Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Bustari (2007), mengetahui tingkah laku ikan yang hendak ditangkap
merupakan hal yang penting dalam hubungannya dengan meningkatkan hasil tangkapan.
Untuk menarik perhatian ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu
diantaranya adalah dengan merangsang indera penciuman (chemical bait) melalui
pemberian bahan makanan ataupun bahan-bahan tertentu.Rangsangan kimiawi
memegang peranan penting dalam penggunaan umpan maupun pikatan. Hampir pada
semua perikanan pancing dan perangkap menggunakan umpan baik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan maupun hewan.
Umpan merupakan salah satu alat bantu yang berpengaruh pada daya tarik dan
rangsangan ikan. Umpan dapat merangsang respon penciuman dan juga penglihatan ikan.
Ikan akan merespon umpan yang didalamnya terdapat kandungan asam amino dan asam
lemak.
Umpan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan suatu
operasi penangkapan ikan, Umpan digunakan dalam menarik perhatian ikan. Indra
penciuman dan penglihatan ikan akan terangsang oleh bau yang ditimbulkan dari
kandungan umpan yang digunakan. Biasanya umpan digunakan dalam alat tangkap pasif
misalnya pada alat tangkap bubu.Umpan pada bubu digunakan untuk menarik perhatian
ikan yang sembunyi dalam karang agar dapat keluar dari karang.
Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam
kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah suatu makhluk hidup. Makhluk hidup ini
yang mengakibatkan suatu perubahan dalam hubungan antara makhluk tersebut dan
lingkungannya yang pada gilirannya juga berpengaruh kembali pada makhluk itu sendiri.
Prinsip tingkah laku ikan harus didukung oleh pemahaman terhadap inderautama dari
ikan.
Umpan merupakan salah satu faktor penting dalam operasi penangkapan ikan
terutama yang menggunakan alat tangkap berupa pancing. Rangsangan bau pada umpan
1
yang digunakan dapat berfungsi sebagai pemikat dalam penangkapan ikan.Umpan yang
digunakan dalam operasi penangkapan harus memiliki kandungan kimia yang dapat
menarik perhatian ikan. Biasanya ikan menyukai umpan berasam amino tinggi.
Ketertarikan ikan terhadap asam amino ini berbeda-beda antar spesies ikan.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana tingkah laku umum ikan?
2. Bagaimana tingkah laku khusus ikan?
3. Apasaja organ penciuman pada ikan?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengehtahui tingkah laku umum pada ikan
2. Untuk mengetahui tingkah laku khusus pada ikan
3. Untuk mengetahui organ penciuman pada ikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.2 Tingkah Laku Ikan

2.2.1 Tingkah Laku Umum Ikan

Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam


kedudukan, tempat, arah, maupun sifat lahiriah makhluk hidup yang
mengakibatkan suatu perubahan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Prinsip tingkah laku ikan harus didukung oleh pemahaman terhadap indera utama
dari ikan (organ fisiologi) khususnya indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba, dan linea literalis atau gurat sisi. Umpan merupakan salah
satu alat bantu yang berpengaruh pada daya tarik dua rangsangan ikan. (Akbar, M.
Y. 2010)
Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan
ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan
disertai dengan perubahan-perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak.
Perubahan-perubahan tingkah laku tersebut disebabkan adanya perubahan suhu.
Apabila laju konsumsi oksigen bawah air menurun maka, suhu media akan
menurun pula. Keadaan ini akan mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan syaraf
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan berkurangnya aktifitas fisiologis
ikan.
Laju pertumbuhan tubuh ikan yang dibudidayakan bergantung dari
pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Laju pertumbuhan ikan nila
pada perairan dangkal akan lebih cepat dikarenakan pada pertumbuhan tanaman
air sangat cepat sehingga dapat dijadikan sebagai sumber makanan bagi ikan nila.
Umpan merupakan salah satu alat bantu yang berpengaruh pada daya tarik dua
rangsangan ikan. Perubahan-perubahan tingkah laku tersebut disebabkan adanya
perubahan suhu. Apabila laju konsumsi oksigen bawah air menurun maka, suhu
media akan menurun pula. Keadaan ini akan mengakibatkan suplai oksigen ke

3
jaringan syaraf akan berkurang sehingga dapat menyebabkan berkurangnya
aktifitas fisiologis ikan. (Purnomo, S. A. 2007)

2.2.2 Tingkah Laku Khusus

Tingkah laku ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe:


a. Ketika umpan dilempar, ikan akan langsung memakan umpan tanpa
mengidentifikasinya terlebih dahulu.
b. Ikan yang terlebih dahulu mengidentifikasi umpan, segera mendekati
umpan untuk dimakan atau tidak.
c. Ikan yang membiarkan umpan jatuh sampai ke dasar bak kemudian
mengidentifikasi umpan tersebut untuk memakan atau tidak memakan
umpan tersebut.
Ikan yang tertangkap pada pancing ulur yang di pasang umpan dalam
penelitian ini didominasi oleh ikan-ikan pelagik. Ikan-ikan pelagik melakukan
migrasi harian baik secara horizontal maupun vertikal. Ikan melakukan migrasi
karena adanya dorongan faktor internal maupun eksternal. Internal salah satu
contohnya adalah untuk makan. (Purnomo, S. A. 2007)
Tingkah laku ikan terhadap alat tangkap berumpan seperti bubu dasar yang
digunakan, sangat dipengaruhi oleh umpan itu sendiri selama proses
tertangkapnya ikan. Ketika ikan menyadari atau terangsang dengan kehadiran
umpan, maka ikan akan berupaya mencari posisi sumber rangsangan, dan ketika
menemukan sumber rangsangan, ikan akan menyerang umpan, kemudian respon
diakhiri dengan masuk ke bubu untuk menelan umpan dan ikan tertangkap; atau
menolak masuk ke bubu sehingga ikan tidak tertangkap. Teknik pemberian
minyak cumi pada umpan untuk bubu ternyata memberikan hasil yang lebih baik
daripada umpan yang sama tanpa ekstrak cumi. (Purnomo, S. A. 2007)
Banyak kandungan air dalam umpan maka akan mempercepat proses
dispersi dan distribusi bau dalam air, sehingga ikan dapat cepat merespon bau
yang ditimbulkan. Kandungan air yang cukup tinggi akan membantu dalam proses
dispersi zat kimia, sehingga ikan akan dapat dengan cepat memberi respon
terhadap bau umpan. Jumlah hasil tangkapan bubu sangat dipengaruhi oleh bau

4
umpan, tekstur, ketahanan serta kecepatan dispersi bau umpan di perairan.
Faktor-faktor tersebut akan memiliki hubungan erat dengan aspek tingkah laku
makan target tangkapan
Tingkah laku ikan saat fase mendekati umpan ada 4, yaitu :
a. Arousal, Fase dimana ikan sudah mulai bergerak/mencari-cari tempat dimana
umpan berada.
b. Searching, Fase dimana ikan sudah menemukan posisi umpan namun masih
mengelilingi daerah sekitar umpan untuk memastikan tidak ada ancaman.
c. Finding, Fase dimana ikan sudah mulai mendekati umpan.
d. Uptake , Fase dimana ikan mulai memakan umpan.

2.3 Organ Penciuman Ikan

Cyclostome pada ikan merupakan monorhinal dimana ikan tersebut mempunyai


satu organ penciuman pada satu lubang hidung. Organ penciuman ikan sangat berbeda
dengan hewan lain karena organ ini menggambarkan habitat perkembangan dan
ekologi. Pada ikan teleostei, organ penciuman dengan organ pernapasan tidak
berhubungan langsung. (Fitri, A.D.P. 2008.)
Secara umum organ olfactory ikan serupa dengan organ nasal untuk penciuman
manusia, akan tetapi dari struktur bentuk dan sistematika fungsinya ada perbedaan
antara manusia dan ikan. Lubang atau cuping hidung pada ikan jarang terbuka kedalam
rongga mulut. Dasar dari lubang hidung di bentuk oleh epitelium penciuman atau
mukosa berupa lipatan atau lamella berbentuk rosette. (Fitri, A.D.P. 2008.)
Penerimaan rangsangan penciuman pada ikan seperti hewan lainnya yang
berperan adalah olfactory bulb. Secara umum olfaktori yang terdapat pada ikan serupa
dengan organ nasal atau penciuman yang terdapat pada manusia, namun lubang/cuping
hidung pada ikan jarang terbuka. Dasar bentuk hidung dibentuk oleh epithelium
penciuman atau mukosa berupa lipatan/lamella berbentuk bunga ros. (Fitri, A.D.P.
2008.)
Secara umum olfactory serupa dengan organ nasal untuk penciuman manusia.
Akan tetapi struktur bentuk dan sistematika fungsinya terdapat perbedaan. Pada
sebagian besar hewan bertulang belakang, letak olfactory bulb berdekatan dengan

5
dinding rongga hidung dan bidang olfaktorinya pendek. Pada jenis ikan yang bertulang
keras, letak olfactory bulb dipisahkan dari telencephalon oleh bidango olfactory yang
panjang. Jadi, sistem penciuman ikan berisi tiga komponen neuroanatomikal yaitu
epithelium penciuman, olfactory bulb, dan bidang terminal dalam otak (saraf pusat).
Ikan piranha adalah ikan ganas yang agresif dan tergolong ke dalam ikan
karnivora. Ikan ini memiliki indera penciuman yang tajam. Ikan ini bisa dikatakan
sangat sensitif dengan bau darah. Karena jika ikan ini mencium darah maka sifat
keagresifannya akan semakin tampak. Ikan ini juga tergolong ikan kanibal. (Fitri,
A.D.P. 2008.)

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tingkah laku ikan diartikan sebagai perubahan-perubahan ikan dalam kedudukan,


tempat, arah, maupun sifat lahiriah makhluk hidup yang mengakibatkan suatu perubahan antara
makhluk hidup dan lingkungannya. Cyclostome pada ikan merupakan monorhinal dimana ikan
tersebut mempunyai satu organ penciuman pada satu lubang hidung. Organ penciuman ikan
sangat berbeda dengan hewan lain karena organ ini menggambarkan habitat perkembangan dan
ekologi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. Y. 2010. Pengaruh Jahe Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Dan Ikan Lele (Clarias Bathracus) Pada Polikultur Dengan Sistem Resirkulasi
Tertutup. Usulan Program Kreativitas Mahasiswa. Universitas Airlangga Surabaya.

Bustari. 2007. Tangkapan Ikan Patin (Pangasious Sutchi) Dan Ikan Lele (Clarias Batracus)
Terhadap Bau Umpan Yang Berbeda. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 12 (I): 48-54.

Fitri, A.D.P. 2008. Respon Penglihatan Dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan Terkait
Dengan Efektivitas Penangkapan. IPB : Bogor.

Purnomo, S. A. 2007. Studi Ditribusi Arah Dan Kecepatan Renang Ikan Di Perairan Barat
P.Belitung Dengan Metode Hidroakustik Pada Bulan Juli 2006. Skripsi. IPB: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai