Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ikhtiologi (Bahasa Inggris: ichthyology, Bahasa Yunani: ichthyon = "ikan" dan logos
= "lambang, pengetahuan") merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang
mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Istilah ini
berasal dari Ichthyologia (bahasa Latin: Yunani) dimana perkataan Ichthys artinya ikan dan
logos artinya ajaran. Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh
manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun
pariwisata. Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang
mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan.
Ilmu mengenai perikanan di Indonesia relatif masih baru. Akhir-akhir ini ilmu tentang
perikanan banyak dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting.
Sebelum kita membahas lebih lanjut pengertian ikhtiologi, sebaiknya perlu diketahui tentang
“Apakah Ikan itu?“. Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat
poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung
pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk
bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak
tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok
terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988
jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di
perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis
ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir
70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.
Setelah kita mendefinisikan pengertian tentang ikan, dapatlah dimengerti mengapa ilmu
tentang perikanan perlu dipelajari. Selain ikan merupakan salah satu sumberdaya yang
penting, nilai-nilai kepentingan yanglain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat
untuk rekreasi, nilai ekonomi atau bernilai komersial, dan ilmu pengetahuan untuk
masayarakat. Ikhtiologi atau “Ichthyology“ merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari ikan secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dirumuskan
masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Ichthyologi?
2. Siapa saja para ilmuan yang berperan aktif dalam perkembangan Ichthyologi?
3. Kapan dan bagaimana sejarah Ichthyologi muncul?
4. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi dan bagaimana sejarahnya?

1.3 Tujuan Penulisan


Ada pun tujuan dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Agar pembaca mampu menjelaskan sejarah ikhtiologi
2. Agar pembaca mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi
3. Agar pembaca memahami sejarah Taksonomi
4. Agar pembaca lebih memahami ilmu Taksonomi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ichthyologi
2.1.1 Pengertian Iktiologi
Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya
merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti suatu ilmu
yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan “iktiologi” berasal dari bahasa Yunani,
yaitu ichthyologia. Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan
demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari
ikan dan dengan segala aspek kehidupannya.
Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9
tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni 1985 tercantum
pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan
lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31
tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4
undang-undang ini tercantum pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang
seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian
yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 29 Oktober 2009.
Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang
dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang (filum
Coelenterata), siput, kerang, dan cumi-cumi (filum Moluska), bulubabi, bintang laut, dan
teripang (filum Echinodermata), udang, kepiting, dan rajungan (filum Crustacea), bahkan
penyu (kelas Reptilia), duyung dan paus (kelas Mamalia).

2.1.2 Sejarah Ikhtiologi


Ikhtiologi pada awal diperkenalkan oleh Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles
melakukan observasi untuk membedakan dan membuat ciri-ciri ikan hingga diperoleh sekitar
115 jenis. Dalam penelitian tersebut, pertama kali dikemukakan tentang beberapa hal
mengenai ikan misal kelamin ikan hiu dapat ditentukan dari struktur sirip perut. Setelah

3
periode Aristoteles tidak banyak penelitian mengenai ikan, baru pada abad ke 16 muncul
nama-nama beberapa peneliti antara lain Pierre belon (1517-1564), H. Salviani (1514-1572)
dan G. Rondelet (1507-1557). P. Belon telah mempublikasikan tentang ikan pada tahun 1551,
dengan mengklasifikasikan 110 jenis berdasarkan ciri-ciri anatomi ikan. Pada tahun 1554
hingga 1557, Salviani berhasil mempublikasikan 92 spesies ikan. Pada tahun 1554 dan 1555
Rondelet pertama kali mempublikasikan hasil penelitiannya dalam sebuah buku Ikhtiologi.
Selanjutnya pengetahuan tentang ikan berkembang cukup pesat, dengan
diterbitkannya buku “Natural History of the Fishes of Brazil” pada tahun 1648. Peter Artedi
(1705-1735) membuat suatu sistem klasifikasi ikan yang diberi judul Father of Ichthyology.
Akhirnya Carolus Linnaeus berhasil membuat Systema Naturae dengan mengadopsi system
klasifikasi Artedi dan menjadi dasar dari keseluruhan sistem klasifikasi ikan. Pada
pertengahan abad ke 20 Iktiologi semakin berkembang dengan menggabungkan beberapa
bidang ilmu seperti Ekologi, Fisiologi dan Tingkah laku dalam perkembangan anatomi dan
sistematika ikan. Akhirnya beberapa ahli ikhtiologi seperti C.T Regan, Leo S Berg (1876-
1905) dan Carl L Hubbs (1894-1982) memberikan sumbangan yang besar dalam bidang
sistematika ikan. Pada tahun 1940 Berg membuat klasifikasi ikan (Classification of Fish)
yang menjadi standar dalam pengklasifikasian ikan hingga sekarang.
Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang
mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak
kontribusi tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, pemuka agama, dokter, nelayan
dan para penggemar hewan air. Keuntungannya juga tidak terhingga dimana aspek tentang
ikan, lebih banyak yang belum diketahui dari pada yang sudah diketahui.
Tidak banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ikhtiologi ini, mereka yang
terjun di bidang ini adalah orang yang memiliki rasa tanggungjawab untuk belajar dan
mengajar tentang ikan. Di bidang ilmu ini peluang untuk bekerja mengembangkan
kepedulian terhadap ikan serta belajar dari koleksi museum-museum cukup besar. Tugas-
tugas orang yang bekerja di museum meliputi, pengembangan ilmu pengetahuan, studi
sejarah, pengadaan koleksi baru, pengawasan terhadap koleksi museum, penerbitan karya
ilmiah dan lain-lain.
Perusahaan-perusahaan perikanan besar, manajemen perikanan profesional,
pembudidayaan, penjualan ikan, permainan, ornamen, dan ikan umpan memberikan peluang
usaha yang besar, baik yang didapati dari pelatihan maupun secara langsung dalam
mempelajari ikhtiologi. Pekerjaan seperti ini paling tidak memerlukan kemampuan seperti

4
megister atau sederajat. Untuk mengelola sumber daya perikanan laut maupun perairan dalam
diperlukan pekerja-pekerja yang terlatih. Perkembangan bidang perikanan ini memberikan
banyak peluang kerja dibandingkan sebelum bidang ini dieksploitasi lebih jauh.

2.2 Taksonomi
2.2.1 Pengertian Taksonomi
Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau
pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang berarti
susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Klasifikasi hewan adalah
pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan
klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis-jenis hewan serta
memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu
disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang
hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan
atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.

2.2.2 Sejarah Taksonomi


Perkembangan klasifikasi hewan secara garis besar dibagi menjadi empat tahap yaitu
klasifikasi masa sebelum Linnaeus (pra-Linnaeus), klasifikasi sistem Linnaeus, klasifikasi
sistem 3 kingdom, dan klasifikasi sistem 5 kingdom.
1. Sistem Klasifikasi Pra-Linnaeus
Sistem klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari tubuh
makhluk hidup (morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua
kelompok seperti konsep Aristoteles yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2
yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki bentuk tubuh yang sama
dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga dikelompokkan
berdasarkan kegunaannya masing-masing.
2. Sistem Klasifikasi Linnaeus (Sistem 2 Kingdom)
Taksonomi Linnaeus adalah suatu sistem klasifikasi ilmiah yang
mengelompokkan organisme ke dalam suatu hirarki. Sistem ini dirintis pada abad ke-18
oleh Carolus Linnaeus, seorang ilmuwan Swedia, terutama melalui dua bukunya Systema
Naturae dan Species Plantarum. Menurut sistem ini, klasifikasi diawali dengan tiga
kerajaan besar, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi kelas dan ordo. Ordo kemudian

5
dibagi lagi menjadi genus dan selanjutnya spesies. Dia seorang ilmuwan Swedia yang
meletakkan dasar tatanama biologi. Ia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan
juga merupakan salah satu bapak ekologi modern. Linnaeus ialah ahli botani yang paling
dihormati pada masanya, dan ia juga terkenal dengan kemampuan bahasanya. Linnaeus
adalahi ahli Zoologi, botani dan juga seorang dokter. Makalahnya mengenai taksonomi
berjudul Systema Naturae. Di dalamnya, penggunaan deskripsi resmi - physalis amno
ramosissime ramis angulosis glabris foliis dentoserratis - diganti olehnya menjadi nama
genus-species yang ringkas dan akrab pada zaman sekarang - Physalis angulata - dan
penggolongan taksa lebih tinggi dibuat secara berurutan.
Linnaeus adalah pelopor sisstem binomial nomenklature atau sistem tata nama
ganda. Linnaeus meneruskan kerja dalam sistem klasifikasi serta memperluas pula pada
Kerajaan (Regnum) Hewan dan Kerajaan Mineral. Sumbangan utama Linnaeus bagi
ilmu taksonomi ialah pembuatan konvensi penamaan organisme hidup yang diterima
secara universal dalam dunia ilmiah—karya Linnaeus tersebut menjadi titik awal
tatanama biologi. Selain itu, Linnaeus mengembangkan, selama pengembangan besar
pengetahuan sejarah alam pada abad ke-18, hal yang sekarang disebut sebagai taksonomi
Linnaeus, yaitu sistem klasifikasi ilmiah yang kini digunakan secara luas dalam biologi.
Sistem Linnaeus mengklasifikasikan alam dalam hirarki atau tingkatan-tingkatan,
dimulai dengan dua "kerajaan" atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae. Kerajaan
dibagi ke dalam Kelas dan masing-masing Kelas terbagi dalam Ordo, yang dibagi dalam
Genera (bentuk tunggal: genus), yang dibagi dalam Spesies. Di bawah tingkatan spesies,
Linnaeus kadang menyebutkan takson yang tidak diberinya nama (untuk tumbuhan, hal
ini sekarang dinamai "varietas").Linnaeus menamai taksa dengan sesuatu yang mengena
pada ciri khusus taksa tersebut. Sebagai contoh, manusia adalah Homo sapiens, tetapi ia
juga menyatakan bahwa ada species manusia kedua, Homo troglotydes (bermakna
"orang goa", yang ia maksudkan untuk simpanse dan sekarang ditempatkan dalam genus
berbeda (bukan Homo) melainkan Pan troglotydes.
3. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam
dua kerajaan: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri
ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang
dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena, dan
jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernst Haeckel pada tahun 1866

6
menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup
yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kerajaan ketiga in baru populer
belakangan ini (kadang dengan sebutan Protoctista). Protista adalah organisme yang
memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.
4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom
Ada dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4
kingdom yaitu Copeland dan Whittaker. Copeland membagi menjadi empat Kingdom
yaitu Monera, Protoctista, Metaphyta dan Metazoa. Monera adalah organisme yang
belum memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik.
Berbeda dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta adalah
tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa adalah
kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya.
Sedangkan Whittakers membagi hewan menjadi beberapa kingdom: Animalia, Plantae,
Fungi dan Protista.Fungi dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan
dari tumbuhan. Fungi bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan
organisme yang heterotrof yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri.
5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom
Tokoh pencetus adanya klasifikasi 5 Kingdom adalah Robert H . Whittaker. Dia
menggolongkan makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera.
Ciri-ciri pada sistem 5 kingdom :
1. Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
2. Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
3. Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
4. Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
5. Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iktiologi adalah cabang ilmu zoologi yang mempelajari kehidupan (biologi) ikan.
Iktiologi dipelajari di bidang biologi untuk aspek pengetahuannya dan perikanan untuk aspek
terapannya, khususnya dalam bidang budidaya dan patologinya. Kurang lebih terdapat
25.000 spesies ikan yang merupakan bagian mayoritas dari vertebrata. Walaupun sebagian
besar spesies telah ditemukan dan diidentifikasi, para ilmuwan setiap tahunnya tetap saja
mengumumkan secara resmi ditemukannya kurang lebih 250 spesies baru.
Penerepan iktiologi sering dihubungkan dengan biologi kelautan, limnologi,
dan oseanografi.

8
DAFTAR PUSTAKA

www.unhas.ac.id/lkpp/Ikhtiologi.pdf. DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish.


Sc. 2008. 08 Juli 2019

www.unhas.ac.id/lkpp/laut/6.%20ANATOMI%20IKAN.pdf. DR. ANDI IQBAL


BURHANUDDIN, M.Fish. Sc. 08 Juli 2019

http://science.kennesaw.edu/~bensign/aqbio/lnotes/Fish/Fish.html

http://educorolla6.blogspot.com/2009/05/sejarah-klasifikasi.html

http://www.tugasbiologi.com/2013/09/pengertian-ikhtiologi.html

Anda mungkin juga menyukai