusi tepat untuk pemanfaatan lahan sempit. Selain itu
bak juga dapat digunakan pada lahan yang kurang optimal seperti pH tanah yang
rendah atau tekstur tanah yang porous ( mudah menyerap air ). Pada beberapa daerah
yang minim sumber air, pembudidayaan ikan di kolam terpal menjadi solusi untuk
dapat membudidayakan ikan. Tentu saja dengan komoditas ikan yang sesuai untuk
kolam air tergenang atau stagnan.
Gambar 1.7. Bak fiber ( kiri ) dan bak terpal ( kanan ) (dokumentasi pribadi)
Salah satu daerah kering yang diupayakan bermanfaat melalui budidaya ikan
di kolam terpal adalah daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Komoditas yang
dikembangkan adalah lele dimana ikan tersebut mampu hidup dan berkembang pada
perairan tergenang. Program sejenis juga telah dilaksanakan oleh Universitas Bangka
Belitung bagi masyarakat desa Balunijuk, kabupaten Bangka, dimana kolam terpal
digunakan untuk membudidayakan ikan lele sebagai upaya membudidayakan ikan
pada lahan yang tidak memiliki sumber air mengalir.
Kedalaman air pada wadah budidaya khususnya sistem semi tertutup memiliki
pengaruh dalam meminimalkan fluktuasi dan stratifikasi. Kedalaman air ideal untuk
budidaya ikan adalah berkisar anatara 1 – 2 meter, dimana pada kedalaman ini cahaya
matahari mampu masuk hingga mendekati dasar dan baik untuk produktivitas perairan.
Jika kedalaman terlalu rendah, maka terjadi fluktuasi suhu yang besar antara siang hari
dan malam hari. Suhu yang terlalu tinggi pada sinag hari membahayakan bagi ikan.
Sementara kolam yang terlalu dalam menimbulkan stratifikasi suhu, cahaya dan
produktifitas perairan.
Suhu memiliki peran penting pada hewan akuatik, karena sifat hewan akuatik
yang poikilothermal. Perubahan suhu dapat memberikan pengaruh pada kelarutan
oksigen dan proses fisiologis meliputi tingkat respirasi, efisiensi pakan, pertumbuhan,
tingkah laku dan reproduksi. Semakin tinggi suhu suatu perairan dapat memberikan
efek pada penurunan tingkat oksigen dalam air. Kondisi perubahan suhu dan kadar
oksigen memberikan perubahan pada tingkat respirasi ikan. Penurunan jumlah oksigen
yang terserap akibat penurunan respirasi ikan memberikan pengaruh pada tingkah laku,
pertumbuhan, efisiensi pakan dan reproduksi. Pada Tabel 1.3 dapat dilihat pengaruh
tingkat suhu perairan terhadap respon konsumsi ikan.
Sinar matahari
x Daerah
h fotosinteti
P=R k
P>R
h=2x Daerah
respirasi
R>P
h : daya tembus sinar matahari dalam air
x : kecerahan (sechhi dish)
Gambar 1.9. Pengukuran dan nilai kecerahan perairan
1.3 PENUTUP
1.3.1 RANGKUMAN
Komoditi budidaya perikanan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2
tujuan utama yaitu sebagai produk konsumsi dan ikan hias.
Secara umum budidaya ikan lele dibagi dalam proses pembenihan dan
pembesaran. Proses pembenihan dapat dilakukan secara alami, semi buatan
dan buatan. Pada tahap pembesaran, secara umum dilaksanakan melalui
tahapan persiapan kolam, penebaran benih, pemberian pakan selama
pemeliharaan, pengendalian kualitas air dan penyakit serta diakhiri
pemanenan.
Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) saat ini menjadi produk unggulan
budidaya perairan payau disamping bandeng. Secara umum proses budidaya
udang dibagi menjadi pemijahan, pendederan dan pembesaran. Pemijahan
udang dilakukan secara alami, namun untuk mempercepat pematangan gonad,
dilakukan proses ablasi dimana dilakukan penjapitan atau pemotongan tangkai
mata udang. Setelah pembenihan dilakukan pendederan atau disebut juga
pentongkolan selama kurang lebih 20 hari. Benur udang ditebar dalam tambak
dengan kepadatan 1–3 ekor /m3 untuk budidaya tradisional, 3-10 ekor /m3
untuk semi intensif dan 10–30 ekor /m3 untuk tambak intensif.
Komoditi Budidaya Ikan Hias air laut adalah ikan badut atau clown fish.
Sedangkan jenis-jenis ikan hias air tawar sangat beragam mulai dari yang
relative mahal seperti arwana, koi (Ciprinus carpio) hingga ikan hias bernilai
ekonomis sedang seperti ikan koki, manfish, black ghost dan ikan dari marga
chiclid.
Sistem budidaya terbuka menggunakan lingkungan atau perairan umum
sebagai tempat pembudidayaan ikan. Kondisi air sebagai media budidaya ikan
sangat tergantung pada kondisi air di perairan umum tempat budidaya. Wadah
yang digunakan pada sistem budidaya terbuka ini adalah karamba jaring
apung, karamba tancap dan pen culture.
Pada sistem Budidaya Semi Tertutup dilakukan pemisahan dan menekan
pengaruh lingkungan terhadap sistem budidaya. Namun pengaruh lingkungan
masih banyak memberikan efek pada budidaya akibat adanya hubungan
dengan lingkungan. Wadah yang digunakan dalam sistem budidaya semi
tertutup adalah kolam dan bak.
Pada sistem budidaya tertutup, pengaruh lingkungan terhadap budidaya dapat
diminimalkan. Hal itu dapat terjadi akibat minimnya hubungan langsung
antara lingkungan budidaya dengan lingkungan luar. Sistem budidaya tertutup
dilakukan dalam ruangan (indoor) dengan wadah akuarium dan bak.
Parameter-parameter kualitas air budidaya ikan yang perlu dipantau antara lain
suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman air, oksigen terlarut, pH, alkalinitas,
bahan organic, plankton, bakteri (total bakteri dan vibrio). Parameter kualitas
air dapat dikelompokkan manjadi parameter fisik, kimia dan biologi.
Pakan ikan menjadi permasalah utama pada wilayah-wilayah kepulauan
seperti kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan pada ketergantungan
petani ikan pada produk pakan yang dihasilkan perusahaan pakan ternak.
Selain harga pakan lebih mahal akibat biaya transportasi, kendala pakan juga
terjadi saat ketersediaannya terbatas pada waktu-waktu tertentu seperti pada
saat ombak tinggi.